Anda di halaman 1dari 11

NASKAH PUBLIKASI

STUDI FENOMENOLOGI: FAKTOR TERJADINYA


KEKAMBUHAN TB PARU DI WILAYAH
KECAMATAN PONTIANAK UTARA
TAHUN 2015

YESIKA AGUSTIN
I31111018

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016
Studi Fenomenologi: Faktor Terjadinya Kekambuhan TB Paru
di Wilayah Kecamatan Pontianak Utara Tahun 2015

Yesika Agustin*, Rita Hafizah**, Murtilita**


(*Mahasiswa Program Studi Keperawatan, ** Staf Pengajar Keperawatan UNTAN)
Universitas Tanjungpura Pontianak

ABSTRAK

Latar belakang : Kekambuhan TB Paru bukanlah hal biasa yang dapat diabaikan begitu saja. Kekambuhan TB paru
akan menimbulkan resistensi obat TB. Apabila pasien mengalami resisten terhadap obat anti TB, maka akibatnya
ikut menjadi sumber penular kuman TB yang sudah resisten dan dapat meluas sehingga akan sangat sulit
ditanggulangi.
Tujuan : Untuk menganalisis faktor resiko kejadian kekambuhan TB Paru di wilayah Kecamatan Pontianak Utara
Tahun 2015.
Metodologi Penelitian : Menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data didapatkan
dengan melakukan wawancara semi terstruktur, menggunakan pedoman wawancara terhadap 5 partisipan. Hasil
wawancara dianalisis dengan menggunakan metode analisis Milles and Huberman.
Hasil Penelitian : Hasil yang didapatkan adalah 4 tema yaitu: Kurangnya sumber informasi tentang penyakit TBC
dan kekambuhannya, sumber penular lain yang dapat menyebabkan TB Paru, riwayat kegagalan pengobatan
terdahulu, dan penyakit yang menyertai selain TB Paru.
Kesimpulan : Faktor resiko yang dapat mempengaruhi kejadian kekambuhan TB Paru adalah umur yang tua
berkisar > 50 tahun dan jenis kelamin laki-laki, pengetahuan yang kurang tentang TB Paru, sumber penular lain
seperti keluarga ataupun tetangga di lingkungan sekitar yang juga menderita TB Paru yang dapat menularkan kuman
TB, paparan asap rokok dari lingkungan sekitar, kegagalan pengobatan terdahulu, serta penyakit penyerta seperti
DM juga dapat mempengaruhi terjadinya kekambuhan TB Paru.

Kata Kunci : Faktor Resiko, Kekambuhan, Tuberkulosis paru.

Phenomenology Study: Factors occurrence of relapses of pulmonary TB incidence


in District of Northern Territory Pontianak 2015

Yesika Agustin*, Rita Hafizah**, Murtilita**


(*The Student of Nursing Study Program,** The Lectures of Nursing Study Program)
Tanjungpura University

ABSTRACT

Background: Recurrence of pulmonary TB is not a normal thing that can be ignored. Pulmonary TB recurrence
would lead to TB drug resistance. If patients are resistant to anti-TB drugs, the consequences come to be a source of
transmitting TB germs that are resistant and can be expanded so it will be very difficult to overcome.
Objective: To analyze the risk factors of recurrence of pulmonary TB in the District of North Pontianak 2015.
Research Methodology: Qualitative method with phenomenological approach. Data obtained by the method of
semi-structured interviews, using interview guideline to 5 participants. Results of interviews were analyzed using
analytical methods Milles and Huberman.
Results: The results obtained are four themes, namely: lack of resources and recurrence of TB disease, other
infectious sources that can cause pulmonary TB, history of prior treatment failures, and coexisting diseases other
than pulmonary TB.
Conclusions: Risk factors that may affect the incidence of recurrence of pulmonary TB is old age range> 50 years
and the sex of male, less knowledge about pulmonary TB, a source of transmitting other like family or neighbor in
the environment are also suffering from pulmonary tuberculosis that can transmit germs TB, exposure to cigarette
smoke from the surrounding environment, the failure of previous treatment, and comorbidities such as diabetes can
also affect the occurrence of pulmonary TB recurrence.

