4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
4. Rentang respon
Adatif maladaptif
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
2) Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif
b) Menarik diri, isolasi diri
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3) Social
a) Interaksi kurang
b) Kegiatan kurang
c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d) Cara makan tidak teratur
e) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri.
7. Akibat
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak tidak
terpeliharanya kebersihan perorangandengan baik, gangguan
9. Sumber Koping.
Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama pasien terganggu karna tidak
menghirauan lagi dirinya.
2) Kegiatan ibadah.
2. Pohon masalah
Effect Gg pemeliharaan kesehatan
3. Diagnosa keperawatan
1. Hygine diri,
2. berhias,
3. makan dan
4. bab/bak
A. KASUS
Tn. T (35 tahun) datang ke RS pasien mengeluh sulit merawat dirinya, sulit
berpakaian, dan merasa depresi. Pasien mengatakan sulit untuk berfikir dan
bertingkah seperti orang yang depresi. Tidak mau mandi selama 3 hari, badan bau dan
tampak kotor, tidak sikat gigi, rambut acak-acakan. Hasil observasi didapatkan data
TD 120/80 mmHg Nadi 70x/mnt pernapasan 18x/mnt. Pasien tampak lesu, tidak
bersemangat.
B. PENGKAJIAN
I. Identitas
Nama klien : Tn. T
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Status Perkawinan: Menikah
Orang yang berarti: Istri dan anak
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Jl. S. NANO BANDUNG
II. Alasan masuk
Keluarga klien mengatakan pasien pendiam, terlihat depresi, sulit berpakaian, tidak
mau mandi selama 3 hari, badan bau.
III. Faktor predisposisi
1. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh sulit merawat dirinya, sulit berpakaian, dan merasa depresi.
Pasien mengatakan sulit untuk berfikir dan bertingkah seperti orang yang
depresi. tidak mau mandi selama 3 hari, badan bau dan tampak kotor.
2. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga klien mengatakan klien pernah mengalami gangguan jiwa saat kelas
3SMA
3. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
IV. Pemeriksaan fisik
Tanda - tanda vital: TD = 120/80 mmHg, N = 70 x/mnt, S = 37, 2 °C dan
RR = 18 x/mnt.
Ukuran: Berat badan 80 kg, tinggi badan 170 cm
Keluhan Fisik: Rambut pasien kusam, acak-acakan dan kusut, berwarna
hitam, pada saat dipalpasi tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan pada
kepala.
V. Psikososial
a. Genogram
Keterangan :
= Perempuan = Klien
.
b. Konsep Diri
Pola istirahat dan tidur
Sebelum masuk RS: pasien tidak mengalami gangguan tidur. Kualitas
tidur sekitar 3 jam pada siang hari dari jam 12.00 WIB – 15.00 WIB
dan 7 jam pada malam hari dari jam 22.00 WIB – 05.00 WIB
Setelah masuk RS: kualitas tidur pasien terganggu karena sulit merawat
diri, pasien di RS tidur sekitar 2 jam pada siang hari dari jam 13.00
WIB – 15.00 WIB dan 5 jam pada malam hari dari jam 24.00 WIB –
05.00 WIB.
Pola Persepsi dan Kognitif
Pendengeran dan penglihatan pasien tidak mengalami gangguan, pasien
masih bisa mendengar dan melihat dengan jelas, pasien kurang mampu
berkomunikasi dengan lancar.
Pola persepsi dan konsep diri
Klien tidak mengalami gangguan persepsi sensori ilusi dan halusinasi,
baik itu halusinasi pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan,
dan penghidu.
Pola Peran dan Hubungan
Pasien berperan sebagai ayah dan tulang punggung keluarga.
Pola reproduksi dan seksual
Selama pernikahan dengan istrinya pasien dikaruniai 1 orang anak.
Selama di RS pasien tidak pernah melakukan hubungan seksual lagi.
Pola Kooping Terhadap Strees
Dalam menghadapi masalah, pasien selalu menyembunyikannya
Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Pasien tinggal dalam lingkungan muslim. Sebelum sakit ia bisa
melakuka shalat, setelah sakit, klien tidak bisa shalat
VI. Status Mental
1. Penampilan
Penampilan klien kurang rapi, pakaian kotor dan jarang mandi
2. Pembicaraan
Klien berbicara dengan nada yang pelan dan lambat, jelas dan mudah dimengerti.
Namun klien tidak mampu untuk memulai pembicaraan kepada orang lain.
