4712 11318 1 SM PDF
4712 11318 1 SM PDF
PUSTAKAWAN AKADEMIK
SEBAGAI MITRA RISET DI PERGURUAN TINGGI
Abstract
This paper deals with the role of academic librarians in higher education program. The focus of
the study is to explain the roles of academic librarians as research partner in the higher education
programs. Based on the analysis of the literatures, it was found that academic librarians have a
strategic role in successing the research program. There are three main roles of academic librarians
in the research activities, that are providing information research services, conducting research skills
training, and assisting academic members in publishing and disseminating the research findings.
Furthermore, the Librarians serve and assist the researchers individually in performing the research
activities, as well as arrange and implement programs in groups or classes program in teaching
research skills through information literacy program. Through the teaching of information literacy,
the academicians are provided the ability to identify the sources of information, the ability to search
information, and the ability to manage the citations.
Abstrak
Tulisam ini berkaitan dengan peran pustakawan akademik sebagai mitra atau partner dalam
penyelenggaraan program riset di perguruan tinggi. Berdasarkan analisis terhadap literatur,
ditemukan bahwa pustakawan akademik memiliki peran yang strategis dalam kesuksesan program
riset . Secara umum peran pustakawan akademik dalam kegiatan riset ditunjukan pada perannya
dalam memberikan konsultasi riset, melaksanakan program pengajaran kemampuan riset, dan
membantu dalam penerbitan dan penyebarluasan hasil-hasil riset. Pustakawan tidak hanya
melayani dan mendampingi peneliti secara individual dalam melakukan kegiatan riset, tetapi juga
merencanakan dan melaksanakan program-program secara kelompok atau program-program kelas
dalam memberikan pengajaran kemampuan riset melalui program pendidikan literasi informasi
bagi para sivitas akademika. Melalui pengajaran literasi informasi, para sivitas akademika dibekali
kemampuan mengenali sumber-sumber informasi, kemampuan menelusur informasi, dan mengelola
sitasi.
Kata kunci: perpustakaan universitas, pustakawan akademik, konsultan riset, literasi informasi,
penerbitan karya ilmiah
A. PENDAHULUAN
Salah satu tugas utama suatu perguruan melakukan berbagai kegiatan riset yang
tinggi adalah memproduksi ilmu pengetahuan hasilnya dapat berguna tidak hanya untuk
(knowledge production). Keberadaan kepentingan keilmuan, tetapi juga untuk
perguruan tinggi diharapkan mampu kepentingan kemanusiaan.
memberikan kontribusi dalam menghasilkan Untuk memperkuat fungsi riset perguruan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan, tinggi, pemerintah kemudian menggabungkan
temuan serta inovasi yang berguna bagi pendidikan tinggi dalam Kementerian Riset
kehidupan masyarakat dan bangsa. Para dan Teknologi. Oleh banyak kalangan,
sivitas akademika, karenanya, didorong untuk
29
Ulpah Andayani Pustakawan Akademik Sebagai Mitra Riset di Perguruan Tinggi
dimasukannya pendidikan tinggi dalam suatu masyarakat. Oleh karena itu pustakawan di
kementerian sehingga menjadi Kementerian lingkungan perguruan tinggi harus mampu
RisTek dan Dikti dinilai sangat tepat. Melalui bekerja sama dengan masyarakat akademik
penggabungan ini diharapkan perguruan seperti dosen, mahasiswa, dan staf universitas
tinggi benar-benar menjadi basis riset lainnya demi tercapainya tujuan pergruruan
nasional, dan menjadi instrumen penting tinggi yang bersangkutan.
dalam kemajuan dan kesejahteraan bangsa Selain harus memahami sistem sosial
(Pratomo, 2014; Haryadi, 2014). Selain itu, tempat bekerja, pustakawan juga dituntut
penggabungan ini juga dapat mempercepat untuk memahami lingkungan tugas sebagai
kebijakan pendidikan nasional menuju pustakawan. Pustakawan sebagai seorang
terwujudnya perguruan tinggi atau universitas profesional di bidang perpustakaan dan
berbasis riset, atau dikenal dengan universitas informasi dihadapkan dengan perubahan yang
riset (research university). terjadi di lingkungan tugasnya. Perkembangan
Untuk mewujudkan visi riset perguruan teknologi komunikasi dan informasi (TIK)
tinggi, keterlibatan semua komponen telah membawa pengaruh yang siginifikan
pendidikan tinggi dan peran aktif dari segenap di bidang perpustakaan. Selain mengubah
masyarakat kampus merupakan suatu paradigma kepustakawanan, perkembangan
keharusan. Selain tersedianya anggaran yang TIK juga berpengaruh terhadap tata kelola
cukup dan fasilitas serta infrastruktur yang dan penyelenggaraan perpustakaan.