Keywords: Risk Factors, recurrence, pulmonary tuberculosis.


PENDAHULUAN oleh bakteri TB. Konsumsi alkohol dan
Pemikiran awal yang mendasari kebiasaan merokok yang menyebabkan
penelitian ini adalah peneliti menemukan penurunan daya tahan tubuh juga lebih
beberapa kasus kekambuhan tuberkulosis sering dijumpai pada laki-laki sehingga laki-
paru (TB Paru) dibeberapa puskesmas di laki menjadi lebih mudah terkena infeksi4.
kota Pontianak. Temuan untuk kasus Batista, Albuquerque, Ximenes, dan
kekambuhan TB paru di wilayah Kecamatan Rodrigues juga mengungkapkan dari hasil
Pontianak Utara cukup tinggi dibandingkan penelitiannya membuktikan bahwa ada
dengan beberapa Kecamatan lainnya di Kota hubungan antara merokok dengan
Pontianak. Dari hasil studi pendahuluan kekambuhan TB paru.5
pada Maret 2015 didapatkan data terbaru TB Seseorang yang mempunyai
paru relaps sebanyak 5 orang di wilayah pengetahuan TB paru yang rendah atau
Kecamatan Pontianak utara. Sedangkan dari kurang akan berpeluang 17 kali lebih besar
data yang di dapatkan di Dinas Kesehatan mengalami kekambuhan TB paru, seseorang
(Dinkes) kota Pontianak setidaknya ada ±19 yang mempunyai sikap yang kurang
orang mengalami TB Paru kambuh (Relaps) terhadap TB paru akan berpeluang
di sepanjang tahun 2014 hingga awal tahun mengalami kekambuhan TB paru 7,5 kali,
2015 di Kota Pontianak. Angka tersebut status gizi kurang akan berpeluang
meningkat dari tahun sebelumnya yaitu mengalami kekambuhan TB paru 9,048 kali,
berkisar ±5 orang saja yang mengalami serta seseorang yang tidak teratur minum
kekambuhan TB paru di kota Pontianak. obat akan berpeluang mengalami
6
Kasus kambuh (relaps) itu sendiri kekambuhan TB paru 9,450 kali.
adalah pasien yang sebelumnya pernah Berdasarkan uraian diatas peneliti
mendapat pengobatan obat anti tuberkulosis merasa perlu untuk meneliti mengenai faktor
(OAT) dan telah dinyatakan sembuh atau resiko apa saja yang dapat menyebabkan
telah melakukan pengobatan lengkap, terjadinya kekambuhan TB paru di wilayah
kemudian kembali berobat dengan hasil Kecamatan Pontianak Utara. Dengan
pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan menggunakan metode kualitatif yang
positif.1 Kekambuhan TB Paru bukanlah hal menekankan pada eksplorasi pengalaman
biasa yang dapat diabaikan begitu saja. Hal hidup seseorang dan dengan pendekatan
tersebut dapat memberikan dampak yang fenomenologi guna menggali lebih dalam
negatif terhadap penderita TB Paru relaps. tentang faktor resiko yang dapat
Hal ini dikarenakan kekambuhan TB paru mempengaruhi terjadinya kekambuhan TB
akan menimbulkan masalah baru, yaitu paru.
memungkinkan resistensi obat anti
tuberkulosis.2 Apabila pasien mengalami METODE PENELITIAN
resisten terhadap obat anti TB, maka Jenis penelitian yang digunakan dalam
akibatnya ikut menjadi sumber penular penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
kuman TB yang sudah resisten dan dapat Metode penelitian ini menggunakan
meluas sehingga akan sangat sulit untuk pendekatan fenomenologi. Tujuan
ditanggulangi.3 pendekatan fenomenologi penelitian ini
Kekambuhan TB paru lebih sering adalah untuk mengidentifikasi faktor resiko
terjadi pada laki-laki. Aktivitas kerja dan apa saja yang dapat menyebabkan
interaksi sosial yang tinggi lebih banyak kekambuhan TB paru.
terdapat pada laki-laki, yang menyebabkan Penelitian ini dilakukan di wilayah
meningkatnya risiko untuk terpapar kembali Kecamatan Pontianak Utara. Adapun alasan

