Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KEWARGANEGARAAN

“otonomi daerah dan ham”

Disusun oleh kelompok: 3


 Dahliana
 Pipin ismaneli
 Renti
 Setri oktadi

Dosen pengampu:
Desy susanti,SKM.M.Kes

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN KELUARGA BUNDA JAMBI
TAHUN AJARAN 2018/2019
OTONOMI DAERAH

1. Ketentuan-Ketentuan Umum Otonomi Daerah

UU No 32 tahun 2004 pasal 1 memberi pengertian tentang beberapa hal,


diantaranya:
1. Pemerintah pusat, selanjutnya disebut pemerintah adalah presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah Negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945
2. Pemerintah Daerah adalah
penyelenggara urusan pmerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD mnurut
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip NKRI sebagaimana
dimaksud dalam UUD 1945
3. Pemerintah daerah adalah gubernur, Bupati atau Walikota dan perangkat
daerah sebagai unsure penyelenggara pemerintahan daerah
4. Dewan Perwakilan Daerah yang selajutnya disebut DPRD adalah lembaga
perwakilan rakyat daerah sebagai unsure penyelenggara peerintahan daerah
5. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur
dan mngurus sendiri ususan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan
6. Daerah otonom selanjutnya disebut daerah adalah ksatuan masyarakat yang
mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mnatur dan mengurus urusn
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam system NKRI.
7. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pmerintahan dalam system NKRI
8. Dekonsenrasi adalah pelimpahan wewenang oleh pmerintah kepada
gubernur sebagai wakil pmerintah dan/atau kepada instansi vertical di wilayah
tertentu
9. tugas pembantuan adalah pnugasan dar pemerintah daerah dan/atau desa
dari pmerintah propinsi kepada kabupaten/kota dan/aau desa serta dari
pemerintah kabupaten/kota kpada desa untuk mlakukan tugas tertentu
10. Peraturan daerah selanjutnya disebut perda adalah perataran daerah privinsi
dan/atau peraturan daerh kabupaten/kota.

2. Pembagian daerah
Pembagian daerah Indonesia adalah pembagian wilayah daratan dan
perairan di Indonesia untuk dikelola oleh pemerintah daerah di dalam batas-
batas wilayahnya masing-masing menurut prinsip otonomi, dekonsentrasi,
desentralisasi, dan tugas pembantuan. Saat ini diatur melalui UU no. 23 tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah yang sudah diubah beberapa kali, dan
diregulasi oleh Kementerian Dalam Negeri . Berdasarkan UUD 1945 Pasal 25,
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang
berciri Nusantara dengan wilayah dan batas-batas dan hak-haknya ditetapkan
dengan undang-undang. Undang Undang yang berlaku yaitu UU no. 43 no. 2008
tentang Wilaya h Negara yang mengatur tentang kedaulatan, kewilayahan, dan
manajemen peratasan, termasuk juga didalamnya yaitu wewenang Pemerintah
Daerah
3. Pembentukan dan susunan daerah
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi dalam daerah
provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota yang bersifat otonom. Daerah
provinsi berkedudukan juga sebagai wilayah administrasi. Wilayah daerah
provinsi terdiri atas wilayah darat dan wilayah laut sejauh 12 mil laut yang
diukur dan garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan (1
mu = 1000 meter (Belanda), 7420 meter (Jerman), 1609 meter (lnggris)),
sedangkan mu laut ukuran jarak di permukaan laut adalah 1852 meter = 1,852
kilometer.
Dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi, dibentuk dan disusun
daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota yang berwenang mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat. Daerah-daerah tersebut masing-masing berdiri
sendiri dan tidak mempunyai hubungan hierarki satu sama lain.
Daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi,
potensi daerah, sosial budaya, sosial politik,jumlah penduduk, luas daerah, dan
pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.
Daerah dapat dimekarkan menjadi lebih dan satu daerah, seperti daerah Provinsi
Lampung menjadi lima daerah kabupaten, yaitu Lampung Tengah, Lampung
Utara, Lampung Barat, Lampung Timur, dan Lampung Selatan.

