JOB 8
Jurusan Pend. Teknik Elektro Nim : 1624041006
Motor Dahlander 3Ф
Fakultas Teknik (3Ф Dahlander Klp : III ( Pagi )
Motor)
Universitas Negeri Makassar Tgl : 01 oktober 2018
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melaksanakan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Merangkai dengan baik hubungan rangkaian percobaan dari karakteteristik
beban nol (tanpa beban) dan karakteristik berbeban motor dahlander 3 fasa.
2. Menjelaskan hubungan antara kecepatan putar motor dengan perubahan
tegangan motor pada keadaan beban nol, dimana IL = 0.
3. Menjelaskan hubungan antara daya masukan motor dengan perubahan
tegangan masukan motor pada keadaan beban nol, dimana IL = 0.
4. Menjelaskan hubungan antara besarnya arus yang mengalir dengan
tegangan masukan motor pada keadaan beban nol, dimana IL = 0.
5. Menjelaskan hubungan antara faktor daya motor dengan perubahan
tegangan masukan motor pada keadaan beban nol, dimana IL = 0.
6. Menjelaskan hubungan antara kecepatan putar motor dengan perubahan
torsi pada keadaan berbeban, dimana tegangan masukan motor konstan
(V=konstan).
7. Menjelaskan hubungan antara efisiensi motor dengan perubahan torsi pada
keadaan berbeban, dimana tegangan masukan motor konstan (V=konstan).
8. Menjelaskan hubungan antara faktor daya motor dengan perubahan torsi
pada keadaan berbeban, dimana tegangan masukan motor konstan
(V=konstan).
B. TEORI DASAR
Motor dahlander adalah motor dengan dua putaran atau lebih. Adanya
dua macam lilitan yang terpisah menyebabkan motor 3 fasa untuk dua macam
putaran mempunyai ukuran yang jauh lebih besar. Hal ini akan terlihat
apabila dibandingkan dengan motor 3 fasa yang hanya mempunyai 1 putaran
dengan daya yang sama.
Pada motor dahlander kecepatan tinggi hubungan yang digunakan
adalah hubungan bintang (Y). Hubungan ini akan menghasilkan pembentukan
kutub yang lebih sedikit. Sehingga diperoleh putaran motor yang lebih tinggi.
Pada motor dahlander kecepatan rendah hubungan yang digunakan
adalah hubungan segitiga (∆). Dengan hubungan ini jumlah kutub yang
dihasilkan lebih banyak, sehingga diperoleh putaran motor lebih rendah.
C. GAMBAR KERJA
1. Rangkaian percobaan
S1 S2
A W A
koppel F1
R A1 S
PS
S
T
1 M G F2
V RL
A2 I1
V
I2
2. Rangkaian Motor
PutaranRendah PutaranTinggi
(850 rpm) (1725 rpm)
3. Gambar Pelaksanaan
a) Putaran Rendah
MOTOR GENERATOR
F1 F2
6 2 5
A1 A2
Koppel
1 4 3
I1 I2
T1 T2 T3 S1 S2
+ -
L1 L2 L3
V A
+ - + -
W
PS AC 3? V A
RL
V + - A + -
-
+ + -
R S T N
+ - + - + -
b) Putaran Tinggi
MOTOR GENERATOR
F1 F2
6 2 5
A1 A2
1 4 3 Koppel
I1 I2
T1 T2 T3
S1
S2
+ -
L1 L2 L3
V A
+ - + -
W
PS AC 3? V A
RL
V + - A + -
-
+ + -
R S T N
+ - + - + -
E. LANGKAH KERJA
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan
2. Untuk karakteristik beban nol motor induksi
3 Ø Dahlander
a. Membuat rangkaian sesuai dengan gambar rangkaian.
b. Menghubungkan sakelar S1, kemudian menjalankan motor sampai
mencapai putaran nominal dengan mengatur VR secara bertahap.
c. Setiap tahap pengaturan, mencatat V, I, Pin, dan n
d. Menurunkan tegangan sampai nol, kemudian memutuskan
hubungannya dengan sumber tegangan.