1
pemilihan lokasi adalah berdasarkan hasil Tema 2: Sumber Penular Lain yang dapat
studi pendahuluan, dimana tingkat temuan Menyebabkan Penyakit TB Paru
untuk kasus kekambuhan TB Paru di Salah satu faktor resiko yang menyebabkan
wilayah Kecamatan Pontianak Utara cukup kekambuhan TB Paru adalah sumber
tinggi dibandingkan dengan beberapa penular lain yang dapat menularkan TB Paru
Kecamatan lainnya di Kota Pontianak. kepada partisipan. Seperti keluarga ataupun
Sedangkan pada tahun sebelumnya tidak rekan kerja yang juga menderita TB Paru
ditemukan kasus kekambuhan TB paru di yang sering berkontak langsung dengan
wilayah tersebut. Penelitian ini dilakukan partisipan. Serta gaya hidup dan lingkungan
sejak akhir bulan Juni sampai November sekitar partisipan seperti banyaknya perokok
tahun 2015. di lingkungan tempat tinggal partisipan juga
Dalam penelitian ini, penentuan mempengaruhi kekambuhan TB Paru pada
subjek penelitian dilakukan dengan teknik partisipan. Pekerjaan seperti pedagang atau
purposive sampling. Besarnya jumlah pekerja bangunan dengan aktivitas di luar
partisipan pada penelitian ini adalah 5 orang. ruangan dengan waktu kerja rata-rata 8 jam.
Wawancara dihentikan setelah tercapai Membuat partisipan sering terpapar oleh
saturasi data, dimana tidak ada lagi debu dan asap di lingkungan mereka bekerja
informasi baru yang didapatkan. yang dapat menyebabkan terjadinya
Instrumen pada penelitian ini adalah kekambuhan TB Paru.
peneliti itu sendiri dengan menggunakan
pedoman wawancara. Analisa dalam Tema 3: Riwayat Kegagalan Pengobatan
penelitian ini menggunakan teknik analisa Terdahulu
model Miles & Huberman dengan Dua dari Lima partisipan
menggunakan tiga unsur yaitu reduksi data, menyatakan tidak tuntas menjalankan
penyajian data dan penarikan kesimpulan. pengobatan saat pertama kali terkena TB
Paru. Karena pengobatan yang tidak tuntas
HASIL PENELITIAN menyebabkan terjadinya kekambuhan TB
Hasil penelitian ini ditentukan Paru.
melalui beberapa kategori yang dirangkum
dari hasil wawancara sehingga dari beberapa Tema 4: Penyakit yang Menyertai Selain TB
kategori tersebut terbentuk menjadi empat Paru
tema, yaitu : Dua dari Lima partisipan
mengatakan mempunyai penyakit diabetes
Tema 1: Kurangnya Sumber Informasi sejak beberapa tahun sebelum mengalami
Tentang Penyakit TBC dan kekambuhan TB Paru.
Kekambuhannya
Beberapa partisipan tidak terlalu PEMBAHASAN
mengetahui tentang penyakit TB Paru yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
di derita mereka. Kebanyakan partisipan hampir seluruh partisipan tidak mengetahui
tidak mengetahui apa itu TB Paru, gejala- tentang penyakit TB Paru yang diderita
gejala yang dialami serta kurang mengerti mereka. Dari beberapa pertanyaan mengenai
bagaimana cara penularan TB Paru. Begitu TB Paru yang diajukan oleh peneliti
juga dengan pemahaman partisipan tentang terhadap partisipan, rata-rata dari mereka
penyebab kekambuhan TB Paru mereka. tidak bisa menjelaskan apa itu TB Paru,
gejala-gejala yang dialami oleh penderita
TB Paru serta bagaimana cara penularan TB

