MODUL
PEMBELAJARAN
PENGANTAR STUDI
ISLAM
(MEMAHAMI WAWASAN KEISLAMAN)
JAKARTA
2019
Penulis
MODUL
PEMBELAJARAN PENGANTAR STUDI ISLAM
ISBN
KATA PENGANTAR........................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................4
B. Definisi Agama
Secara etimologis Agama berasal dari bahasa Sanskerta yang
tersusun dari kata “a” berarti “tidak” dan “gam” berarti “pergi”.
Dalam bentuk harfiah yang terpadu, kata agama berarti “tidak pergi”,
10 http://googlepenelusuran.blogspot.com/2011/10/manusia-kebutuhan-
dan-doktrin-agama.html-06-11-2014
11 Abu Bakar A-l Jazairi, op.cit Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Aqidah
Mukmin, (Madinah: Maktabah Al-Ulum wal Hikam, 1995), cet. I, hlm., hlm. 24-25.
Apabila manusia yang berakal dan mendapat petunjuk dalam
mencari satu agama Tuhan yang benar dan murni, maka manusia
pasti mendapatkannya dalam Islam, agama semua manusia, yang
terkandung dalam kitab-Nya, Al-Qur’an yang mulia, yang tidak
berkurang satu huruf pun darinya sejak diturunkannya dan tidak pula
terdapat tambahan satu huruf pun padanya. Dan tidak diganti satu
kata pun dari tempatnya dalam Al-Qur’an. Dan tidak ada ungkapan
yang keluar dari apa yang ditunjukkannya, walaupun telah berlalu
seribu empat ratus lebih.12 Manusia beragama karena mereka
memerlukan sesuatu dari agama itu, yaitu memerlukan petunjuk-
petunjuk untuk kebahagiaanya di dunia dan akhirat.
F. Kesimpulan
Agama sangat diperlukan oleh manusia sebagai pegangan
hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna. Agama adalah
kepercayaan akan adanya Tuhan yang menurunkan wahyu kepada
para nabi-Nya untuk umat manusia demi kebahagiaannya di dunia
dan akhirat.
Namun, secara naluri manusia mengakui kekuatan dalam
kehidupan ini di luar dirinya. Dapat dilihat ketika manusia
mengalami kesulitan hidup, musibah, dan berbagai bencana. Manusia
mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba maha,
yang dapat membebaskannya dari keadaannya. Naluriah
membuktikan bahwa manusia perlu beragama dan membutuhkan
Sang Khaliknya.
Terdapat tiga alasan yang melatarbelakangi perlunya manusia
terhadap agama yaitu, fitrah manusia, kelemahan dan kekurangan
manusia, dan tantangan manusia. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas,
maka kebutuhan manusia akan agama Tuhan yang benar lebih besar
daripada kebutuhannya akan unsur-unsur pertama untuk menjaga
hidupnya seperti air, makanan dan udara. Dan tidak ada yang
mengingkari atau memperdebatkan kebenaran ini kecuali
pembangkang yang sombong, tidak berguna kesombongannya dan
tidak perlu didengar alasan-alasannya. Manusia beragama karena
memerlukan sesuatu dari agama yaitu memerlukan petunjuk-petunjuk
untuk kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhirat.
A. Pendahuluan
Islam adalah agama yang sempurna yang tentunya sudah
memiliki aturan dan hukum yang harus dipatuhi dan dijalankan oleh
seluruh umatnya. Setiap aturan dan hukum memiliki sumber-
sumbernya sendiri sebagai pedoman dan pelaksanaannya. Kehadiran
agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW diyakini dapat
menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang lebih baik, sejahtera
lahir dan batin.
Untuk itu kita sebagai umat Islam yang taat harus
mengetahui sumber-sumber ajaran Islam yang ada, serta mengetahui
isi kandunganya. Namun sumber-sumber tersebut tidak hanya di
jadikan sebagai pengetahuan saja, tetapi harus diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.13[1]
Petunjuk-petunjuk agama yang mengenai berbagai
kehidupan manusia, sebagaimana terdapat dalam sumber ajarannya,
yaitu Al-Qur’an yang merupakan sumber ajaran Islam pertama dan
Hadist merupakan sumber yang kedua, tampak ideal dan agung.
Ditambah lagi dengan berbagai pemikiran-pemikiran ulama’ tentang
hukum-hukum yang masih global di pembahasan Al-Qur’an dan
Hadist.
1) Al-huda (petunjuk)
Dalam al-qur’an terdapat tiga kategori tentang posisi alqur’an
sebagai petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia secara umum.
Kedua, Alqur’an sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.
19Atang Abd. Hakim, dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi islam, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2000) hlm. 69.
20Abd. Al-Wahab al-Khallaf, Ilmu Ushul al-Fiqh (Jakarta: Al-Majelis al-‘Ala al-
Indonesia li al-Da’wah al-Islamiyah,1972), cet. IX, hlm. 23.
Ketiga, petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Allah berfirman,
“Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Alqur’an yang
berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu...” (Q.S. ai-Baqarah [2]: 185)
2) Al-furqan (pemisah)
Dalam alqur’an dikatakan bahwa ia adalah ugeran untuk
membedakan dan bahkan memisahkan antara yang hak dan yang
batil, atau antara yang benar dan salah. Allah berfirman, “Bulan
Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an yang berfungsi
sebagai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang
batil)...” (Q.S. al-Baqarah [2]: 185).
3) Al-Syifa (obat).
Dalam alqur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai obat
bagi penyakit-penyakit yang ada pada dada (mungkin disini yang
dimaksud adalah penyakit psikologis). Allah berfirman, “Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam
dada...” (Q.S. Yunus [10]: 57).
4) Al-mau’izah (nasihat).
Dalam alqur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai nasihat
bagi orang-orang yang bertaqwa. Allah berfirman, “Al-qur’an ini
adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.” (Q.S. Ali Imran [3]:
138
b. Al-Hadis
Al-Hadis berkedudukan sebagai sumber ajaran Islam yang
kedua setelah Al-qur’an. Selain didasarkan pada keterangan-
keterangan ayat-ayat Alqur’an dan Hadis juga didasarkan kepada
pendapat kesepakatan para sahabat.21 Yakni seluruh sahabat sepakat
untuk menetapkan tentang wajib mengikuti hadis, baik pada masa
Rasulullah masih hidup maupun setelah beliau wafat.22
Dalam literatur hadis dijumpai beberapa istilah lain yang
menunjukkan penyebutan al-hadits, seperti al-sunnah, al-khabar, dan
al-atsar. Dalam arti terminologi, ketiga istilah tersebut kebanyakan
21 Atang Abd. Hakim, dan. Jaih Mubarok, Op. Cit, hlm. 70-71
22Apa-apa yang disampaikan Rasulullah kepadamu, terimalah, dan apa-
apa yang dilarangnyabagimu tinggalkanlah. (Q.S. Al-Hasyr, 7); dan kami tidak
mengutus seorang rosul, melainkan untuk ditaati dengan izin Allah. (Q.S. An-Nisa’
64)
ulama’ hadis adalah sama dengan terminologi al-hadits meskipun
ulama’ lain ada yang membedakannya.