memadai untuk kegiatan riset, kerjasama Perubahan ini juga menuntut perpustakaan,
dan kemitraan merupakan pondasi bagi terutama perpustakaan perguruan tinggi
keberlangsungan program riset di perguruan untuk menata kembali perannya di tengah-
tinggi. Dalam hal ini, perpustakaan dan tengah masyarakat, baik masyarakat kampus
pustakawan merupakan bagian penting maupun masyarakat secara lebih luas. Siregar
dalam kegiatan riset perguruan tinggi. Selain (2008) menekankan pentingnya perpustakaan-
ketersediaan sumber-sumber informasi atau perpustakaan akademik melakukan re-
literature di perpustakaan, para pustakawan orientasi fungsi dengan mempertimbangkan
akademik juga harus didorong untuk penataan lingkungan perpustakaan yang
memainkan peran yang strategisnya sebagai lebih disenangi oleh para mahasiswa, serta
mitra atau partner dalam kegiatan riset para mengoptimalkan para dosen sebagai sumber
sivitas akademika perguruan tinggi. daya utama dalam melayani para mahasiswa
Makalah ini dimaksudkan untuk dengan cara memperkaya akses informasi
memberikan penjelasan mengenai peran guna meningkatkan produktifitas para dosen
pustakawan akademik sebagai mitra riset dalam menghasilkan karya-karya ilmiah.
sivitas akademika perguruan tinggi. Selain itu, perpustakaan akademik juga
didorong untuk dapat mempublikasi hasil-
hasil riset para sivitas melalui media yang
B. PEMBAHASAN dapat menjangkau masyarakat secara luas.
1. Perubahan Peran Pustakawan Selain secara kelembagaan, perubahan
Akademik tersebut juga berpengaruh terhadap peran
pustakawan pada level individu. Dalam salah
Secara umum, yang dimaksud dengan
satu tulisan tentang peran pustakawan, Also
pustakawan akademik adalah para pustakawan
dkk (2007) mengidentifikasi pentingnya
yang bekerja di perpustakaan perguruan
pustakawan akademik untuk berperan
tinggi. Tanggung jawab atau peran utama
lebih aktif dan menjalin hubungan dengan
pustakawan akademik adalah mendukung
pihak-pihak lain pada tingkat universitas.
terselenggaranya berbagai kegiatan akademik
Pustakawan akademik harus mampu
perguruan tinggi. Dalam konteks Indonesia,
menunjukkan eksistensinya di tengah-tengah
kegiatan akademik tersebut tercantum
masyarakat kampus lainnya.
dalam program Tri Dharma perguruan
tinggi yaitu mencakup kegiatan pendidikan Berkaitan dengan perubahan peran ini,
dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian dalam hal ini suatu kutipan dari Rice-Lively
30
Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 29-40
and Racine (1997) menarik untuk dicermati. umum atau wawasan ilmu pengetahuan,
Dalam salah satu tulisannya yang berjudul (2) pengetahuan tentang perpustakaan,
The Role of Academic Librarian in the Era (2) pengetahuan tentang riset, dan (4)
of Information Technology, Rice-Lively pengetahuan tentang teknologi.