2
Paru itu sendiri. Hal tersebut menunjukkan satu penyebab kejadian kekambuhan TB
jika masih banyak partisipan yang memiliki Paru. Penderita menjadi kurang informasi
pengetahuan rendah akan TB Paru. dan tidak mengerti tentang TB paru dan
Tidak hanya mengenai pengertian, pencegahannya. Sehingga dapat
gejala-gejala ataupun ciri-ciri TB Paru serta menyebabkan penderita mengalami
penularannya. Kebanyakan partisipan juga kekambuhan TB paru.9
tidak mengetahui penyebab terjadinya Salah satu faktor resiko yang
kekambuhan TB Paru yang mereka alami. menyebabkan kekambuhan TB Paru adalah
Bahkan beberapa partisipan mengatakan karena sumber penular lain yang dapat
penyebab mereka kambuh karena suatu menularkan TB Paru kepada partisipan.
makanan yang menurut mereka tidak boleh Sumber penular lain tersebut seperti
dimakan oleh penderita TB atau makanan keluarga ataupun rekan kerja yang juga
yang menyebabkan kambuhnya TB Paru. menderita TB Paru yang sering berkontak
Sedangkan pada dasarnya tidak ada langsung dengan partisipan. Dua orang
makanan yang dapat menyebabkan partisipan mengatakan bahwa rekan kerja
kambuhnya TB Paru. Hal tersebut dan orang di lingkungan sekitar mereka juga
menunjukkan masih kurangnya informasi ada yang menderita TB Paru. Salah satu
yang dimiliki oleh partisipan seputar TB partisipan mengatakan bahwa salah seorang
Paru. anggota keluarga yang tinggal serumah
Sejalan dengan penelitian yang dengan partisipan tersebut juga menderita
dilakukan oleh Sianturi, Seseorang yang TB Paru.
mempunyai pengetahuan TB paru yang Kontak langsung dengan penderita
kurang akan berpeluang 17 kali lebih besar TB aktif lainnya dapat membuat partisipan
mengalami kekambuhan TB paru terpapar ulang oleh kuman TB, karena
dibandingkan dengan orang yang kuman TB dapat menular melalui droplet
berpengetahuan cukup dan baik. Tingkat pada waktu batuk, bersin atau berbicara.
pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh Sehingga seringnya kontak langsung dengan
banyak faktor seperti pendidikan, penderita TB Paru lainnya dapat
6
pengalaman dan fasilitas. Seseorang yang menyebabkan terjadinya kekambuhan TB
berpendidikancenderung untuk mendapatkan Paru pada penderita yang sudah sembuh.
informasi, baik dari orang lain maupun Sejalan dengan penelitian yang
media massa. Semakin banyak informasi dilakukan oleh Rohmad menyatakan bahwa
yang masuk semakin banyak pula penderita tuberkulosis paru yang tinggal
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan serumah atau mempunyai tetangga dengan
khususnya tentang TB paru. Seseorang yang penderita tuberkulosis lain berisiko kambuh
mendapatkan informasi lebih banyak akan sebesar 2,22 kali dibandingkan dengan
menambah pengetahuan yang lebih luas.7 penderita tuberkulosis yang tidak terpapar
Kurangnya informasi tentang ulang dengan penderita TB lain.10 Sama
penyakit TB paru menyebabkan kurangnya seperti penelitian Rusnoto, mengemukakan
pengertian penderita terhadap penyakit serta proporsi adanya riwayat kontak dengan
bahayanya sehingga dapat menyebabkan anggota keluarga yang juga menderita
berkurangnya kepatuhan penderita terhadap tuberculosis paru dari penelitian diperoleh
pengobatan ataupun berhenti berobat bila kesimpulan bahwa ada hubungan antara
gejala penyakit tidak dirasakan lagi.8 riwayat kontak penularan dengan anggota
Kurangnya penyuluhan tentang TB dari keluarga.11
petugas kesehatan juga merupakan salah