Menurut ahli bahasa , al-hadits adalah al-jadid (baru), al-
khabar (beriata), dan al-qarib (dekat). Hadis dalam pengertian al-
khabar dapat dijumpai diantaranya dalam surat al-Thur (52) ayat 34.
Surat al-Kahfi (18) ayat 6, dan surat al-Dhuha (93) ayat 11.
Kemudian dalam mengartikan al-hadits secara istilah atau
terminologi antara ulama’ hadis dan ulama’ ushul fiqh terjadi berbeda
pendapat. Menurut ulama’ hadits, arti hadits adalah :
“Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa
perkataan, perbuatan , taqrir23[ maupun sifat. (Mahmud al-Thahan,
1985:15)”
Sedangkan ulama’ ahli ushul fiqh mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan hadits adalah.
“Segala perkataan, perbuatan dan taqrir Nabi SAW yang
berkaitan dengan penetapan hukum.”
Al-sunnah dalam pengertian etimologi adalah
“Jalan atau cara yang merupakan kebiasaan yang baik atau
jelek. (Nur al-‘ Athar, 1979: 27)”
Posisi dan fungsi hadits, Umat Islam sepakat bahwa hadits
merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah al-qur’an. Kesepakatan
mereka didasarkan pada nas, baik yang terdapat dalam al-qur’an
maupun hadits. Hal ini sejalan dengan sabda Nabi (lihat Jalal al-din
Abd. Al-Rahman bin Abi Bakr al-Suyuti, th. 505)
“Aku tinggalkan dua pusaka untukmu, yang kalian tidak akan
sesat selamanya, yaitu kitab Allah (Al-quran) dan Sunnah Rasul.
Hadits berfungsi merinci dan mengiterpretasi ayat-ayat al-
qur’an yang mujmal (global) serta memberikan persyaratan (taqyid)
terhadap ayat-ayat yang muthlaq. Disamping itu, ia pun berfungsi
mengkhususkan (tahkhshish) terhadap ayat-ayat yang bersifat umum
(‘am). Fungsi ini merujuk pada bayan al-tafshil versi Imam Syafi’i
dan Imam Ahmad, juga bayan tafsir. Hadits berfungsi menetapkan
aturan atau hukum yang tidak didapat di dalam al-qur’an. Fungsi ini
mengacu pada bayan al-tasyri’ versi Imam Malik, Imam Syafi’i, dan
Ahmad bin Hambal.
2. Ijtihat sebagai Sumber Ajaran Islam Sekunder
a. Ijtihad
b. Dasar-dasar Ijtihad
Adapun yang menjadi dasar hukum ijtihad ialah al-Qur’an
dan al-Sunnah. Diantara ayat al-Qur’an yang menjadi dasar ijtihad
adalah sebagai berikut:
َِّإنا أَ ْنز ْ َلنا لَ ْيك ا ْل َكتاب ا ْلحق تَح ُك َم بَ ْين َّالناس َما أَراك لالَُّ[ ۚ و ََل تَ ُك ْن
ْلخا ِئ ِنين
خصي ًما
“sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan
membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia
dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah
kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena
(membela) orang-orang yang khianat. (Q. S. al-Nisa : 105).
َآليات قَ ْو ٍم َيتف ن ي ذ ِلك
َّكرون
…sesungguhnya yang pada demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Q. S. al-Rum :
21)
Adapun sunnah yang menjadi dasar ijtihad diantaranya hadits
‘Amr bin al-‘Ash yang diriwayatkan oleh imam Bukhari, Muslim,
dan Ahmad yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad bersabda:
c. Syarat-syarat Mujtahid 29
1) Mukalaf, karena hanya mukalaf yang mungkin dapat melakukan
penetapan hukum.
2) Mengetahui makna-makna lafad dan rahasianya
3)Mengetahui keadaan mukhathab yang merupakan sebab pertama
terjadinya perintah atau larangan.
4) Mengetahui keadaan lafad; apakah memiliki qarinah atau tidak.
d. Macam-macam Mujtahid30
1) Mujtahid Mutlak
Yaitu orang-orang yang melakukan ijtihad langsung secara
keseluruhan dari al-Qur’an dan hadits, dan seringkali mendirikan
mazhab sendiri seperti halnya para sahabat dan para imam yang
empat.
2) Mujtahid Mazhab
Yaitu para mujtahid yang mengikuti salah satu mazhab dan tidak
membentuk suatu mazhab tersendiri akan tetapi dalam beberapa hal
mereka berijtihad mungkin berbeda pendapat dengan imamnya.
3) Mujtahid fil Masa’il
Yaitu orang-orang yang berijtihad hanya pada beberapa masalah
saja, jadi tidak dalam arti keseluruhan, namun mereka tidak
mengikuti satu mazhab.
4) Mujtahid Muqaiyyad
Yaitu orang-orang yang berijtihad mengikatkan diri dan mengikuti
pendapat ulama salaf, dengan kesanggupan untuk menentukan mana
yang lebih utama dan pendapat-pendapat yang berbeda beserta
riwayat yang lebih kuat di antara riwayat itu, begitu pun mereka
D.Kesimpulan
Islam merupakan agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan
Allah kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW,
dimana agama Islam sendiri memiliki pedoman pokok atau sumber
ajaran yang berupa kitab suci yang bernama Al-qur’an. Kemudian
apabila dalam al-qur’an masih belum terperinci maka Sunnah/Al-
hadits sebagai pedoman yang kedua. selanjutnya di dalam Islam juga
dikenal adanya Ra’yu atau akal pikiran (ijtihad) yang digunakan
sebagai sumber pendukung untuk mendapatkan hukum bila di dalam
al-Qur’an dan Hadits tidak ditemui.
Sumber ajaran Islam primer yang terdiri dari Al-Qur’an dan
Hadits. Al-Qur’an sendiri didalamnya terdapat pokok isi utama yaitu,
tauhid, ibadah, janji & ancaman, kisah umat terdahulu, berita tentang
zaman yang akan datang, dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan. Di
dalam Al-Qur’anpun terdapat komponen-komponen sumber ajaran
E. Daftar Pustaka
Nasruddin Razak.(1989). Dienul Islam.Bandung: Al-Ma’arif.
Hammudah Abdalati (1975). Islam in Focus. Indiana: American
Trust Publications Indianapolis.
Endang Saifuddin Anshari. (1978).Kuliah Al-Islam, Bandung:
Pusataka.
