Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN

DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. KONSEP DASAR DEFISIT PERAWATAN DIRI


1. Definisi
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya, kesehatan dan kesejateraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperatawan dirinya jika tidak dapat
melakukan keperawatan diri (Depkes, 2000)
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan
gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang
perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya
mandi, makan minum secara mandiri, berhias secara mandiri, toileting
(BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012)
2. Penyebab
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri
adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000),
penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Factor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.

4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

7) Kondisi fisik atau psikis


Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya
Dampak yang sering timbul pada maslah personal hygine
1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik
yang sering terjadi adalah: gangguan intleglitas kulit, gangguan
membrane mukosa mulut, infeksi mata dan telinga dan gangguan
fisik pada kuku
2) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah
gangguan kebutuhan aman nyaman, kebutuhan cinta mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial
(Damaiyanti, 2012)
3. Jenis
Menurut (Damaiyanti, 2012) jenis perawatan diri terdiri dari:
a. Defisit perawatan diri: mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri sendiri
b. Defisit perawatan diri: berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan ata menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.
c. Defisit perawatan diri: makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
sendiri
d. Defisit perawatan diri: eliminasi
Hambatn kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.

4. Rentang respon
Adatif maladaptif

Pola perawatan diri seimbangKadang perawatan diri Tidak melakukan


kadang tidak perawatan diri pada saat
stres

1) Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor


dan mampu ntuk berperilaku adatif maka pola perawatan yang
dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri
2) Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien
mendapatan stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan
perawatan dirinya
3) Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak
perduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresso (Ade,
2011)
5. Proses terjadinya masalah
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri
adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000),
penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Factor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.

4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

7) Kondisi fisik atau psikis


Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya
Dampak yang sering timbul pada maslah personal hygine
1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik,gangguan fisik
yang sering terjadi adalah: gangguan intleglitas kulit, gangguan
membrane mukosa mulut, infeksi mata dan telinga dan gangguan
fisik pada kuku
2) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah
gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial
(Damaiyanti, 2012)
6. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala defisit dar menurut adalah (Damaiyanti, 2012) sebagai
berikut:
a. Mandi/hygine
Klien mengalami ketidakmapuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran
air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengerikan tubuh, serta
masuk dan keluar kamar mandi
b. Berpakaian
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakan atau mengambil
potongan pakian, menangalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian.
c. Makan
Klien mempunyai ketidak mampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapat makanan, membuka container,
memanipulasi makanan dalam mulut,

mengambil makanandari wadah lalu memasukan ke mulut, melengkapi


makanan,mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat,
mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan
aman
d. Eliminasi
Klien memiliki kebatasan atau krtidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian
toileting, membersihkan diri setelah BAK/BAB dengan tepat, dan
menyiram toilet atau kamar kecil.
Menurut Depkes (2000) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan
diri adalah:
1) Fisik
a) Badan bau, pakaian kotor
b) Rambut dan kulit kotor
c) Kuku panjang dan kotor
d) Gigi kotor disertai mulut bau
e) Penampilan tidak rapi.

2) Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif
b) Menarik diri, isolasi diri
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3) Social
a) Interaksi kurang
b) Kegiatan kurang
c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d) Cara makan tidak teratur
e) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri.
7. Akibat
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak tidak
terpeliharanya kebersihan perorangandengan baik, gangguan

fisik yang seering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan


membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan
fisik pada kuku
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygine adalah
gangguan kebutuhan aman nyaman, kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan
harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Damaiyanti,
2012)
8. Mekanisme koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 yaitu:
1. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar
dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan
perawatan diri secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah tidak mau merawat diri (Damaiyanti, 2012)

9. Sumber Koping.

Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan


strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan
menggunakan sumber koping yang ada di lingkungannya. Sumber koping
tersebut dijadikan sebagai modal untuk menyelesaikan masalah. Dukungan sosial
dan keyakinan budaya dapat membantu seorang mengintegrasikan pengalaman
yang menimbulkan stressdan mengadopsi strategi koping yang efektif.
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan manurut herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CEMAS


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas.
Biasanya identitas terdiri dari: nama klien, umur, jenis kelamin, alamat,
agama, pekerjaan, tanggal masuk, alasan masuk, nomor rekam medik,
keluarga yang dapat dihubungi.
b. Alasan Masuk.
Biasanya apa yang menyebabkan pasien atau keluarga datang, atau
dirawat dirumah sakit. Biasanya masalah yang di alami pasien yaitu senang
menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung,
penampilan acak-acakan, tidak peduli dengan diri sendiri dan mulai
mengganggu orang lain.
c. Faktor Predisposisi.

Pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri ditemukan adanya


faktor herediter mengalami gangguan jiwa, adanya penyakit fisik dan mental
yang diderita pasien sehingga menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
perawatan diri. Ditemukan adanya faktor perkembangan dimana keluarga
terlalu melindungi dan memanjakan pasien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu, menurunnya kemampuan realitas sehingga menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri serta
didapatkan kurangnya dukungan dan situasi lingkungan yang mempengaruhi
kemampuan dalam perawatan diri.
d. Pemeriksaan Fisik.

Biasanya pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan tandatanda


vital (TTV), pemeriksaan secara keseluruhan tubuh yaitu pemeriksaan
head to toe yang biasanya penampilan klien yang kotor dan acak-acakan.
e. Psikososial
1) Genogram.

Biasanya menggambarkan pasien dengan anggota keluarga yang


mengalami gangguan jiwa, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuh.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh.

Biasanya persepsi pasien tentang tubuhnya, bagian tubuh yang disukai,


reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.
b) Identitas diri.

Biasanya dikaji status dan posisi pasien sebelum pasien dirawat,


kepuasan pasien terhadap status dan posisinya, kepuasan pasien sebagai
laki-laki atau perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai dengan jenis
kelamin dan posisinnya.
c) Peran diri.

Biasanya meliputi tugas atau peran pasien dalam keluarga/ pekerjaan/


kelompok/ masyarakat, kemampuan pasien dalam melaksanakan fungsi
atau perannya, perubahan yang terjadi saat pasien sakit dan dirawat,
bagaimana perasaan pasien akibat perubahan tersebut.
d) Ideal diri.

Biasanya berisi harapan pasien terhadap kedaan tubuh yang ideal,


posisi, tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan pasien
terhadap lingkungan sekitar, serta harapan pasien terhadap penyakitnya
e) Harga diri.

Biasanya mengkaji tentang hubungan pasien dengan orang lain sesuai


dengan kondisi, dampak pada pasien berubungan dengan orang lain, fungsi
peran tidak sesuai harapan, penilaian pasien terhadap pandangan atau
penghargaan orang lain.
f) Hubungn sosial.

Biasanya hubungan pasien dengan orang lain sangat terganggu karena


penampilan pasien yang kotor sehingga orang sekitar menghindari pasien.
Adanya hambatan dalam behubungan dengan orang lain, minat berinteraksi
dengan orang lain.
g) Spiritual
1) Nilai dan keyakinan.

Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama pasien terganggu karna tidak
menghirauan lagi dirinya.
2) Kegiatan ibadah.

Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak dilakukan ketika pasien menglami


gangguan jiwa.
3) Status mental

(a). Penampilan. Biasanya penampilan pasien sangat tidak rapi, tidak


tahu cara berpakaian, dan penggunaan pakaian tidak sesuai.
(b). Cara bicara/ pembicaraan. Biasanya cara bicara pasien lambat,
gagap, sering terhenti/bloking, apatisserta tidak mampu memulai
pembicaraan.
(c). Aktivitas motorik. Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan
kompulsif.
(d). Alam perasaan. Biasanya keadaan pasien tampak sedih, putus asa,
merasa tidak berdaya, rendah diri dan merasa dihina.
(e). Afek. Biasanya afek pasien tampak datar, tumpul, emosi pasien
berubah-ubah, kesepian, apatis, depresi/sedih dan cemas.
(f). Interaksi selama wawancara. Biasanya respon pasien saat wawancara
tidak kooperatif, mudah tersinggung, kontak kurang serta curiga
yang menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada orang lain.
(g). Persepsi. Biasanya pasien berhalusinasi tentang ketakutan terhadap
hal-hal kebersihan diri baik halusinasi pendengaran, penglihatan
serta halusinasi perabaan yang membuat pasien tidak mau
membersihkan diri dan pasien mengalami depersonalisasi.
(h). Proses piker. Biasanya bentuk pikir pasien otistik, dereistik,
sirkumtansial, kadang tangensial, kehilangan asosiasi, pembicaraan
meloncat dari topik satu ke topik lainnya dan kadang pembicaraan
berhenti tiba-tiba.
h) Kebutuhan pasien pulang
1) Makan Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien terganggu
serta pasien tidak memiliki kemampuan menyiapkan dan
membersihkan alat makan.
2) Berpakaian Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, tidak bisa
menggunakan pakaian yang sesuai dan tidak bisa berdandan.
3) Mandi biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi, tidak
gosok gigi, tidak mencuci rambut, tidak menggunting kuku, tubuh
pasien tampak kusam dan bdan pasien mengeluarkan aroma bau.
4) BAB/BAK Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya seperti di
tempat tidur dan pasien tidak bisa membersihkan WC setelah
BAB/BAK.
5) Istirahat Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak melakukan
aktivitas apapun setelah bangun tidur.
6) Penggunaan obat Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien
minum obat tidak teratur.
7) Aktivitas dalam rumah Biasanya pasien tidak mampu melakukan
semua aktivitas di dalam maupun diluar rumah karena pasien selalu
merasa malas.