3
Sumber penular serumah seperti juga dapat beresiko sebagai sumber penular
tidur sekamar dan lama tidur sekamar lain yang dapat menyebabkan kambuhnya
dengan penderita tuberculosis paru adalah TB Paru. Seperti banyaknya perokok di
salah satu faktor resiko kejadian penularan lingkungan tempat tinggal partisipan. Dari
penyakit tuberkulosis paru. Orang yang hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
tinggal serumah dengan penderita anggota keluarga serta banyak tetangga
tuberkulosis paru 42 kali lebih besar untuk ataupun orang yang berada di lingkungan
menderita penyakit tuberkulosis paru BTA sekitar tempat tinggal dan lingkungan
(+) daripada orang yang tidak tingggal tempat kerja partisipan yang merokok.
serumah dengan sumber penular.12 Secara tidak langsung partisipan akan
Riwayat kontak merupakan hal yang terpapar asap rokok dari lingkungan
penting dalam penelitian penyakit sekitarnya. Dari paparan asap rokok tersebut
tuberkulosis paru. Di dalam etiologi dapat menyebabkan reaktifasi kuman TB
penyakit tuberkulosis, kuman yang dormant akibat menurunnya
mycobacterium tuberculosis berukuran pertahanan saluran napas karena asap rokok.
sangat kecil, bersifat aerob, dapat bertahan Asap rokok dapat merangsang
hidup lama dalam sputum kering, dengan pembentukan mukus dan menurunkan
mudah dapat dieksresikan melalui inhalasi pergerakan silia. Dengan demikian terjadi
butir sputum lewat bersin, batuk maupun penimbunan mukosa dan peningkatan risiko
saat berbicara (droplet infection). Sehingga pertumbuhan bakteri termasuk kuman TB
kontak yang sering dengan penderita Paru sehingga dapat menimbulkan infeksi.
tuberkulosis aktif akan menyebabkan infeksi Bulu-bulu getar dan bahan lain yang
atau paparan paparan terhadapa orang yang terdapat di paru tidak mudah membuang
sehat.13 infeksi yang sudah masuk karena bulu getar
Selain itu dua dari lima partisipan dan alat lain di paru rusak akibat asap rokok.
memiliki aktivitas bekerja diluar ruangan, Asap rokok juga dapat meningkatkan
yaitu sebagai pedagang dan pekerja tahanan jalan nafas (airway resistance) dan
bangunan. Rata-rata waktu bekerja mereka menyebabkan pembuluh darah di paru-paru
adalah sekitar 8-9 jam perhari. Lamanya mudah bocor serta akan merusak makrofag
aktivitas kerja diluar tersebut membuat yang merupakan sel yang dapat memfagosit
partisipan sering terpapar oleh debu dan bakteri patogen.14
asap di lingkungan mereka bekerja yang Riwayat pengobatan terdahulu pada
dapat menyebabkan terjadinya kekambuhan partisipan dapat menjadikan salah satu
TB Paru. Seperti penelitian Wahyuni resiko penyebab kekambuhan TB Paru,
mengungkapkan aktivitas yang rentan apabila pengobatan yang dilakukan tidak
terpapar oleh asap dan debu serta lamanya tuntas. Pada umumnya pemberian obat anti
paparan akan mempengaruhi saluran tuberculosis diberikan dalam waktu 6 bulan
pernapasan sehingga akan lebih mudah dan harus diminum secara teratur.
terpapar kembali oleh kuman TB. Aktivitas Pemberian obat secara teratur dalam waktu 6
yang tinggi dan jenis pekerjaan yang bulan tersebut harus dituntaskan agar kuman
tergolong pekerjaan berat mempengaruhi TB menjadi negative. Jika penderita tidak
terjadinya kekambuhan TB paru karena teratur dalam meminum obat maka akan
dapat menurunkan daya tahan tubuh pasien.5 menyebabkan resiko terjadinya resistensi
Tidak hanya riwayat kontak dengan obat oleh kuman TB. Sehingga penderita
penderita TB Paru yang dapat menyebabkan mengalami kekambuhan TB Paru dan juga
kekambuhan. Lingkungan sekitar partisipan dapat mengalami resistensi obat TB.