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, jilid 1
Abuddin Nata.(1998). Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Atang Abd. Hakim, dan Jaih Mubarok (2000). Metodologi Studi
islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Hasan Ahmad.(1984). Pintu Ijtihad Sebelum Tutup. Bandung:
Pustaka Bandung.
http://baihaqi-annizar.blogspot.co.id/2014/11/sumber
ajaranislam.html.7/11/15.pukul6.08
http://blogmerko.blogspot.com/2013/02/makalah-agama-islam-tentang-
sumber.html kelip2 12 November 2015
A. Pendahuluan
Islam adalah agama yang sempurna dan universal, ia berlaku
sepanjang waktu, kapanpun dan di manapun (al-Islâm shâlih li kul
zamân wa al-makân), Islam berlaku untuk semua orang dan untuk
seluruh dunia. Dalam agama islam terdapat ajaran-ajaran yang dapat
mengantarkan manusia menuju kehidupan yang lebih baik. Karena
islam diturunkan bukan hanya sebagai pelengkap hidup manusia saja
tetapi juga mengemban beberapa misi untuk mengantarkan manusia
menuju kebahagiaan di dunia dan ahirat.
Islam adalah agama samawi ( langit ) yang diturunkan Allah
SWT melalui utusan-Nya, Muhammad SAW. Islam merupakan
Agama yang menjadi Rahmat bagi seluruh alam.Namun di jaman
sekarang ini banyak orang-orang yang tidak mengerti akan
pengertian, Karakteristik, dan Misi Islam itu sendiri.sehingga banyak
orang-orang yang mengatasnamkan Islam untuk kepentingan pribadi,
kelompok dan partai .bahkan yang paling ekstrim adalah yang
mengatas namakan Islam sebagai kedok untuk melakukan aksi
terorisme, sehingga Islam dianggap sebagai Agama teroris.
36[4] Abuddin Nata, 2011, Metodologi Studi Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, Hal : 99
batas kemampuannya. Segala pendapat dan usul yang disampaikan
rakyat dianggap sebagai gangguan yang harus diperangi. Lebih dari
itu rakyat yang penuh penderitaan itu dibebani pula dengan
kewajiban bela Negara dan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang
sifatnya pemaksaan. Di antara penguasa yang sedang memerintah
pada masa kedatangan Islam adalah Romawi dan Persia.
E. Kesimpulan
Agama islam menurut istilah adalah agama yang diturunkan
allah kepada para rasul- rasulnya dan disempurnakan pada Nabi
Muhammad, yang berisi undang-undang dan metode kehidupan yang
mengatur dan mengarahkan begaimana manusia berhubungan dengan
allah, menusia dengan manusia, dengan manusia, dan menusia dan
alam semesta, agar kehidupan manusia terbina dan dapat meraih
kesuksesan atau kebahagiaan hidup di dunia dan ahirat.
Terdapat sejumlah argumentasi yang dapat digunakan untuk
menyatakan bahwa misi ajaran islam sebagai pembawa rahmat bagi
seluruh alam. Pertama, untuk menunjukkan bahwa islam sebagai
pembawa rahmat dapat dilihat dari pengertian islam itu sendiri.
Kedua, misi ajaran islam sebagai pembawa rahmat dapat dilihat dari
peran yang dimainkan Islam menangani berbagai problematika
agama, sosial, ekonomi, politik, hukum, pendidikan, kebudayaan, dan
sebagainya. Ketiga, misi islam dapat pula dilihat dari misi ajaran
yang dibawa dan dipraktikkan oleh nabi Muhammd SAW. Keempat,
misi Islam selanjutnya dapat pula dilihat pada kedudukannya sebagai
sumber nilai dan pandangan hidup manusia. Kelima, misi ajaran
Islam sebagai pembawa rahmat dapat pula dilihat dari peran yang
dimainkannya dalam sejarah. Keenam, misi ajaran Islam lebih lanjut
dapat pula dilihat dari praktik hubungan Islam dengan penganut
agama lain sebagaimana dilakukan Nabi Muhammad SAW. Di
Madinah.
F. Daftar Pustaka
B. Pengertian Metodologi
C. Kegunaan Metodologi
F. Kesimpulan
Mukti Ali menyatakan bahwa dalam mempelajari dan
memahammi Islam terdapat 3 (tiga) cara yang jelas yakni naqli
(tradisional), aqli (rasional) dan kasyfi (mistis). Ketiga pendekatan
tersebut telah ada dalam pola pemikiran Rasulullah SAW dan terus
dipergunakan oleh para ulama Islam setelah beliau wafat hingga saat
ini. Ketiga metode tersebut dalam operasionalnya lebih dikenal
dengan istilah pendekatan bayani, irfani dan burhani. Islam adalah
agama yang diturunkan Allah kepada manusia melalui Rasul-rasul-
Nya berisi 43okum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan
Allah, manusia dengan manusia, manusia dengan alam semesta.
G. Daftar Pustaka
BAB V
b. Corak-corak penafsiran
1). Corak sastra Bahasa, yang timbul akibat kelemahan-
kelemahan-kelemahan orang Arab sendiri dibidang sastra,
sehingga dirasakan kebutuhan untuk menjelaskan kepada mereka
tentang keistimewaan dan kedalaman arti kandungan Al-Qur’an
di bidang ini.
2) Corak Filsafat dan Teologi, akibat penerjemahan kitab filsafat
yang mempengaruhi sementara pihak, serta akibat masuknya
penganut agama-agama lain ke dalam lslam yang dengan sadar
atau tidak masih mempercayai beberapa hal dari kepercayaan
lama mereka. Kesemuanya menimbulkan pendapat setuju atau
tidak setuju yang tercermin dalam penafsiran mereka.
45 Ibid, hlm.
d. Metode Maudlu’iy
Metode ini berupaya menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an dari
berbagai surat yang berkaitan dengan berbagai persoalant atau
topik yang di tetapkan sebelumnya. Kemudian penafsir
E. Kesimpulan
F. Daftar Pustaka
yang di bagi kedalam tafsir pada masa sahabat Nabi, mengenai corak
tafsir, dan mengenai gerakan pembaharuan di bidang tafsir.
3. Model Syaikh Muhammad Al-Ghazali cara penelitian tafsir yang
bercorak eksploratif,deskriptif,dan analitis dengan berdasar pada
rujukan kitab-kitab tafsir yang ditulis ulama terdahulu.
4. Model Penelitian Lainnya di antaranya ada yang memfokuskan
penelitiannya terhadap kemu’jizatan Al-Qur’an, metode-
metode,kaidah-kaidah dalam penafsiran Al-Qur’an, kunci-kunci
untuk memahami Al-Qur’an, serta ada pula yang khusus meneliti
mengenai corak dan arah penafsiran Al-Qur’an yang khusus terjadi
pada abad keempat.
BAB VI
D. Daftar Pustaka
A. Pendahuluan
Filsafat Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang
keberadaannya telah menimbulkan pro dan kontra. Sebagian mereka
yang berpikiran maju yang ditandai dengan sifat terbuka, rasional,
kritis obyektif, berorientasi ke depan, dinamis dan mau mengikuti
zaman, tanpa meninggalkan prinsip atau ajaran dasar yang bersifat
asasi-dan bersifat liberal cenderung mau menerima pemikiran Filsafat
Islam. Sedangkan bagi mereka yang bersifat tradisional yakni
berpegang teguh kepada doktrin ajaran al-Qur’an dan al-Hadist
secara tekstual, cenderung kurang mau menerima filsafat, bahkan
menolaknya karena takut dapat melemahkan iman.