2. Pohon masalah
Effect Gg pemeliharaan kesehatan

Core Problem Defiist perawatan diri


Cause Menarik diri

Koping Koping Individu Tidak Efektif

3. Diagnosa keperawatan
1. Hygine diri,
2. berhias,
3. makan dan
4. bab/bak

4. Rencana asuhan keperawatan


Tujuan Intervensi
Tujuan umum : 1. Bina hubungan saling percaya
Pasien tidak mengalami defisit dgn menggunakan prinsip
perawatan diri. komunikasi terapeutik :
a. Sapa pasiendengan ramah,
TUK 1 : baik verbal maupun non
Pasien bisa membina hubungan verbal
saling percaya dengan perawat b. Perkenalkan diri dengan
sopan
c. Tanyakan nama lengkap
dan nama panggilan yang
di sukai pasien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati
dan menerima pasien apa
adanya
g. Beri perhatian dan
perhatikan kebutuhan
dasar pasien

TUK 2 : 1. Melatih pasien cara-cara


Pasien mampu melakukan perawatan kebersihan diri :
kebersihan diri secara mandiri a. Menjelasan pentingnya
menjaga kebersihan diri.
b. Menjelaskan alat-alat
untuk menjaga kebersihan
diri
c. Menjelaskan cara-cara
melakukan kebersihan diri
d. Melatih pasien
mempraktekkan cara
menjaga kebersihan diri
TUK 3 : 1. Melatih pasien
Pasien mampu melakukan berdandan/berhias :
berhias/ berdandan secara baik a. Untuk pasien laki-laki
latihan meliputi :
1) Berpakaian
2) Menyisir rambut
3) Bercukur
b. Untuk pasien wanita,
latihannya meliputi :
1) Berpakaian
2) Menyisir rambut
3) Berhias

TUK 4 : 1. Melatih pasien makan secara


Pasien mampu melakukan makan mandiri :
dengan baik a. Menjelaskan cara
mempersiapkan makan
b. Menjelaskan cara makan
yang tertib
c. Menjelaskan cara
merapihkan peralatan
makan setelah makan
d. Praktek makan sesuai
dengan tahapan makan
yang baik
TUK 5 : 1. Mengajarkan pasien
Pasien mampu melakukan melakukan BAB/BAK secara
BAB/BAK secara mandiri mandiri :
a. Menjelaskan tempat
BAB/BAK yang sesuai
b. Menjelaskan cara
membersihkan diri setelah
BAB dan BAK
c. Menjelaskan cara
membersihkan tempat
BAB dan BAK
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. K DENGAN DEFISIT
PERAWATAN DIRI

A. KASUS
Tn. T (35 tahun) datang ke RS pasien mengeluh sulit merawat dirinya, sulit
berpakaian, dan merasa depresi. Pasien mengatakan sulit untuk berfikir dan
bertingkah seperti orang yang depresi. Tidak mau mandi selama 3 hari, badan bau dan
tampak kotor, tidak sikat gigi, rambut acak-acakan. Hasil observasi didapatkan data
TD 120/80 mmHg Nadi 70x/mnt pernapasan 18x/mnt. Pasien tampak lesu, tidak
bersemangat.

B. PENGKAJIAN
I. Identitas
Nama klien           : Tn. T
Umur                    : 35 tahun
Jenis kelamin        : laki-laki
Status Perkawinan: Menikah
Orang yang berarti: Istri dan anak
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Agama                  : Islam
Alamat                 : Jl. S. NANO BANDUNG
II. Alasan masuk
Keluarga klien mengatakan pasien pendiam, terlihat depresi, sulit berpakaian, tidak
mau mandi selama 3 hari, badan bau.
III. Faktor predisposisi
1. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh sulit merawat dirinya, sulit berpakaian, dan merasa depresi.
Pasien mengatakan sulit untuk berfikir dan bertingkah seperti orang yang
depresi. tidak mau mandi selama 3 hari, badan bau dan tampak kotor.
2. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga klien mengatakan klien pernah mengalami gangguan jiwa saat kelas
3SMA
3. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
IV. Pemeriksaan fisik
 Tanda - tanda vital: TD = 120/80 mmHg, N = 70 x/mnt, S = 37, 2 °C dan
RR = 18 x/mnt.
 Ukuran: Berat badan 80 kg, tinggi badan 170 cm
 Keluhan Fisik: Rambut pasien kusam, acak-acakan dan kusut, berwarna
hitam, pada saat dipalpasi tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan pada
kepala.

