Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbicara tentang filsafat, pasti yang ada dalam benak kita adalah suatu
pelajaran yang mengharuskan pelajarnya berfikir secara kritis dan bijaksana
dalam segala aspek kehidupan. Ada beberapa macam filsafat yang salah
satunya adalah Filsafat Islam. Pasca keagungan Filsafat Yunani Kuno hingga
sampai pada Mistik Neo-Platonisme, seluruh ajaran filsafat dan kebudayaan
Yunani diambil alih oleh bangsa Mesir yang pada saat itu sedang dalam masa
kejayaannya di bawah pimpinan Ratu Cleopatra(69-30SM).
Keagungan Filsafat Yunani Kuno sampai pada Mistik Neo-Platonisme
dapat dikenal luas berkat peranan para filsuf Islam. Yang pada abad ke-9
sampai ke-12 sejarah telah mencatat bahwa Islam telah mengalami masa
keemasannya. Makalah ini akan membahas tentang bagaimana pertumbuhan
Filsafat Islam dan apa saja yang mempengaruhi pertumbuhannya.
B. Rumusan Penulisan
Rumusan masalah dari makalah ini antara lain:

1. Apa pengaruh Filsafat Yunani terhadap Filsafat Islam?


2. Apa pengaruh Kebudayaan non Islam terhadap Filsafat Islam ?
3. Bagaimana pengaruh pemikiran yang berkembang di kalangan umat
Islam?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
 
1. Untuk mengetahui pengaruh Filsafat Yunani terhadap Filsafat Islam.
2. Mengetahui pengaruh Kebudayaan non Islam terhadap Filsafat Islam.
3. Dan mengetahui pengaruh pemikiran yang berkembang di kalangan umat
Islam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Filsafat Yunani

Suatu kebenaran yang tidak dapat ditolak adalah pengaruh peradaban


yunani terhadap umat Islam. Yunani memberikan pengaruh yang sangat besar
kepada umat Islam dalam bidang ilmu dan filsafat. Karena kontak umat Islam
dengan kebudayaan Yunani bersamaan waktunya dengan penulisan ilmu-ilmu
Islam, maka masuklah kedalamnya unsur-unsur kebudayaan Yunani yang
memberinya corak tertentu, terutadalam bentuk dan isi. Dalam bentuk,
pengaruh logika Yunani besar sekali, ilmu-ilmu Islam diberi warna baru,
ditempa menurut pola Yunani dan disusun dengan sistem Yunani. Jadi, logika
Yunani mempunyai pengaruh yang sangat besar pada alam pikiran Islam di
zaman Bani Abbas.1

Perlu ditegaskan bahwa pengaruh bukan berarti menjiplak. Betapa


banyaknya para filosof Islam maupun non-Islam terpengaruh oleh pemikiran
filosof sebelumnya, namun mereka tidak menyandang predikat penjiplak atau
pengembik. Filosof Muslim Ibnu Sina, walaupun ia terpengaruh berat oleh
Aristoteles, tetapi ia juga memiliki pemikiran filsafat tersendiri, yang tidak
dimiliki oleh al Mu’allim al-Awwal, yaitu Aristoteles sendiri.2

Dalam rekam sejarah, cara terjadinya kontak antara umat Islam dan filsafat
Yunani (juga sains) melalui daerah Suria, Meso-Potamia, Persia, dan Mesir.
Filsafat Yunani datang ke daerah-daerah ini ketika penaklukan Alexander
Yang Agung ke Timur pada abad ke-4 (331) SM. Ia juga mempersatukan
orang-orang Yunani dan Persia dalam bentuk satu negara besar dengan cara
berikut.

1. Ia angkat pembesar dan pembantunya dari orang Yunani dan Persia.


2. Ia mendorong perkawinan campuran antara Yunani dan Persia. Bahkan, ia
pernah menyelenggarakan perkawinan massal 24 jendral dan 10.000
prajuritnya dengan wanita-wanita Persia di Susa.
3. Sementara itu, ia sendiri kawin dengan Statira, putri Darius, Raja Persia
yang kalah perang.
4. Ia mendirikan kota-kota dan pemukiman-pemukiman yang dihuni bersama
oleh orang-orang Yunani dan Persia.

1
Prof. Dr. H. Sirajuddin Zar, M.A., Filsafat Islam(Filsof dan Filsafatnya), Rajagrafindo
Persada, Depok: 2014, hal. 32-33.
2
Ibid, hal. 33
Dengan demikian, bercampurlah kebudayaan Yunani dan kebudayaan
Persia. Sebagai bukti dalam hal ini Kota Alexanderia di Mesir, yang dalam
bahasa Arab disebut al-Iskandaria, merupakan warisan dari usaha di atas.3

Pada sisi lain, seperti yang diungkapkan sejarah, telah terjadi pelenyapan
semua akademi filsafat Yunani dan para filosofnya oleh Kaisar Justinianus
dari Bizantium pada tahun 529 M. Pada umumnya para filosof Yunani lari ke
Jundisyapur dan diterima baik oleh Maharaja Persia. Kasus ini dapat diartikan
bahwa kegiatan filsafat (juga sains) sudah pindah dari Yunani (Barat) ke
Jundisyapur dan daerah-daerah lainnya di Timur. Pada kantong-kantong pusat
kebudayaan di atas pemikiran filsafat Yunani ditemukan ahli-ahli pikir Islam.
Akan tetapi, pada zaman Khalifah Rasyidin dan Umaiyah pengaruh filsafat
Yunani (juga sains) belum begitu kelihatan karena pada masa ini selain masa
penaklukan daerah sekitarnya, kegiatan juga lebih banyak mengacu pada
kebudayaan Arab.

Barulah pada zaman Dinasti Bani Abbas dengan pusat kerajaannya


Baghdad mulai tertarik pada filsafat Yunani. Memang pemasukan filsafat
Yunani ke dalam Islam lebih banyak terjadi melalui kota ini khususnya dan
Irak umumnya. Di sinilah timbul gerakan penerjemahan buku-buku Yunani ke
dalam bahasa Arab atas dorongan Khalifah Al-Mansur dan kemudian Khalifah
Harun Al-Rasyid. Kegiatan ini meningkat pada masa Khalifah Al-Makmun,
putra Harun Al-Rasyid yang dikenal dengan zaman penerjemahan. Sebenarnya
penerjemahan buku-buku ke dalam bahasa Arab sudah dimulai sejak
pemerintahan Dinasti Bani Umayyah, pada saat itu buku-buku ilmiah yang
diterjemahkan erat kaitannya dengan keperluan hidup praktis, seperti buku
ilmu kimia dan kedokteran.

Dalam era penerjemahan ini bermacam-macam buku filsafat dalam


pelbagai bidang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, baik dari bahasa
Siryani, Persia, maupun yang berbahasa Yunanisendiri.

Telah dipaparkan, dengan adanya era penerjemhan ini umat Islam telah
mampu menguasai intelektual dari tiga kebudayaan yang sudah tinggi ketika
itu, yakni Yunani, Persia, dan India. Para intelektual Islam tidak hanya mampu
menguasai filsafat dan sains, tetapi mereka juga mampu mengembangkan dan
menambahkan hasil observasi mereka ke dalam sains dan hasil pemikiran
mereka ke dalam lapangan filsafat.4

3
Ibid, hal.34.
4
Ibid, hal.34-37.

Anda mungkin juga menyukai