Berbagai analisis tentang penyebab kurang diterimanya
filsafaat di kalangan masyarakat islam Indonesia pada umumnya
adalah karena pengaruh pemikiran al-Ghazali yang dianggapnya
sebagai pembunuh pemikiran filsafat. Anggapan ini juga selanjutnya
telah pula dibantah oleh pendapat lain yang mengatakn bahwa
penyebabnya bukanlah al-Ghozali, melainkan sebab–sebab yang lain
yang belum jelas.
Barangkali kita sepakat bahwa dengan mengkaji metodologi
penelitian filsafat yang dilakukan para ahli, kita ingin meraih kembali
kejayaan Islam di Bidang Ilmu pengetahuan sebagaimana yang
pernah dialami di Zaman klasik. Hal ini terasa lebih diperlukan pada
saat bangsa Indonesia menghadapi tantangan zaman pada era
globalisasi yang demikian berat.
3) Harun Nasution
Kata Islam berasal dari bahasa Arab aslama, yuslimu islaman yang
berarti patuh, tunduk, berserah diri serta memohon selamat dan
sentosa. Kata tersebut berasal dari salima yang berarti selamat,
sentosa, aman dan damai. Islam menjadi suatu istilah atau nama bagi
agama yang ajaran – ajarannya diwahyukan Tuhan kepada
masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW, sebagai Rosul.
Islam pada hakikatnya membawa ajaran – ajaran yang bukan hanya
mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran
– ajaran yang mengambil berbagai berbagai aspek itu ialah al-Qur’an
dan hadits.68
4) Musa Al-asy’ari
Merupakan medan pemikiran yang terus berkembang dan
berubah. Dalam kaitan ini, diperlukan pendekatan histories terhadap
filsafat Islam yang tidak hanya menekankan pada studi tokoh, tetapi
yang lebih penting lagi adalah memahami proses dialektik pemikiran
yang berkembang melalui kajian-kajian tematik atas persoalan-
persoalan yang terjadi pada setiap zaman. Oleh karena itu, perlu
dirumuskan prinsip-prinsip dasar filsafat Islam, agar dunia pemikiran
Islam terus berkembang sesuai dengan perubahan zaman.69
5) Amin Abdullah
Dalam hubungan ini ia mengatakan: “ meskipun saya tidak
setuju untuk mengatakan bahwa filsafat Islam tidak lain dan tidak
bukan adalah rumusan pemikiran Muslim yang ditempeli begitu saja
6) Damardjati Supadjar
Terdapat dua kemungkinan pemahaman konotatif :
a. Filsafat islam dalam arti filsafat tentang Islam yang dalam bahasa
inggris kita kenal sebagai Philosophy of Islam. Dalam hal ini islam
menjadi bahan telaah, objek material suatu studi dengan sudut
pandang atau objek formalnya, yaitu filsafat. Jadi disini Islam
menjadi genetivus objectivus.
b. Filsafat Islam dalam arti Islamic Philosophy, yaitu suatu filsafat
yang islami. Di sini Islam menajdi genetivus subjektivus, artinya
kebenaran Islam terbabar pada datarran kefilsafatan.71
E. Kesimpulan
Dari Pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa
1. Filsafat Islam adalah suatu ilmu yang mencakup ajaran Islam
dalam membahas hakikat kebenaran segala sesuatu.
2. Ada beberapa Model penelitian filsafat Islam antara lain
a) Model M. Amin Abdulla:Penelitian yang dilakukan termasuk
kategori penelitian kualitatif berdasarkan sumber kepustakaan
yang bercorak deskriptif analitis dan menggunakan
pendekatan studi tokoh dan komparatif studi khususnya di
bidang etika.
b) Model Otto Horrassowitz , Majid Fakhry dan Harun
Nasution:Penelitian yang dilakukan ketiganya termasuk
penelitian kualitatif dan metodenya adalah deskriptis analitis.
Akan tetapi pendekatan yang digunakan Otto H dan Harun
Nasution adalah pendekatan historis dan tokoh sedangkan
Majid Fakhry menggunakan pendekatan campuran antara
historis, kawasan, dan pendekatan substansi.
c) Model Ahmad fuad Al-Ahwani:Penelitian yang dilakukan
termasuk kategori penelitian kualitatif berdasarkan sumber
kepustakaan yang sifat dan coraknya adalah penelitian
deskriptif kualitatif dan pendekatannya bersifat campuran
antara pendekatan historis, kawasan dan tokoh.
Berbagai hasil penelitian yang dilakuakan para ahli mengenal
filsafat Islam tersebut memberi kesan kapada kita, bahwa pada
umumnya penelitian yang dilakukan bersifat penelitian
kepustakaan, yaitu penelitian yang menggunakan bahan–bahan
bacaan sebagai sumber rujukannya. Metode yang digunakan
umumnya bersifat deskriptif analistis. Sedangkan pendekatan yang
digunakan umumnya pendekatan histories, kawasan dan
substansial. Penelitian tersebut belum berhasil mengangkat dasar
pemikiran yang membentuk filsafat itu sendiri. Pengkaji filsafat
biasanya terbiasa dengan diskusi dan perbincangan yang begitu
mendalam tentang uraian– uraian dan kutipan filosof, hampir
seolah–olah kutipan–kutipan filosof itu baru saja dihasilkan dan
seolah – olah tidak mengalami kesulitan interprestasi yang
melelahkan.
F. Daftar Pustaka
A. Pendahuluan
Ilmu kalam atau teolgi termasuk salah satu bidang studi islam
yang amat dikenal baik oleh kalangan akademis maupun masyarakat
pada umumnya.yang selanjutnya teologi menjdai salah satu bidang
kajian islam di perguruan tinggi IAIN Ar-Raniry (Banda Aceh).
Oleh karena itu hal tersebut merupakan fenomena yang cukup
menarik untuk diteliti secara lebih seksama pada makalah ini audien
akan diajak mengkaji secara seksama model penelitian ilmu kalam
yang dilakukan para ahli , baik penelitian pemula maupun penelitian
lanjutan yang bersifat deskriptif analitis.73
1. Penelitian Awal
Dalam kaitan ini dapat kita jumpai beberapa karya hasil yang
disusun oleh ulama selaku peneliti pemula, karya peneliti pemula
sebagai berikut :
hatinya secara mendalam dan menggikatkan diribya hanya pada allah Abuddin
Nata, metodologi studi islam…, hal. 269
siksaan bagi anak necil, tentang tahkim(arbitrase), hakikat manusia
khawarij. Dan masih banyak76[4]
d) Model Thahariyah
Beliau telah menulis buku yang berjudul Syarah Al-Aqidah At-
thahawiyah. Dalam buku ini membahas teologi kalangan ulama
salaf79[7], dan didalam buku tersebut telah dibahas kewajiban
mengimani mengenai apa yang telah dibawah oleh rasul, kewajiban
mengikuti ajaran para rasul, makna Tauhid, dan dibahas pula macam-
macam tauhid yang dibawa oleh para rasul, tauhid uluhiyah dan
tauhid rububiyah,80[8]mengenai wujud yang diluar zat, tafsir tentang
qudrat, tafsir kalimat Lailaha illa Allah dll (bisa di lihat di buku MSI
Abuddin nata).
