Makalah Pai
Makalah Pai
PENDAHULUAN
Pada era modernisasi ini, kehidupan modern yang bisa dikatakan serba
terukur, dianggap telah gagal mengatasi problem-problem kehidupan dengan
ukuran rasionalitas dan pendewasaan akal pikirannya. Bahkan acapkali
menimbulkan ragam, problem baru yang mengusik hati nurani umat manusia,
suatu contoh misal dekadensi moral dan aksi radikal. Pengaruh mordenisasi bak
wabah yang mulai cepat menyebar ke berbagai daerah diluar peradaban barat,
hingga wilayah-wilayah muslim di daerah timur dengan mengusung beberapa
konsep diantaranya seputar masalah HAM, demokrasi, kesetaraan gender,
pluralisme, liberalisme serta sekularisme. Konsep-konsep tersebut mendapat
respon dengan berbagai sikap oleh masyarakat muslim yang tentu saja
konsekuensinya juga menawarkan beragam konflik ditubuh Islam itu sendiri dari
beberapa kalangan muslim di berbagai tempat.
Perkembangan Islam di Indonesia memiliki mata rantai yang cukup
berliku. Sementara Islam di nusantara ini memiliki kompleksitas persoalan, dan
dari sini lah Islam hadir dengan membawa tatanan baru dalam masyarakat, yang
tidak terbentur dengan realitas sosial, budaya, tatanan politik dan tradisi
keagamaan. Dalam perkembangannya upaya reaktualisasi diharapkan dapat
menjawab problematika kemasyarakatan dan sebagai manifestasi agama yang
rahmatan lil ‘alamin. Islam dinamis yang diharapkan mampu mengatasi masalah-
masalah kontemporer yang terjadi diberbagai wilayah Indonesia, misalnya
liberalisme, sekularisme, dan sosialisme, yang akan dibahas dalam makalah ini.
1.2.Rumusan Masalah
ISI
Istilah ini berasal dari kata latin speculum yang berarti “masa”
karena itu sekuler berarti “beriorentasi pada masa sekarang”. Sekularisme
adalah sebuah doktrin, semangat, atau kesadaran yang menjunjung tinggi
prinsip kekinian mengenai ide, sikap, keyakinan, serta kepentingan
individu. Sekularisme, dalam karakteristiknya seperti yang ada di dunia
barat, adalah formulasi ide yang menegaskan bahwa antara agama dan
Negara merupakan dua identitas yang berbeda dan terpisah. Pengertian ini
berdasarkan pada pengakuan bahwa “agama merupakan sebuah keyakinan
yang dipegang teguh manusia meskipun dalam pandangan yang berbeda”.
Selain itu ada juga pernyataan lain mengenai arti atau makna dari
sekularisme.
Sekularisme dalam penggunaan masa kini secara garis besar adalah
sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah intuisi atau badan harus
berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan. Sekularisme dapat
menunjang kebebasan beragama dan kebebasan dari pemaksaan
kepercayaan dengan menyediakan sebuah rangka yang netral dalam
masalah kepercayaan serta tidak menganak-emaskan sebuah agama
tertentu. Istilah sekularisme pertama kali digunakan oleh penulis Inggris
George Holoyake pada tahun 1846. Walaupun istilah yang digunakannya
adalah baru, konsep kebebasan berpikir didasarkan darinya. Sekularisme
telah ada sepanjang sejarah. Ide-ide sekuler yang menyangkut pemisahan
filsafat dan agama dapat dirunut baik ke Ibn Rusyd dan aliran filsafat
Averoisme.