4
Sejalan dengan penelitian yang seolah tampak sembuh. Dengan adanya cara
dilakukan oleh Sianturi menyatakan pengobatan pada masa kini (metode DOTS)
seseorang yang tidak teratur minum obat yang menggunakan paduan beberapa obat,
43,46 kali berisiko untuk mengalami pada umumnya pasien tuberkulosis berhasil
kekambuhan TB paru dibandingkan dengan disembuhkan secara baik dalam waktu 6
yang teratur minum obat.6 Menurut bulan. Kegagalan menyelesaikan program
Rohmad, penderita TB paru berisiko masa pengobatan suatu kategori merupakan
kambuh karena riwayat minum obat tidak penyebab dari kekambuhan TB.16
teratur sebesar 2,27 kali dibandingkan Kepatuhan dan penyelesaian pengobatan
dengan penderita yang teratur meminum sangat penting dalam rangka meningkatkan
obat.10 penanggulangan TB. Pengobatan kasus
Ada beberapa kemungkinan gagal dengan tingkat kegagalan 45,2%
penyebab pasien mengalami kegagalan sangat menunjukkan resistensi obat multi
pengobatan. Salah satu faktor yang (MDR).17
menyebabkan ketidakpatuhan penderita Dua dari lima partisipan dalam
terhadap pengobatan adalah adanya kejadian penelitian ini memang sudah menderita
mengalami efek samping obat saat Diabetes Melitus dari sebelum terkena TB
pengobatan. Jenis efek samping OAT (Obat Paru. Biasanya dalam beberapa kasus TB
Anti Tuberkulosis) yang terjadi dalam Paru dengan disertai DM dapat
pengobatan TB paru ada dua jenis yaitu efek meningkatkan resiko terjadinya kekambuhan
samping ringan dan efek samping berat TB Paru. Karena gangguan imun yang
OAT. Jenis efek samping ringan OAT yang terjadi pada penderita DM dapat
terjadi sebagian besar berupa rasa menyebabkan reaktivasi kuman TB.
kesemutan, kemudian diikuti oleh mual dan Pasien TB dengan Diabetes Melitus
tidak nafsu makan serta nyeri. Untuk jenis (DM) akan cenderung untuk menjadi relaps.
efek samping berat OAT yang terjadi DM dapat meningkatkan resiko TB Paru
sebagian besar berupa gatal dan kemerahan laten menjadi TB Paru aktif. Hal tersebut
kulit, gangguan penglihatan dan gangguan diduga akibat adanya gangguan sistem imun
keseimbangan serta ikterus tanpa penyebab. pada penderita DM. Paru-paru pada
Setiap jenis efek samping baik ringan penderita DM mengalami perubahan-
ataupun berat yang timbul dapat perubahan patologi seperti kerusakan epitel
mengganggu kehidupan penderita sehingga pernapasan, motilitas silia, dan gangguan
akhirnya dapat menyebabkan putusnya dari sel-sel imun pada paru yang secara
berobat dan dapat meningkatkan risiko normal berfungsi sebagai pertahanan
kekambuhan TB paru.4 Hal serupa juga terhadap infeksi bakteri TB. Penderita TB
diungkapkan oleh Daryatno yang dengan DM juga memiliki risiko
menyatakan bahwa alasan mengapa peningkatan terjadinya kekambuhan setelah
penderita minum obat tidak teratur adalah pengobatan selesai.4
karena adanya efek samping setelah minum Pada DM terjadi Hiperglikemia yang
obat serta penderita juga merasa sudah dapat menyebabkan menurunnya aktifitas
membaik sehingga penderita menghentikan sel fagosit untuk membunuh
pengobatannya.15 mikroorganisme dalam leukosit. TB paru
Pengobatan yang tidak memadai pada DM cenderung lebih berat dan kronis
akan mengakibatkan bertambahnya dibandingkan dengan penderita TB paru non
kemungkinan kekambuhan, beberapa bulan DM. Hal ini dikarenakan kepekaan terhadap
hingga beberapa tahun mendatang setelah kuman TB meningkat, menyebabkan