and Racine (1997) mengemukakan bahwa Sementara secara khusus Kumar (2007)
“the function of the librarian seemed to menegaskan bahwa kemajuan di bidang
be evolving from the keeper of the books TIK mengharuskan pustakawan akademik
to that of network navigator”. Kutipan untuk mengikuti perubahan yang terjadi,
ini menunjukkan adanya perubahan peran dan menyesuaikan peran dengan perubahan
pustakawan akibat terjadinya perubahan tersebut dalam rangka memberikan layanan
lingkungan tugas. Pustakawan akademik, perpustakaan yang berorientasi pada
menurut Rice-Lively and Racine (1997), telah pemanfaatan teknologi. Untuk menjalankan
mengalami perubahan peran dari seorang peran di era teknologi, pustakawan
penjaga buku menjadi seorang navigator akademik harus (1) menguasai teknologi
jaringan (network navigator). Perkembangan yang diterapkan di perpustakaan, (2) dapat
teknologi informasi telah menyebabkan membantu pemustaka dalam mendapatkan
produksi informasi berlimpah ruah, dan informasi yang diperlukan, (3) memiliki
tersebar dalam berbagai pangkalan data pengetahuan berkaitan dengan manajemen
yang satu dengan lainnya terhubung dalam informasi digital, (4) beradaptasi dengan
suatu jaringan global. Oleh karena itu, berbagai perubahan perkembangan teknologi
pustakawan akademik tidak lagi terbatas pada (Kumar, 2009).
menyediakan bahan-bahan yang diperlukan
pemustaka dan secara pasif menunggu
dan melayani kebutuhan informasi para 2. Peran Pustakawan dalam Riset di
pemustaka, akan tetapi harus secara proaktif Perguruan Tinggi
mengarahkan pemustaka pada sumber- Salah satu peran penting yang harus
sumber informasi yang secara potensial dilakukan oleh pustakawan akademik adalah
relevan dengan kebutuhannya. sebagai mitra atau partner dalam kegiatan
Tentu saja untuk menjalankan peran riset di perguruan tinggi. Riset sebagai suatu
tersebut, pustakawan akademik sebagai karakteristik utama suatu perguruan tinggi
profesional informasi dituntut untuk perlu mendapatkan penguatan dari seluruh
memiliki kualifikasi dan kompetensi komponen universitas, tidak terkecuali
di bidang perpustakaan. Kualifikasi pustakawan. Tentu saja, penguatan ini akan
berkaitan dengan latar belakang dan sangat beragam tergantung dari kapasitas dan
tingkat pendidikan pustakawan, sedangkan kapabilitas masing-masing dari masyarakat
kompetensi menyangkut kemampuan kampus. Tugas pimpinan universitas
seorang pustakawan dalam melaksanakan adalah menyediakan anggaran dan fasilitas
tugas-tugas kepustakawanan di perguruan lainnya yang mendukung terselenggaranya
tinggi. Latar belakang dan tingkat pendidikan riset di perguruan tinggi. Sedangkan staf
seorang pustakawan memiliki pengaruh administrasi diharapkan dapat memfasilitasi
yang besar dalam pelaksanaan tugas-tugas penyelenggaraan riset secara administrasi
kepustakawanan. Demikian juga kompetensi, sehingga para peneliti tidak terbebani dengan
pustakawan akan dapat bekerja secara efektif berbagai persoalan administrasi yang secara
dan efisien apabila didukung oleh kompetensi substantif tidak berkaitan dengan kegiatan
yang sesuai dengan pekerjaan yang menjadi riset. Bagaimana halnya dengan para
tanggung jawabnya. pustakawan ?
Dalam kaitannya dengan kompetensi Menurut Kennedy & Brancolini (2012),
pustakawan akademik, Farmer (2007) pustakawan akademik harus mampu
menekankan pentingnya pustakawan bekerjasama dengan para sivitas akademika,
akademik untuk memiliki empat kemampuan baik dosen maupun mahasiswa dalam
fundamental, yaitu (1) pengetahuan secara berbagai kegiatan penelitian. Salah satu tugas
utama pustakawan akademik adalah menjamin
31
Ulpah Andayani Pustakawan Akademik Sebagai Mitra Riset di Perguruan Tinggi
Salah satu tugas utama perpustakaan ak- Selain memberikan informasi untuk
ademik adalah menjamin terselenggaranya keperluan riset, pustakawan akademik juga
kegiatan riset di perguruan tinggi. Untuk berperan dalam pemberian pengajaran
menjalankan tugas tersebut, pustakawan ak- kepada sivitas akademika kemampuan-
ademik harus dapat melayani para sivitas kemampuan yang diperlukan dalam kegiatan
akademika, terutama untuk keperluan riset. riset. Banyak perpustakaan-perpustakaan
Jaguszewski dan Williams (2013) dalam pem- perguruan tinggi yang telah melakukan peran
bahasannya tentang liaison librarian menge- ini dalam bentuk pemberian kemampuan riset
mukakan beberapa peran penting pustakawan berbasis perpustakaan atau library research
akadamik dalam kegiatan riset di perguruan skills. Program ini menjadi tanggung jawab
tinggi. Menurutnya, pustakawan akademik dan tugas dari pustakawan akademik.