V. Psikososial

a. Genogram

Keterangan :
= Perempuan = Klien

= Laki-laki = Hubungan Keluarga

= Meninggal = Tinggal Serumah

.
b. Konsep Diri
 Pola istirahat dan tidur
Sebelum masuk RS: pasien tidak mengalami gangguan tidur. Kualitas
tidur sekitar 3 jam pada siang hari dari jam 12.00 WIB – 15.00 WIB
dan 7 jam pada malam hari dari jam 22.00 WIB – 05.00 WIB
Setelah masuk RS: kualitas tidur pasien terganggu karena sulit merawat
diri, pasien di RS tidur sekitar 2 jam pada siang hari dari jam 13.00
WIB – 15.00 WIB dan 5 jam pada malam hari dari jam 24.00 WIB –
05.00 WIB.
 Pola Persepsi dan Kognitif
Pendengeran dan penglihatan pasien tidak mengalami gangguan, pasien
masih bisa mendengar dan melihat dengan jelas, pasien kurang mampu
berkomunikasi dengan lancar.
 Pola persepsi dan konsep diri
Klien tidak mengalami gangguan persepsi sensori ilusi dan halusinasi,
baik itu halusinasi pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan,
dan penghidu.
 Pola Peran dan Hubungan
Pasien berperan sebagai ayah dan tulang punggung keluarga.
 Pola reproduksi dan seksual
Selama pernikahan dengan istrinya pasien dikaruniai 1 orang anak.
Selama di RS pasien tidak pernah melakukan hubungan seksual lagi.
 Pola Kooping Terhadap Strees
Dalam menghadapi masalah, pasien selalu menyembunyikannya
 Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Pasien tinggal dalam lingkungan muslim. Sebelum sakit ia bisa
melakuka shalat, setelah sakit, klien tidak bisa shalat
VI. Status Mental
1. Penampilan
Penampilan klien kurang rapi, pakaian kotor dan jarang mandi
2. Pembicaraan
Klien berbicara dengan nada yang pelan dan lambat, jelas dan mudah dimengerti.
Namun klien tidak mampu untuk memulai pembicaraan kepada orang lain.
3. Aktivitas motoric
Klien tampak lesu, malas beraktivitas, klien lebih sering berdiam diri dan sering
menghabiskan waktunya ditempat tidur.
4. Afek dan Emosi
Afek klien tumpul, berespon apabila di berikan stimulus yang kuat.
Emosi klien stabil. Pasien mengatakan saat ini sedih karna tidak pernah lagi
dijenguk keluarganya.
5. Interaksi selama wawancara
Selama wawancara kontak mata klien baik, pasien tampak ragu dalam menjawab
pertanyaan perawat sehingga perawat harus mengulangi beberapa pertanyaan
kepada klien, tingkat konsentrasi klien baik, ditandai dengan ketika wawancara,
klien terfokus kepada perawat. Selain itu klien tidak memiliki keinginan untuk
berinteraksi kecuali perawat yang memulai.
6. Alam perasaan
Klien mengatakan merasa sedih karena rindu dengan keluarga, klien juga
mengatakan merasa sedih dan marah karena gagal menikah.
7. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien bingung. klien mengalami gangguan orientasi tempat,
terbukti dengan klien mengatakan bahwa dirinya berada di rumah sakit. Orientasi
waktu klien baik di buktikan dengan klien mengetahui hari dan tanggal.
8. Memori
Klien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, namun klien mengalami
gangguan mengingat jangka pendek dan saat ini. Dibuktikan dengan klien masih
ingat ketika dibawa ke rumah sakit dan nama perawat yang setiap hari
merawatnya.
9. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu untuk berkonsentrasi penuh, klien mampu berhitung sederhana
dibuktikan dengan klien dapat menyebutkan perhitungan dari 1-10 dan sebaliknya
dari 10-1.
10. Kemampuan penilaian
Klien tidak ada masalah pada kemampuan penilaian, terbukti dengan pada saat
diberi pilihan mau makan setelah mandi atau mandi setelah makan, klien memilih
makan setelah mandi.
11. Daya tilik diri
Klien mengatakan ia tidak tahu sedang sakit apa, ia bertanya-tanya mengapa saya
diberi obat yang efek sampingnya membuat saya mengantuk dan lemah.
VII. Kebutuhan Persiapan Pulang
a. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Klien mampu memenuhi kebutuhan mandi, ganti pakaian, personal hygine, makan
dan minum secara mandiri, sedangkan untuk kebutuhan lainnya seperti keamanan,
perawatan kesehatan, pakaian, transportasi, tempat tinggal, keuangan dan lain-lain
belum dapat dipenuhi secara mandiri.
VIII. Mekanisme Koping
Klien mengatakan apabila memiliki masalah lebih baik menghindar dari malasah
tersebut, dan jika ada masalah, klien akan menceritaan pada istrinya
IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Klien mempunyai masalah dengan lingkungannya, karena jarang berinteraksi
dengan orang lain. Klien lebih suka menyendiri daripada berkumpul dengan orang
lain.
X. Pengetahuan Tentang Masalah Kejiwaan
Klien mengatakan ia tidak tahu ia sakit apa, dan ia juga bingung mengapa ia diberi
obat yang efek sampingnya akan membuat ia menjadi mengantuk dan lemah, klien
juga mengatakan saat dirumah pernah diberi obat, namun klien malas untuk
meminum obat tersebut karena akan membuatnya