5
reaktivitas fokus infeksi yang lama sehingga lingkungan sekitar juga dapat mengganggu
mempunyai kecenderungan lebih banyak pertahanan jalan napas yang dapat
kavitas pada hapusan serta kultur sputum menyebabkan kekambuhan TB Paru.
lebih banyak yang positif.9 Riwayat pengobatan juga penting
Kuman yang dormant pada untuk dilihat. Kegagalan menyelesaikan
tuberkulosis primer akan muncul bertahun- masa pengobatan merupakan penyebab dari
tahun kemudian sebagai infeksi endogen kekambuhan TB Paru karena jika
menjadi tuberkulosis dewasa (TB sekunder). pengobatan tidak tuntas sesuai prosedur
Tuberkulosis sekunder dapat terjadi karena pengobatan maka pembasmian kuman TB
imunitas menurun seperti diakibatkan juga tidak tuntas dan menyebabkan kuman
malnutrisi, alkohol, penyakit maligna, dapat perkembang kembali.
AIDS, gagal ginjal serta diabetes.16 Penderita TB Paru dengan diebetes
Sehingga penyakit penyerta seperti diabetes juga memungkinkan mengalami
dapat menyebabkan terjadinya kekambuhan kekambuhan karena pada diabetes terjadi
TB Paru. hiperglikemia yang dapat menyebabkan
menurunnya aktifitas sel fagosit untuk
PENUTUP membunuh mikroorganisme dalam leukosit.
Kesimpulan Saran
Hasil penelitian mengenai analisis Bagi institusi pendidikan penelitian ini
faktor kejadian kekambuhan TB Paru yakni, diharapkan dapat menambah pengetahuan
usia lanjut (>50 tahun) dan jenis kelamin khususnnya mengenai faktor resiko yang
laki-laki dapat memungkinkan terjadinya mempengaruhi terjadinya kekambuhan TB
kekambuhan TB Paru. Dikarenakan paru.
ketahanan tubuh mulai menurun setelah Bagi masyarakat diharapkan dapat
umur 45 tahun sehingga rentan terkena mengetahui faktor resiko yang berhubungan
penyakit. Interaksi sosial dan aktivitas kerja dengan kekambuhan penyakit TB paru dan
yang tinggi dibandingkan perempuan yang untuk pencegahan agar terhindar dari
mungkin menyebabkan meningkatnya kekambuhan TB paru.
kemungkinan untuk kambuh pada laki-laki Bagi puskesmas Bagi Puskesmas
lebih tinggi. diharapkan untuk lebih aktif memberikan
Kurangnya penyuluhan kesehatan penyuluhan kesehatan mengenai pencegahan
tentang TB Paru serta kekambuhan TB Paru penularan dan pengobatan TB Paru serta
dari petugas kesehatan menyebabkan pencegahan kekambuhan TB Paru untuk
kurangnya informasi mengenai penyakit TB mengurangi angka kejadian kekambuhan TB
paru. Pengetahuan yang rendah akan TB Paru.
Paru menyebabkan kurangnya pengertian Bagi Peneliti Selanjutnya penelitian ini
pengetahuan penderita terhadap penyakit diharapkan dapat membantu dan
serta bahaya dari penyakit tersebut. mempermudah peneliti lain dalam
Kuman TBC (Mycobacterium melakukan penelitian mengenai faktor
tuberculosis) dapat ditularkan melalui resiko yang mempengaruhi terjadinya
inhalasi lewat batuk, bersin maupun saat kekambuhan TB paru. Saran untuk
berbicara (droplet infection). Sehingga penelitian berikutnya adalah agar mencoba
penderita tuberkulosis paru yang tinggal untuk memperbesar sampel sehingga hasil
serumah atau sering berkontak dengan penelitian dapat digeneralisasikan.
penderita tuberkulosis lain dapat berisiko
kambuh. Paparan asap rokok dari