f) Model Al-Ghazali
Beliau telah menulis buku Al-Iqtishod fi al-I'tiqod membahas
tentang perlunya ilmu dalam memahami agama dan juga perlunya
ilmu sebagai fardhu kifayah, pembahasan tentang dzat allah, tentang
qodimnya alam, dan penetapan tentang kenabian muhammad saw.
g) Model Al-Amidy
Beliau telah menulis buku yang berjudul ghoyah almaram fi ilmu
kalam yang membahas tentang sifat-sifat wajib bagi allah, sifat
nafsianya81[9], dan sifat yang jaiz bagi allah dan pembahasan
tentang keesaan allah swt perbuatan yang bersfat wajib al-wujud dan
tentang tidak ada penciptaan selain allah
h) Model Al Syahrastani
Beliau telah menuis buku yang berjudul Kitab Nihayah Al-Iqdam
fi Ilmi Al-Kalam yang membahas tentang barunya alam, tauhid, sifat-
sifat azali, hakikat ucapan manusia tentang allah sebagai yang maha
pendengar dan perbuatan-perbuatan sebelum datangnya syariat.
i) Model Al Bazdawi
Beliau telah menulis kitab yang berjudul Ushul al-Din yang
membahas perbedaan pendapat para ulama' mengenai mempelajari
ilmu kalam mengerjakan dan menyusunnya, perbedaan pendapat para
ulama' mengenai sebab-sebab seorang hamba mengetahui sesuatu
macam –macam ilmu pengetahuan, tentang allah sebagai pencipta
alam semesta,
D. Daftar Pustaka
A. Pendahuluan
Tasawuf merupakan salah satu bidang studi islam yang
memusatkan perhatian pada pembersihan aspek rohani manusia, yang
selanjutnya dapat menimbulkan akhlak mulia. Ia mencakup berbagai
jawaban atas berbagai kebutuhan manusia yang bersifat lahiriyah
muapun bathiniyah.
Tasawuf mulai mendapatkan perhatian dan dituntut peranannya
untuk terlibat secara aktif dalam mengatasi masalah-masalah
keduniawian. Hal ini terlihat bahwa tuntutan zaman yang semakin
membara membuat sebagian masyarakat cenderung mengarah kepada
degradasi moral dan keterpurukan akhlak. Manusia cenderung
melakukan sesuatu atas dasar kebebasan. Sehingga ia semene-mena
dan acuh tak acuh terhadap akibat yang ditimbulkan oleh
perbuatannya.
Tasawuf memiliki potensi dan otoritas yang tinggi dalam
menangani masalah ini. Tasawuf secara intensif memberikan
pendekatan-pendekatan agar manusia selalu merasakan kehadiran
Tuhan dalam kesehariannya. Kehadirannya berupaya untuk
mengatasi krisis akhlak yang terjadi di masyarakat islam di masa lalu
(klasik) tahun 650-1250 M. Masa dimana kehidupan manusia bersifat
foya-foya dan suka menghamburkan harta.
B. Pengertian Tasawuf
Tasawuf dari segi kebahasaan terdapat sejumlah istilah yang
dihubungkan orang dengan tasawuf. Harun Nasution misalnya,
menyebutkan lima istilah yang berhubungan dengan tasawuf yaitu:al-
suffah (ahl al-suffah) yaitu orang yang ikut pindah nabi dari makkah
ke madinah, Shaf yaitu barisan yang dijumpai dalam melaksanakan
shalat berjamaah, Sufiyaitu bersih dan suci,Shopos dan (Bahasa
Yunani yang artinya Hikmah) danShuf(kain wol kasar).
Ditinjau dari lima bahasa di atas, maka tasawuf dari segi istilah
menggambarkan keadaan yang selalu beroreantasi kepada kesucian
jiwa, mengutamakan panggilan Allah, berpola hidup sederhana,
mengutamakan kebenaran dan rela berkorban demi tujuan-tujuan
yang lebih mulia disisi Allah.Sikap demikian pada akhirnya
membawa seseorang berjiwa tangguh, memiliki daya tangkal yang
kuat dan efektif terhadap berbagai godaan hidup yang
menyesatkan.83[1]
Pendapat lain mengatakan bahwa tasawuf brasal dari bahasa
yunani kuno yang telah di arabkan, theo safie artiya ilmu ketuhanan,
kemudian di arabkan dan di ucapkan dengan lidah orang arab
sehingga berubah menjadi tasa-wuf.84[2]
Selanjutnya, secara istilah tasawuf memiliki tiga sudut pandang
pengertian. Pertama, sudut pandang manusia sebagai makhluk
terbatas. Tasawuf dapat didefinisikan sebagai upaya penyucian diri
dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan memusatkan
perhatian hanya kepada Allah. Kedua, sudut pandang manusia
sebagai makhluk yang harus berjuang. Sebagai makhluk yang harus
berjuang, manusia harus berupaya memperindah diri dengan akhlak
yang bersumber pada ajaran agama, dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah swt.Ketiga, sudut pandang manusia sebagai makhluk
bertuhan. Sebagai fitrah yang memiliki kesadaran akan adanya
Tuhan, harus bisa mengarahkan jiwanya serta selalu memusatkan
kegiatan-kegiatan yang berhubungna dengan Tuhan.
Jika ketiga definisi tasawuf tersebut satu sama lainnya di
hubungkan, maka segera nampak bahwa tasawuf pada intinya adalah
upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat
membebaskan diri manusia dari pengaruh kehidupan duniawi, selalu
dekat dengan allah, sehingga jiwanya bersih dan memancarkan
akhlak mulia.85[3]
Fungsi dari tasawuf adalah mengingatkan kembali manusia
siapa ia sebenarnya, yang berarti manusia dibangunkan dari
mimpinya yang ia sebut dengan kehidupan sehari-hari dan bahwa
jiwanya bebas dari pembatasan-pembatasan khayali egonya itu yang
memiliki timbangan obyektif di dalam apa yang di sebut kehidupan
dunia menurut bahasa keagamaan.
D. Kesimpulan
Tasawuf dari segi kebahasaan terdapat sejumlah istilah yang
dihubungkan orang dengan tasawuf, diantaranya:
1. al-suffah (ahl al-suffah) yaitu orang yang ikut pindah nabi dari
makkah ke madinah
2. Shaf yaitu barisan yang dijumpai dalam melaksanakan shalat
berjamaah
3. Sufiyaitu bersih dan suci
4. Shopos dan (Bahasa Yunani yang artinya Hikmah) dan,
5. Shuf (kain wol kasar).
Dari segi istilah menggambarkan keadaan yang selalu
beroreantasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan panggilan
Allah, berpola hidup sederhana, mengutamakan kebenaran dan
rela berkorban demi tujuan-tujuan yang lebih mulia disisi Allah.