C. ANALISA DATA

Hari/tgl/jam No. Masalah


Data Fokus Paraf
DX keperawatan
Kamis, 1. DS: Defisit perawatan
19 agustus     Klien mengatakan tidak mandi selama 3 diri
2010 hari
16.00 WIB Pasien mengeluh sulit merawat dirinya,
sulit berpakaian, dan merasa depresi
DO:.
    Keadaan pasien tampak bau
    Klien tampak rambut acak-acakan
    Kulit kotor, tampak malas untuk menyisir
rambut dan sulit ganti pakaian

D. POHON MASALAH
Effect Gg pemeliharaan kesehatan

Core Problem Defiist perawatan diri

Cause Menarik diri


Koping Koping Individu Tidak Efektif
E. INTERVENSI
Rencana tindakan
DX. Kep. Rasional
Tujuan Kriteria evaluasi Tindakan kep.
Defisit TUM: -      SP I :
Perawatan Klien mampu melakukan K 1.    Identifikasi 2.    Mengetahui
Diri perawatan diri: higiene.   li masalah pera- permasalahan yang
TUK I : e watan diri: terjadi pada diri klien
-     Klien n kebersihan diri, 3.    Agar klien tahu
dapat m berdandan, pentingnya kebersihan
meny a makan/minum, diri
ebutk m BAK/BAB 4.    Memberitahu klien
an p 2.    Jelaskan bagaimana cara
penge u pentingnya perawatan diri dan alat
rtian m kebersi-han diri yang digunakannya
dan e 3.    Jelaskan cara dan 5.    Agar klien bisa
tanda- nj alat kebersihan melakukan kebersihan
- a diri diri secara mandiri
tanda g 4.    Latih cara
keber a menjaga
sihan k kebersihan diri:
diri e mandi dan ganti
-     Klien b pakaian, sikat
dapat er gigi, cuci rambut,
meng si potong kuku
etahui h 5.    Masukan pada
penti a jadwal kegiatan
ngnya n untuk latihan
keber di mandi, sikat gigi
sihan ri (2x sehari), cuci
diri se rambut (2x
-     Klien c perminggu),
dapat ar potong kuku (1x
meng a perminggu).
etahui m
bagai a
mana n
cara di
menja ri
ga -     
keber K
sihan li
diri. e
n
m
a
m
p
u  
m
e
n
y
e
b
ut
-
k
a
n
p
e
n
g
er
ti
a
n
d
a
n
ta
n
d
a-
ta
n
d
a
k
e
b
er
si
h
a
n
di
ri
-     
K
li
e
n
d
a
p
at
m
e
n
g
et
a
h
ui
p
e
nt
in
g
n
y
a
k
e
b
er
si
h
a
n
di
ri
TUK II: Klien dapat Klien mampu SP II :
berdandan secara mandiri mengganti baju 1.    Evaluasi kegiatan 1.    Untuk mengetahui
secara rutin, kebersi-han diri. kemajuan klien dalam
menyisir rambut dan Beri pujian. merawat diri dan
memotong kuku. sebagai respon positif
2.    Jelaskan cara dan terhadap tindakan
alat untuk klien
berdandan. 2.    Memberitahu klien
3.    Latih cara bagaimana cara
berdandan setelah berdandan dan alat
kebersihan diri: yang digunakannya
sisiran, rias muka 3.    Agar klien bisa
untuk perempuan; berdandan secara
sisiran, cukuran mandiri
untuk pria. 4.    Agar klien terbiasa
4.    Masukan pada dengan kegiatan yang
jadwal kegiatan telah diajarkan
untuk kebersihan
diri dan
berdandan.
F. CATATAN PERKEMBANGAN
SP I :                   
IMPLEMENTASI EVALUASI
DATA :   : Saat ditanya, klien mengatakan akan
-    Klien mengatakan malas untuk mandi dan menjaga kebersihan dirinya.
berdandan, merasa lebih nyaman dengan
kondisi seperti ini ( tidak mau mandi). : - Penampilan klien terlihat lebih rapi
-    Bila diminta mandi klien marah-marah,   - Klien menjawab pertanyaan perawat
klien tampak rambut acak-acakan dan tentang cara menjaga kebersihan.
banyak kutu, kuku panjang dan hitam, kulit
kotor, tampak malas untuk menyisir rambut: Defisit perawatan diri belum teratasi
dan ganti pakaian harus disuruh petugas
DIAGNOSA : :  Anjurkan klien untuk menjaga
Defisit perawatan diri kebersihan dirinya
THERAPHY :
1.    Mengidentifikasi masalah perawatan diri:
kebersihan diri, berdandan, makan/minum,
BAK/BAB.
2.    Menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
3.    Membantu pasien mempraktekkan cara
menjaga kebersihan.
4.    Menjelaskan cara menjaga kebersihan.
5.    Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
RTL :
1.    Bantu klien cara membersihkan dirinya
2.    Ajarkan cara berdandan pada diri klien