harus dapat berperan sebagai konsultan riset Jaguszewski dan Williams (2013)
(research consultant). Melalui layanan refe- menekankan pentingnya program pengajaran
rensi (reference desk service), pustakawan kemampuan riset (research skill) bagi
akademik melayani para peneliti baik dari para sivitas akademika yang dilakukan
kalangan mahasiswa maupun dosen untuk oleh pustakawan akademik. Pustakawan
mendapatkan sumber-sumber informasi yang akademik dituntut untuk dapat merencanakan
diperlukan, dan atau membimbing mereka da- dan menyelenggarakan program pendidikan
lam menggunakan perangkat teknologi dalam literasi informasi (information literacy)
menelusur informasi seperti database online, yang diarahkan memberikan bekal
jurnal elektronik, dan lain-lain. kemampuan bagi para sivitas akademika
Ballmer (2016) menyebutkan beberapa hal dalam melakukan riset. Selanjutnya, Ballmer
yang harus dilakukan pustakawan akademik (2016) menyebutkan bahwa tiga hal yang
dalam memberikan layanan informasi riset, harus dilakukan pustakawan akademik
yaitu meliputi : berkenaan dengan pengarajaran informasi
untuk keperluan riset, yaitu (1) memberikan
a Membantu pemustaka menemukan bahan- orientasi perpustakaan, (2) mengajarkan
bahan atau sumber-sumber informasi yang kemampuan spesifik mengenai teknik dan
diperlukan, dan menawarkan bimbingan alat riset, dan (3) mengajarkan kemampuan
32
Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 29-40
literasi riset dan informasi sekunder, dan tersier kini telah banyak
Berkaitan dengan pengajaran kemampuan diterbitkan dalam bentuk elektronik, dan
riset, beberapa kemampuan dasar yang karenanya penguasaan terhadap sumber-
penting diberikan kepada para sivitas sumber elektronik akan sangat membantu
akademika antara lain adalah sebagai berikut; peneliti dalam melakukan kegiatan riset.
Secara umum, terdapat sumber-sumber
a. Kemampuan mengenali sumber- informasi elektronik yang menyediakan
sumber informasi informasi secara fulltext dan yang hanya
Kegiatan riset memerlukan dukungan menyediakan sumber informasi bibliografi.
sumber-sumber informasi atau literatur Di era teknologi, sumber-sumber informasi
yang memadai. Sumber-sumber informasi yang memuat informasi secara fulteks
diperlukan sebagai dasar untuk memahami tersimpan dalam suatu database yang dapat
topik yang menjadi bahan kajian, dan untuk diakses secara online. Terdapat database yang
melihat hasil-hasil kajian atau penelitian yang menyediakan akses secara bebas atau gratis,
sudah dilakukan oleh orang lain berkenaan dan akses berbayar. Di antara database yang
dengan topik. Pustakawan akademik, oleh menyediakan akses secara fulteks adalah
karenanya, harus mampu mengajarkan kepada ScienceDirect, SpringerLink, Cengage, J-Stor,
para sivitas akademika berkenaan dengan Emerald, dan lain-lain.
jenis-jenis dan bentuk-bentuk sumber-sumber
informasi yang relevan dengan riset yang Figur 1
Database Full text Emerald
sedang dilakukannya.
Dilihat dari karakteristik atau sifat
informasi, misalnya, sumber-sumber
informasi dapat dibedakan ke dalam sumber
informasi primer, skunder, dan tertier.