Berbagai bentuk dan model penelitian tasawuf secara ringkas
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Model Sayyed Husein Nasr
2. Model Mustafa Zabri
3. Model Kautsar Azhari Noor
4. Model Harun Nasution
86[4]Ibid, 246.
5. Model A.J.Arberry
E. Daftar Pustaka
A. Pendahuluan
Belajar fiqih merupakan hal yang sangat penting yang mana
fiqih adalah syariat Islam yang harus dikerjakan oleh umat muslim.
Fiqih mengatur segala hukum Allah yang berhubungan dengan segala
pekerjaan mukalaf yang mana hukum ini diambil dari alqur’an dan
as-sunnah dengan jalan Ijtihad. Maka dari itu penting sekali bagi
manusia untuk mempelajari Ilmu fiqih karena tanpa mempelajari itu
maka manusia tidak mengerti suatu hukum, bisa dikatakan manusia
tidak ada bedanya dengan hewan.
Seorang itu akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya
ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam
kegiatan pendidikan dan pengajaran, keinginan atau dorongan untuk
belajar inilah yang dinamakan motivasi.
Fikih atau hukum islam merupakan salah satu bidang studi
islam yang paling dikenal oleh masyarakat. Dari sejak lahir sampai
dengan meninggal dunia manusia selalu berhubungan dengan fikih. .
Ilmu fikih di kategorikan sebagai ilmu al-hal, yaitu ilmu yang wajib
di pelajari, karena dengan ilmu itu pula seseorang baru dapat
melaksanakan kewajibanya mengabdi kepada Allah melalui ibadah
seperti salat, puasa, haji dan sebagainya. Ilmu fikih menyangkut
banyak kehidupan manusia. Tidak hanya pada masalah ibadah saja
namun juga mencakup fikih muamalah, tindak pidana, peperangan
dan pemerintahan dan sebagainya. Demikian besar fungsi fikih maka
nampak menyatu dengan misi agama Islam yang kehadiranya untuk
mengatur kehidupan manusia agar tercapai ketertiban dan
keteraturanya. Karena itu sifat yang kemudian menjadi ciri hukum
islam dalam artian hukum yang mengatur kehidupan umat islam
adalah pembedaan antara ajaran ideal dan praktek faktual, antara
syari’ah seperti yang diajarkan ahli-ahli hukum klasik di satu pihak
dan hukum positif yang berlaku di pengadilan di pihak lain.
B. TUJUAN
Tujuan dari model penelitian fikih ini adalah untuk
mengetahui seberapa jauh produk-produk hukum islam tersebut
masih sejalan dengan tuntutan zaman, dan bagaimana seharusnya
hukum islam itu dikembangkan dalam rangka meresponi dan
menjawab secara kongkret berbagai masalah yang timbul di
masyarakat. Penelitian ini dinilai penting untuk dilakukan agar
keberadaan hukum islam atau fiqih tetap akrab dan fungsional dalam
memandu dan membimbing perjalanan umat.
E. Kesimpulan
Jadi berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa hukum islam atau fikih adalah sekelompok(sama) dengan
syari’at yaitu ilmu yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia
yang diambil dari nash al-Qur’an dan al-Sunnah. Perbedaan antara
syari’ah dan hukum islam atau fikih yaitu Syari’at bersifat permanen,
kekal dan abadi sedangkan fikih atau hukum islam bersifat temporer
dan dapat berubah. Ada tiga model penelitian fikih yaitu Model
Harun Nasution, Model Noel J. Coulson, dan Model Mohammad
Atho Mudzhar. Harun nasution membagi perkembangan hukum Islam
ke dalam 4 periode, yaitu periode nabi, periode sahabat, periode
ijtihad serta kemajuan dan periode taklid serta kemunduran. Model
Noel J. Coulson, Hasil penelitianya di tuangkan dalam 3 bagian, -
Menjelaskan tentang terbentuknya hukum syari’at, yang di dalamnya
di bahas tentanglegalisasi al-Qur’an, praktek hukum di abad pertama
Islam, akar yurisprudensi sebagai mazhab pertama, imam al-Syafi’i. -
Berbicara tentang dan praktek hukum Islam di abad pertengahan. Di
dalamnya membahas tentang teori hukum klasik, antara kesatuan dan
keragaman, dampak aliran dalam sistem hukum, pemerintahan dan
hukum syari’at, masyarakat Islam dalam hukum syari’at. Berbicara
tentang hukum Islam di masa modern yang di dalamnya di bahas
tentang penyerapan hukum eropa, hukum syari’at kontemporer, taklid
dan pembaharuan hukum serta neo ijtihad. Model Mohammad Atho
Mudzhar, Hasil penelitian tersebut dituangkan dalam 4 Bab.-
Mengemukakan tentang latar belakang dan karakteristik Islam di
indonesia serta pengaruhnya terhadap corak hukum Islam. -Dalam
bab ini mengemukakan tentang Majelis Ulama Indonesia dari segi
latar belakang didirikanya, sosio politik yang mengitarinya,
hubungan Majelis Ulama dengan pemerintahan dan organisasi Islam
serta organisasi non Islam lainnya dan berbagai fatwa yang di
keluarkannya. -Penelitian di sertai dengan mengemukakan isi
produk fatwa yang di keluarkan oleh MUI seta metode yang di
gunakanya. Fatwa tersebut antara lain meliputi bidang ibadah ritual,
masalah keluarga dan perkawinan, kebudayaan, masalah kedokteran,
keluarga berencana, dan aliran minoritas dalam Islam. -Berisi
kesimpulan yang di hasilkan dari studi tersebut. Dalam kesimpulan
tersebut dinyatakan bahwa fatwa MUI dalam kenyataanya tidak
selalu konsisten mengikuti pola metodologi dalam penetapan fatwa
sebagaimana di jumpai dalam ilmu fikih.
F. Daftar Pustaka
Mukhtar Yahya & Fathurrahman.(1986). Dasar – Dasar Pembinan
Hukum Islam. Bandung : Al- Ma’arif cet ke – 10
Nata,Abuddin. (2003). Metodologi Studi Islam. Jakarta:PT. Raja
Grafindo Persada., cet ke-8.
Nasution ,Harun. (1979). Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid II.
Jakarta: Universitas Indonesia..
BAB XI
A. Pendahuluan
Pengetahuan berawal dari kekaguman manusia akan alam
yang disaksikannya melalui panca indera. Oleh sebab kekaguman itu,
maka manusia pada tahap selanjutnya mulai bertanya-tanya, timbul
dalam dirinya sebuah rasa keingintahuan yang sangat kuat untuk
mendapatkan penjelasan tentang semua yang diinderanya tadi, yaitu
sesuatu yang mengagumkan dari alam raya ini.
Pada perkembangannya, untuk memenuhi dan memuaskan
rasa ingin tahunya itu manusia mulai melakukan beberapa upaya,
mulai dari yang paling sederhana yang biasa disebut dengan cara
mendapatkan pengetahuan secara tradisional, sampai ke yang paling
kompleks yang biasa disebut dengan mendapatkan pengetahuan
secara modern.