SP II:       
    
IMPLEMENTASI EVALUASI
DATA : : klien mengatakan mau mandi dan
-    Mengatakan tidak mau  mandi, tidak mau sikat sikat gigi
gigi, tidak menyisir rambut, tidak mau ganti
baju, tidak mau memotong kuku. : -   Klien tampak lebih bersih
-    Rambut klien terlihat panjang dan  tampak   -   Rambut klien terlihat rapi, dan
acak-acakan, kuku klien panjang dan kotor. tidak kotor
DIAGNOSA :
Defisit perawatan diri : Gangguan berdandan pada diri
THERAPHY : klien (-)
1.    Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2.    Menjelaskan cara berdandan : -   Menganjurkan klien untuk
3.    Membantu klien mempraktekkan cara memasukkan dalam jadwal
berdandan harian
4.    Menganjurkan klien memasukkan dalam    -   Berikan reinforcement atas
jadwal kegiatan harian usaha yang klien lakukan
RTL :
Ajarkan klien bagaiman cara memenuhi
kebutuhan makan minum yang baik
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Pertemuan ke-1 Hari, tanggal:


A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Pasien
a. Data Subjektif

 Klien mengatakan tidak mandi selama 3 hari

 Pasien mengeluh sulit merawat dirinya, sulit berpakaian, dan merasa


depresi
b. Data Objektif
 Keadaan pasien tampak bau
 Klien tampak rambut acak-acakan
 Kulit kotor, tampak malas untuk menyisir rambut dan sulit ganti pakaian

1. Diagnosa Keperawatan Defisit


Perawatan Diri
2. Tujuan Tindakan Keperawatan
a. Tujuan Umum : Pasien mampu melakukan perawatan diri: hygine
b. Tujuan Khusus :
 Klien dapat menyebutkan pengertian dan tanda- tanda kebersihan diri
 Klien dapat mengetahui pentingnya kebersihan diri
 Klien dapat mengetahui bagaimana cara menjaga kebersihan diri.
 Klien dapat berdandan secara mandiri

4. Tindakan keperawatan

a. Menyebutkan pengertian dan tanda-tanda kebersihan diri, mengetahui


pentingnya kebersihan diri, dan mengetahui bagaimana cara menjaga
kebersihan diri.

Tindakan yang harus dilakukan adalah:

1) Mengidentifikasi masalah pera-watan diri: kebersihan diri, berdandan,


makan/minum, BAK/BAB
2) Menjelaskan pentingnya kebersihan diri

3) Menjelaskan cara dan alat kebersihan diri

4) Melatih cara menjaga kebersihan diri: mandi dan ganti pakaian, sikat
gigi, cuci rambut, potong kuku

5) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan mandi, sikat gigi (2x
sehari), cuci rambut (2x perminggu), potong kuku (1x perminggu)

b. Melatih berdandan secara mandiri

Tindakan yang harus dilakukan:


1) Mengevaluasi kegiatan kebersi-han diri. Beri pujian.
2) Menjelaskan cara dan alat untuk berdandan.
3) Melatih cara berdandan setelah kebersihan diri: sisiran, rias muka untuk
perempuan; sisiran, cukuran untuk pria.
4) Masukan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan berdandan

B. Strategi Komunikasi

SP 1 pasien: Menyebutkan pengertian dan tanda-tanda kebersihan diri, mengetahui


pentingnya kebersihan diri, dan mengetahui bagaimana cara menjaga kebersihan diri.
1. Fase Orientasi

a. Salam terapeutik

“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Aisyah, saya mahasiswa dari


POLTEKKES JAKARTA III yang dinas di ruangan ini “
“Boleh tau, nama bapak siapa? Senangnya dipanggil apa?”

“Saya dinas pagi di ruangan ini dari jam 7 pagi sapai2 siang, selama di
rumah sakit ini saya yang akan merawat bapak. “
b. Evaluasi

“Dari tadi, saya lihat menggaruk-garuk badannya, gatal ya?”

c. Kontrak

• Topik

“Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri?”


• Waktu
“Berapa lama bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya?
Bagaimana kalau 15 menit saja”
• Tempat
“Dimana bapak mau berbincang-bincang dengan saya? Ya
sudah, Bagaimana jika diruangan ini saja kita berbincang-bincang”
• Tujuan
“Agar bapak dapat mengetahui bagaimana cara merawat kebersihan diri.”
2. Fase Kerja

“Berapa kali bapak mandi dalam sehari?”