Masing-masing jenis sumber informasi ini
memiliki fungsi yang berbeda dalam kegiatan
riset. Untuk memperoleh pemahaman
awal mengenai suatu topik, peneliti dapat Sumber : http://www.emeraldinsight.com/
menggunakan sumber informasi sekunder
seperti buku teks, dan ensiklopedia. Akan
tetapi, untuk keperluan literature review,
Selain database yang menyediakan
seorang peneliti memerlukan sumber-sumber
akses fulteks, terdapat juga database yang
informasi primer seperti jurnal ilmiah atau
menyediakan akses pada level data bibliografi
refereed journal, laporan teknis, dan lain-lain.
atau bibliographic databases. Bibliographic
Selain itu, peneliti juga memerlukan sumber
database merupakan database yang berisi
informasi bibliografi atau sumber tersier
informasi mengenai cantuman deskriptif
untuk mendapatkan sumber primer atau
tentang buku, artikel jurnal, prosiding, dam
sumber sekunder seperti bibliografi.
koleksi audio-visual. Termasuk dalam jenis
Selain memahami karakteristik terbitan ini adalah katalog perpustakaan seperti
atau sumber informasi, peneliti juga harus katalog OCLC atau WolrdCat dan OneSearch
menguasai bentuk-bentuk terbitan, terutama Gate, atau database jurnal seperti ISI
dalam bentuk elektronik. Hal ini karena Web of Knowledge, Scopus, dan lain-lain.
dewasa ini sumber-sumber informasi tersebut Untuk subyek yang spesifik, terdapat Index
telah diterbitkan dalam bentuk elektronik Islamicus, Anthropological Index Online, dan
seperti e-book, ejournals, dan online database. Index to the Study of Religious.
Pengetahuan dan penguasaan seseorang
terhadap sumber-sumber informasi elektronik
sangat membantu dalam mendapatkan
informasi yang diperlukan untuk kegiatan
riset. Sumber-sumber informasi primer,
33
Ulpah Andayani Pustakawan Akademik Sebagai Mitra Riset di Perguruan Tinggi
Figur 2
Database Bibliografis WorldCat
yang akan menghasilkan riset ilmiah yang
reliable dan handal.
Dalam kaitannya dengan kemampuan
menelusur dan menemukan informasi yang
diperlukan untuk kegiatan riset, pustakawan
akademik perlu mengenalkan dua aspek
penting, yaitu (1) mengenalkan alat sumber-
sumber informasi, dan (2) mengenalkan
strategi penelusuran terhadap sumber
Sumber : https://www.worldcat.org/ informasi.
1) Pengenalan tehadap Alat Penelusuran
Informasi
b. Kemampuan Penelusuran Informasi
Dalam kegiatan penelusuran informasi
Salah satu kemampuan riset (research skill) , seorang peneliti juga perlu menguasai
yang penting diberikan kepada para sivitas alat penelusuran yang akan digunakan
akademika adalah kemampuan menelusur untuk mendapatkan sumber informasi yang
dan menemukan informasi yang diperlukan diperlukan. Alat penelusuran dimaksud adalah
untuk kegiatan riset. Seorang peneliti sarana yang digunakan untuk menelusur atau
memerlukan dukungan literatur yang cukup menemukan informasi yang diperlukan. Di
untuk membahas topik yang dikaji. Selain itu perpustakaan, alat-alat penelusuran informasi
mereke juga memerlukan literatur berkenaan tersebut berupa katalog, bibliografi, dan
dengan hasil-hasil riset sebelumnya (literature indeks. Sedangkan, di website atau sumber
review). Untuk mendapatkan literatur informasi dalam jaringan internet, alat telusur
yang diperlukannya, seorang peneliti harus tersebut berupa search engine dan directory.
memiliki kemampuan penelusuran informasi.