6
DAFTAR PUSTAKA 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat
1. Saputra, L. (2013). Sinopsis Organ Kedokteran Komunitas Fakultas
System Pulmonologi: Pendekatan Kedokteran Universitas Riau.
dengan 10. Rohmad. (2012). Faktor Risiko
Sistem Terpadu dan disertai Kumpulan Terjadinya Relapse Pada Penderita
Kasus Klinik. Pamulang: Karisma Tuberkulosis Paru di Balai Besar
Publishing Group. Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)
2. Burhan, E. (2010). Tuberkulosis Multi Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan
Drug Resistance (TB-MDR). Majalah Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kedokteran Indonesia , Volum:60, 11. Rusnoto. 2007. Faktor-Faktor yang
Nomor: 12. Berhubungan Dengan Kejadian TB Paru
3. Wibowo, A. (2014). Kesehatan Pada Usia Dewasa (Studi Kasus di Balai
Masyarakat di Indonesia: Konsep, Pencegahan dan Pengobatan Penyakit
Aplikasi dan Tantangan. Jakarta: Paru Pati). [Tesis ]. Semarang:
Rajawali Pers. Universitas Diponegoro.
4. Fitri, W. S., Munir, S. M., & Suyanto. 12. Versitaria, H.U., dan Kusnoputranto, H.
(2014). Karakteristik Penderita (2011). Tuberkulosis Paru di
Tuberkulosis Paru Relaps yang Berobat Palembang, Sumatera Selatan. Jurnal
di Poliklinik Paru Rumah Sakit Umum Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol 5,
Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau No. 5: 234-240.
Tahun 2012-2013. JOM FK , Vol. 2 No. 13. Supriyo., Baequny, A., Hidayati, S.,
2. Hartono, M., & Harnany, A. S. (2013).
5. Batista, J. d., Albuquerque, M. d., Pengaruh Perilaku dan Status Gizi
Ximenes, R. A., & Rodrigues, L. C. terhadap Kejadian TB Paru Di Kota
(2008). Smoking increases the risk of Pekalongan. Prodi Keperawatan
relapse after successful tuberculosis Pekalongan, Politeknik Kesehatan
treatment. International Journal of Kemenkes Semarang.
Epidemiology , 841-851. 14. Susanti, D., Kountul, C. & Buntuan, V.
6. Sianturi, R. (2013). Analisis Faktor (2013). Pemeriksaan basil tahan asam
Yang Berhubungan Dengan (BTA) pada sputum penderita batuk ≥2
Kekambuhan TB Paru. Skripsi. minggu di Poliklinik Penyakit Dalam
Semarang: Universitas Negeri BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou
Semarang. Manado. Jurnal e-Clinic, Vol.1, No.1,
7. Lestari, T. (2014). Kumpulan Teori Maret 2013.
Untuk Kajian Pustaka Penelitian 15. Daryatno, T. (2002). Faktor-Faktor
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. yang Mempengaruhi Kekambuhan
8. Yolanda, S. (2009). Karakteristik Tuberkulosis Paru Strategi DOTS di
Penderita TB Paru Relapse yang Puskesmas dan BP4 di Surakarta dan
Berobat di Balai Pengobatan Penyakit Wilayah Sekitarnya. Tesis, Universitas
Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000- Diponegoro Semarang.
2007. Skripsi. Medan. Universitas 16. Sudoyo, A. W., Bambang, S., Alwi, I.,
Sumatera Utara. Simadibrata, K. M., Setiati, S. (2009).
9. Wahyuni, Y., Saad, A., & Suyanto. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: jilid
(2013). Analisis Kualitatif Kejadian III, edisi V. Jakarta: InternalPublishing.
Relaps Tuberkulosis Paru di Puskesmas 17. Dolma, K. G., Adhikari, L., Dadul, P.,
Sidomulyo Pekanbaru Tahun 2011- Laden, T., Singhi, L., & Mahanta, J.

7
(2013). A Study on the assessment of
retreatment tuberculosis patients
attending the DOTS centre in sikkim,
india from 2002-2010. Research
Journal of Infectious Diseases.

Anda mungkin juga menyukai