Untuk karakteristik berbeban motor induksi 3 Ø Dahlander
e. Membuat rangkaian sesuai dengan gambar rangkaian.
f. Menghubungkan sakelar S1, kemudian menjalankan motor sampai
mencapai putaran nominal.
g. Menaikkan beban secara bertahap dan setiap tahap pengaturan
mencatat T, Pin, n, dan I dengan terlebih dahulu mengkonstankan
tegangan.
F. TABULASI DATA
1. Tabel Pengamatan
a. Untuk karakteristik beban nol Motor Dahlander Kecepatan Rendah
HasilPengukuran Perhitungan
No I P
V (volt) n (rpm) Cos
(Amp) (Watt)
1 140 1,1 30 1494 0,33
2 120 1 28 1492 0,40
3 100 0.8 25 1770 0,54
4 80 0,7 23 1457 0,71
ANALISIS PERHITUNGAN
Cos =
1. Cos = = 0,29
2. Cos = = 0,31
3. Cos = = 0,26
4. Cos = = 0,14
Cos =
1. Cos = = 49
2. Cos = = 24
3. Cos = = 19
4. Cos = = 16
Pout =
1. Pout = = 39
2. Pout = = 39
3. Pout = 39
4. Pout = = 39
= X 100 %
1. = X 100 % = 0,97
2. = X 100 % = 0,97
3. = X 100 % = 0,97
4. = X 100 % = 0,97
T = 9,55 X =
1. T = 9,55 X = 0,51
2. T = 9,55 X = 0,51
3. T = 9,55 X = 050
T = 9,55 X = 0,50
Cos =
1. Cos = = 0,33
2. Cos = = 0,40
3. Cos = = 0,54
4. Cos = = 0,71
Cos =
1. Cos = = 49
2. Cos = = 24
3. Cos = = 19
4. Cos = = 16
Pout =
1. Pout = = 29
2. Pout = = 29
3. Pout = 29
4. Pout = = 29
= X 100 %
= X 100 % = 0,97
= X 100 % = 0,97
= X 100 % = 0,97
= X 100 % = 0,97
T = 9,55 X =
1. T = 9,55 X = 0,18
2. T = 9,55 X = 0,18
3. T = 9,55 X = 0,19
3. T = 9,55 X = 0,19
VA = V . I =
1. VA = 140 . 0.01 = 1,4
2. VA = 140 . 0.02 = 2,8
3. VA = 140 . 0.025 = 3,5
4. VA = 140 . 0,03 = 4,2
1. Gambar karakteristik
a. Putaran Rendah
1) Untuk karakteristik beban nol , n = f(V)
2. Gambar karakteristik
b. Putaran Tinggi
1) Untuk karakteristik beban nol , n = f(V)
apabila nilai torsi (T) dinaikkan maka nilai faktor daya (cos motor
e) Untuk karakteristik
berbeban motor dahlander putaran tinggi, n = f(T) dimana V =
140 volt (konstan) berdasarkan hasil percobaan apabila nilai torsi
(T) dinaikkan maka putaran (n) pada motor akan semakin lambat.
f) Untuk karakteristik
berbeban motor dahlander putaran tinggi, η = f(T) dimana V =
140 volt (konstan) berdasarkan hasil percobaan apabila nilai torsi
(T) dinaikkan maka nilai efisiensi (η) motor tidak konstan.
g) Untuk karakteristik
torsi (T) dinaikkan maka nilai faktor daya (cos ) motor akan
semakin kecil.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan pada hasil analisis data yang kami
lakukan selama praktikum maka dapat kami simpulkan beberapa hal :
1. Untuk motor dahlander putaran rendah
a) Untuk karakteristik beban nol, n = f (V) motor dahlander putaran
rendah berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa nilai
tegangan (V) berbanding lurus dengan nilai putaran (n) motor, di
mana apabila nilai V naik maka nilai n juga akan naik
b) Untuk karakteristik beban nol, n = f (V) motor dahlander putaran
rendah berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa nilai
tegangan (V) berbanding lurus dengan arus (I), di mana apabila nilai V
naik maka nilai I juga akan naik
c) Untuk karakteristik beban nol, cos = f (V) motor dahlander putaran
dengan nilai torsi (T), di mana apabila nilai cos naik maka nilai T
dengan nilai torsi (T), di mana apabila nilai cos naik maka nilai T