Dewasa ini upaya untuk mendapatkan pengetahuan sudah
sampai pada cara yang modern, yang biasa indentik dengan
pendekatan ilmiah. Di dalamnya sudah diatur tahap-tahap serta
aturan-aturan sistematis untuk sampai pada pengetahuan yang tepat
dan benar.
Namun, sebelum itu semua, sebelum memasuki tahap-tahap dan
aturan-aturan itu, alangkah lebih baiknya untuk mengetahui konsep
dasarnya terlebih dahulu. Karena untuk mendapatkan pengetahuan itu
perlu penelitian, maka konsep dasarnya juga disebut dengan konsep
dasar penelitian. Dan di dalam pembahasan kali ini, akan dibahas
secara jelas dan singkat tentang hal tersebut.
Satu lagi, karena dalam hal ini lebih fokus pada bidang
pendidikan, maka secara otomatis akan dikaitkan dengan pendidikan
itu sendiri.
1.Tujuan
Tujuan penelitian harus dirumuskan dengan jelas, tegas dan
terperinci dalam bentuk pernyataan serta menunjukkan adanya
suatu hal yang harus dicapai setelah penelitian tersebut selesai
dilaksanakan.
Tujuan umum penelitian pendidikan adalah untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan,
konsep, prinsip, dan generalisasi tentang pendidikan, baik berupa
teori maupun praktik. Secara umum, tujuan penelitian dapat dibagi
dua, yaitu:
a. Tujuan eksploratif, yaitu untuk menemukan teori-teori atau
masalah-masalah baru dalam bidang pendidikan.
b. Tujuan pengembangan, yaitu untuk mengembangkan ilmu
(pendidikan) yang telah ada. Penelitian dilakukan untuk
mengembangkan atau memperdalam ilmu pendidikan yang
telah ada.
c.Tujuan verifikasi, yaitu untuk menguji kebenaran dari suatu ilmu
(pendidikan) yang telah ada. Data penelitian yang diperoleh
digunakan untuk membuktikan adanya keraguan terhadap
informasi atau ilmu pendidikan tertentu.
2.Fungsi
Dalam penelitian dikenal beberapa fungsi, antara lain adalah
sebagai berikut:
a.Fungsi pemecahan masalah (problem solving)
Fungsi ini adalah fungsi untuk memecahkan masalah praktis
dalam bidang pendidikan secara jelas dan cermat, sehingga
menghasilkan masukan langsung dalam menentukan suatu
kebijakan.
3. Pentingnya penelitian
Ada beberapa alasan mengapa penelitian pendidikan dianggap
penting, yaitu:
a.Pendidik akhirnya dapat memahami dan menganalisa masalah-
masalah pendidikan secara kontinu dan dapat membuat
keputusan secara professional.
b.Kelompok pembuat kebijakan di luar lembaga pendidikan,
seperti lembaga legislative telah mengamanatkan perangkat
perundang-undangan untuk melakukan perubahan sistem
pendidikan sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
c.Ulasan tentang hasil penelitian pendidikan tentu akan banyak
memberikan manfaat bagi pengembangan pendidikan di masa
depan.
E. Jenis-jenis Penelitian
Hasil penelitian dapat membantu pendidik dalam membuat
perencanaan baru, memperbaiki praktik pendidikan, dan menilai
pembelajaran.Jenis-jenis penelitian dapat dikelompokkan menjadi
lima bagian. (Sugiyono: 2010,7)
WAKTU, METODE,
BIDANG
1. Bidang penelitian
a. Penelitian akademik
Penelitian yang dilakukan oleh para mahasiswa dalam membuat
skripsi, tesis, disertasi.
b.Penelitian professional
Penelitian yang dilakukan oleh orang yang berprofesi sebagai
peneliti. Tujuannya adalah mendapatkan pengetahuan baru.
c.Penelitian institusional
Penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang
dapat digunakan untuk pengembangan lembaga.
2.Tujuan
Jujun S. Suriasumantri, sebagaimana dikutip oleh Sugiyono,
menyatakan bahwa penelitian murni adalah penelitian yang
bertujuan menemukan pengetahuan baru yang belum pernah
diketahui. Sedangkan untuk penelitian terapan adalah bertujuan
untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis.
3.Metode
a. Survey
Digunakan untuk mendapatkan data dari tempat yang alamiah
(bukan buatan). Peneliti melakukan perlakuan dalam
pengumpulan data, semisal menyebarkan kuesioner.
b.Naturalistik
Digunakan untuk meneliti pada tempat alamiah, dan penelitian
tidak membuat perlakuan, karena peneliti dalam mengumpulkan
data bersifat emik, yaitu berdasarkan pandangan dari sumber
data, bukan pandangan peneliti.
c. Eksperimen
Digunakan untuk mencari pengaruh treatment tertentu.
Misalnya pengaruh kelas ber AC terhadap efektivitas
pembelajaran.
2. Karakteristik Penelitian
Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen
(1982) adalah :
a. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah
instrumen kunci
b. Lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-
kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.
c. Lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome.
d. Menekankan analisis data secara induktif
e. Lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati)
H. Kesimpulan
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara
ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri
keilmuan yaitu, rasional, empiris dan sistematis.
Setiap penelitian yang dilakukan pasti mempunyai tujuan, fungsi dan
kepentingan di dalamnya. Tujuan penelitian harus dirumuskan
dengan jelas, tegas dan terperinci dalam bentuk pernyataan serta
menunjukkan adanya suatu hal yang harus dicapai setelah penelitian
tersebut selesai dilaksanakan. Untuk fungsinya, ada fungsi
pemecahan masalah (problem solving), fungsi pendeskripsian
(description), fungsi pengembangan (development), fungsi peramalan
(prediction), fungsi perbaikan (improvement), fungsi penjelasan
(explanation).
McMillan dan Schumacher (2001) mengemukakan karakteristik
penelitian pendidikan adalah “objektivitas, ketepatan, verifikasi,
penjelasan, empiric, logis, dan kondisional”.
Jenis-jenis penelitian dapat dikelompokkan menurut (1)
bidang yang berisi penelitian akademis, professional dan
institusional. (2) Segi tujuan, di dalamnya terdapat penelitian murni
dan terapan. (3) Segi metode, dibedakan menjadi; penelitian survey,
eksperimen, naturalistik, dan lain-lain. (4) Segi eksplanasi, penelitian
ini dibagi menjadi deskriptif, komparatif dan asosiatif. (5) Segi waktu
dapat dibedakan menjadi penelitian cross sectional dan longitudinal.
Di dalam penelitian terdapat penelitian kuantitatif yang secara
gampang dalam penjelasannya adalah penelitian yang digunakan
untuk menguji hipotesis. Selain kuantitatif, ada juga yang disebut
dengan kualitatif, yaitu penelitian yang digunakan untuk menemukan
hipotesis/teori baru.