4. Kewenangan daerah, bentuk dan susunan pemerintahan daerah


Dalam penyelenggaraan otonomi daerah, di setiap daerah dibentuk DPRD
sebagai badan legislatif daerah dan pemerintah daerah (kepala daerah beserta
perangkat daerah lainnya) sebagai badan eksekutif daerah. DPRD sebagai badan
legislatif daerah berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dan pemerintah daerah.
Dengan kata lain, dalam kedudukannya sebagai badan legislative daerah, DPRD
bukan merupakan bagian dan pemerintah daerah. Setiap daerah dipimpin oleh
seorang kepala daerah sebagai kepala eksekutif yang dibantu oleh seorang wakil
kepala daerah. Gubernur merupakan kepala daerah provinsi yang karena
jabatannya juga sebagal wakil pemerintah, sedangkan Bupati dan Walikota
masing-masing adalah sebagai kepala daerah kabupaten dan kota.
Dalam menjalankan tugas dan wewenang selaku kepala daerah, Gubernur
bertanggung jawab kepada DPRD Provinsi, sedangkan Bupati/Walikota
bertanggung jawab kepada DPRD kabupaten/kota.

5. Keuangan daerah
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban daerah tersebut.
6. Pembinaan dan pengawasan
Pembinaan:
1)Fasilitasi dilakukan secara efisien dan efektif untuk meningkatkan
kapasitas daerah dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
(2)Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan pada
tahapan perencanaan, penganggaran, pengorganisasian, pelaksanaan,
pelaporan, evaluasi, dan pertanggungjawaban penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah.
(3)Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi kegiatan:
a.pemberdayaan Pemerintahan Daerah;
b.penguatan kapasitas Pemerintahan Daerah; dan
c.bimbingan teknis kepada Pemerintahan Daerah.
(4)Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dalam
bentuk penyediaan sarana dan prasarana pemerintahan dan/atau
pendampingan.

Pengawasan:
(1)Menteri mengoordinasikan Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah secara nasional.
(2)Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap aspek
perencanaan, penganggaran, pengorganisasian, pelaksanaan, pelaporan, dan
evaluasi.
(3)Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
melibatkan seluruh kementerian teknis, lembaga pemerintah
nonkementerian, dan Pemerintah Daerah.
(4)Hasil koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
dilaksanakan oleh Menteri, kementerian teknis, lembaga pemerintah
nonkementerian, dan Pemerintah Daerah.
HAM
1. PENGERTIAN HAM
Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak dasar yang dimiliki
setiap pribadi manusia sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir.
sedangkan pengertian HAM menurut perserikatan bangsa-bangsa (PBB) adalah
hak yang melekat dengan kemanusiaan kita sendiri, yang tanpa hak itu kita
mustahil hidup sebagai manusia. Secara umum Hak Asasi Manusia sering sekali
terdengar di telinga kita tentang Pelanggaran-pelanggaran HAM yang membuat
kita prihatin tentang semua yang terjadi, sehingga perlunya kita tahu lebih jelas
tentang hak asasi manusia seperti dibawah ini.

2. ASAS DASAR HAM


a. Asas Universal (Universality)
Universal hak berarti bahwa hak bersifat umum, tidak dapat berubah atau
hak dialami dengan cara yang sama oleh semua orang.
b. Asas Martabat Manusia (Human Dignity)
Hak asasi merupakan hak yang melekat dan dimiliki setiap manusia. Asas
ini ditemukan pada pikiran setiap individu tanpa memperhatikan ras, umur,
budaya, bahasa, etnis, keyakinan seseorang yang harus dihargai dan
dihormati sehingga hak yang sama dan sederajat dapat dirasakan semua
orang dan tidak digolongkan berdasarkan tingakatan hirarkis.
c. Asas Kesetaraan (Equality)
Asas kesetaraan mengekspresikan gagasan menghormati martabat yang
melekat pada setiap manusia. Secara spesifik pasal 1 menyatakan bahwa :
setiap umat manusia dilahirkan merdeka dan sederajat dalam harkat dan
martabatnya
d. Asas Non-Diskriminasi (Non-Discrimination)
Asas ini memastikan bahwa tidak seorangpun dapat meniadakan hak asasi
orang lain karena faktor-faktor luar, misalnya ras, warna kulit, jenis
kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lainnya.
e. Asas tidak dapat dicabut (Inalienability)
Asas ini menyatakan bahwa hak-hak individu tidak dapat direnggut,
dilepaskan dan dipindahkan.
f. Asas tidak bisa dibagi (Indivisibility)
Pengabaian pada satu hak akan menyebabkan pengabaian terhadap hak-hak
lainnya. Hak setiap orang untuk bisa memperoleh penghidupan yang layak
adalah hak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Hak tersebut merupakan
modal dasar bagi setiap orang agar mereka bisa menikmati hak-hak lainnya
seperti hak atas kesehatan atau hak atas pendidikan.
g. Asas Saling berkaitan dan bergantung (Interrelated and Interdependent)
Pemenuhan dari satu hak seringkali bergantung kepada pemenuhan hak
lainnya, baik secara keseluruhan maupun sebagian. Contohnya, hak atas
pendidikan atau hak atas informasi adalah saling bergantung satu sama lain.
Oleh karena itu pelanggaran HAM saling berkaitan sehingga hilangnya satu
hak dapat mempengaruhi hak lainnya.
h. Asas Tanggung jawab negara (State Responsibility)
Negara dan para pemangku kewajiban lainnya bertanggung jawab untuk
menaati dan melindungi hak-hak asasi manusia. Dalam hal ini, mereka harus
tunduk pada norma-norma hukum dan standar yang tercantum di dalam
instrumen-instrumen HAM. Seandainya mereka gagal dalam melaksanakan
tanggung jawabnya, pihak-pihak yang dirugikan berhak untuk mengajukan
tuntutan secara layak sebelum tuntutan itu diserahkan pada sebuah
pengadilan yang kompeten atau adjudikator (penuntut) lain yang sesuai
dengan aturan dan prosedur hukum yang berlaku.
3. KEBEBASAN DASAR MANUSIA
Kebebasan dasar manusia yang di akui di Indonesia tertuang di dalam
Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia terdiri
dari :