“Apakah bapak sudah mandi hari ini?”
“menurut bapak apa kegunaan mandi?”
“Apa alasan bapak sehingga tidak biasa merawat diri?
“Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti
apa? badan gatal, mulut bau, apa lagi..? kalau kita tidak teratur menjaga
kebersihan diri masalah apa menurut bapak yang bisa muncul? betul ada
kudis, kutu. Bagaimana kalau kita sekarang ke kamar mandi, saya akan
membimbing bapak melakukannya. Bagus sekali, sekarang buka pakaian
dan gantung. Sekarang bapak siram seluruh tubuh bapak termasuk rambut
lalu ambil sampo gosokkan pada kepala bapak sampai berbusa lalu bilas
sampai bersih. Bagus sekali. Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh
tubuh secara merata lalu siram dengan air bersih, jangan lupa sikat gigi
pakai odol. gosok seluruh gigi bapak mulai dari depan sampai belakang, atas
dan bawah. Bagus lalu kumur-kumur sampai bersih. terakhir siram lagi
seluruh tubuh bapak sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. Bagus
sekali melakukannya. Selanjutnya bapak pakai baju yang bersih, bagus
sekali, mari kita ke kaca dan sisir rambutnya, nah bapak rapi dan bersih.

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
• Subyektif
Bagaimana perasaan bapak setelah mandi dan mengganti pakaian?
• Obyektif
Coba sebutkan lagi, apa saja cara mandi yang baik yang sudah bapak
ketahui?
b. Rencana Tindak Lanjut (RTL)

“Saya harap apa yang tasi saya ajarkan kepada bapak, bapak dapat
mempraktekkan kembali dan jangan lupa untuk memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian yaitu mandi, sikat gigi (2x sehari), cuci rambut (2x
perminggu), potong kuku (1x perminggu). Untuk selanjutnya saya berharap
bapak dapat melakukan cara-cara pasien berhias.”
c. Kontrak yang akan datang

• Topik

Baik pak sekarang bincang bincangnya sudah selesai, bagai mana


kalau besok jam 8 saya kembali lagi untuk latihan berias
• Tempat

Kita akan melakukan di kamar, bagaimana menurut bapak?


Apakah bapak setuju? atau ganti di tempat lain?
• Waktu

Waktunya berapa lama pak? baiklah 10 menit saja. Masih ada yang
mau ditanyakan atau tidak bu? Baiklah kalau tidak ada saya pamit
dulu. Terimakasih atas waktunya.”

SP 2 Pasien: melatih pasien berhias

1. Fase Orientasi

a. Salam terapeutik

Selamat pagi pak, masih


ingat tidak dengan saya?
b. Evaluasi

bagaimana perasaan bapak hari ini..?, apakah bapak B sudah mandi..?, sudah di
tandai jadwal harian..?”
c. Kontrak

Hari ini kita akan membicarakan tentang berhias diri supaya bapak tampak
ganteng dan rapi. Mari kita mendekat ke cermin dan bawa alat alatnya (sisir,
parfum, dan pencukur kumis).
• Topik

Baiklah pak sesuai janji kita kemarin, hari ini saya datang kembali untuk
Melakukan berhias diri.

• Tempat

“Kita akan melakukan di kamar bapak apakah bapak setuju.?”

• Waktu

“Sesuai dengan kesepakatan kemaren kita akan melakukan selama 10


menit”

 Tujuan

“Tujuan dari latihan hari ini adalah agar bapak dapat melakukan berhias


diri suapaya tampak ganteng dan rapi”

2. Fase Kerja

Apa yang bapak laukuan setelah mandi? apakah sudah ganti baju? bagus sekali.
Nah sekarang bersisir mari ke cermin, bagaimana cara bersisir? Coba kita
praktekkan, lihat ke cermin, baguss.. sekali
Apakah bapak sudah bercukur? berapa hari sekali bercukur ? betul 2x perminggu.

Tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari pak dirapikan, ya,
bagus...
3. Fase Terminasi

a. Evaluasi

• Subjektif

“Bagaimana perasaan bapak setelah berdandan .?”

• Objektif
Coba pak, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi..

b. Rencana Tindak Lanjut (RTL)

Saya harap apa yang tadi saya ajarkan kepada bapak, bapak dapat


mempraktekkan kembali dan jangan lupa untuk memasukannya dalam jadwal
kegiatan harian ya pak

c. Kontrak yang akan datang

• Topik
Baik pak sekarang bincang bincangnya sudah selesai, bagaimana kalau
besok jam 8 saya kembali lagi untuk latihan makan dengan baik.
• Tempat
Kita akan melakukan di ruang makan, bagaiana menurut bapak? Apakah
bapak setuju? atau ganti di tempat lain?
• Waktu
Waktunya berapa lama pak? baiklah 10 menit saja. Apa masih ada yang
mau ditanyakan pak? Baiklah kalau tidak ada saya pamit dulu. Selamat
siang.”