I. Daftar Pustaka
http://mind-ashshinta.blogspot.co.id/2015/04/makalah-metode-
penelitian-pendidikan.html
A. Pendahuluan
Sejarah Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang
banyak menarik perhatian para penelitia baik dari kalangan sarjana
muslim maupun non muslim, karen abanyak manfaat yang dapat
diperoleh dari penelitian tersebut. Bagi umat Islam, mempelajari
sejarah Islam selain akan memberikan kebanggaan juga sekaligus
peringatas agar berhati-hati. Dengan mengetahui bahwa umat islam
dalam sejarah pernah mengalami kemajuan dalam segala bidang
selama beratus-ratus tahun misalnya, akan memberikan rasa bangga
dan percaya diri menjadi orang muslim. Demikian pula dengan
mengetahui bahwa umat Islam juga mengalami kemunduran,
penjajahan dan keterbelakangan, akan menyadarkan umat Islam
untuk memperbaiki keadaan dirinya dan tampil untuk berjuang
mencapai kemajuan.
Menyadari berbagai persoalan diatas, maka diberbagai
lembaga pendidikan islam yang ada hingga sekarang, bidang studi
sejarah islam dipelajari. Untuk itu pada makalah ini, saya akan
mencoba membahas mengenai pengertian sejarah dan ruang lingkup
sejarah islam.
89 http://buanyakilmu.blogspot.com/2009/05/model-penelitian-sejarah-
islam-bab-7.html 26 Oktober 2011 19;34
90 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta ; PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), Hlm..314.
D. Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan sejarah islam adalah berbagai peristiwa atau kejadian yang
benar-benar terjadi, yang berkaitan dengan pertumbuhan dan
perkembangan agama islam dalam berbagai aspek. Dalam kaitan ini
maka muncullah berbagai istilah yang sering digunakan untuk sejarah
ini, di antaranya Sejarah Islam, Sejarah Peradaban Islam, Sejarah dan
kebudayaan Islam. Ruang lingkup sejarah islam dilihat dari segi
periodisasinya, dapat dibagi menjadi periode klasik, periode
pertengahan, dan periode modern.
DAFTAR PUSTAKA
http://buanyakilmu.blogspot.com/2009/05/model-penelitian-sejarah-
islam-bab-7.html 26 Oktober 2011 19;34
BAB XIII
A. Pendahuluan
Proses Islamisasi sebenarnya telah ada sejak zaman
Rasulullah SAW. Banyak kita dapati ayat Al-Qur’an dan Hadits yang
membicarakan tentang Mu’amalah, Sain, ekonomi, social, politik dan
berbagai ilmu lainnya. Rasulullah mengubah pola pikir ilmu
pengetahuan jahiliah menuju pengetahuan Islamiah. Sehingga Islam
tidak hanya terpaku pada hal ibadah dan akidah saja. Tetapi
mencakupi berbagai aspek kehidupan.
Pada masa pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah, proses
Islamisasi ilmu ini berlanjut secara besar-besaran, yaitu dengan
dilakukannya penterjemahan terhadap karya-karya dari Persia dan
Yunani yang kemudian diberikan pemaknaan ulang disesuaikan
dengan konsep Agama Islam. Salah satu karya besar tentang usaha
Islamisasi ilmu adalah hadirnya karya Imam al-Ghazali.
Pada abad kedua puluh Masehi, keadaan dunia ditandai oleh
kemajuan yang dicapai oleh Barat dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam berbagai implikasianya, yaitu berupa penjajahan
mereka atas dunia Islam. Negara-negara yang dulunya masuk
kedalam hegemmoni Islam seperti Spanyol,India,Sisilia, dan
sebagainya sudah mulai lepas dari Islam dan berdiri sendiri sebagi
Negara spenuhnya. Demikian pula Negara-negara yang secara
ideologis sepenuhnya Islam sudah banyak yang menjadi jajahan
bangsa-bangsa lain. Seperti Mesir,Turki, Indonesia, dan Malaysia.
Sekularisme yang dikembangkan oleh peradaban Barat
membawa dampak yang kurang baik terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan bagi umat Islam. Sekularisasi yang memisahkan agama
dari politik serta penghapusan nilai-nilai agama dari kehidupan, tidak
hanya bertentangan dengan fitrah manusia, tetapi juga memutuskan
ilmu dari pondasinya dan mengalihkan dari tujuan ilmu yang
sebenarnya. Islamisasi ilmu pengetahuan merupakan konsep yang di
dalamnya terdapat pandangan integral terhadap konsep ilmu dan
konsep Tuhan, Islam adalah agama yang memiliki pandangan yang
fundamental tentang Tuhan, kehidupan, manusia, alam semesta, dan
lain sebagainya. Oleh sebab itu, Islam adalah agama sekaligus
peradaban.
Pemasalahan ini tidak hanya untuk melawan sekuler di barat,
tetapai juga untuk memberikan pemahan terhadap masyarakat awam
atau masyarakat klasik bahwa adanya pemisahan antara ilmu agama
dengan ilmu umum. Perbedaan pemahaman ini telah banyak
menimbulkan perpecahan internal Islam sendiri. Tetapi pada awalnya
pemahaman ini juga dibawakan oleh bangsa Barat untuk
menghancurkan kaum Islam.
Di Indonesia telah mereka tinggalkan pemahaman sekuler
yang sangat berdarah daging oleh para penjajah Belanda untuk
memudahkan mereka memasuki wilayah yang akan dijajahnya.
Sekuler telah menyebabkan banyak perbedaan yang dapat
mengahancurkan kekuatan Islam karena persatuan telah hancur.
Dengan cara ini sangat memudahkan bangsa Non-Muslim memasuki
Islam.
Dengan adanya Islamisasi pengetahuan akan dapat
mengembalikan kemurnian Islam sebagaimana yang dibawa oleh
Rasulullah, yaitu tanpa pemisahan antara ilmu agama dan ilmu
politik, pemerintahan, ekonomi, social dan ilmu lainnya.
d) Maurice Bucaille
Bucaille merupakan seorang dokter ahli bedah bangsa prancis
yang beralih menjadi spiritualis. Ia menjadi orang terkenal di dunia
Islam dengan diterbitkannya buku La Bible La Coran at La Science
(The Bible, The Qur’an and science/Bibel, Qur’an dan Sains
Modern).
Bucaille mengawali pembahasan dari bukunya tersebut
dengan menelaah keoentikan teks suci al-Qur’an. Kemudian dia
mengkonfrontasikannya dengan Bibel, dan dia mengambil suatu
kesimpulan akhir bahwa al-Qur’an dalam hal keotentikan teksnya
lebih mutawatir dibandingkan dengan Bibel. Sedangkan dalam
kaitannya dengan perkembangan sains di dunia kontemporer, metode
yang digunakannya cukup sederhana. Dengan merujuk beberapa ayat
al-Qur’an dan juga Bibel, dia mengaitkannya dengan sains modern,
dengan faktailmiah yang telah ditemukan. Dalam komparasi ini,
kemudian dia juga mengambil suatu kesimpulan bahwa al-Qur’an
memiliki kesesuaian dengan fakta ilmiah sains modern, sementara
Bibel banyak kelemahan.
F. Kesimpulan
G. Daftar Pustaka