3. Aktivitas motoric
Klien tampak lesu, malas beraktivitas, klien lebih sering berdiam diri dan sering
menghabiskan waktunya ditempat tidur.
4. Afek dan Emosi
Afek klien tumpul, berespon apabila di berikan stimulus yang kuat.
Emosi klien stabil. Pasien mengatakan saat ini sedih karna tidak pernah lagi
dijenguk keluarganya.
5. Interaksi selama wawancara
Selama wawancara kontak mata klien baik, pasien tampak ragu dalam menjawab
pertanyaan perawat sehingga perawat harus mengulangi beberapa pertanyaan
kepada klien, tingkat konsentrasi klien baik, ditandai dengan ketika wawancara,
klien terfokus kepada perawat. Selain itu klien tidak memiliki keinginan untuk
berinteraksi kecuali perawat yang memulai.
6. Alam perasaan
Klien mengatakan merasa sedih karena rindu dengan keluarga, klien juga
mengatakan merasa sedih dan marah karena gagal menikah.
7. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien bingung. klien mengalami gangguan orientasi tempat,
terbukti dengan klien mengatakan bahwa dirinya berada di rumah sakit. Orientasi
waktu klien baik di buktikan dengan klien mengetahui hari dan tanggal.
8. Memori
Klien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, namun klien mengalami
gangguan mengingat jangka pendek dan saat ini. Dibuktikan dengan klien masih
ingat ketika dibawa ke rumah sakit dan nama perawat yang setiap hari
merawatnya.
9. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu untuk berkonsentrasi penuh, klien mampu berhitung sederhana
dibuktikan dengan klien dapat menyebutkan perhitungan dari 1-10 dan sebaliknya
dari 10-1.
10. Kemampuan penilaian
Klien tidak ada masalah pada kemampuan penilaian, terbukti dengan pada saat
diberi pilihan mau makan setelah mandi atau mandi setelah makan, klien memilih
makan setelah mandi.
11. Daya tilik diri
Klien mengatakan ia tidak tahu sedang sakit apa, ia bertanya-tanya mengapa saya
diberi obat yang efek sampingnya membuat saya mengantuk dan lemah.
VII. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Klien mampu memenuhi kebutuhan mandi, ganti pakaian, personal hygine, makan
dan minum secara mandiri, sedangkan untuk kebutuhan lainnya seperti keamanan,
perawatan kesehatan, pakaian, transportasi, tempat tinggal, keuangan dan lain-lain
belum dapat dipenuhi secara mandiri.
VIII. Mekanisme Koping
Klien mengatakan apabila memiliki masalah lebih baik menghindar dari malasah
tersebut, dan jika ada masalah, klien akan menceritaan pada istrinya
IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Klien mempunyai masalah dengan lingkungannya, karena jarang berinteraksi
dengan orang lain. Klien lebih suka menyendiri daripada berkumpul dengan orang
lain.
X. Pengetahuan Tentang Masalah Kejiwaan
Klien mengatakan ia tidak tahu ia sakit apa, dan ia juga bingung mengapa ia diberi
obat yang efek sampingnya akan membuat ia menjadi mengantuk dan lemah, klien
juga mengatakan saat dirumah pernah diberi obat, namun klien malas untuk
meminum obat tersebut karena akan membuatnya
C. ANALISA DATA
D. POHON MASALAH
Effect Gg pemeliharaan kesehatan
SP II:
IMPLEMENTASI EVALUASI
DATA : : klien mengatakan mau mandi dan
- Mengatakan tidak mau mandi, tidak mau sikat sikat gigi
gigi, tidak menyisir rambut, tidak mau ganti
baju, tidak mau memotong kuku. : - Klien tampak lebih bersih
- Rambut klien terlihat panjang dan tampak - Rambut klien terlihat rapi, dan
acak-acakan, kuku klien panjang dan kotor. tidak kotor
DIAGNOSA :
Defisit perawatan diri : Gangguan berdandan pada diri
THERAPHY : klien (-)
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Menjelaskan cara berdandan : - Menganjurkan klien untuk
3. Membantu klien mempraktekkan cara memasukkan dalam jadwal
berdandan harian
4. Menganjurkan klien memasukkan dalam - Berikan reinforcement atas
jadwal kegiatan harian usaha yang klien lakukan
RTL :
Ajarkan klien bagaiman cara memenuhi
kebutuhan makan minum yang baik
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
1. Kondisi Pasien
a. Data Subjektif
4. Tindakan keperawatan
4) Melatih cara menjaga kebersihan diri: mandi dan ganti pakaian, sikat
gigi, cuci rambut, potong kuku
5) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan mandi, sikat gigi (2x
sehari), cuci rambut (2x perminggu), potong kuku (1x perminggu)
B. Strategi Komunikasi
a. Salam terapeutik
“Saya dinas pagi di ruangan ini dari jam 7 pagi sapai2 siang, selama di
rumah sakit ini saya yang akan merawat bapak. “
b. Evaluasi
c. Kontrak
• Topik
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
• Subyektif
Bagaimana perasaan bapak setelah mandi dan mengganti pakaian?