Banyaknya informasi yang tersedia
Pustakawan akademik, dalam hal ini, dituntut
internet tersebut memerlukan keahlian di
untuk berperan memberikan pengajaran
dalam menelusurnya. Beberapa perusahaan
informasi berkenaan dengan teknik dan
komersial kemudian menjadikan hal ini
strategi penelusuran, serta menjelaskan
sebagai peluang untuk menciptakaan mesin
sumber-sumber informasi yang secara
pencari informasi yang disebut search
potensial dapat digunakan dalam penelitian.
engine. Melalui search engine, kumpulan
Kemampuan menelusur informasi ini informasi tersebut ditata atau diindeks
menjadi semakin penting di era teknologi. sedemikian rupa sehingga membentuk
Di era ini, produksi informasi dan kategori tertentu yang dapat memudahkan
penerbitan berlangsung dengan sangat para pemakai dalam menelusurnya. Tujuan
cepat dan jumlahnya dangat masif. Dari search engine adalah untuk mempermudah
aspek penerbitan, perkembangan dalam pengguna dalam melakukan pencarian suatu
dunia publishing telah mendorong publikasi informasi di internet. Program search engine
elektronik dan digital yang dapat diakses merupakan program yang menyaring berjuta-
secara online. Ketersediaan digital resources juta halaman situs yang tersimpan diindex
ini harus diikuti oleh kemampuan mengakses untuk dicari kesamaan dari pencarian dan
dan menelusur sumber online yang dapat mengurutkannya dalam urutan yag kira-kira
didaya gunakan untuk melakukan riset-riset relevan dengan kata kunci deskripsi. Di antara
akademik. Menurut Marchionini (1998) serach engine yang sangat bermanfaat bagi
strategi penelusuran sumber-sumber online peneliti adalah Google Scholar atau Google
akan membantu didalam menemukan Cendekia.
ketepatan sumber informasi didalam
online databases. Keahlian menelusur
akan memperkaya peneliti dengan literatur
ilmiah dalam berbagai sumber (buku,
jurnal,majalah,prosiding, database elektronik)
34
Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 29-40
artikel yang dimuat yang dapat diakses secara Skema tersebut menggambarkan bahwa
gratis atau free. proses penelusuran dimulai ketika seorang
Figur 5
peneliti menyadari adanya kebutuhan
Alat Penelusuran Directory of Open Access Journals informasi. Kebutuhan informasi tersebut
berkaitan dengan keterbatasan peneliti dalam
memahami topik penelitian, baik secara
konseptual maupun dalam mendapatkan
literatur yang berkaitan. Untuk mendapatkan
literatur yang benar-benar relevan dengan
kebutuhan tersebut. Pustakawan akademik
terutama pustakawan referens dapat berperan
mendampingin peneliti dengan melakukan
wawancara referens (reference interview)
untuk memastikan kebutuh informasi
2) Penggunaan Alat dan Strategi Penelusuran peneliti. Dalam tahap ini, beberapa konsep
kunci (key concepts) dan konsep yang
Setelah menentukan alat penelusuran
relevan diidentifikasi untuk menggambarkan
yang digunakan, langkah selanjutnya adalah
kebutuhan informasi.
merumuskan strategi penelusuran. Dalam
tahap ini, menurut Marchionini (1998), Langkah selanjutnya adalah menentukan
terdapat beberapa konsep yang perlu dipahami sumber informasi yang akan digunakan
oleh seorang peneliti, yaitu mencakup sebagai untuk mencari informasi. Dalam tahap ini,
berikut : pustakawan akademik dapat membantu peneliti
dalam menggunakan sarana penelusuran
a) Kemampuan mendefenisikan dan seperti katalog, indeks, atau menggunakan
memahami masalah penelitian dengan pangkalan data (database) untuk menemukan
merumuskan konsep - konsep kunci (key informasi yang diperlukan tersebut. Setelah
concepts) dan konsep-konsep yang menentukan sumber informasi atau system
35
Ulpah Andayani Pustakawan Akademik Sebagai Mitra Riset di Perguruan Tinggi
36
Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 29-40
37
Ulpah Andayani Pustakawan Akademik Sebagai Mitra Riset di Perguruan Tinggi
umumnya mencakup, bagian: (1) judul, ilmuwan (Wust, 2006; Palmer, 2008
(2) nama penulis, (3) abstrak dan kata- ; Duranceau, 2008; Crawford, 2011),
kata kunci, (4) pendahuluan, (5) isi (6) atau untuk peningkatan kinerja
penutup atau rangkuman, dan (7) daftar lembaga / universitas (Johnson, 2002;
rujukan/pustaka. Bailey, 2008), open access repository
Berikut ini adalah contoh format ini diharapkan dapat meningkatkan
dan gaya penulisan beberapa jurnal kualitas pembelajaran dan penelitian
ilmiah. Untuk format artikel jurnal yang yang dilakukan oleh para sivitas
diindeks oleh ISI, format artikel terdiri akademika (McCord, 2003).