SP 3 pasien: Melatih pasien makan sendiri secara mandiri (menjelaskan cara


mempersiapkan makan, menjelaskan cara makan yang tertib, menjelaskan cara
merapikan makan setelah makan, praktik makan sesuai dengan tahap yang
baik).

1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik

“Selamat siang bapak, saya yang kemarin datang, bapak masih


ingat tidak?”
b. Evaluasi
“Tampak rapi hari ini, bagaimana jadwal mandi dan dandannya?
Coba saya lihat jadwal hariannya, wah banyak ya, bagus..

Pagi ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik. “kita
latihan langsung di rumah makan ya!” Mari... itu sudah datang
makananya”
c. Kontrak
Hari ini kita akan membicarakan tentang tahapan bagaimana cara
makan yang baik, makanya tertib, cara merapikan peralatan makan
setelah makan, praktik makan sesuai tentang makan yang baik.
 Topik
“Bagaimana jika sekarang kita melakukan cara makan yang
baik, makan yang tertib, cara merapikan makanan setelah
makan, tahapan makan yang baik”.
 Tempat
Kita latihan langsung di ruang makan ya.
“mari itu sudah datang makananya”
 Waktu
Sesuai dengan kesepakatan kemaren kita melakukanya selama
10 menit.
2. Fase Kerja
“Bagaimana kebiasaan makan bapak selama ini?
“sebelum makan kita harus mencuci tangan pakai sabun. Ya mari kita
praktekkan!”
“bagus setelah kita duduk dan ambil makan, sebelum di santap kita
berdoa dahulu. Silakan tuan yang memimpin”
“mari kita makan, saat kita makan harus menyuap makanan satu
persatu dan pelan pelan, ya ayo sayurnya di makan”
“Setelah kita makan kita bereskan piring dan gelas yang kotor”
“ya kita akhiri dengan cuci tangan”
“ya bagus!,
3. Terminasi
a. Evaluasi
 Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan makan yang baik?”
 Objektif
“Apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan (cuci tangan,
duduk yang baik, ambil makanan, brdoa, makan yang baik, lalu cuci
tangan yang baik)

b. Rencana tindak lanjut (RTL)


“Mari masukkan ke jadwal kegiatan harian”

c. Kontrak yang akan datang


 Topik
Baik pak sekarang bincang bincangnya sudah selesai, bagaimana
kalau besok jam 8 saya kembali lagi untuk latihan kebersihan
bak/bab?
 Tempat
Kita akan melakukan di teras depan, bagaimana menurut bapak?
Apakah bapak setuju? atau ganti di tempat lain?
 Waktu
Waktunya berapa lama pak? baiklah 10 menit saja.

SP 4 cara bak dan bab dengan baik

1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik

Selamat pagi bapak. Masih ingat saya kan?


b. Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini? sudah dijalankan jadwal
kegiatannya?
c. Kontrak
 Topik
“Hari ini kita akan membicarakan tentang tahapan bagaimana
cara bab atau bak dengan baik”
 Tempat
“Mari kita duduk di depan teras?”
 Waktu
“Sesuai dengan kesepakatan kemaren kita melakukanya
selama 10 menit”
2. Fase Kerja
“Dimana biasanya bapak buang air besar dan kencing ? benar bapak,
buang air besar dan kencing yang baik di wc, kamar mandi atau
tempat lain yang tertutup dan saluran pembuangan kotorannya. Jadi
kita tidak buang air besar atau kencing di sembarang tempat yaa, nah
sehabis kencing apa yang kita lakukan? betul sekali, wc disiram cebok
dan cuci tangan. Setelah membersihkan tinja atau air kencing bapak
perlu merapikan kembali pakaian sebelum keluar dari wc atau kamar
mandi, pastikan resleting celana tertutup rapi lalu cuci tangan dengan
menggunakan sabu”
3. Terminasi
a. Evaluasi
 Subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara bab dan bak yang
baik?
 Objektif
Coba bapak jelaskan ulang tentang cara bab dan bak yang baik?
b. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
“Saya harap apa yang tadi saya ajarkan kepada bapak, bapak dapat
mempraktekkan kembali dan jangan lupa untuk memasukannya
dalam jadwal kegiatan harian ya pak.”
c. Kontrak
 Topik
“Nah, besok ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauh mana
bapak dapat melakukan jadwal kegiatannya”
 Tempat
“Tempatnya di mana pak? baiklah di sini saja”
 Waktu
Waktunya berapa lama pak? baiklah 10 menit saja. Masih ada yang
mau ditanyakan atau tidak pak? Baiklah kalau tidak ada saya
pamit dulu. Terimakasih atas waktunya.”
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti. (2012). Asuhan keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Depkes, R. (2000). Keperawatan Jiwa: Teori dan Tindakan keperawatan Jiwa.


Jakarta: Depkes RI.

Herman ade. (2011). buku ajar asuhan keperawatan jiwa. yogyakarta: nuha
medik

Anda mungkin juga menyukai