1. Hak Untuk Hidup


2. Hak Berkeluargan dan Melanjutkan Keturunan
3. Hak Mengembangkan Diri
4. Hak Memperoleh Keadilan
5. Hak Atas Kebebasan Pribadi
6. Hak Atas Rasa Aman
7. Hak Atas Kesejahteraan
8. Hak Turut Serta Dalam Pemerintahan
9. Hak Wanita
10.Hak Anak

Setiap orang berhak untuk hidup, dan mempertahankan hidup dan


meningkatkan taraf kehidupannya. Setiap orang berhak hidup tenteram,
aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin.

4. KEWAJIBAN DASAR MANUSIA


 Pasal 67
Setiap orang yang ada diwilayah negara Republik Indonesia wajib patuh
pada peraturan perundang-undangan, hukum tidak tertulis, dan hukum
internasional mengenai hak asasi manusia yang telah diterima oleh negara
Republik Indonesia.
 Pasal 68
Setiap warga negara wajib ikut dalam upaya pembelaan negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Pasal 69
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain, moral,
etika, dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
(2) Setiap hak asasi manusia yang menimbulkan kewajiban dasar dan
tanggung jawab untuk menghormati hak asasi orang lain secara timbal balik
serta menjadi tugas Pemerintah untuk menghormati, melindungi, dan
menegakkan dan memajukkannya.
 Pasal 70
Dalam menjalankan hak dan kewajibannya setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan undang-undang dengan maksud untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain
dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral,
keamanan, dan ketertinban umum dalam suatru masyarakat demokratis.

5. KOMISI DASAR MANUSIA


Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM adalah sebuah
lembaga mandiri di indonesia yang kedudukannya setingkat dengan lembaga
negara lainnya dengan fungsi melaksanakan kajian, perlindungan, penelitian,
penyuluhan, pemantauan, investigasi, dan mediasi terhadap persoalan-
persoalan hak asasi manusia. Komisi ini berdiri sejak tahun 1993
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia. Komnas HAM mempunyai kelengkapan yang
terdiri dari Sidang Paripurna dan Subkomisi. Di samping itu, Komnas HAM
mempunyai Sekretariat Jenderal sebagai unsur pelayanan. Ketua Komnas
HAM dijabat bergiliran dengan masa jabatan 2,5 tahun. Namun mulai 2013,
ketua Komnas HAM dijabat bergiliran dengan masa jabatan satu tahun.
Kesimpulan:

Dari berbagai uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa otonomi daerah
dubentuk sebagai jalan pintas pemerintah pusat untuk melaksanakan
pengontrolan dan pelaksanaan pemerintahan secara langsung di daerah yang
sesuai dengan karakter ristik masing-masintgg daerah dan kemudia semua
kebijakan atau hukum yang akan dibentuk di daerah tersebut adalah merupakan
bentuk aplikasi langsung terhadap sistem demokratisasi yang mengikut
seretakan rakyat melalui lembaga atau partai politik di daerah. Tujuan dari pada
pengadaan kebijakan otonomi daerah adalah untuk mengembangkan daerah dan
masyarakat daerah menuju kesejahteraan dengan cara dan jalannya masing-
masing.

Anda mungkin juga menyukai