dari aspek-aspek sebagai berikut : Dalam kerangka penyebarluasab
1) Project title hasil-hasil penelitian melalui sistem
2) Abstract institutional repository, menurut Bailey
3) Introduction (2008) pustakawan akademik terutama
4) Methods pustakawan referens memiliki peran
5) Results and Discussion sebagai berikut :
6) Conclusioins and Future Conside-ration 1) Merumuskan kebijakan dan
Rincian dari masing-masing aspek prosedur pengembangan repsoitori
dapat dilihat lebih lanjut pada template 2) Memberi masukan dalam
artikel riset ISI. Untuk jurnal-jurnal pengembangan interface sistem
bidang teknologi yang tergabung dalam repositori
IEEE dapat dilihat pada IEEE.org. 3) Membantu dalam identifikasi
kegiatan self-archiving
4) Mempromosikan repositori di
c. Penyebarluasan Hasil Penelitian dalam kalangan sivitas akademika
Institutional Repositories 5) Menjelaskan tentang kebijakan
Selain dalam proses riset, lisensi penerbitan (Creative
pustakawan akademik mitra riset Commons Licensing)
memiliki peran dalam penyebarluasan 6) Membantu dalam proses deposit
hasil-hasil penelitian dalam repository 7) Melakukan verifikasi terhadap
universitas. Repositori universitas atau metadata repositori
sering disebut dengan institutional 8) Memberikan pelatihan penggunaan
repositories merupakan koleksi digital sistem repositori
yang menyimpan hasil karya intelektual 9) Membantu dalam pemanfaatan
dari satu atau beberapa masyarakat repsoitori
universitas (Crow, 2002; Lynch, 2003). Uraian tersebut menunjukkan
Koleksi-koleksi digital yang dapat bahwa pustakawan akademik memiliki
dikelola dalam Institutional Repository peran yang strategis dalam kegiatan
tersebut menurut Bailey (2008) dan riset di perguruan tinggi. Mulai dari
Crawford (2011), mencakup beragam tahap persiapan riset, pelaksanaan
jenis yang dihasilkan oleh para ilmuwan riset, dan pasca kegiatan riset, terdapat
dari berbagai unit, misalnya laporan ruang-ruang bagi pustakawan untuk
teknis, laporan penelitian, skripsi, tesis, bekerjasama dengan para sivitas
disertasi, gambar digital, bahan garfis, akademika dalam kegiatan riset. Oleh
dan bahan bahan ajar. karena itu penting, bagi pustakawan
Pengelolaan institutional repository untuk memperkuat kompetensi
di kalangan perguruan tinggi selain terutama dengan membekali
untuk penyimpanan dokumen kemampuan yang diperlukan dalam
universitas (McGovern, 2008), dan pemberian layanan informasi untuk riset
untuk penyediaan akses terbuka maupun untuk melaksanakan program-
terhadap berbagai terbitan sebagai program pengajaran literasi informasi
bentuk komunikasi ilmiah di kalangan bagi para sivitas akademika.
38
Al-Maktabah Vol. 15, Desember 2016 : 29-40
PENUTUP index.php/daftarjurnalctl/index/1/
Duranceau, Ellen Finnie (2008). The “Wealth of
Perpustakaan memiliki peran yang Networks” and Institutional Repositories:
strategis dalam penyelanggaraan program MIT, Dspace, and the Future of the Scholarly
Tri Dharma perguruan tinggi, khusus dalam Commons. Library Trends, 57(2), 244-261
kegiatan riset. Selain menyediakan sumber- Farmer, L. (Ed.). (2007). The human side of
sumber yang diperlukan untuk kegiatan riset, reference and information services in
perpustakaan melalui pustakawan akademik academic libraries: adding value in the
digital world. Oxford, England: Chandos
juga berperan dalam memberikan layanan dan Publishing.
edukasi tentang riset. Pustakawan akademik Haryadi (2014). Ini Alasan Jokowi-JK Ingin Ada
dapat menyediakan layanan konsultasi Kementerian yang Khusus Urusi Riset
riset, dan menyelenggarakan pengajaran dan Teknologi. Diakses tgl. 5 November
kemampuan riset (research skill) melalui 2016 dari http://nasional.kompas.com/
program pendidikan literasi informasi bagi read/2014/09/19/22071971/Ini.Alasan.
Jokowi-JK.Ingin.Ada.Kementerian.yang.
para sivitas akademika.
Khusus.Urusi.Riset.dan.Teknologi
Indrawan, Rully (2008). Isi, Format, dan rambu
Akrediatsi Jurnal. Diakses tanggal 10
DAFTAR PUSTAKA
November 2016 dari https://rullyindrawan.
Alsop, J., & Bordonaro, K. (2007). Multiple roles of wordpress.com/2008/12/02/isi-format-
academic librarians. Electronic Journal of dan-rambu-akreditasi-jurnal/
Academic and Special Librarianship, 8(1). ISI Research Paper Template. Diakses tanggal 10
Diakses tgl. 5 November 2016 dari http:// November 2016 dari https://docs.google.
southernlibrarianship.icaap.org/content/ com/document/d/1Ydr21-YkYeLgE_
v08n01/alsop_j01.htm qzTLEul-fODs26SqmOi7EBZO8xYkM/edit
Article Templates and Instructions. Diakses Jaguszewski, J., & Williams, K. (2013). New roles
tanggal 10 November 2016 dari https:// for new times: Transforming liaison roles in
www.ieee.org/publications_standards/ research libraries. Diakses tgl. 5 November
publications/authors/author_templates. 2016 dari http://www.arl.org/storage/
html documents/publications/nrnt-liaison-roles-
Bailey, C. W. (2008). Institutional Repositories , revised.pdf
Tout de Suite. San Francisco, California. Johnson, Richard K. (2002). Partnering with Faculty
Retrieved January 03, 2013 from http:// to Enhance Scholarly Communication.
digital-scholarship.org/ts/irtoutsuite.pdf D-Lib Magazine 8 (11). Retrieved January
Ballmer, Amy (2016). Research & Instructional 03, 2012 from http://www.dlib.org/dlib/
Services. New York: State University. november02/johnson/11johnson.html
Diakses tgl. 5 November 2016 dari https:// Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan
www.fitnyc.edu/library/research/ Tinggi (2016). Jurnal yang Perlu
Beall, Jeffrey (2016). Beall’s List of Predatory Dipertimbangkan untuk Kenaikan
Open Access Publisher. Diakses tanggal Pangkat/Jabatan Dosen. Diakses tanggal
10 November 2016 dari https://scholarlyoa. 10 November 2016 dari http://pak.dikti.
com/2016/01/05/bealls-list-of- go.id/portal/?p=41
predatory-publishers-2016/ Kennedy, M. R., & Brancolini, K. R. (2012).
Crawford, W. (2011). Open access: what you need Academic librarian research: a survey
to know now. American Library Association. of attitudes, involvement, and perceived
Crow, R. (2002). The Case for Institutional capabilities. College & Research Libraries,
Repositories : A SPARC Position Paper. crl-276.
Scholarly Publishing, 1-37. Retrieved Kumar, M. (2009). Academic libraries in
January 03, 2013 from http://www.arl.org/ electronic environment: Paradigm shift.
sparc/bm~doc/ir_final_release_102.pdf In International Conference on Academic
Directory of Open Access Journals (DOAJ). Libraries (ICAL), University of Delhi
(2016). Diakses tanggal 10 November 2016 (North Campus), Delhi, India (pp. 5-8).
dari https://doaj.org/ Diakses tgl. 5 November 2016 dari http://
Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, crl.du.ac.in/ical09/papers/index_files/ical-
Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan 16_182_384_3_RV.pdf
Tinggi (2016). Akreditasi Jurnal Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2016).
Nasional. Diakses tanggal 10 November Daftar Jurnal Ilmiah Terakreditasi LIPI.
2016 dari http://arjuna.ristekdikti.go.id/ Diakses tanggal 10 November 2016 dari
39
Ulpah Andayani Pustakawan Akademik Sebagai Mitra Riset di Perguruan Tinggi
40