• Obyektif
Coba sebutkan lagi, apa saja cara mandi yang baik yang sudah bapak
ketahui?
b. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
“Saya harap apa yang tasi saya ajarkan kepada bapak, bapak dapat
mempraktekkan kembali dan jangan lupa untuk memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian yaitu mandi, sikat gigi (2x sehari), cuci rambut (2x
perminggu), potong kuku (1x perminggu). Untuk selanjutnya saya berharap
bapak dapat melakukan cara-cara pasien berhias.”
c. Kontrak yang akan datang
• Topik
Waktunya berapa lama pak? baiklah 10 menit saja. Masih ada yang
mau ditanyakan atau tidak bu? Baiklah kalau tidak ada saya pamit
dulu. Terimakasih atas waktunya.”
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
bagaimana perasaan bapak hari ini..?, apakah bapak B sudah mandi..?, sudah di
tandai jadwal harian..?”
c. Kontrak
Hari ini kita akan membicarakan tentang berhias diri supaya bapak tampak
ganteng dan rapi. Mari kita mendekat ke cermin dan bawa alat alatnya (sisir,
parfum, dan pencukur kumis).
• Topik
Baiklah pak sesuai janji kita kemarin, hari ini saya datang kembali untuk
Melakukan berhias diri.
• Tempat
• Waktu
Tujuan
2. Fase Kerja
Apa yang bapak laukuan setelah mandi? apakah sudah ganti baju? bagus sekali.
Nah sekarang bersisir mari ke cermin, bagaimana cara bersisir? Coba kita
praktekkan, lihat ke cermin, baguss.. sekali
Apakah bapak sudah bercukur? berapa hari sekali bercukur ? betul 2x perminggu.
Tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari pak dirapikan, ya,
bagus...
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
• Subjektif
• Objektif
Coba pak, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi..
• Topik
Baik pak sekarang bincang bincangnya sudah selesai, bagaimana kalau
besok jam 8 saya kembali lagi untuk latihan makan dengan baik.
• Tempat
Kita akan melakukan di ruang makan, bagaiana menurut bapak? Apakah
bapak setuju? atau ganti di tempat lain?
• Waktu
Waktunya berapa lama pak? baiklah 10 menit saja. Apa masih ada yang
mau ditanyakan pak? Baiklah kalau tidak ada saya pamit dulu. Selamat
siang.”
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Pagi ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik. “kita
latihan langsung di rumah makan ya!” Mari... itu sudah datang
makananya”
c. Kontrak
Hari ini kita akan membicarakan tentang tahapan bagaimana cara
makan yang baik, makanya tertib, cara merapikan peralatan makan
setelah makan, praktik makan sesuai tentang makan yang baik.
Topik
“Bagaimana jika sekarang kita melakukan cara makan yang
baik, makan yang tertib, cara merapikan makanan setelah
makan, tahapan makan yang baik”.
Tempat
Kita latihan langsung di ruang makan ya.
“mari itu sudah datang makananya”
Waktu
Sesuai dengan kesepakatan kemaren kita melakukanya selama
10 menit.
2. Fase Kerja
“Bagaimana kebiasaan makan bapak selama ini?
“sebelum makan kita harus mencuci tangan pakai sabun. Ya mari kita
praktekkan!”
“bagus setelah kita duduk dan ambil makan, sebelum di santap kita
berdoa dahulu. Silakan tuan yang memimpin”
“mari kita makan, saat kita makan harus menyuap makanan satu
persatu dan pelan pelan, ya ayo sayurnya di makan”
“Setelah kita makan kita bereskan piring dan gelas yang kotor”
“ya kita akhiri dengan cuci tangan”
“ya bagus!,
3. Terminasi
a. Evaluasi
Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan makan yang baik?”
Objektif
“Apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan (cuci tangan,
duduk yang baik, ambil makanan, brdoa, makan yang baik, lalu cuci
tangan yang baik)
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Herman ade. (2011). buku ajar asuhan keperawatan jiwa. yogyakarta: nuha
medik