Terkait tentang sekularisme yang telah dijelaskan diatas, perdebatan
tentang sekularisme didunia islam telah diwarnai oleh dua kesalahan
umum, yang selama ini diangganp benar. pertama yaitu keyakinan bahwa
banyak orang islam yang menyamakan antara sekularisme dan atheisme,
tidak bertuhan, penyimpangan, agnotisisme, materealisme, nihilisme,
relativisme etika, dan tidak mengenal agama. Padahal sekularisme tidak
seperti itu. Sekularisme bukanlah sesuatu yang a-moral, tetapi suatu
doktrin yang mendasarkan standar etika dan tingkah laku pada referensi
kehidupan sekarang dan kesejahteraan sosial tanpa merujuk pada agama.
Dengan kata lain, penekanan sekularisme adalah pada universalitas nilai-
nilai spiritual yang dicapai melalui banyak cara. Kesalahan kedua
berkaitan dengan ide bahwa keyakinan islam menentang sekularisasi dan
karena itu tidak memiliki potensi sama sekali terjadinya proses
sekularisasi. Pernyataan ini didukung oleh alasan-alasan, yaitu :
Pertama, sebagian para mufassir menyatakan bahwa islam tidak
mengenal pemisahan antara agama dan politik.
Kedua, mereka juga menyatakan bahwa hukum islam tidak bisa
dengan mudah melakukan modifikasi sesuai dengan perubahan yang
terjadi dalam ilmu pengetahuan yang lain.
Ketiga, sekularisasi dalam masa islam (Al-Quran) dinilai sangat
sulit.
Memang banyak ketidak setujuan terhadap sekularisme ini, karena
dianggap memisahkan antara agama dalam kehidupan, baik dalam politik
maupun pemerintahan. Tidak hanya itu, namun terdapat beberapa
kelompok sekularisme dalam islam yang tujuannya untuk menggantikan
islam dalam segala bidang. Penolakan terhadap sekularisme itu tidak
hanya dilakukan oleh kalangan cendekiawan muslim, tetapi juga
dikalangan elite kristen. Seorang pendeta Protestan terkemuka pernah
mengemukakan pendapatnya mengenai sekularisme, bahwa sekularisme
adalah suatu paham yang ingin menjauhkan masyarakat dari Tuhan dan
agama. Paling tidak memang ada bukti sejarah, bahwa melalui
sekularisme, negara menjadi curiga bahkan anti agama.
Sesungguhnya esensi seluruh agama, khususnya agama wahyu tidak
mengenal polarisasi sistem kehidupan antara dunia dan akhirat, sebab
esensinya adalah tauhid dan moral, dalam arti moral yang merupakan
implementasinya dari tauhid (monoteisme) tersebut. Akan tetapi
interpretasi tauhid dan moral yang dipersepsi oleh manusia dalam berbagai
sistem kultur dan budaya manusia dalam batas-batas tertentu adalah
beragam, meskipun diakui akan adanya nilai-nilai kebenaran dan kebaikan,
kebijakan, serta kearifan yang berlaku universal. Berbagai kendala yang
menghadang berkaitan dengan isu sekularisme ataupun sekularisasinya
kontemporer apabila agama islam sebagai rahmatan lil aalamin dapat
diatasi dengan pendekatan yang berbasis kearifan lokal dengan kearifan
universal dapat diintegrasikan sesuai dengan semangat Al-Quran serta
semangat kemajuan zaman.
Memang benar bahwa agama dan ‘sentimen agama’ memang
merupakan dua hal yang berbeda. Siapapun sepakat bahwa masyarakat kita
adalah masyarakat yang religius. Agama telah memiliki akar budaya yang
kuat dalam kehidupan sehari-hari, bahkan seperti bangsa-bangsa Asia
lainnya, agama menjadi sumber legitimasi sosial yang tidak bisa
diabaikan. Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut
buat pertama kali ditegaskan dalam ajaran islam, yakni agama adalah
kebutuhan fitrah manusia. Jadi, terlihat bahwa masyarakat tidak dapat
dipisahkan dengan agama dari kehidupannya, meskipun masih ada
beberapa hal yang agama tidak dicampur adukan dalam masalahnya.
2.2.2. Liberalisme
2.2.3. Sosialisme
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran