Anda di halaman 1dari 224

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA

YANG MEMANFAATKAN LITERASI DI SMA NEGERI 1 NGAGLIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

ROPITA DEWI SARTIKA

141314007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA

YANG MEMANFAATKAN LITERASI DI SMA NEGERI 1 NGAGLIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

ROPITA DEWI SARTIKA

141314007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT., skripsi ini

saya persembahkan kepada:

1. Kedua orangtuaku “Bapak Rosikin dan Ibu Sartini” serta adikku “Rolista

Susilo Rahayu” yang senantiasa mendoakanku, mendukungku,

menyemangatiku, menyayangiku, dan mencintaiku dengan sepenuh dan

setulus hati.

2. Keluarga besarku yang selalu menyemangati dan mendukungku dalam setiap

langkah dan perjuanganku.

3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M. Pd dan bapak Hendra Kurniawan, M. Pd. Selaku

dosen pembimbing yang dengan sabar dan ikhlas membimbing,

menyemangati, memotivasi, dan mengarahkan penulis.

4. Sahabat dan teman seperjuanganku dalam menyelesaikan skripsi ini

”Catharina Ginong Pratidhina” yang selalu ada, mendukung, menyemangati,

dan memotivasiku.

5. Keluarga besar “KOS UNO” yang selalu mendukung dan menyemangatiku

terkhusus ibu kos tercinta “drg. Pratiwi Setyowati,Sp. Ort.

6. Semua pihak yang selalu mendukung dan membantu kelancaran penulisan

skripsi ini.

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“Man Jadda Wa Jada”


Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan berhasil
(Pepatah Arab)

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

PEMBELAJARAN SEJARAH INDONESIA


YANG MEMANFAATKAN LITERASI DI SMA NEGERI 1 NGAGLIK

Ropita Dewi Sartika


141314007

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai: (1) perencanaan


pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi, (2) pelaksanaan
pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi, (3) hasil
pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi
kasus. Guru dan peserta didik kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik menjadi
informan dalam penelitian ini yang dipilih dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, kuesioner, wawancara, dokumen dan dokumentasi. Teknik analisis data
dalam penelitian ini menggunakan model interaktif Miles dan Huberman yang
meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) perencanaan yang dilakukan
oleh guru adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
mengandung unsur-unsur literasi dengan baik, (2) pelaksanaan pembelajaran telah
dilakukan oleh guru dengan baik sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh guru. (3) hasil pembelajaran sejarah
Indonesia yang memanfaatkan literasi pada aspek kognitif menunjukkan sebanyak
26 orang peserta didik sudah mencapai KKM 75 dengan rata-rata 84,64
(92,86%). Pada aspek afektif minat belajar sejarah peserta didik dengan
pembelajaran literasi menunjukkan kategori tinggi (82,14%). Pada aspek
psikomotorik menunjukkan hasil keterampilan peserta didik melalui penugasan
teks naratif sudah mencapai KKM dengan rata-rata 81,25.

Kata Kunci: literasi, pembelajaran, Sejarah Indonesia

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

HISTORY OF INDONESIA LEARNING USING LITERACY AT SMA


NEGERI 1 NGANGLIK

Ropita Dewi Sartika


141314007

This research aims to describe: (1) the learning plan of History of


Indonesia using literacy, (2) the implementation of History of Indonesia learning
using literacy, and (3) the results of History of Indonesia learning using literacy.
This research uses qualitative approach with case study method. The
teacher and the students of X IPS 1 class of SMA Negeri 1 Ngaglik become the
subjects of this research who are chosen by using purposive sampling technique.
The data gathering methods used in this research are observation, questionnaire,
interview, document and documentation. The data analysis technique of this
research uses Miles and Huberman’s interactive model which covers data
gathering, reduction, presentation, and conclusion drawing.
Based on the analysis, the results show that: (1) the planning conducted by
the teacher is arranging the lesson plan which contains literacy elements, (2) the
learning implementation has been conducted based on the lesson plan, that is
made by the teacher, (3) the result of History of Indonesia learning that make use
of literacy on cognitive aspect shows that 26 students can achieve the Minimum
Criteria of Mastery Learning value 75 with the mean 84, 64 or 92, 86%.
On affective aspect, students’ interest on History learning to literacy
learning shows high category with the percentage of 82.14%. On psychometric
aspect, it shows that the result of students’ proficiency has achieved the Minimum
Criteria of Mastery Learning with the mean 81.25.

Keywords: Literacy, Learning, History of Indonesia

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat dan
rahmat-Nya yang senantiasa dilimpahkan, sehingga penulis dapat ,menyelesaikan
skipsi yang berjudul “ Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan
Literasi di SMA Negeri 1 Ngaglik “. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana (S1) pada Program Studi Pendidikan Sejarah,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali hambatan dan rintangan yang
penulis hadapi. Namun, semua itu dapat penulis hadapi dan lalui berkat bantuan,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini
penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S. Pd., M.Si. , selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S. Pd., M. Si., selaku ketua Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, dan sekaligus menjadi Dosen Pembimbing I yang dengan sabar
dan ikhlas membimbing, menyemangati, memotivasi, dan mengarahkan
penulis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan
dengan baik.
4. Bapak Hendra Kurniawan, M. Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta, dan sekaligus menjadi Dosen Pembimbing II
yang dengan sabar dan ikhlas membimbing, menyemangati, memotivasi, dan
mengarahkan penulis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat
terselesaikan dengan baik.
5. Bapak Drs. A. Kardiyat Wiharyanto, M. M. selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang senantiasa memberikan motivasi, semangat, dan bimbingan
pada penulis dengan sabar dan ikhlas.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Hlm
HALAMAN JUDUL ……………………………………………….......... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………… iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………… iv
HALAMAN MOTTO …………………………………………………… v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………………… vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
vii
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS …………………….
ABSTRAK ……………………………………………………………….. viii
ABSTRACT ……………………………………………………………… ix
KATA PENGANTAR …………………………………………………… x
DAFTAR ISI ……………………………………………………………... xii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. xiv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………….......... xv
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………….......... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………….. 1


A. Latar Belakang ……………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………… 8
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………......... 8
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………. 11


A. Kajian Teori …………………………………………………......... 11
1. Gerakan Literasi Sekolah ……………………………………... 11

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Pembelajaran Sejarah …………………………………………. 29


3. Konstruktivisme ………………………………………………. 37
4. Kurikulum 2013 ………………………………………………. 39
B. Penelitian yang Relevan…………………………………………… 42
C. Kerangka Pikir…………………………………………………….. 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……………………………… 47


A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………….......... 47
B. Pendekatan Penelitian ……………………………………….......... 47
C. Sumber Data ………………………………………………………. 49
D. Metode Pengumpulan Data ………………………………….......... 49
E. Instrumen Pengumpulan Data ……………………………….......... 52
F. Teknik Sampling …………………………………………….......... 55
G. Validitas Data ……………………………………………………... 56
H. Analisis Data ……………………………………………………… 59
I. Sistematika Penulisan …………………………………………….. 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………......... 63


A. Deskripsi Lokasi Penelitian …………………………………......... 63
B. Deskripsi Hasil Penelitian ………………………………………… 70
C. Pembahasan ………………………………………………….......... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………. 113


A. Kesimpulan ………………………………………………………... 113
B. Saran ………………………………………………………………. 115

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 117


LAMPIRAN ……………………………………………………………… 120

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Hlm
Tabel 1. Pelaksanaan Komponen Literasi ………………………………… 14
Tabel 2. Ekosistem Sekolah yang Literat …………………………………. 23
Tabel 3. Fokus Kegiatan dan Tahapan Literasi Sekolah …………….......... 27
Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian …………………………………... 47
Tabel 5. Kisi-Kisi Kuesioner ……………………………………………… 53
Tabel 6. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Penelitian ………………………. 54
Tabel 7. Data Hasil Penilaian Kognitif …………………………………… 86
Tabel 8. Data Minat Belajar Peserta Didik Melalui
Pembelajaran Literasi……………………………………………. 88
Tabel 9. Kriteria Penilaian Keterampilan Peserta Didik …………….......... 89
Tabel 10. Data nilai Aspek Psikomotorik ………………………………… 90

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Hlm
Gambar I. Kerangka Pikir ………………………………………………… 46
Gambar II. Model Interaktif Miles dan Huberman ………………….......... 60
Gambar III. Papan Slogan Visi dan Misi SMA Negeri 1 Ngaglik ………... 66
Gambar IV. Papan Kebijakan Mutu Sekolah SMA Negeri 1 Ngaglik ……. 68
Gambar V. Wawancara Guru Sejarah Indonesia …………………….......... 69
Gambar VI. Kegiatan Diskusi dan Mengumpulkan Informasi untuk
Membuat Teks Naratif…………………….............................. 80
Gambar VII. Kegiatan Wawancara Peserta Didik ……………………........ 83
Gambar VIII. Kegiatan Wawancara Peserta Didik ………………….......... 85
Gambar IX. Diagram Hasil Minat Belajar Sejarah ……………………...... 88
Gambar X. Kegiatan Diskusi Kelompok ……………………...................... 98
Gambar XI. Penampilan Hasil Produk Literasi Kelompok ……………….. 99
Gambar XII. Produk Literasi ……………………........................................ 110

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Hlm
Lampiran 1. Instrumen Observasi……………………………………......... 121
Lampiran 2. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Peserta Didik…………......... 123
Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Wawancara Peserta Didik………………... 124
Lampiran 4. Daftar Pertanyaan Wawancara Guru………………………… 125
Lampiran 5. Daftar Narasumber…………………………………………… 126
Lampiran 6. Catatan Lapangan 1………………………………………….. 127
Lampiran 7. Catatan Lapangan 2………………………………………….. 129
Lampiran 8. Catatan Lapangan 3………………………………………….. 132
Lampiran 9. Catatan Lapangan 4………………………………………….. 134
Lampiran 10. Catatan Lapangan 5……………………………………........ 136
Lampiran 11. Catatan Lapangan 6……………………………………........ 138
Lampiran 12. Catatan Lapangan 7……………………………………........ 140
Lampiran 13. Catatan Lapangan 8……………………………………........ 142
Lampiran 14. Catatan Lapangan 9……………………………………........ 144
Lampiran 15. Catatan Lapangan 10……………………………………….. 146
Lampiran 16. Catatan Lapangan 11……………………………………….. 148
Lampiran 17. Silabus Mata Pelajaran Sejarah Indonesia Kelas X………… 150
Lampiran 18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)………………… 157
Lampiran 19. Kisi-Kisi Soal Tes Kognitif………………………………… 187
Lampiran 20. Soal Tes Kognitif…………………………………………… 190
Lampiran 21. Data Nilai Kognitif Peserta Didik Kelas X IPS 1…………... 195
Lampiran 22. Kisi-Kisi Instrumen Kuesioner……………………………... 196
Lampiran 23. Lembar Kuesioner………………………………………….. 197
Lampiran 24. Data Minat Belajar Sejarah Peserta Didik………………….. 200
Lampiran 25. Instrumen Penilaian Keterampilan…………………………. 202

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 26. Daftar Nilai Psikomotorik Peserta Didik…………………… 203

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha yang sengaja dan terencana untuk membantu

perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kehidupannya

sebagai seorang individu dan sebagai warga negara.1 Sementara pendidikan

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah proses pengubahan sikap

dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.2 Selama proses pendidikan

peserta didik memperoleh bekal penguasaan berbagai disiplin ilmu pengetahuan

dan keterampilan. Hal ini dikemas berdasarkan pada kurikulum terbaru yang

diharapkan dapat menghasilkan generasi muda bangsa yang bukan hanya unggul

dan berkarakter dalam tataran dalam negeri melainkan mampu memainkan peran

pentingnya dalam konteks internasional.3

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi

sistem pendidikan nasional, Undang-undang tersebut memuat visi, misi, fungsi,

dan tujuan pendidikan nasional, serta strategi pembangunan pendidikan nasional

1
Suryosubroto, Beberapa Aspek Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2015, hlm.2.
2
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, Aplikasi luring resmi Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
3
Yunus Abidin, Pembelajaran Multiliterasi: Sebuah Jawaban atas Tantangan Pendidikan Abad
ke-21 dalam Konteks Keindonesiaan, Bandung: PT.Refika Aditama, 2015, hlm. 13.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan manusia,

dan berdaya saing dalam kehidupan global.4

Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Indonesia sejak tahun

1920an telah mengumandangkan pemikiran bahwa pendidikan pada umumnya

merupakan suatu daya dan upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter,

kekuatan bathin), pikiran (intellect), dan jasmani anak-anak yang sesuai dengan

kondisi alam dan masyarakatnya. Demikian juga dengan pendapat Driyarkara

yang mendefinisikan pendidikan sebagai suatu upaya untuk memanusiakan

manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani. Jadi dapat

dikatakan bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam

kehidupan, khususnya bagi kaum muda untuk membenahi diri supaya lebih

berkarakter dan berbudaya.

Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi di Indonesia seputar dunia

pendidikan. Banyak pula solusi yang diberikan oleh pemerintah untuk

menghadapi permasalahan-permasalahan pendidikan tersebut. Salah satu

permasalahan yang jelas terlihat dalam dunia pendidikan di Indonesia saat ini

adalah rendahnya minat baca peserta didik. Rendahnya minat baca peserta didik

juga terjadi di kota Yogyakarta yang merupakan kota pelajar.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun

2016, Daerah Istimewa Yogyakarta hanya menempati peringkat ke-empat dalam

minat bacanya.5 Padahal pada tahun 2014 Yogyakarta memiliki indeks baca

4
Suryosubroto, op.cit.,hlm. 294.
5
https://jogja.antaranews.com/berita/342002/minat-baca-pelajar-diy-cukup-tinggi (di akses pada
tanggal 8 Februari 2018, pukul 16.25)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tertinggi di Indonesia.6 Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa minat baca

peserta didik di Yogyakarta mengalami penurunan.

Melihat permasalahan tersebut, pemerintah kemudian menciptakan sebuah

strategi yang khusus ditujukan untuk meningkatkan minat baca peserta didik.

Strategi pemerintah tersebut diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

sesuai dengan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 yang salah satu tujuannya

adalah untuk menumbuhkan budi pekerti pada diri peserta didik. Pembudayaan

Budi Pekerti (PBP) adalah kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif di

sekolah yang dimulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD), SMP, dan SMA/SMK.

Dasar pelaksanaan Pembudayaan Budi Pekerti atau yang selanjutnya

disingkat dengan PBP adalah pada pertimbangan bahwa masih terabaikannya

implementasi dasar-dasar kemanusiaan yang berakar dari Pancasila yang masih

terbatas pada pemahaman nilai dalam tataran konseptual, belum sampai mewujud

menjadi nilai aktual dengan cara yang menyenangkan di lingkungan sekolah,

keluarga dan masyarakat. Pelaksanaan PBP didasarkan pada nilai-nilai dasar

kebangsaan dan kemanusiaan. Salah satunya adalah dengan penghargaan terhadap

keunikan potensi peserta didik untuk dikembangkan, yaitu mendorong peserta

didik gemar membaca dan mengembangkan minat baca sesuai dengan potensi dan

bakatnya untuk memperluas cakrawala kehidupan di dalam mengembangkan

dirinya sendiri.7

6
http://jogja.tribunnews.com/2014/12/21/minat-baca-warga-diy-masih-rendah (di akses pada
tanggal 8 Februari 2018, pukul 17.15)
7
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015
tentang Penumbuhan Budi Pekerti, hlm. 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun

2015, penumbuhan budi pekerti menjadi pokok yang utama dan Gerakan Literasi

Sekolah (GLS) ini sebagai salah satu penguatnya. Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

ini merupakan sebuah gerakan sosial yang mendapat dukungan kolaboratif dari

berbagai elemen. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah upaya menyeluruh yang

melibatkan semua warga sekolah (guru, peserta didik, orang tua/ wali, dan

masyarakat) sebagai bagian dari ekosistem pendidikan. Gerakan Literasi Sekolah

(GLS) ini bertujuan untuk membiasakan dan memotivasi peserta didik supaya

gemar membaca dan menulis untuk menumbuhkan budi pekerti dalam diri peserta

didik itu sendiri.

Untuk mewujudkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS), upaya yang ditempuh

adalah dengan memberikan pembiasaan membaca pada peserta didik. Tahap

pembiasaan ini dilakukan dengan membaca buku non-pelajaran (novel,komik,dll)

dengan alokasi waktu 15 menit setelah bel tanda masuk berbunyi dan sebelum

pelajaran dimulai. Setelah pada tahap pembiasaan membaca ini sudah terbentuk,

selanjutnya akan diarahkan pada tahap pengembangan dan pembelajaran. Hal ini

karena pada Gerakan Literasi Sekolah (GLS) terdapat tiga tahap didalamnya yaitu

tahap pembiasaan, tahap pengembangan, dan tahap pembelajaran. Khusus untuk

tahap pembelajaran harus disertai tagihan yang berdasarkan pada kurikulum

2013. Dengan terbentuknya tahap pembiasaan membaca pada peserta didik, hal

ini tentunya akan membuat peserta didik untuk semakin banyak mengetahui

tentang semua mata pelajaran termasuk pelajaran sejarah.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pembelajaran sejarah dalam praktiknya masih banyak mengalami hambatan

di antaranya, pelajaran sejarah terkesan menjadi pelajaran yang kering dan

membosankan padahal sebenarnya pelajaran sejarah ini sangat kaya akan sumber.

Kebanyakan guru mata pelajaran sejarah hanya terfokus pada buku mata pelajaran

dan dalam mengajar terlalu banyak memberi ceramah.

Melihat hambatan-hambatan yang terjadi dalam pembelajaran sejarah, maka

akan semakin lebih baik jika gaya mengajar maupun pendekatan pembelajaran

sejarah yang demikian haruslah diubah dengan prinsip-prinsip yang berdasarkan

pada literasi. Pembelajaran sejarah membutuhkan media yang menarik untuk

dapat mengembangkan rasa kepedulian dan ketertarikan peserta didik terhadap

pelajaran sejarah. Guru dapat memanfaatkan Gerakan Literasi sekolah (GLS)

dalam proses pembelajaran.

Proses pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan Literasi ini

berkaitan dengan tahapan dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yaitu pada tahap

ketiga tentang pembelajaran. Semua kegiatan dalam tahap pembelajaran ini

dilakukan untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 2013 yang mengharapkan

peserta didik memiliki semangat dan minat baca yang tinggi. Di samping itu,

pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi juga dapat meningkatkan

kemampuan pada diri peserta didik untuk lebih mampu memaknai peristiwa-

peristiwa sejarah dalam kehidupan peserta didik. Dalam tahap pembelajaran ini

salah satu yang dapat dilakukan adalah menggunakan lingkungan fisik, sosial dan

afektif, serta akademik disertai dengan beragam bacaan (cetak, visual, auditori,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dan digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran untuk memperkaya

pengetahuan dalam mata pelajaran.8

Beberapa sekolah di Indonesia sudah menerapkan Gerakan Literasi Sekolah

(GLS). Di Yogyakarta, beberapa sekolah juga sudah menerapkan Gerakan Literasi

Sekolah (GLS) salah satunya di SMA Negeri 1 Ngaglik. SMA Negeri 1 Ngaglik

merupakan salah satu SMA Negeri yang ada di Yogykarta. SMA Negeri 1

Ngaglik terletak di Jalan Kayunan, desa/kelurahan Donoharjo, kecamatan

Ngaglik, kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Meskipun berada cukup jauh dari pusat kota, namun SMA Negeri 1 Ngaglik

tidak kalah prestasi dengan sekolah-sekolah lain yang ada di Yogyakarta

khususnya di Kabupaten Sleman. SMA Negeri 1 Ngaglik memiliki banyak

prestasi yang dapat dilihat dan dibuktikan melaui piala-piala yang berjajar rapi di

Loby SMA Negeri 1 Ngaglik. Prestasi-prestasi yang berhasil diraih oleh SMA

Negeri 1 Ngaglik sangat beragam baik dari akademik maupun non akademik.

Di SMA Negeri 1 Ngaglik telah menerapkan Gerakan Literasi Sekolah

(GLS) yang sudah mulai diterapkan pada Tahun ajaran baru 2017. Gerakan

Literasi Sekolah (GLS) yang dijalankan di SMA Negeri 1 Ngaglik sudah berjalan

dengan baik dalam pelaksanaannya. Dilihat dari manfaatnya Gerakan Literasi

Sekolah (GLS) sangat banyak manfaatnya terutama dalam mendukung proses

pembelajaran. gerakan literasi sekolah juga dapat membantu untuk menumbuhkan

minat baca peserta didik.

8
Dirjendikdamen, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Atas, Jakarta:
Kemendikbud, 2016, hlm. 22.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SMA Negeri 1 Ngaglik telah menerapkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

pada tahap pertama yaitu tahap pembiasaan. Pada tahap pembiasaan telah

dilaksanakan secara rutin setiap hari selama 15 menit sebelum proses

pembelajaran dimulai. Kegiatan yang dilakukan adalah membaca buku non teks

pelajaran, dan khusus setiap hari kamis diadakan literasi agama yaitu membaca

kitab suci sesuai agama masing-masing.

Selanjutnya pada tahap pengembangan, yang dilakukan adalah dengan

membuat buku kemajuan literasi yang di dalamnuya berisi mengenai rangkuman

singkat dari buku yang dibaca oleh masing-masing peserta didik. Buku kemajuan

literasi kemudian diletakkan di setiap kelas. Pada tahap pengembangan ini juga

masih terus mengalami perkembangan salah satu contohnya adalah dengan

disediakannya lemari buku di setiap kelas yang nantinya akan digunakan sebagai

pojok bacaan.Pada tahap ketiga yaitu tahap pembelajaran, guru mata pelajaran

sejarah Indonesia sudah membawa kegiatan literasi ini dalam proses

pembelajaran. Contohnya adalah guru meminta peserta didik untuk membaca

materi pelajaran kemudian pada pertemuan selanjutnya peserta didik diminta

untuk menjelaskannya di depan kelas.

Untuk itu peneliti memilih SMA Negeri 1 Ngaglik sebagai tempat penelitian

seperti pemaparan dalam latar belakang di atas. Peneliti ingin mengetahui

penerapan Gerakan Literasi Sekolah pada tahap ke tiga yaitu tahap pembelajaran

dalam proses pembelajaran sejarah di SMA Negeri Ngaglik. Peneliti mengambil

judul Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi di SMA

Negeri 1 Ngaglik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran Sejarah Indonesia dengan

memanfaatkan literasi di SMA Negeri 1 Ngaglik ?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Sejarah Indonesia dengan

memanfaatkan literasi di SMA Negeri 1 Ngaglik ?

3. Bagaimana hasil pembelajaran Sejarah Indonesia dengan memanfaatkan

literasi di SMA Negeri 1 Ngaglik ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian adalah

untuk mendeskripsikan tentang :

1. Perencanaan pembelajaran Sejarah Indonesia dengan memanfaatkan literasi di

SMA Negeri 1 Ngaglik

2. Pelaksanaan pembelajaran Sejarah Indonesia dengan memanfaatkan literasi di

SMA Negeri 1 Ngaglik.

3. Hasil pembelajaran Sejarah Indonesia dengan memanfaatkan literasi di SMA

Negeri 1 Ngaglik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi universitas,

penulis, sekolah, dan guru yang diuraikan sebagai berikut :

1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Universitas

Sanata Dharma dalam hal kajian pengembangan ilmu pengetahuan khususnya

dalam pembelajaran yang memanfaatkan literasi.

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi pegangan ketika kelak telah menjadi

seorang pengajar dan dapat menambah pengetahuan bagi peneliti mengenai

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dan pemanfaatan literasi dalam pembelajaran

sehingga dapat menjadi suatu media baru bagi peneliti saat mengajar.

Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan peneliti untuk menjadi guru

yang professional.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi sekolah

untuk pengembangan dan peningkatan kualitas pembelajaran dengan

memanfaatkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).

4. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru khususnya

guru mata pelajaran sejarah untuk memanfaatkan Gerakan Literasi Sekolah

(GLS) dalam pembelajaran supaya pembelajaran menjadi lebih bermakna.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

5. Bagi Peserta didik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan hasil belajar,

menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan peserta didik. Melalui

pembelajaran literasi dalam mata pelajaran sejarah ini, diharapkan dapat

menumbuhkan budi pekerti dalam diri peserta didik dan juga dapat

meningkatkan rasa nasionalisme serta patriotisme pada peserta didik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
a. Literasi
Secara umum, literasi adalah kemampuan individu mengolah dan

memahami informasi saat membaca atau menulis. Secara tradisional, literasi

dipandang sebagai kemampuan membaca dan menulis. Pengertian literasi

selanjutnya menjadi lebih berkembang menjadi kemampuan membaca, menulis,

berbicara, dan menyimak. Sementara menurut KBBI, literasi memiliki arti

kemempuan membaca dan menulis.9 Jadi dapat disimpulkan bahwa literasi adalah

kemampuan membaca dan menulis yang dimiliki individu dalam hal ini adalah

peserta didik yang dalam perkembangannya juga juga melatih keterampilan

menyimak dan berbicara.

Deklarasi di Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa literasi juga

mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga

bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa,

dan budaya. Deklarasi UNESCO juga menyebutkan bahwa literasi informasi

terkait pula dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan,

menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi,

menggunakan dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai

9
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, Aplikasi luring resmi Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

persoalan. Kemampuan-kemampuan itu perlu dimiliki oleh tiap individu sebagai

syarat untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi, dan itu bagian dari hak

dasar manusia menyangkut pembelajaran sepanjang hayat.10

b. Komponen Literasi

Literasi tidak hanya sekedar membaca dan menulis yang akan

dikembangkan. Dalam literasi juga harus mencakup keterampilan berpikir

menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk media cetak, visual,

digital, dan auditori. Pada abad ke-21 ini, kemampuan-kemampuan yang demikian

disebut sebagai literasi informasi. Clay dan Ferguson menjabarkan bahwa

komponen literasi informasi terdiri atas literasi dini, literasi dasar, literasi

perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual. Komponen

literasi tersebut dijelaskan sebagai berikut11:

(1) Literasi Dini (Early Literacy), merupakan kemampuan untuk menyimak,

memahami bahasa lisan, dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan.

Kemampuan-kemapuan ini dibentuk oleh pengalamannya selama berinteraksi

dengan lingkungan sosialnya dirumah.

(2) Literasi Dasar (Basic literacy), adalah kemampuan untuk mendengarkan,

berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (Counting). Kemampuan ini

berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (Calculating),

mempersepsikan informasi (Perceiving), mengomunikasikan, serta

10
Dirjendikdasmen, Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, Jakarta: Kemendikbud, 2016,hlm. 7.
11
Ibid., hlm. 54.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

menggambarkan informasi (Drawing) berdasarkan pemahaman dan

pengambilan kesimpulan secara pribadi.

(3) Literasi Perpustakaan (Library Literacy), tujuannya antara lain adalah untuk

memberikan pemahaman tentang cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi,

memanfaatkan koleksi referensi dan periodical. Selain itu literasi perpustakaan

juga membantu untuk memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi

pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan,

memahami penggunaan katalog dan pengindeksan.

(4) Literasi Media (Media Literacy), merupakan kemampuan untuk mengetahui

berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik

(media radio, media televisi), media digital (media internet). Selain untuk

mengetahui berbagai bentuk media, literasi media juga berfungsi untuk

memahami tujuan penggunaannya.

(5) Literasi Teknologi (Technology Literacy), merupakan kemampuan dalam

memahami kelengkapan teknologi seperti piranti keras (Hardware), piranti

lunak (Software), serta etika dalam memanfaatkan teknologi. Selanjutnya

kemampuan dalam memahami teknologi akan membantu untuk mencetak,

mempresentasikan, dan mengakses internet. Dengan semakin luasnya

informasi saat ini, maka pemahaman dalam penggunaan teknologi sangat

diperlukan dalam pengelolaan informasi tersebut.

(6) Literasi Visual (Visual Literacy), merupakan pemahaman tingkat lanjut antara

literasi media dan literasi teknologi. Literasi visual inilah yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan

materi visual dan audiovisual secara kritis dan bermartabat.

Dalam pelaksanaan komponen literasi ini tentunya ada pihak-pihak yang

memiliki peran aktif di dalamnya. Dengan adanya pihak-pihak tersebut maka

pelaksanaan komponen literasi ini akan menjadi lebih baik dan menjadi lebih

terarah lagi. Adapun pihak yang berperan aktif dalam pelaksanaan komponen

literasi dipaparkan pada tabel berikut ini12:

Tabel 1. Pelaksanaan Komponen Literasi


NO Komponen Literasi Pihak Yang Berperan Aktif
1. Literasi usia dini Orang tua dan keluarga, guru/PAUD,
pamong/pengasuh
2. Literasi dasar Pendidikan formal
3. Literasi perpustakaan Pendidikan formal
4. Literasi teknologi Pendidikan formal dan keluarga
5. Literasi Media Pendidikan formal, keluarga, dan
lingkungan sosial
6. Literasi Visual Pendidikan formal, keluarga, dan
lingkungan sosial

Literasi yang komprehensif dan saling terkait ini nantinya akan menjadikan

seseorang untuk berkontribusi kepada masyarakat sesuai dengan kompetensi dan

perannya sebagai warga Negara global (global citizen). Peran aktif para pemangku

kepentingan yaitu kepala sekolah, guru sebagai pendidik, tenaga kependidikan,

dan pustakawan dalam pendidikan formal, tentunya sangat berpengaruh untuk

memfasilitasi pengembangan komponen literasi peserta didik. Agar lingkungan

literasi tercipta, diperlukan perubahan paradigma semua pemangku kepentingan

12
Ibid., hlm. 10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

demi kelancaran dan kemajuan literasi di sekolah. Dalam pelaksanaanya

diperlukan juga pendekatan cara belajar-mengajar yang dapat mendukung

komponen-komponen literasi ini.13

c. Prinsip-Prinsip Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

Praktik-praktik yang baik dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS) haruslah

menekankan pada prinsip-prinsip yang ada. Adanya prinsip-prinsip ini tentunya

untuk mendukung dan mengarahkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) agar dapat

terlaksana dengan baik. Ada enam prinsip dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

diantaranya adalah sebagai berikut14:

1) Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat

diprediksi

Perkembangan literasi haruslah berjalan sesuai dengan tahap perkembangan

yang ada. Tahap pengembangan anak dalam belajar membaca dan menulis saling

berkaitan dengan tahap perkembangan. Dengan memahami setiap tahap

perkembangan literasi pada peserta didik, maka selanjutnya dapat membantu

sekolah untuk memilih strategi pembiasaan dan pembelajaran literasi yang tepat

dan sesuai dengan kebutuhan perkembangan peserta didik.

2) Program literasi yang baik bersifat berimbang

Program literasi yang dilaksanakan di sekolah sifatnya haruslah seimbang.

Sekolah yang menerapkan program literasi berimbang harus menyadari bahwa

tiap peserta didik memiliki kebutuhan yang berbeda. Oleh sebab itu, strategi

13
Ibid., hlm. 10.
14
Ibid., hlm. 11-12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

membaca dan jenis teks yang dibaca perlu divariasikan dan disesuaikan dengan

jenjang pendidikan dan kebutuhan dari peserta didik yang berbeda-beda tersebut.

3) Program literasi terintegrasi dengan kurikulum

Pembiasaan dan pembelajaran literasi disekolah menjadi tanggung jawab

bagi semua guru di semua mata pelajaran. Hal ini karena pembelajaran dalam

mata pelajaran apapun membutuhkan bahasa, terutama membaca dan menulis.

Dengan demikian, pengembangan professionalitas guru dalam literasi perlu

diberikan kepada guru semua mata pelajaran termasuk guru mata pelajaran sejarah

Indonesia.

4) Kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapanpun

Dalam pelaksanaannya, kegiatan membaca dan menulis dapat dilakukan

kapanpun dan dimanapun. Misalnya dalam „menulis surat kepada presiden‟ atau

„membaca untuk ibu‟ merupakan contoh-contoh kegiatan literasi yang bermakna.

Contoh kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja

bila memang ada kesempatan.

5) Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan

Literasi yang kuat diharapkan dapat memunculkan berbagai kegiatan lisan

misalnya berupa diskusi tentang buku selama pembelajaran dikelas. Kegiatan

diskusi ini dapat membuka kemungkinan untuk terjadi perbedaan pendapat agar

kemampuan berpikir kritis dapat diasah. Peserta didik perlu belajar untuk

menyampaikan perasaan dan pendapatnya, saling mendengarkan, dan

menghormati perbedaan pandangan. Dalam kegiatan inilah peserta didik dapat

belajar tentang hal itu.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

6) Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap keberagaman

Tentunya dalam lingkungan sekolah terdapat keberagaman baik dalam segi

agama, suku, maupun budaya. Warga sekolah dapat belajar menghargai perbedaan

melalui kegiatan literasi di sekolah. Bahan bacaan untuk peserta didik perlu

merefleksikan kekayaan budaya Indonesia agar mereka dapat memahami dan

memaknai pengalaman multicultural yang selanjutnya dapat diterapkan dalam

kehidupan nyata sehari-hari.

d. Landasan Filosofis dan Landasan Hukum Gerakan Literasi Sekolah

(GLS)

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan sebuah upaya yang dilakukan

secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran

yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Berdasarkan buku

panduan yang dikeluarkan oleh Kemendikbud, terkait kebijakan ini, Gerakan

Literasi Sekolah (GLS) memiliki15:

1) Landasan Filosofi

Sumpah Pemuda butir ketiga (3) menyatakan, “Menjunjung bahasa

persatuan bahasa Indonesia” yang memiliki makna pengakuan terhadap

keberadaan ratusan bahasa daerah yang memiliki hak hidup dan peluang

penggunaan bahasa asing sesuai dengan keperluannya.

a) Butir ini menegaskan pentingnya pembelajaran berbahasa dalam pendidikan

nasional.

15
Ibid., hlm. 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

b) Konvensi PBB tentang Hak Anak pada tahun 1989 tentang pentingnya

penggunaan bahasa ibu. Indonesia yang memiliki beragam suku bangsa,

khususnya mikrokultur-mikrokultur tertentu perlu difasilitasi dengan bahasa

ibu saat mereka memasuki pendidikan dasar kelas rendah (kelas I, II, III).

c) Konvensi PBB di Praha tahun 2003 tentang kecakapan literasi dasar dan

kecakapan perpustakaan yang efektif merupakan kunci bagi masyarakat yang

literat dalam menghadapi derasnya arus informasi teknologi. Lima komponen

yang esensial dari literasi informasi itu adalah basic literacy, library literacy,

media literacy, technology literacy, dan visual literacy.

2) Landasan Hukum

Selain landasan filosfis, Gerakan Literasi Sekolah (GLS) juga memiliki

landasan hukum yang menjadi dasarnya. Landasan hukum dalam Gerakan Literasi

Sekolah (GLS) adalah sebagai berikut16:

a) Undang-Undang Dasar 1945, pasal 31, Ayat 3: “Pemerintahan mengusahakan


dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang.”
b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
c) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan.
d) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.
e) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
f) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU Nomor
43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.

16
Ibid., hlm. 4-5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

g) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007 tentang Pedoman bagi
Kepala Daerah dalam Pelestarian dan Pengembangan Bahasa Negara dan
Bahasa Daerah.
h) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar
Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),
Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/
Madrasah Aliyah (SMA/MA).
i) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
j) Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019.

e. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

Dalam tujuan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) ini terdapat tujuan umum dan

tujuan khusus yang akan di paparkan sebagai berikut:

a) Tujuan Umum

Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan

ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah

(GLS) agar mereka menjadi pembelajaran sepanjang hayat.17

b) Tujuan Khusus

Tujuan khusus Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah18:

1) Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah.


2) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.
3) Menjadikan sekolah sebagai tempat belajar yang menyenangkan dan ramah
anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
4) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku
bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.

f. Ruang Lingkup Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

Ruang Lingkup dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS), meliputi19:

a) Lingkungan fisik sekolah (ketersediaan fasilitas, sarana prasarana literasi).

17
Ibid., hlm. 5.
18
Ibid., hlm. 5.
19
Ibid., hlm. 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

b) Lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan partisipasi aktif semua warga

sekolah) dalam melaksanakan kegiatan literasi.

c) Lingkungan akademik (adanya program literasi yang nyata dan bisa

dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah).

g. Sasaran Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

Sasaran Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah seluruh ekosistem sekolah

pada jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah atas.20 Dalam

penelitian ini yang menjadi sasaran dari Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang

dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ngaglik adalah seluruh ekosistem di SMA Negeri

1 Ngaglik. Harapannya adalah melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS), seluruh

ekosistem yang ada di SMA Negeri 1 Ngaglik dapat menjadi warga sekolah yang

literat.

h. Target Pencapaian Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 dipersiapkan untuk menyongsong

pendidikan abad ke-21. Oleh karena itu, pembelajaran perlu memperhatikan

secara khusus terhadap upaya penguatan karakter, pengembangan kemampuan

berpikir tingkat tinggi (Higher Order Tinking Skill/ HOTS), pemanfaatan literasi,

dan pengembangan 4C yang meliputi creativity, critical thinking, communication,

dan collaboration. Selanjutnya, untuk mengetahui dan memastikan

20
Ibid., hlm. 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

keterlaksanaannya dalam pembelajaran maka berbagai aspek ini harus tertuang

dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.21

Terkait dengan aspek literasi, secara khusus Gerakan Literasi Sekolah

(GLS) digagas untuk mendukung kegiatan tersebut.22 Gerakan Literasi Sekolah

(GLS) diharapkan dapat menciptakan ekosistem Sekolah Menengah Atas yang

literat, yang dapat menumbuhkan budi pekerti peserta didik. Ciri-ciri ekosistem

sekolah yang literat adalah sebagai berikut23:

a) Menyenangkan dan ramah anak, sehingga dapat menumbuhkan semangat


warganya dalam belajar;
b) Semua warganya mampu menunjukkan sikap empati, peduli, dan menghargai
sesama;
c) Menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan pada warganya;
d) Memampukan warganya untuk cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi
kepada lingkungan sosialnya;
e) Mengakomodasikan partisipasi seluruh warga dan lingkungan eksternal SMA.

i. Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah

Menurut Beers, agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam

pengembangan budaya literasi, hendaknya perlu menyampaikan beberapa strategi

untuk menciptakan budaya literasi yang positif di sekolah. Strategi ini akan

mendukung budaya literasi dapat terlaksana dengan baik, sehingga nantinya akan

memberikan dampak positif bagi seluruh warga sekolah. Beberapa strategi

tersebut diantaranya adalah sebagai berikut24:

1) Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi

21
Hendra Kurniawan, 2018, “Pembelajaran Literasi dalam Mata Pelajaran Sejarah”, Historia
Vitae, Vol 32, No. 1, Universitas Sanata Dharma, hlm. 2.
22
Ibid., hlm. 2.
23
Dirjendikdasmen, op.cit., hlm. 34.
24
Ibid., hlm. 12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

Lingkungan fisik adalah hal pertama yang dilihat dan dirasakan warga

sekolah. Oleh karena itu, lingkungan fisik perlu terlihat ramah dan kondusif

untuk kegiatan pembelajaran. Sekolah yang mendukung pengembangan budaya

literasi sebaiknya memajang karya peserta didik di seluruh area sekolah, termasuk

koridor, kantor kepala sekolah dan guru.

Karya-karya peserta didik ini kemudian diganti secara rutin untuk

memberikan kesempatan kepada semua peserta didik. Selain itu, peserta didik

dapat mengakses buku dan bahan bacaan lain di sudut baca di semua kelas,

kantor, dan area lain di sekolah. Ruang pimpinan dengan pajangan karya peserta

didik akan memberikan kesan positif tentang komitmen sekolah terhadap

pengembangan budaya literasi.

2) Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif sebagai model komunikasi dan

interaksi yang literat

Lingkungan sekolah dan afektif dibangun melalui model komunikasi dan

interaksi seluruh komponen sekolah. Hal itu dapat dikembangkan dengan

pengakuan atas capaian peserta didik sepanjang tahun. Pemberian penghargaan

dapat dilakukan saat upacara bendera setiap minggu untuk menghargai kemajuan

peserta didik di semua aspek. Prestasi yang dihargai bukan hanya akademik, tetapi

juga sikap dan upaya peserta didik. Dengan demikian, setiap peserta didik

mempunyai kesempatan untuk memperoleh penghargaan sekolah.

Literasi juga diharapkan dapat mewarnai semua perayaan penting di

sepanjang tahun pelajaran. Ini dapat diwujudkan dalam bentuk festival buku,

lomba poster, mendongeng, karnaval tokoh buku cerita, dan sebagainya. Pimpinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

sekolah selayaknya berperan aktif dalam menggerakkan literasi, antara lain

dengan membangun budaya kolaboratif antarguru dan tenaga kependidikan.

Dengan demikian, setiap orang dapat terlibat sesuai kemampuannya masing-

masing. Peran orang tua dalam gerakan literasi juga akan semakin memperkuat

komitmen sekolah dalam pengembangan budaya literasi.

3) Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat

Lingkungan fisik, sosial, dan afektif berkaitan erat dengan lingkungan

akademik. Ini dapat diketahui berdasarkan perencanaan dan pelaksanaan gerakan

literasi di sekolah. Sekolah sebaiknya memberikan alokasi waktu yang cukup

banyak untuk pembelajaran literasi. Salah satunya dengan menjalankan kegiatan

membaca dalam hati dan guru membacakan buku dengan nyaring selama 15

menit sebelum pembelajaran berlangsung. Untuk menunjang kemampuan guru

dan staf, mereka perlu diberikan kesempatan untuk mengikuti program pelatihan

tenaga kependidikan untuk peningkatan pemahaman tentang program literasi,

pelaksanaan, dan keterlaksanaannya.

Tabel di bawah ini mencantumkan beberapa parameter yang dapat

digunakan sekolah untuk membangun budaya literasi sekolah yang baik.

Tabel 2. Ekosistem Sekolah yang Literat


a. Lingkungan Fisik
1) Karya peserta didik dipajang di sepanjang lingkungan sekolah, termasuk
koridor dan kantor (kepala sekolah, guru, administrasi, bimbingan
konseling).
2) Karya peserta didik dirotasi secara berkala untuk memberi kesempatan
yang seimbang kepada semua peseta didik.
3) Buku dan materi bacaan lain tersedia di pojok-pojok baca di semua ruang
kelas.
4) Buku dan materi bacaan lain tersedia juga untuk peserta didik dan orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

tua/ pengunjung di kantor dan ruangan selain ruang kelas.


5) Kantor kepala sekolah memajang karya peserta didik dan buku bacaan
untuk anak.
6) Kepala sekolah bersedia berdialog dengan warga sekolah.
b. Lingkungan Sosial dan Afektif
1) Penghargaan terhadap prestasi peserta didik (akademik dan nonakademik)
diberikan secara rutin (tiap minggu/bulan). Upacara hari senin merupakan
salah satu kesempatan yang tepat untuk pemberian penghargaan
mingguan.
2) Kepala sekolah terlibat aktif dalam pengembangan literasi.
3) Merayakan hari-hari besar dan nasional dengan nuansa literasi, misalnya
merayakan Hari Kartini dengan membaca surat-suratnya.
4) Terdapat budaya kolaborasi antarguru dan staf, dengan mengakui
kepakaran masing-masing.
5) Terdapat wakyu yang memadai bagi staf untuk berkolaborasi dalam
menjalankan program literasi dan hal-hal yang terkait dengan
pelaksanaannya.
6) Staf sekolah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, terutama
dalam menjalankan program literasi.
c. Lingkungan Akademik
1) Terdapat TLS yang bertugas melakukan asesmen dan perencanaan. Bila
diperlukan, ada pendampingan dari pihak eksternal.
2) Disediakan waktu khusus dan cukup banyak untuk pembelajaran dan
pembiasaan literasi: membaca dalam hati (sustained silent reading),
membaca buku dengan nyaring (reading aloud), membaca bersama
(shared reading), membaca terpandu (guided reading), diskusi buku,
bedah buku, presentasi (show-and-tell presentation).
3) Waktu berkegiatan literasi dijaga agar tidak dikorbankan untuk
kepentingan lain.
4) Disepakati waktu berkala untuk TLS membahas pelaksanaan Gerakan
Literasi Sekolah (GLS).
5) Buku fiksi dan nonfiksi tersedia dalam jumlah cukup banyak di sekolah.
Buku cerita fiksi sama pentingnya dengan buku berbasis ilmu
pengetahuan.
6) Ada beberapa buku yang wajib dibaca oleh warga sekolah.
7) Ada kesempatan pengembangan professional tentang literasi yang
diberikan untuk staf, melalui kerja sama dengan institusi terkait
(perguruan tinggi, dinas pendidikan, dinas perpustakaan, atau berbagi
pengalaman dengan sekolah lain).
8) Seluruh warga sekolah antusias menjalankan program literasi, dengan
tujuan membangun organisasi sekolah yang suka belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

j. Tahapan Gerakan Literasi Sekolah (GLS)


Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dilaksanakan secara bertahap dengan

mempertimbangkan kesiapan sekolah di seluruh Indonesia. Kesiapan ini

mencakup kesiapan kapasitas sekolah (ketersediaan fasilitas, bahan bacaan, sarana

dan prasarana literasi), kesiapan warga sekolah, dan kesiapan pendukung lainnya

(partisipasi publik, dukungan kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang

relevan). Untuk memastikan keberlangsungannya dalam jangka panjang, Gerakan

Literasi Sekolah (GLS) dilaksanakan secara bertahap. Adapun tahapan Gerakan

Literasi Sekolah (GLS) adalah sebagai berikut25:

1) Tahap pertama adalah tahap Pembiasaan kegiatan membaca yang

menyenangkan di ekosistem sekolah. Pembiasaan ini bertujuan untuk

menumbuhkan minat terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca dalam

diri warga sekolah. Penumbuhan minat baca merupakan hal fundamental bagi

pengembangan kemampuan literasi peserta didik. Pada pembelajaran sejarah,

kegiatan pembiasaan yang diberikan oleh guru biasanya adalah dengan

membaca materi-materi sejarah yang akan dipelajari. Peserta didik diminta

untuk membaca buku pelajaran dan juga diminta untuk mencari sumber lain.

Kegiatan ini dilakukan ketika akan memasuki materi baru atau ketika akan

ulangan.

2) Tahap kedua adalah tahap Pengembangan minat baca untuk meningkatkan

kemampuan literasi. Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan

mengembangkan kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan

25
Ibid., hlm 28-30.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi

secara kreatif melalui kegiatan menanggapi bacaan pengayaan. Dalam

pembelajaran sejarah kegiatan pada tahap pengembangan yang dilakukan

adalah dengan dengan membuat rangkuman dan mengaitkannya dengan

kehidupan nyata yang dapat dijadikan contoh.

3) Tahap ketiga adalah tahap Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi.

Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran bertujuan mengembangkan

kemampuan memahami teks dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi,

berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui

kegiatan menanggapi teks buku bacaan pengayaan dan buku pelajaran.

Kegiatan membaca pada tahap ini untuk mendukung pelaksanaan kurikulum

2013 yang mensyaratkan peserta didik membaca buku nonteks pelajaran yang

dapat berupa buku tentang pengetahuan umum, kegemaran, minat khusus, atau

teks multimodal, dan juga dapat dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu

sebanyak 6 buku bagi siswa SD, 12 buku bagi siswa SMP, dan 18 buku bagi

siswa SMA/SMK. Buku laporan kegiatan membaca pada tahap pembelajaran

ini disediakan oleh wali kelas. Dalam pembelajaran sejarah literasi dapat

dijadikan sebagai model pembelajaran yang mampu menumbuhkan empat

keterampilan dalam diri peserta didik yaitu membaca, menyimak, menulis, dan

berbicara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

Pada tabel berikut ini akan dipaparkan tahap dan kegiatan literasi sekolah.

Tabel 3. Fokus Kegiatan dan Tahapan Literasi Sekolah


TAHAPAN KEGIATAN
PEMBIASAAN 1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum
(belum ada tagihan) jam pelajaran melalui kegiatan membaca buku
dengan nyaring (read aloud) atau seluruh warga
sekolah membaca dalam hati (sustained silent
reading). Di SMA Negeri 1 Ngaglik telah rutin
dilaksanakan setiap hari selama 15 menit sebelum
proses pembelajaran dimulai. Khusus untuk hari
kamis diadakan literasi agama yaitu membaca
kitab suci sesuai dengan agama masing-masing.
2. Membangun lingkungan fisik sekolah yang kaya
literasi, antara lain: (1) menyediakan perpustakaan
sekolah; (2) pengembangan sarana lain (UKS,
kantin, kebun sekolah); dan (3) penyediaan koleksi
teks cetak, visual, digital, maupun multimodal
yang mudah diakses oleh seluruh warga sekolah;
(4) pembuatan bahan kaya teks (print-rich
materials). Di SMA Negeri 1 Ngaglik sudah
memadai dan sedang dalam tahap untuk
melengkapinya.
PENGEMBANGAN 1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum
(ada tagihan jam pelajaran melalui kegiatan membaca buku
sederhana untuk dengan nyaring, membaca dalam hati, membaca
penilaian non- bersama, dan/atau membaca terpadu diikuti
akademik) kegiatan lain dengan tagihan non-akademik,
contoh: membuat peta cerita (story map),
menggunakan graphic organizers, bincang buku.
2. Mengembangkan lingkungan fisik, sosial, afektif
sekolah yang menghargai keterbukaan dan
kegemaran terhadap pengetahuan dengan berbagai
kegiatan, antara lain: (a) memberikan penghargaan
kepada capaian perilaku positif, kepedulian sosial,
dan semangat belajar peserta didik; penghargaan
ini dapat dilakukan pada setiap upacara bendera
hari Senin dan/atau peringatan lain; (b) kegiatan-
kegiatan akademik lain yang mendukung
terciptanya budaya literasi di sekolah (belajar di
kebun sekolah, belajar di lingkungan luar sekolah,
wisata perpustakaan kota/daerah dan taman bacaan
masyarakat, dll.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

3. Pengembangan kemampuan literasi melalui


kegiatan di perpustakaan sekolah/ perpustakaan
kota/daerah atau taman bacaan masyarakat atau
sudut baca kelas dengan berbagai kegiatan, antara
lain: (a) membaca buku dengan nyaring, membaca
dalam hati, membaca bersama (shared reading),
membaca terpandu (guided reading), menonton
film pendek, dan/atau membaca teks visual/digital
(materi dari internet); (b) peserta didik merespon
teks (cetak/visual/digital), fiksi dan nonfiksi,
melalui beberapa kegiatan sederhana seperti
menggambar, membuat peta konsep, berdiskusi,
dan berbincang tentang buku. Secara keseluruhan
kehiatan dalam tahap pengembangan ini sudah
mulai terlaksana ditandai dengan telah
disediakannya buku kemajuan literasi di setiap
kelas.
PEMBELAJARAN 1. Lima belas menit membaca setiap hari sebelum
(ada tagihan jam pelajaran melalui kegiatan membacakan buku
akademik) dengan nyaring, membaca dalam hati, membaca
bersama, dan/atau membaca terpandu diikuti
dengan kegiatan lain dengan tagihan non-akademik
dan akademik.
2. Kegiatan literasi dalam pembelajaran, disesuaikan
dengan tagihan akademik di kurikulum 2013.
3. Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami
teks dalam semua mata pelajaran (misalnya,
dengan menggunakan graphic organizers).
4. Menggunakan lingkungan fisik, sosial, afektif, dan
akademik disertai beragam bacaan (cetak, visual,
auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku
teks pelajaran untuk memperkaya pengetahuan
dalam mata pelajaran. Dalam mata pelajaran
sejarah Indonesia sudah diterapkan.

Dalam tahap pembelajaran, semua mata pelajaran sebaiknya menggunakan

ragam teks (cetak/visual/digital) yang tersedia dalam buku-buku pengayaan atau

informasi lain di luar buku pelajaran. Guru diharapkan bersikap kreatif dan

proaktif mencari referensi pembelajaran yang relevan.26 Khusus pada tahap ketiga

26
Ibid., hlm. 30.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

yaitu tahap pembelajaran, pemanfaatan literasi dalam proses pembelajaran

dirancang untuk mendukung implementasi kurikulum 2013 yang harapannya

dapat menjawab tantangan pendidikan pada abad ke 21.27

2. Pembelajaran Sejarah

a) Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang

diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut kemudian mendapatkan

imbuhan awalan “pe” dan akhiran “an” yang kemudian menjadi Pembelajaran.

Pembelajaran memiliki arti sebagai sebuah proses, cara, dan perbuatan mengajar

pada peserta didik yang dilakukan oleh pendidik supaya peserta didik mau belajar.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pembelajaran adalah sebuah

proses, cara, serta perbuatan yang menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.28

Sementara pembelajaran menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang

Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 merupakan proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.29 Undang-Undang

Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

pada pasal 3 juga menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

27
Hendra Kurniawan, op. cit., hlm. 1.
28
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, Aplikasi luring resmi Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
29
www.dosenpendidikan.com/22-pengertian-pembelajaran-menurut-para-ahli-terlengkap, diakses
pada Rabu, 11 Maret 2018, pukul 15.22 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.30

Pembelajaran ini menjadi sangat penting karena dalam kegiatan ini terdapat

proses interaksi antara guru sebagai sebagai pembawa informasi dan peserta didik

sebagai penerima informasi. Arti penting pembelajaran ini memberikan penjelasan

bahwa pembelajaran merupakan proses yang tidak bisa dianggap remeh dalam

proses kemajuan suatu bangsa.31

Dalam proses pembelajaran informasi menjadi bagian yang sangat penting

untuk diperoleh. Peserta didik perlu melakukan pengolahan terhadap informasi-

informasi yang didapatnya. Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang

bagaimana peserta didik mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah

besar informasi yang diterima peserta didik.32

Dalam teori pengolahan informasi terdapat komponen belajar yang meliputi:

(1) perhatian ditujukan pada stimulus, (2) pengodean stimulus, (3) penyimpanan

dan mendapatkan kembali (retrival). Atas dasar komponen belajar tersebut,

selanjutnya hal yang esensial dari pembelajaran yang dapat dilakukan adalah33:

1) Membimbing Peserta Didik dalam Penerimaan Stimulus

Sistem memori manusia dapat melakukan seleksi atas stimulus-stimulus

yang dapat diperhatikannya. Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan

30
Sigit Mangun Wardoyo, Pembelajaran Konstruktivisme: Teori dan Aplikasi Pembelajaran
dalam Pembentukan Karakter, 2013, Bandung: Alfabeta. hlm. 90.
31
Ibid., hlm. 56.
32
Karwono dan Heni Mularsih, Belajar dan pembelajaran: Serta Pemanfaatan Sumber Belajar,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2017, hlm. 150.
33
Ibid., hlm. 153-156.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

berkaitan membimbing perhatian peserta didik terhadap penerimaan stimulus

antara lain: (a) memusatkan perhatian ke stimulus-stimulus tertentu yang dipilih,

(b) mengenali secara awal stimulus dengan kode-kode tertentu. Hal penting agar

kegiatan menyajikan fokus adalah memudahkan peserta didik menerima informasi

yang cermat dan lengkap.

2) Memperlancar Mengode

Selama belajar, fungsi pengodean adalah untuk menyiapkan informasi baru

untuk disimpan ke dalam memori jangka panjang. Proses ini menghendaki

transformasi informasi menjadi kode ringkasan untuk memudahkan mengingat

kembali diwaktu kemudian. Ada dua rancangan yang berbeda yang dapat

memudahkan pengodean, yaitu dengan memberikan pengisyarat, elaborasi, dan

cara titian ingatan (mneomonik) sebagai pembantu untuk menyusun sandi,

pandangan ini disebut bantuan berbasis pembelajaran.

3) Memperlancar Penyimpanan dan Retrival

Siasat pengodean penting karena dapat meningkatkan kemampuan

mengingat kembali kelak. Elaborasi berbasis pembelajaran dan elaborasi basis

peserta kedua memberikan sumbangan dalam mengingat kembali. Proses

pemnculan kembali apa yang telah disimpan dalam ingatan (retrival process)

dianalogikan dengan mekanisme menelusuran (search mechanism). Asumsi yang

dipakai dalam penelusuran informasi dalam ingatan adalah: bahwa ingatan terdiri

dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusurannya bergerak

secara hierarkis, dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang

umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, pembelajaran dapat diartikan

sebagai sebuah proses yang di dalamnya terjadi interaksi antara peserta didik,

pendidik, dan sumber belajar. Tujuan dari pembelajaran ini adalah membuat

peserta didik memperoleh ilmu dan pengetahuan, pembentukan sikap, dan

kepercayaan diri dalam dirinya. Pembelajaran menjadi jantung dari proses

pendidikan dalam suatu institusi pendidikan.34

b) Sejarah
Sejarah berasal dari kata Syajaratun (bahasa Arab) yang berarti pohon.

Sejarah dalam bahasa Inggris adalah history (Bahasa Latin dan yunani Historio).35

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sejarah mengandung tiga makna

yaitu36: (1) kesusasteraan lama (silsilah, asal-usul), (2) kejadian dan peristiwa

yang benar-benar terjadi pada masa lalu, dan (3) ilmu, pengetahuan, cerita,

pelajaran tentang kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa

lampau, atau juga disebut riwayat.

Sejarah dalam pandangan R. Mohammad Ali adalah (1) jumlah perubahan-

perubahan, kejadian-kejadian, dan peristiwa-peristiwa dalam kenyataan sekitar

kita, (2) cerita tentang perubahan-perubahan itu dan lain sebagainya, dan (3) ilmu

yang bertugas menyelidiki tentang perubahan dan sebagainya. Definisi sejarah Ali

34
Heri Susanto, Seputar pembelajaran Sejarah: Isu, Gagasan, dan Strategi Pembelajaran,
Yogyakarta: Aswaja Presindo, 2014, hlm. 43.
35
Kunto Wijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995, hlm. 1.
36
Abd. Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Madjid, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta:
Ombak, 2011. hlm. 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

menunjuk pada tiga hal pokok yakni: peristiwa dan perubahan, cerita, dan ilmu

yang mempelajari tentang peristiwa dan perubahan.37

Sejarah dimaksudkan sebagai rekonstruksi masa lalu dan yang di

rekonstruksi sejarah adalah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan,

dirasakan, dan dialami manusia. Pada umumnya orang memakai istilah sejarah

untuk menunjuk cerita sejarah, pengetahuan sejarah, gambaran sejarah, yang

semuanya itu sebenarnya adalah sejarah dalam arti subjektif. Sejarah dalam arti

subjektif ini merupakan suatu konstruk, yang merupakan bangunan yang disusun

oleh penulis sebagai satu uraian atau cerita. Sejarah dalam arti objektif menunjuk

pada kejadian atau peristiwa itu sendiri, yaitu peristiwa sejarah dalam

kenyataannya. Kejadian itu sekali terjadi tidak dapat diulang atau terulang lagi. 38

Mengajar sejarah berarti membantu peserta didik untuk mempelajari sejarah

sehingga kita perlu mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran

sejarah sebelum menelaah strategi dan teknik yang dapat digunakan guru untuk

membantu peserta didik dalam belajar.39 Sampai saat ini sebagian besar

pembelajaran sejarah di sekolah menengah masih menitikberatkan pada kegiatan

menghafal fakta-fakta sejarah. Untuk itu sebagai sorang calon guru, sebaiknya

kebiasaan yang demikian haruslah diubah. Dalam pembelajaran sejarah sebaiknya

jangan hanya menerapkan sistem menghafal yang dapat membuat bosan peserta

37
Ibid., hlm. 7.
38
Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2011, hlm. 13-15.
39
Brian Garvei dan Mary Krug, Model-model Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Penerbit
Ombak, 2015, hlm. 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

didik, tetapi juga harus mencari dan menerapkan inovasi-inovasi baru dengan

menggunakan strategi, model, dan metode yang tepat dalam proses pembelajaran.

Dalam pembelajaran sejarah, peran penting pembelajaran terlihat jelas

bukan hanya sebagai proses transfer ide, akan tetapi juga proses pendewasaan

pada diri peserta didik untuk memahami identitas, jati diri, dan kepribadian

bangsa melalui pemahaman terhadap peristiwa sejarah. Dengan demikian

pembelajaran sejarah hendaknya memperhatikan beberapa prinsip40:

1) Pembelajaran yang dilakukan haruslah adaptif terhadap perkembangan peserta

didik dan perkembangan zaman. Kendatipun sejarah bercerita tentang

kehidupan masa lalu, bukan berarti sejarah tidak bisa diajarkan secara

kontekstual. Banyak nilai dan fakta sejarah yang bila disampaikan dengan

benar dan sesuai dengan alam pikiran peserta didik akan mampu

membangkitkan pemahaman dan kesadaran peserta didikterhadap nilai-nilai

nasionalisme, patriotisme, dan persatuan.

2) Pembelajaran sejarah hendaklah berorientasi pada pendekatan nilai.

Menyampaikan fakta memang sangat penting dalam pembelajaran sejarah,

akan tetapi juga tidak kalah penting adalah bagaimana mengupas fakta-fakta

tersebut dan mengambil intisari nilai yang terdapat di dalamnya sehingga

pembelajar akan menjadi lebih mawas diri sebagai akibat dari pemahaman

nilai tersebut.

40
Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah:isu, gagasan, dan strategi pembelajaran,
Yogyakarta: Aswaja Pressido, 2014. hlm. 56-57.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

3) Strategi pembelajaran yang digunakan hendaklah tidak mematikan kreativitas

dan memaksa peserta didik hanya untuk menghafal fakta dalam buku teks.

Sejarah sudah saatnya diajarkan dengan cara yang berbeda, kebekuan

pembelajaran yang terjadi seringkali dikarenakan rendahnya kreatifitas dalam

pembelajaran sejarah. Sebagai akibatnya kejenuhan seringkali menjadi faktor

utama yang dihadapi guru dalam mengajarkan sejarah dan peserta didik dalam

belajar sejarah.

Pembelajaran sejarah nasional menurut Moh. Ali mempunyai tujuan sebagai

berikut41:

(1) Membangkitkan, mengembangkan serta memelihara semangat kebangsaan;


(2) Membangkitkan hasrat mewujudkan cita-cita kebangsaan dalam segala
lapangan;
(3) Membangkitkan hasrat mempelajari sejarah kebangsaan dan mempelajarinya
sebagai bagian dari sejarah dunia;
(4) Menyadarkan anak tentang cita-cita nasional (Pancasila dan Undang-undang
Pendidikan) serta perjuangan tersebut untuk mewujudkan cita-cita itu
sepanjang masa.

Pembelajaran sejarah yang baik dapat menolong peserta didik untuk berpikir

kritis. Berpikir kritis inilah yang sebenarnya dapat menunutun peserta didik untuk

memahami makna sejarah, baik sejarah nasional maupun sejarah umum. Untuk

itu, pembelajaran sejarah harus diorganisir dan dalam kegiatan-kegiatan yang

bersifat nyata, menarik, dan berguna bagi diri peserta didik.42

Pembelajaran sejarah dapat disampaikan dengan model-model yang menarik

agar peserta didik lebih mudah untuk memahaminya dan peserta didik menjadi

lebih tertarik untuk belajar sejarah. Salah satu model pembelajaran yang dapat

41
Ibid., hlm. 57.
42
Aman, op.cit., Hlm. 110.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

diterapkan dalam pembelajaran sejarah adalah model pembelajaarn Cooperative

Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Dalam

pengertiannya, Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah

satu metode yang menerapkan prinsip bahwa peserta didik diminta untuk bekerja

bersama-sama dalam kelompok.43 Pembelajaran Student Teams Achievement

Division (STAD) merupakan suatu bentuk pembelajaran kooperatif dimana peserta

didik belajar secara berkelompok dan berdiskusi guna menemukan dan memahami

konsep-konsep dalam pembelajaran.44 Semua ini juga dimaksudkan untuk

memupuk rasa kerja sama dalam kelompok, menyelesaikan tugas dengan baik,

dan menghindarkan dari rasa iri pada diri peserta didik.45

Model pembelajaran cooperative learning tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) dapat di kombinasikan dengan pembelajaran literasi dalam mata

pelajaran sejarah Indonesia. Pembelajaran literasi dalam matapelajaran sejarah

memiliki tujuan penting diantaranya adalah sebagai berikut46:

1. Meningkatkan dan memperdalam minat, khususnya minat membaca, dan


motivasi belajar sejarah peserta didik.
2. Mengembangkan kemandirian peserta didik sebagai pembelajar sejarah yang
mampu menelusuri berbagai sumber sejarah terpercaya secara kritis, kreatif,
dan inovatif sehingga selanjutnya produktif menghasilkan karya literasi
sejarah.
3. Mendukung upaya pendidikan karakter dengan menguatkan kesadaran sejarah
terutama dalam internalisasi nilai-nilai kebangsaan, kebhinekatunggalikaan,
dan patriotisme.
4. Membentuk peserta didik menjadi peminat sejarah, pembaca sejarah, penulis
sejarah, dan komunikator strategis dengan kesadaran sejarah yang tinggi.

43
https://portal-ilmu.com/metode-pembelajaran-stad/, diakses pada hari Selasa, 13 Juni 2018,
pukul 11.05 WIB.
44
Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013, Bandung: PT
Refika Aditama, 2014, hlm. 248.
45
Aman, op.cit., Hlm. 114.
46
Hendra Kurniawan, op. cit., hlm. 6-7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

5. Meningkatkan kemampuan berpikir dan mengembangkan kebiasaan berpikir


pada peserta didik yang menenmpatkan sejarah sebagai salah satu pijakan
pikir atau perspektif atas suatu permasalahan aktual.

3. Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang biasa

diterapkan untuk ilmu-ilmu eksakta seperti matematika, fisika, kimia, dan lain-

lain. Tetapi sayangnya, konstruktivisme masih jarang diterapkan untuk ilmu-ilmu

sosial-humaniora seperti pendidikan nilai-moral.47 Konstruktivisme adalah aliran

filsafat pengetahuan yang berpendapat bahwa pengetahuan (knowledge)

merupakan hasil konstruksi dari orang yang sedang belajar.48

Pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivisme menuntut

agar seorang pendidik atau guru mampu menciptakan pembelajaran yang menarik.

Tujuannya adalah untuk melibatkan peserta didik secara aktif dalam mencari dan

mengumpulkan materi pelajaran melalui interaksi sosial yang terjalin di dalam

kelas.

Konstruktivisme merupakan suatu filsafat pengetahuan yang secara ringkas

menjelaskan bahwa pengetahuan itu merupakan konsruksi seseorang. Orang

tersebut membentuk pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan

sekitarnya.49 Sebagai filsafat pengetahuan, konstruktivisme membatasi diri pada

bagaimana pengetahuan itu dianggap benar. Pengetahuan dibentuk oleh pengamat

yang berhubungan langsung dengan pengalaman baik fisik maupun mental.

47
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai-Karakter: Konstruktivisme dan VCT sebagai Inovasi
Pendekatan Afektif, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014, hlm. 161.
48
Ibid., hlm. 161.
49
Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Yogyakarta: Kanisius, 1997, hlm. 85.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Dalam pandangan konstruktivisme ini, pengetahuan selalu bersifat subjektif

karena dibentuk oleh pengamat.50

Titik krusial dalam pandangan konstruktivisme adalah terkait dengan proses

pembelajaran. Konstruktivisme memandang bahwa dalam pembelajaran yang

lebih ditekankan adalah prosesnya. Dalam konstruktivisme, belajar dianggap

sebagai proses aktif untuk mengkonstruksi pengetahuan. Proses aktif tersebut

sangat didukung oleh terciptanya interaksi antara peserta didik dan guru, dan

interaksi antar peserta didik.51

Yang sangat penting dalam konstruktivisme ini adalah bahwa dalam proses

pembelajaran, peserta didiklah yang harus berperan aktif. Peserta didik harus aktif

dalam mengembangkan pengetahuan mereka. Peserta didik juga harus

bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya tersebut. Kreativitas dan keaktifan

peserta didik dalam pembelajaran akan membantu peserta didik untuk lebih

mandiri dalam mengembangkan aspek kognitif mereka.52 Dalam konstruktivisme

ini, peran guru adalah sebagai fasilitator selama proses pembelajaran sementara

yang berperan aktif adalah peserta didik.

Dalam pembelajaran sejarah, pendekatan konstruktivisme memungkinkan

peserta didik melakukan dialog kritis dalam pembelajaran dan menggali informasi

sebanyak mungkin dari berbagai sumber.53 Melalui pendekatan konstruktivisme,

50
Ibid., hlm. 79.
51
Sigit Mangun Wardoyo, op. cit., hlm. 25-26.
52
Suparno Paul, op. cit., hlm. 81.
53
Aman, op.cit., Hlm. 109.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

peserta didik dapat mengaitkan antara pengalaman masa lalu atau materi dengan

kehidupan nyata sehari-hari untuk memperoleh pengetahuan baru.

4. Kurikulum 2013

Kurikulum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai

perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan. 54 Secara

modern, kurikulum adalah semua kegiatan dan pengalaman potensial (isi/materi)

yang telah disusun secara ilmiah, baik yang terjadi di dalam kelas, di halaman

sekolah, maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai

tujuan pendidikan.55 Tujuan kurikulum yang tertera dalam Undang-undang Sistem

pendidikan Nasional Tahun 1989 BAB I Pasal 1 menyebutkan bahwa kurikulum

adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan belajar

mengajar.56

Kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai

keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi seperti yang

digariskan dalam haluan Negara. Kurikulum 2013 diharapkan dapat

menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh dunia

pendidikan pada masa ini, terutama dalam memasuki era globalisasi yang penuh

54
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, Aplikasi luring resmi Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
55
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011, hlm. 4
56
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004, hlm. 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

dengan berbagai macam tantangan.57 Implementasi kurikulum 2013 diharapkan

dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif.

Sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat, dan berbagai

perkembangan serta pertumbuhan yang sedang berlangsung dewasa ini, dalam

pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi perlu

memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut58:

1) Pengembangan kurikulum dilakukan mengacu pada standar nasional


pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan
prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan
peserta didik.
3) Mata pelajaran merupakan wahana untuk mewujudkan pencapaian
kompetensi.
4) Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional dan
kebutuhan masyarakat, Negara, serta perkembangan global.
5) Standar Isi dijabarkan dari Standar Kompetensi Lulusan.
6) Standar Proses dijabarkan dari Standar Isi.
7) Standar Penilaian dijabarkan dari Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi,
dan Standar Proses.
8) Standar Kompetensi Lulusan dijabarkan ke dalam Kompetensi Inti.
9) Kompetensi Inti dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar yang
dikontekstualisasikan dalam suatu mata pelajaran.
10) Kurikulum satuan pendidikan dibagi menjadi kurikulum tingkat nasional,
daeyrah, dan satuan pendidikan.
(1) Tingkat nasional dikembangkan oleh pemerintah
(2) Tingkat daerah dikembangkan oleh pemerintah daerah
(3) Tingkat satuan pendidikan dikembangkan oleh satuan pendidikan.
11) Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi, peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
12) Penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk.
13) Proses belajar dengan pendekatan ilmiah (scientific approach).

57
Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013, hlm. 163.
58
Ibid., hlm. 81-82.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pendidikan karakter, terutama pada

tingkat dasar yang akan menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya. Pendidikan

karakter dalam kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan

hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia

peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar

kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan.59

Secara praktis, Kurikulum 2013 menganut (1) pembelajaran yang dilakukan

guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa

kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat. (2) pengalaman belajar

langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang,

karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung

individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar

seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum. Pembelajaran dalam konteks

kurikulum 2013 merupakan pembelajaran yang menuntut peserta didik belajar

melalui serangkaian pengalaman bekerja ilmiah secara berdiferensiasi.60

Dalam implementasi kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat

diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat

dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-

nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dihubungkan

dengan konteks, kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter pada tingkat satuan

pendidikan mengara pada pembentukan budaya sekolah/madrasah, yaitu nilai-

59
Ibid., hlm. 7.
60
Yunus Abidin, 2014, hlm. 22.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol

yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah/madrasah, dan masyarakat

sekitarnya. Budaya sekolah/madrasah merupakan ciri khas, karakter atau watak,

dan citra sekolah/madrasah tersebut dimata masyarakat luas.61

Keberhasilan Kurikulum 2013 dalam membentuk kompetensi dan karakter

di sekolah dapat diketahui dari berbagai perilaku sehari-hari yang tampak dalam

setiap aktivitas peserta didik dan warga sekolah lainnya. Perilaku tersebut antara

lain diwujudkan dalam bentuk kesadaran, kejujuran, keikhlasan, kesederhanaan,

kemandirian, kepedulian, kebebasan dalam bertindak, kecermatan, ketelitian, dan

komitmen.62

B. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh Eko Nudiyanti dan Edi Suryanto yaitu

Pembelajaran Literasi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas V

Sekolah Dasar. Dari hasil penelitian tersebut terlihat bahwa hasil penelitian

menunjukkan keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran literasi pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia. Melalui pembelajaran literasi pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia Siswa kelas V SD, pemahaman terhadap bacaan pun menjadi

cukup baik. Sementara pada keterampilan menulis juga menunjukkan hasil yang

memuaskan.

61
Mulyasa, op.cit., hlm. 7.
62
Ibid., hlm. 11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

Indikator keberhasilan pada pembelajaran literasi ini didasarkan pada

ketuntasan nilai yang telah dicapai peserta didik. Dalam pembelajaran literasi ada

empat keterampilan yang harus dikembangkan pada diri peserta didik diantaranya

adalah membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Pada pembelajaran literasi

mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diterapkan pada siswa kelas V SD juga

mengalami keberhasilan dalam mengembangkan keterampilan menulis. Hal ini

terlihat dari banyaknya hasil tulisan peserta didik dalam majalah dinding sekolah

(mading).63

Penelitian lain yang juga senada dengan penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan oleh Aditya Rakhmawan, Agus Setiabudi, dan Ahmad Mudzakir.

Penelitian tersebut mengangkat topik Perancangan Pembelajaran Literasi Sains

Berbasis Inkuiri Pada Kegiatan Laboratorium. Penelitian tersebut dilakukan di salah

satu SMA di kota Bandung. Dalam pelaksanaannya penelitian tersebut mengalami

keberhasilan.

Keberhasilan dari pembelajaran literasi sains ini terlihat dari peningkatan

keaktifan peserta didik. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa peserta didik

menjadi lebih aktif dalam bertanya dan mengkonfirmasi pemahaman selama kegiatan

laboratorium berlangsung. Pembelajaran sains berbasis inkuiri ini juga terbukti dapat

meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar sains.64

Mengacu pada kedua penelitian diatas, maka dapat dilakukan penelitian

serupa tetapi pada jenjang dan mata pelajaran yang berbeda. Jika pada penelitian

63
Eko Nurdiyanti dan Edi Suryanto, Pembelajaran Literasi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar, Universitas Sebelas Maret, 2010.
64
Aditya Rakhmawan, dkk., Perancangan Pembelajaran Literasi Sains Berbasis Inkuiri Pada
Kegiatan Laboratorium, Universitas Pendidikan Indonesia, 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

yang pertama pembelajaran literasi diterapkan pada peserta didik Sekolah Dasar

(SD) pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kemudian penelitian kedua

pembelajaran literasi diterapkan pada siswa SMA dalam mata pelajaran Sains,

maka penelitian ini akan tertuju pada peserta didik Sekolah Menengah Atas

(SMA) dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia.

C. Kerangka Pikir

Permasalahan yang terkait dengan mutu pendidikan di Indonesia adalah

rendahnya minat baca yang dimiliki oleh peserta didik. Melihat permasalahan

tersebut, pemerintah selalu berupaya untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan menetapkan sebuah Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 tahun 2015

tentang penumbuhan budi pekerti yang dilaksanakan melalui pembelajaran

literasi.

Pembelajaran literasi yang dicanangkan pada tahun 2015 sudah mulai

terlaksana dengan baik pada tahun 2017 seperti di SMA Negeri 1 Ngaglik.

Penerapan pembelajaran literasi ini mengharapkan agar peserta didik dapat

menguasai empat keterampilan yang juga merupakan aktivitas wajib dalam

program literasi. Keempat keterampilan yang diharapkan muncul dalam diri

peserta didik ini meliputi keterampilan membaca, menyimak, menulis, dan

berbicara. Guru dapat menerapkan empat aktivitas wajib dalam pembelajaran

literasi sebagai strategi pembelajaran dalam proses pembelajaran sejarah.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

Melalui empat aktivitas dalam pembelajaran literasi guru sejarah juga dapat

memanfaatkannya sebagai proses pembiasaan pada peserta didik untuk gemar

berliterasi. Pembiasaan ini dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan dengan

memanfaatkan lingkungan fisik, sosial, afektif dan akademik disertai beragam

bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya akan informasi dan dapat

menambah pengetahuan peserta didik dalam semua pelajaran khususnya dalam

pelajaran sejarah.

Pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan literasi, dapat membantu

peserta didik dalam mengembangkan pengetahuannya. Pengembangan

pengetahuan yang didapat peserta didik meliputi tiga aspek diantaranya kognitif,

afektif dan psikomotorik. Dalam aspek kognitif, pengetahuan yang didapatkan

oleh peserta didik semakin bertambah. Sementara pada aspek afektif, peserta didik

menjadi lebih menyukai pembelajaran sejarah Indonesia dengan memanfaatkan

lietrasi sehingga akan mempengaruhi juga proses pembelajaran. selanjutnya pada

aspek psikomotorik, empat keterampilan dalam diri peserta didik yaitu membaca,

menyimak, menulis, dan berbicara juga akan berkembang.

Dari uraian diatas, maka dapat digambarkan skema kerangka pikir sebagai

berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

MEMBACA

MENYIMAK

LITERASI
MENULIS

BERBICARA
GURU PEMBELAJARAN
SEJARAH
S

PESERTA
DIDIK

KOGNITIF

HASIL
BELAJAR AFEKTIF

PSIKOMOTORIK

Gambar I. Kerangka Pikir


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ngaglik yang beralamat di

jalan Kayunan, Donoharjo, Ngaglik, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2018 dengan jadwal

penelitian sebagai berikut:

Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian


BULAN
NO KEGIATAN MARET APRIL MEI JUNI
1 Penyusunan Proposal √
2 Perizinan √
3 Pengumpulan data √ √
4 Analisis data √ √
5 Penulisan Laporan √

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi

kasus. Penelitian kualitatif merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan

dalam mengungkapkan permasalahan dalam kehidupan kerja organisasi

pemerintah, swasta, kemasyarakatan, kepemudaan, perempuan, olah raga, seni

dan budaya, sehingga dapat dijadikan suatu kebijakan untuk demi kesejahteraan

47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

bersama. Penelitian dengan pendekatan kualitatif menekankan analisis proses dari

proses berpikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan

antarfenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah.65

Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan.

Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna

yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori,

untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.66 Dasar

penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang mempercayai bahwa kenyataan

itu berdimensi jamak, interaktif, dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang

diinterpretasikan oleh setiap individu.67

Penelitian studi kasus adalah salah satu jenis penelitian kualitatif deskriptif

yaitu penelitian yang dilakukan terfokus pada satu kasus tertentu untuk diamati

dan dianalisis secara cermat sampai tuntas. Kasus yang dimaksud dapat berupa

kasus tunggal atau jamak, misalnya berupa individu atau kelompok. Di sini perlu

dilakukan analisis secara tajam terhadap berbagai faktor yang terkait dengan kasus

tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh kesimpulan yang akurat.

Dalam bidang pendidikan studi kasus diartikan sebagai metode penelitian

deskriptif untuk menjawab permasalahan pendidikan yang mendalam dan

komprehensif dengan melibatkan subjek penelitian yang terbatas sesuai dengan

jenis kasus yang diselidiki. Subjek penelitian dalam studi kasus bisa bersifat

65
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013,
hlm. 80.
66
Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial: Teori Konsep Dasar dan
Implementasi, Bandung: Alfabeta, 2014, hlm. 287.
67
Imam Gunawan., op.cit., hlm. 83.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

individu, kelompok, lembaga, atau golongan masyarakat tertentu. Data studi kasus

dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain data dalam

studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber.

C. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan

tindakan.68 Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan

data seperti wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observsi yang

telah dituangkan dalam catatan lapangan. Bentuk lain dari data kualitatif adalah

gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.69 Dalam

penelitian ini sumber data yang digunakan adalah peserta didik dan guru sebagai

subjek penelitian. Sementara objeknya adalah pembelajaran sejarah yang

memanfaatkan literasi yang diharapkan dapat meningkatkan empat keterampilan

peserta didik yaitu membaca, menyimak, menulis, dan berbicara.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang

(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan

perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan

gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk

68
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014,
hlm. 157.
69
Hamid Darmadi., op. cit. hlm. 36.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

membantu mengerti perilaku manusia, atau kejadian, dan untuk evaluasi yaitu

melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap

pengukuran tersebut.70 Dalam penelitian ini, observasi digunakan untuk

mengetahui aktivitas peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran sejarah

yang memanfaatkan literasi di kelas.

2. Kuesioner

Kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak

langsung.71 Kuesioner diberikan kepada peserta didik lalu kemudian kuesioner

dijawab oleh peserta didik. Dalam penelitian ini kuesioner merupakan alat yang

berfungsi untuk mengetahui ketertarikan peserta didik terhadap pelajaran sejarah.

Tujuan penyebaran kuesioner ini adalah untuk mencari informasi yang lengkap

mengenai suatu masalah dari responden.

3. Wawancara

Dalam penelitian kualitatif, wawancara merupakan salah satu alat yang

digunakan untuk mengumpulkan data. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang (narasumber) yang

diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal.72

Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah

tertentu yang merupakan proses tanya jawab lisan di mana ada dua orang atau

lebih berhadapan secara fisik. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data atau

70
Ibid., hlm. 291.
71
Sudaryono, Metode Penelitian pendidikan, Jakarta: Prenadamedia Group, 2016, hlm. 77.
72
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, Aplikasi luring resmi Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

informasi sebanyak mungkin dan sejelas mungkin kepada subjek penelitian.73

Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara

dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan

pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam

kehidupan sosial yang relatif lama. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan

untuk mengetahui ketertarikan peserta didik terhadap pelajaran sejarah yang

memanfaatkan literasi.

4. Dokumen dan Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentu

tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Studi dokumen

merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Studi

dokumen menjadi metode pelengkap dalam penelitian kualitatif. Dokumen

sebagai sumber data banyak dimanfaatkan oleh para peneliti, terutama untuk

menguji dan menafsirkan data.

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk

dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat, catatan

harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini

tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti

untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.74

Studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif

dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek

73
Imam Gunawan, op.cit., hlm. 160.
74
Hamid Darmadi., op.cit., hlm. 292.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Studi dokumentasi merupakan salah

satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran

dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang

ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.75 Dalam penelitian

ini dokumen digunakan untuk mengetahui kesiapan, pelaksanaan, dan hasil dari

pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi yang diterapkan oleh guru.

Dokumen yang digunakan berupa RPP, bahan ajar, daftar nilai setelah

pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS), dan hasil karya atau produk literasi

peserta didik. Dokumentasi berupa foto selama proses kegiatan penelitian

berlangsung.

E. Instrumen Pengumpulan Data

1. Instrumen Observasi

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi pada proses pelaksanaan

kegiatan pembelajaran di kelas. Peneliti melakukan observasi langsung dengan

menggunakan lembar observasi yang berupa check list dengan option “Ya” dan

“Tidak” untuk setiap pernyataan yang telah disiapkan. Check list merupakan

pedoman observasi yang berisi daftar aspek yang diamati dalam hal ini adalah

aktivitas pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi.

2. Instrumen Kuesioner

Kuesioner dalam penelitian digunakan untuk mengetahui minat dan

ketertarikan peserta didik pada pembelajaran sejarah Indonesia yang

75
Ibid., hlm. 176-181.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

memanfaatkan literasi. Untuk penentuan skor pada kuesioner menggunakan skala

likert yang terdiri dari lima kategori, yaitu: pada pernyataan positif, pilihan

jawaban “Sangat Setuju” (SS) diberi skor 5, “Setuju” (S) diberi skor 4, “Kurang

Setuju” (KS) diberi skor 3, “Tidak Setuju” (TS) diberi skor 2, dan “Sangat Tidak

Setuju” (STS) diberi skor 1. Begitupula sebaliknya, untuk pernyataan negatif

“Sangat Setuju” (SS) diberi skor 1, “Setuju” (S) diberi skor 2, “Kurang Setuju”

(KS) diberi skor 3, “Tidak Setuju” (TS) diberi skor 4, dan “Sangat Tidak Setuju”

(STS) diberi skor 5.76 Berikut ini merupakan kisi-kisi dari kuesioner yang akan

diberikan:

Tabel 5. Kisi-Kisi Kuesioner


Variabel Definisi Variabel Indikator
Pembelajaran literasi adalah  Penerapan literasi dalam
pembelajaran yang memuat proses pembelajaran
empat keterampilan yaitu sejarah
membaca, menyimak, menulis,  Kegiatan belajar
Pembelajaran dan berbicara yang bertjuan
literasi untuk mengenalkan peserta
didik tentang dasar-dasar
mebaca, menulis, memelihara
kesadaran bahasa, dan
memotivasi untuk belajar.

3. Instrumen Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada peserta didik di SMA

Negeri 1 Ngaglik yang sedang menempuh pelajaran sejarah. Wawancara ini

dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada peserta didik. Daftar pertanyaan

wawancara disusun berkaitan dengan pemanfaatan pembelajaran literasi dalam

76
Sugiyono, Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2012, Hlm. 93.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

mata pelajaran sejarah. Daftar pertanyaan wawancara juga disusun berdasarkan

kisi-kisi yang dibuat oleh peneliti sebagai berikut:

Tabel 6. Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Penelitian


Fokus
Indikator Butir-butir Pertanyaan NO
Penelitian
Pembelajaran  Pelaksanaan  Kelebihan proses 1
sejarah yang pembelajaran pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan sejarah yang memanfaatkan pembelajaran
literasi memanfaatkan literasi
literasi  Kesulitan yang dihadapi dalam 2
proses pembelajan sejarah
dengan memanfaatkan
pembelajaran literasi
 Cara mengatasi kesulitan yang 3
dihadapi
 Pemahaman yang didapatkan
dalam pelajaran sejarah 4
dengan memanfaatkan
pembelajaran literasi
 Kesan peserta didik dalam
proses pembelajaran sejarah 5
yang memanfaatkan literasi

4. Instrumen Dokumen dan Dokumentasi

Dalam hal ini peneliti mempelajari dokumen resmi yang dikeluarkan oleh

pemerintah yaitu Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi

Pekerti dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Peneliti juga mempelajari

perangkat pembelajaran dan penilaian yang dibuat oleh guru berupa RPP, daftar

nilai, bahan ajar, dan produk literasi. Selain itu peneliti juga melakukan

dokumentasi berupa foto kegiatan pembelajaran di kelas.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

F. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan

sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling
77
yang digunakan. pada dasarnya teknik sampling dibedakan menjadi dua yaitu

Probability Sampling dan Non- probability sampling. Probability Sampling

adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang sama bagi setiap

unsur (anggota) untuk dipilih menjadi anggota sampel. Non- probability sampling

adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/ kesempatan sama

bagi setiap unsur atau anggota untuk dipilih menjadi sampel.78

Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah

purposive sampling. Purposive Sampling adalah teknik pengambilan sampel

sumber data dengan pertimbangan tertentu.79 Pertimbangan ini misalnya, orang

yang dipilih tersebut adalah yang dianggap paling tahu tentang informasi apa yang

kita harapkan untuk memudahkan peneliti menjelajahi obyek/ situasi sosial yang

diteliti.

Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah purposive

sampling sumber yang dipilih oleh peneliti adalah 9 orang peserta didik dan guru

mata pelajaran sejarah Indonesia. Peserta didik yang dipilih untuk diwawancarai

diambil dari data hasil kuesioner yang disebarkan, keaktifan peserta didik ketika

mengikuti proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi, serta

berdasarkan pada nilai tes yang diperoleh peserta didik.

77
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2014, Hlm. 52.
78
Sugiyono, 2012, op. cit., hlm. 84.
79
Ibid., hlm. 85.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

G. Validitas Data

Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek

penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data

yang valid adalah data yang tidak berbeda antar data yang dilaporkan oleh peneliti

dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Dalam penelitian

kualitatif, untuk menguji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil

penelitian kualitatif dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan

ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis

kasus negatif, membercheck. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji

keabsahan atau kredibilitas data dengan menggunakan triangulasi, meningkatkan

ketekunan, dan diskusi teman sejawat.80

1) Triangulasi

Dalam menganalisis data perlu menggunakan triangulasi data. Triangulasi

data digunakan sebagai proses memantapkan derajat kepercayaan (kredibilitas/

validitas) dan konsentrasi (reliabilitas) data, serta bermanfaat juga sebagai alat

bantu analisis data di lapangan.81 Terdapat empat macam triangulasi yaitu :

a) Triangulasi teori

Triangulasi teori adalah memanfaatkan dua atau lebih teori untuk diadu dan

dipadu. Triangulasi teori ini berdasarkan pada anggapan bahwa fakta tertentu

tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Untuk

itu, diperluka rancangan penelitian, pengumpulan data, dan analisis data yang

80
Sugiyono., op.cit, hlm. 267.
81
Imam Gunawan., op. cit, hlm. 218.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

lengkap, dengan demikian maka akan dapat memberikan hasil yang lebih

komprehensif. Triangulasi teori ini dapat meningkatkan kedalaman pemahaman

asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoritik secara mendalam atas hasil

analisis data yang telah diperoleh. Dalam penelitian ini teori yang digunakan

adalah teori literasi, Gerakan Literasi Sekolah (GLS), pembelajaran sejarah,

konstruktivisme, dan kurikulum 2013.

b) Triangulasi sumber

Triangulasi sumber adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui

melalui berbagai sumber dalam memperoleh data. Dalam triangulasi sumber, yang

terpenting adalah mengetahui adanya alasan-alasan terjadinya perbedaan-

perbedaan tersebut. Dengan demikian, triangulasi sumber berarti membandingkan

(mencek ulang) informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. Dalam

penelitian ini yang menjadi sumber penelitian adalah guru dan peserta didik.

c) Triangulasi teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.82 Dalam

penelitian ini, peneliti memperoleh data melalui observasi, kuesioner, wawancara,

dan kemudian dilengkapi dengan dokumen dan dokumentasi.

d) Triangulasi waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan

dengan teknik wawancara diwaktu yang tepat akan memberikan data yang lebih

82
Sugiyono, 2012, op. cit., hlm. 274.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

valid sehingga lebih kredibel.83 Dalam penelitian ini, waktu yang dipilih oleh

peneliti dalam melakukan wawancara adalah ketika istirahat jam pertama yaitu

sekitar pukul 10.15-10.30 WIB. Waktu ini dipilih karena peserta didik belum

terlalu letih mengikuti kegiatan pembelajaran dan suasananya masih sejuk

sehingga peserta didik juga merasa nyaman ketika diwawancarai.

2) Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan bererti melakukan pengamatan secara lebih cermat

dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data urutan

peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.meningkatkan ketekunan

dapat meningkatkan kredibilitas data. Dengan meningkatkan ketekunan, maka

peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan

itu salah atau tidak. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka peneliti

dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang

diamati.84 Dalam hal ini peneliti meningkatkan ketekunan dengan melakukan

pengamatan secara cermat dan berkesinambungan terkait dengan proses evaluasi

pembelajaran.

3) Diskusi Teman Sejawat

Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil

akhir yang diperoleh melalui diskusi dengan teman-teman sejawat. Dengan

demikian pemeriksaan sejawat berarti pemeriksaan yang dilakukan dengan jalan

mengumpulkan rekan-rekan sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang

83
Ibid., hlm. 274.
84
Sugiyono., op.cit, Hlm. 272.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

sama tentang apa yang sedang diteliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat

me- review persepsi, pandangan, dan analisis yang sedang dilakukan. Dalam

penelitian ini, peneliti melakukan pemeriksaan dengan teman-teman sejawat yang

juga melakukan penelitian yang sama seperti peneliti. Selain dengan teman-teman

sejawat, peneliti juga melakukan diskusi dengan dosen.

H. Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang telah diperoleh dengan cara mengorganisasikan data ke

dalam kategori, menjabarkan data ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,

menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,

serta membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun

orang lain.85

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data model

interaktif menurut Miles dan Huberman. Berikut ini adalah proses analisis data

model interaktif menurut Miles dan Huberman dalam buku Haris Herdiansyah

(2012) 86:

85
Ibid., hlm. 244.
86
Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: Salemba
Humanika, 2012, hlm. 164.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Pengumpulan data

Reduksi data Display data/


Penyajian data

Kesimpulan/
Verifikasi

Gambar II. Model Interaktif Miles dan Huberman

1) Tahap Pengumpulan Data

Pada penelitian kulaitatif, proses pengumpulan data dilakukan sebelum

penelitian, pada saat penelitian, dan bahkan di akhir penelitian. Idealnya, proses

pengumpulan data sudah dilakukan ketika penelitian masih berupa konsep atau

draft. Pengumpulan data pada penelitian kualitatif tidak memiliki waktu

tersendiri, melainkan sepanjang penelitian yang dilakukan proses pengumpulan

data dapat dilakukan.87 Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dari

hasil observasi, kuesioner, wawancara, kemudian dilengkapi dengan dokumen dan

dokumentasi. Hasil yang peneliti dapatkan dari tahap pengumpulan data ini

berupa checklist observasi, jawaban kuesioner, catatan lapangan hasil wawancara,

dan checklist dokumen serta dokumentasi.

87
Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: Salemba
Humanika, 2012, hlm. 164.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

2) Tahap Reduksi Data

Pada intinya, reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman

segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan yang yang akan

dianalisis.88 Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yan pokok,

memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian,

dta yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.89 Pada

tahap reduksi data ini tujuan sebenarnya adalah untuk membuang hal-hal yang

tidak diperlukan, memilah-milah hasil pengumpulan data, serta mengarahkan

peneliti untuk mempermudah dalam menarik kesimpulan. Dalam penelitian ini,

data yang direduksi adalah data yang tidak mendukung penelitian.

3) Tahap Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif penyajian datadapat dilakukan dengan bentuk

tabel, grafik, dan sejenisnya. Melalui penyajian tersebut, maka data dapat

terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga akan semakin mudah

difahami. Dengan mendisplay data (penyajian data), maka akan memudahkan

untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan

dengan apa yang telah difahami tersebut.90

4) Tahap Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan

Verifikasi dan penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam proses

analisis data. Pada tahap ini peneliti mengungkapkan kesimpulan dari data-data

88
Ibid., hlm. 165.
89
Sugiyono., op.cit. hlm. 92.
90
Ibid., hlm. 95.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

yang telah diperoleh. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mencari makna

terhadap data-data yang telah dikumpulkan dengan mencari hubungan,

persamaan, atau perbedaannya.

I. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini dimuat dalam lima bab yang akan dipaparkan

sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, di dalamnya berisi pokok bahasan utama yang menjadi

latar belakang penelitian ini. Pada bab ini isinya mencakup latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

BAB II Kajian Pustaka, mencakup kajian teori yang di dalamnya termuat

deskripsi teori gerakan literasi sekolah, pembelajaran sejarah, dan kurikulum

2013. Kemudian penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir juga berada

dalam BAB II.

BAB III Metodologi Penelitian, di dalamnya mencakup tempat dan waktu

penelitian, pendekatan penelitian, sumber data, metode pengumpulan data,

instrument pengumpulan data, teknik cuplikan, validitas data, analisis data, dan

sistematika penulisan.

BAB IV Hasil Penelitian, pada BAB ini berisi tentang deskripsi mengenai

latar tempat penelitian, deskripsi dari hasil penelitian, dan kemudian dilanjutkan

dalam pembahasan.

BAB V Kesimpulan dan Saran,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ngaglik, salah satu SMA

Negeri yang terletak di Kabupaten Sleman. SMA Negeri 1 Ngaglik terletak di

Kayunan, Donoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. SMA Negeri 1 Ngaglik

resmi dibuka terhitung mulai tanggal 2 Februari 1968 dengan nama SMA Negeri

Donoharjo Filial SMA Negeri Sleman. Pada saat itu jabatan kepala sekolah

dijabat oleh Bapak R. Sukar berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan tanggal 28 Agustus 1974, nomor 0219/O/1974. Terhitung mulai 1

Juli 1974, SMA Negeri Donoharjo Filial SMA Negeri Sleman berubah menjadi

SMA Negeri 1 Donoharjo. 91

Untuk pertama kalinya, pelaksanaan Proses Belajar Mengajar menempati

gedung milik Kelurahan Donoharjo. Dengan terbitnya Surat Keputusan Nomor

2.4.1.0020 Kep 1976, tanggal 13 Januari 1976 secara resmi diangkat sebagai

Kepala Sekolah Bapak Suratno. Dari periode 2009 sampai dengan 2010 Kepala

Sekolah dijabat oleh Bapak Drs. Suharno, pada saat ini jabatan kepala sekolah

dijabat oleh Bapak Drs. Subagyo. Guru yang bekerja di SMA N 1 Ngaglik terdiri

dari 43 orang dengan kualifikasi guru PNS yang telah sertifikasi terdapat 31 orang

91
Dokumen sekolah, diperoleh dari bagian Tata Usaha.

63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

guru, 5 orang guru PNS belum sertifikasi, dan 8 orang guru bukan PNS belum

sertifikasi.92

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kelas X IPS 1 sebagai objek

penelitian. Kelas X IPS 1 letaknya berada di tengah sekolah bagian ujung barat.

Kelas X IPS 1 letaknya berjajar dengan kelas X IPS 2. Tepat di belakang gedung

kelas X IPS 1 adalah gedung koperasi dan perpustakaan. Karena letaknya di

ujung, suasana kelas menjadi agak sedikit lebih gelap karena terlindung oleh

bangunan di depannya. Di dalam kelas X IPS 1 terdapat sepasang meja dan kursi

guru, papan tulis white board, meja dan kursi peserta didik yang digunakan untuk

30 peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain meja dan kursi

peserta didik dan juga guru serta papan tulis, di kelas ini juga terdapat lemari buku

literasi, struktur organisasi kelas, jadwal pelajaran, tata tertib sekolah dan tulisan-

tulisan motto yang dimiliki oleh peserta didik di kelas X IPS 1.

Secara umum kondisi kelas X IPS 1 terlihat rapi. Ruangan kelas juga terlihat

bersih karena setiap pagi peserta didik di kelas X IPS 1 melaksanakan tugas piket

sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Di kelas X IPS 1 terdapat proyektor

yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media.

Namun sayangnya, proyektor tersebut tidak menghasilkan tampilan yang terang.

Tampilannya akan berwarna kuning sehingga peserta didik terkadang kesulitan

untuk mengamata dengan jelas. Speaker tidak disediakan di kelas-kelas. Tetapi

jika ingin menggunakannya, speaker dapat di pinjam di ruang tata usaha.

92
Dokumen sekolah, diperoleh dari bagian Tata Usaha.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

1. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Ngaglik


a. Visi SMA Negeri 1 Ngaglik
Visi yang ada di SMA Negeri 1 Ngaglik adalah menjadi SMA sebagai

komunitas beriman dan bertakwa, cerdas, berprestasi, berkecakapan hidup, serta

berkarakter kebangsaan Pancasila. Slogan (Tagline):

“Berkarakter – Cerdas –Berprestasi - Terampil”

(Good Character – Smart –High Achievement – Life Skills)

b. Misi SMA Negeri 1 Ngaglik


Misi yang dimiliki SMA Negeri 1 Ngaglik adalah sebagai berikut93:
1) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sarana-prasarana, proses
pembelajaran, dan budaya organisasi secara terus-menerus yang mampu
meningkatkan/memantapkan kecerdasan warga komunitas SMA Negeri 1
Ngaglik.
2) Menyelenggarakan pendidikan karakter kebangsaan Pancasila (termasuk
akhlak mulia dan budi pekerti luhur) bagi seluruh warga SMA.
3) Memberikan pendidikan soft skills.
4) Semakin memantapkan kurikulum sekolah yang mendukung keunggulan,
sesuai dengan kebutuhan peserta didik, budaya dan kearifan lokal, maupun
tuntutan lokal-regional-nasional-global.
5) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran dan bimbingan guna
mengembangkan kreativitas, integritas, kejujuran, dan kemandirian peserta
didik.
6) Meningkatkan keterampilan dan sikap-mental positif peserta didik melalui
kegiatan ekstrakurikuler, sesuai dengan potensi yang dimiliki.
7) Meningkatkan imtaq sesuai ajaran agama yang dianut dalam kehidupan sehari-
hari dan di lingkungan masyarakat.
8) Mengimplementasikan pendidikan berbasis budaya.

93
Dokumen sekolah, diperoleh dari bagian Tata Usaha.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

Visi, Misi, dan Slogan SMA Negeri 1 Ngaglik dapat dilihat dalam papan
Slogan Visi dan Misi yang di pajang di Loby sekolah seperti gambar berikut ini:

Gambar III. Papan Slogan Visi dan Misi SMA Negeri 1 Ngaglik
(Sumber: Dokumentasi pribadi)

2. Tujuan SMA Negeri 1 Ngaglik


Tujuan sekolah sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional adalah

meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Secara

lebih rinci tujuan SMA Negeri 1 Ngaglik adalah sebagai berikut94 :

1) Meningkatkan mutu pendidikan dalam perolehan Nilai Ujian Akhir


2) Membekali generasi muda lulusan SMA N 1 Ngaglik dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi agar mampu bersaing dan melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi
3) Membekali generasi muda lulusan SMA N 1 Ngaglik agar memiliki
kemampuan yang lebih dalam bidang bahasa
4) Membekali generasi muda lulusan SMA N 1 Ngaglik agar memiliki
keterampilan teknologi informasi dan komunikasi serta mampu
mengembangkan diri sendiri

94
Dokumen sekolah, diperoleh dari bagian Tata Usaha.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

5) Mempersiapkan generasi muda lulusan SMA N 1 Ngaglik yang bertakwa


kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia serta budi pekerti luhur
6) Menanamkan generasi muda lulusan SMA N 1 Ngaglik sikap ulet dan gigih
dalam berkompetisi, beradaptasi dengan lingkungan dan mengembangkan
sikap sportifitas
7) Mempersiapkan generasi muda lulusan SMA N 1 Ngaglik agar menjadi
manusia yang berkepribadian cerdas, berkualitas dan berprestasi dalam bidang
olahraga dan seni
8) Membantu generasi muda lulusan SMA N 1 Ngaglik agar dapat mengenal
potensi dirinya sehingga dapat berkembang secara optimal
9) Membekali generasi muda lulusan SMA N 1 Ngaglik yang berdisiplin dan
berkualitas tinggi, sehingga mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi
10) Membekali lulusan SMA N 1 Ngaglik dengan keterampilan hidup agar
mampu terjun di dunia kerja (bagi yang tidak melanjutkan di jenjang
pendidikan yang lebih tinggi) maupun untuk menempuh studi lanjut (bagi
yang berkesempatan).

SMA Negeri 1 Ngaglik juga mempunya kebijakan mutu yang tujuannya

adalah untuk menghasilkan lulusan yang CAKAP (Cerdas, Akhlak Mulia,

Kecakapan Hidup, Amanah, Prestasi). Selain menhasilkan lulusan yang Cakap,

tujuannya adalah juga untuk menghasilkan lulusan yang BERBAKAT

(Berkarakter Pancasila, Empati, Ramah, Berbudaya, Antusias, Kreatif, Adab,

Tangguh). Kebijakan Mutu sekolah ini dapat terlihat dari papan poster yang

terpasang di lingkungan sekolah seperti gambar berikut ini:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

Gambar IV. Papan Kebijakan Mutu Sekolah SMA Negeri 1 Ngaglik


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

3. Kurikulum SMA Negeri 1 Ngaglik


Dalam melaksanakan sistem pendidikan SMA Negeri 1 Ngaglik

menggunakan kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk

kelas XII, serta Kurikulum 2013 untuk kelas X dan XI.

Menyesuaikan dengan kurikulum 2013 dan melaksanakan permendikbud

No. 3 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti, maka di SMA Negeri 1

Ngaglik kemudian menjalankan Gerakan Literasi Sekolah(GLS) sesuai dengan

peraturan pemerintah. Pada dasarnya pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah

(GLS) di SMA Negeri 1 Ngaglik sudah berjalan dengan baik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Di SMA Negeri 1 Ngaglik Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sudah

dilaksanakan sejak dicanangkan oleh pemerintah. Jika dilihat dari manafaatnya

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sangat banyak sekali manfaatnya terutama untuk

mendukung proses pembelajaran. Waktu pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah

(GLS) biasanya diambil pada pagi hari sebelum KBM dimulai. Perkembangan

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang terlaksana di SMA Negeri 1 Ngaglik

dipantau melalui bukti-bukti fisik yang ada seperti presensi dan buku kemajuan

GLS di kelas.95 Informasi ini di dapat berdasarkan wawancara dengan guru mata

pelajaran sejarah Indonesia seperti gambar di bawah ini:

Gambar V. Wawancara Guru Sejarah Indonesia


SMA Negeri 1 Ngaglik
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

95
CL2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

B. Deskripsi Hasil Penelitian


1. Perencanaan Proses Pembelajaran Sejarah yang Memanfaatkan Literasi
Gerakan Literasi Sekolah merupakan sebuah terobosan baru yang

dikeluarkan oleh pemerintah guna mengatasi masalah rendahnya minat baca

peserta didik. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) ini sesuai dengan Permendikbud

Nomor 23 Tahun 2015 yang salah satu tujuannya adalah untuk menumbuhkan

budi pekerti pada diri peserta didik. Ada tiga tahapan dalam gerakan literasi

Sekolah (GLS) yang meliputi tahap Pembiasaan, pengembangan, dan

pembelajaran. SMA Negeri 1 Ngaglik sendiri telah menerapkan Gerakan Literasi

Sekolah (GLS) pada tahap pertama yaitu pengembangan yang juga dilanjutkan

dalam tahap pengembangan dan pembelajaran.

Pada tahap pembelajaran, guru sudah memanfaatkan literasi ke dalam proses

pembelajaran sejarah. Sebelum melaksanakan pembelajaran sejarah yang

memanfaatkan literasi tentunya guru harus mempunyai perencanaan yang matang.

Adapun perencanaan yang dilakukan oleh guru sebelum melaksanakan proses

pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi adalah sebagai berikut:

menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan power point,

menyiapkan teks narasi, menyiapkan cuplikan video, memberikan sumber belajar

lain, dan selanjutnya membuat soal tes serta instrument penilaian keterampilan.

Berdasarkan pengamatan peneliti selama melakukan penelitian, guru

melaksanakan proses pembelajarana sejarah dengan memanfaatkan literasi di

kelas X IPS 1. Hal pertama yang dilakukan oleh guru adalah menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Kompetensi Dasar ( KD)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

3.8 dan 4.8. Kompetensi Dasar (KD) 3.8 berisi, menganalisis perkembangan

kehidupan masyarakat, pemerintahan dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan

Islam di Nusantara serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku

pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini. Sementara Kompetensi Dasar

(KD) 4.8 berisi, menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan tentang nilai-

nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan Islam dan masih

berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini.

Dari Kompetensi Dasar (KD) tersebut, guru kemudian mengembangkan

beberapa indikator pelaksanaan kompetensi diantaranya adalah sebagai berikut96:

3.8.1. Menganalisis sumber-sumber sejarah dari kerajaan-kerajaan yang bercorak


Islam di Nusantara.
3.8.2. Mengidentifikasi bukti-bukti peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak
Islam di Nusantara.
3.8.3. Menunjukkan letak dari kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di
Nusantara.
3.8.4. Menganalisis kehidupan sosial-ekonomi, politik, dan budaya masyarakat
pada zaman perkembangan kerajaan Samudra Pasai.
3.8.5. Menganalisis kehidupan sosial-ekonomi, politik dan budaya masyarakat
pada zaman perkembangan Kerajaan Malaka
3.8.6. Menganalisis kehidupan sosial-ekonomi, politik dan budaya masyarakat
pada zaman perkembangan Kerajaan Aceh
3.8.7. Menganalisis kehidupan sosial-ekonomi, politik dan budaya masyarakat
pada zaman perkembangan Kerajaan Pajang
3.8.8. Menganalisis kehidupan sosial-ekonomi, politik dan budaya masyarakat
pada zaman perkembangan Kerajaan Demak.
3.8.9. Menganalisis kehidupan sosial-ekonomi, politik dan budaya masyarakat
pada zaman perkembangan Kerajaan Mataram Islam.
3.8.10. Menganalisis kehidupan sosial-ekonomi, politik dan budaya masyarakat
pada zaman perkembangan Kerajaan Gowa dan Tallo
3.8.11. Menganalisis kehidupan sosial-ekonomi, politik dan budaya masyarakat
pada zaman perkembangan Kerajaan Ternate dan Tidore.
4.8.1. Menyajikan informasi pendukung mengenai perkembangan kerajaan-
kerajaan yang bercorak Islam di Nusantara dalam bentuk teks naratif.

96
Dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

4.8.2. Menyajikan proses berdirinya kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di


Nusantara melalui mind mapping.

Dalam penelitian ini peneliti hanya mengamati 4 indikator saja. Keempat

indikator tersebut adalah sebagai berikut97:

3.8.1. Menganalisis sumber-sumber sejarah dari kerajaan-kerajaan yang bercorak


Islam di Nusantara.
3.8.2. Mengidentifikasi bukti-bukti peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak
Islam di Nusantara.
3.8.3. Menunjukkan letak dari kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di
Nusantara.
4.8.1. Menyajikan informasi pendukung mengenai perkembangan kerajaan-
kerajaan yang bercorak Islam di Nusantara dalam bentuk teks naratif.

Untuk metode pembelajaran, guru menggunakan metode ceramah, tanya

jawab, diskusi dan penugasan. Sementara untuk pendekatan pembelajaran pada

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru adalah Student

Center Learning. Selanjutnya untuk model pembelajaran pada Kompetensi Dasar

(KD) ini guru menggunakan model cooperative learning tipe Student Teams

Achievement Division (STAD) karena guru melihat latar belakang peserta didik

dari pembelajaran sebelumnya, dimana peserta didik kesulitan untuk bekerja

secara individu.

Dalam pengertiannya, Student Teams Achievement Division (STAD)

merupakan salah satu metode yang menerapkan prinsip bahwa peserta didik

diminta untuk bekerja bersama-sama dalam kelompok.98 Kerja sama yang

dilakukan tersebut adalah dalam hal belajar dan bertanggung jawab terhadap

teman-teman yang terdapat dalam kelompok maupun dirinya sendiri. Jika


97
Dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
98
https://portal-ilmu.com/metode-pembelajaran-stad/, diakses pada hari Selasa, 13 Juni 2018,
pukul 11.05 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

dihubungkan dengan pembelajaran literasi, model cooperative learning tipe

Student Teams Achievement Division (STAD) ini sangat efektif untuk membantu

peserta didik dalam mengembangkan empat keterampilan dalam literasi yaitu

membaca, menyimak, menulis dan berbicara. Dalam kerja sama kelompok ini

akan ada peserta didik yang menjadi penanggung jawab dalam jalannya diskusi

kelompok agar diskusi kelompok dapat berjalan dengan baik.

Perencanaan selanjutnya, hal yang dilakukan oleh guru adalah

mempersiapkan video untuk kemudian ditayangkan di kelas. Fungsi dari

penayangan video ini adalah untuk mempermudah peserta didik dalam

memperoleh informasi yang terkait dengan materi. Selanjutnya, guru akan

meminta peserta didik untuk bekerja sama dalam kelompok untuk membuat

sebuah produk berupa teks naratif berdasarkan pada teks narasi yang telah

disiapkan dan dibagikan guru serta dari penayangan video.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran tersebut

sesuai dengan teori konstruktivisme. Peserta didik harus aktif dalam

mengembangkan pengetahuan mereka. Peserta didik juga harus bertanggung

jawab terhadap hasil belajarnya tersebut. Kreativitas dan keaktifan peserta didik

dalam pembelajaran akan membantu peserta didik untuk lebih mandiri dalam

mengembangkan aspek kognitif mereka.99 Dalam konstruktivisme ini, peran guru

adalah sebagai fasilitator selama proses pembelajaran sementara yang berperan

aktif adalah peserta didik.

99
Paul Suparno, op. cit., hlm. 81.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Terkait dengan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh peserta didik,

guru kemudian berencana untuk menampilkan video lagi yang tujuannya adalah

untuk menyimpulkan pembelajaran. Dalam video yang akan ditayangkan ini,

diharapkan peserta didik dapat mengaitkan antara pembelajaran dengan kehidupan

nyata sebagai bahan pertimbangannya.

Setelah penayangan video, guru kemudian akan memberikan soal tes.

Tujuannya adalah untuk mengetahui pemahaman peserta didik terkait dengan

materi tentang kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di Nusantara sesuai dengan

KD 3.8 dan 4.8 yang sampaikan dengan memanfaatkan literasi. Dalam

peelaksanaan pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi, guru

melaksanakannya sebanyak dua kali pertemuan.

Adapun sintak dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada

pertemuan pertama yang dibuat oleh guru meliputi kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan waktu yang

dialokasikan oleh guru adalah selama 10 menit. Guru akan melakukan beberapa

kegiatan yang tujuannya adalah untuk membangun karakter peserta didik dengan

cara mengajak peserta didik untuk berdoa sesuai dengan kepercayaan masing-

masing. Setelah itu, guru akan memberi salam pada peserta didik sebagai

pembuka pembelajaran. guru juga akan memberikan stimulus pada peserta didik

untuk mengantarkan pada materi yang akan dibahas.

Setelah kegiatan pendahuluan, kegiatan selanjutnya yang akan dilaksanakan

oleh guru adalah kegiatan inti. Waktu yang akan dialokasikan untuk kegiatan inti

ini adalah selama 70 menit. Dalam kegiatan inti ini guru akan menjelaskan sedikit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

tentang materi kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Nusantara lalu kemudian

peserta didik akan membentuk kelompok dan berdiskusi kelompok. Pada kegiatan

inti, yang akan dilakukan meliputi beberapa kegiatan diantaranya adalah kegiatan

mengamati. Dalam kegiatan mengamati ini, guru akan membagikan teks narasi

mengenai kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara yang sebelumnya sudah disiapkan

oleh guru pada masing-masing kelompok. Selanjutnya masing-masing kelompok

akan mengamati teks narasi tersebut.

Setelah menlakukan kegiatan mengamati, kegiatan selanjutnya adalah

mengumpulkan informasi. Dalam hal ini peserta didiklah yang memiliki peran

besar dalam pelaksanaannya. Dalam kegiatan mengumpulkan informasi guru akan

meminta peserta didik untuk menggunakan sumber-sumber lain untuk

memperdalam materi yang didapat oleh kelompok yang dapat dilakukan melalui

studi literasi, studi pustaka, maupun melalui internet.

Kegiatan lain setelah mengumpulkan informasi adalah kegiatan

mengasosiasi. Pada kegiatan mengasosiasi ini guru meminta peserta didik untuk

berdiskusi dalam kelompok dan saling bertukar pendapat terkait dengan materi

yang telah diberikan oleh guru. Dalam kegiatan ini akan muncul keterampilan

dalam diri peserta didik yaitu membaca, menyimak, dan menulis. Peserta didik

akan membaca teks narasi yang dibagikan oleh guru pada setiap kelompok.

Kemudian kemampuan menyimak peserta didik juga akan muncul melalui

kegiatan membaca atau mendengarkan teman yang membaca teks narasi.

Selanjutnya peserta didik juga akan menulis konsep produk teks naratif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

Pada pertemuan pertama, kegiatan yang dilakukan peserta didik baru sampai

pada tahap mengasosiasi. Setelah kegiatan mengasosiasi dilakukan, guru

kemudian menutup pembelajaran dengan memberikan kesimpulan dan penguatan

pada peserta didik. Guru juga meminta peserta didik untuk menyelesaikan dan

membuat semenarik mungkin tugas teks naratif tersebut dirumah. Untuk kegiatan

mengkomunikasikan akan dilakukan pada perteman selanjutnya atau pertemuan

kedua.

Pada pertemuan kedua sintak Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang

dibuat oleh guru adalah meliputi kegiatan Pendahuluan, kegiatan inti, dan

kegiatan penutup. Pada dasarnya semua kegiatan yang dilakukan pada pertemuan

kedua ini sama seperti pada pertemuan pertama. Hanya saja pada pertemuan

kedua pada kegiatan inti yang dilakukan adalah kegiatan mengkomunikasikan teks

naratif yang telah dibuat.

Pada kegiatan pendahuluan dipertemuan kedua ini, waktu yang dialokasikan

oleh guru adalah selama 5 menit. Guru akan melakukan beberapa kegiatan yang

tujuannya adalah untuk membangun karakter peserta didik dengan cara mengajak

peserta didik untuk berdoa sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Setelah itu,

guru akan memberi salam pada peserta didik sebagai pembuka pembelajaran. guru

juga akan memberikan stimulus pada peserta didik untuk mengantarkan pada

materi yang akan dibahas.

Setelah kegiatan pendahuluan, kemudian akan dilanjutkan dengan kegiatan

inti. Pada kegiatan inti, waktu yang di alokasikan oleh guru adalah selama 50

menit. Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan inti ini adalah masing-masing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

kelompok menampilkan teks naratif yang telah dibuat di depan kelas. Masing-

masing kelompok diberi waktu selama 5 menit untuk penampilan teks naratif.

Saat penampilan teks naratif tentunya guru akan memberikan penilaian terhadap

penampilan setiap kelompok yang maju.

Setelah semua kegiatan pada kegiatan inti sudah terlaksana, guru kemudian

akan menutup pembelajaran. Dalam kegiatan penutup ini, waktu yang

dialokasikan adalah 35 menit. Pada kegiatan penutup ini guru akan memberikan

soal tes pada peserta didik. Sembari peserta didik mengerjakan soal tes, guru juga

menayangkan sebuah cuplikan video yang tujuannya adalah untuk membuat

peserta didik dapat mengambil nilai-nilai dari pembelajaran.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan


Literasi
Peneliti mengamati pelaksanaan pembelajaran literasi yang dilakukan oleh

guru dalam 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 25

April 2018 jam ke 1 dan 2 yaitu pada pukul 07.15 sampai 08.45. Pelajaran dimulai

pada pukul 07.15 karena pada pukul 07.00-07.15 diadakan kegiatan rutin literasi

sekolah pada tahap pembiasaan. Ketika diadakan literasi sekolah, guru berada di

dalam kelas dan mengawasi jalannya literasi sembari guru juga mengikuti literasi.

Di sela-sela mengawasi kegiatan rutin literasi sekolah, guru juga sembari

menyiapkan laptop, speaker, dan menyambungkan laptop pada proyektor. Setelah

bel tanda selesai literasi di bunyikan, peserta didik beserta guru kemudian berdiri

dengan tertib dan menyanyikan lagu Indonesia Raya tiga stanza.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

Setelah selesai menyanyi, guru kemudian menginstruksikan pada peserta

didik untuk berdoa sesuai dengan agamanya masing-masing. Kemudian setelah

selesai berdoa guru memberikan salam pada peserta didik tanda bahwa

pembelajaran akan segera dimulai. Tetapi sebelumnya, guru memberikan stimulus

terlebih dahulu pada peserta didik sebagai pengantar untuk menuju materi yang

akan dipelajari dihari itu yaitu mengenai kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di

Nusantara.

Guru menjelaskan sedikit mengenai materi yang dipelajari hari itu.

Penjelasan materi dilakukan guru dengan menggunakan media power point yang

telah disiapkan guru dan juga menayangkan cuplikan video yang berkaitan dengan

materi yang dibahas. Setelah memeberikan penjelasan singkat dan menayangkan

video, guru kemudian meminta peserta didik untuk membentuk kelompok yang

terdiri dari 4-5 orang dan bersifat heterogen. Tujuan dibentuknya kelompok ini

adalah untuk membangun kerjasama dalam diri peserta didik karena dalam

pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi itu akan

menghasilkan sebuah produk teks naratif.

Setelah kelompok terbentuk dan masing-masing peserta didik sudah

berkumpul dengan anggota kelompoknya yang lain. Dalam setiap kelompok guru

menunjuk seorang anggota kelompok sebagai penanggung jawab dan pengatur

jalannya diskusi dalam kelompok tersebut. Guru kemudian membagikan teks

narasi tentang kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Untuk selanjutnya peserta

didik akan berdiskusi mengenai teks narasi yang didapatkan oleh kelompoknya

dan membuat sebuah konsep untuk tugas teks naratif.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Pada kegiatan diskusi ini akan muncul empat keterampilan dalam diri

peserta didik yaitu keterampilan membaca, menyimak, menulis dan selanjutnya

adalah berbicara. Aktivitas membaca yang dilakukan peserta didik adalah

membaca teks narasi yang dibagikan oleh guru yang dapat menjadi sumber dalam

membuat teks naratif. Selain itu kelompok juga dapat mencari sumber lain seperti

internet untuk mengumpulkan sumber. Selanjutnya adalah aktivitas menyimak

yang dilakukan peserta didik dalam kelompok adalah dengan menyimak tayangan

video yang ditampilkan oleh guru yang berkaitan dengan materi tentang Kerajaan-

kerajaan yang bercorak Islam di Nusantara. Kemudian setelah membaca dan

menyimak, aktivitas selanjutnya adalah menulis.

Kelompok kemudian membuat tulisan berupa teks naratif berdasarkan dari

informasi yang didapatkan yaitu melalui kegiatan membaca dan menyimak.

Setelah menulis, aktivitas selanjutnya yang dilakukan kelompok adalah berbicara.

Dalam hal ini, kelompok akan menampilkan dan mempresentasikan hasil

tulisannya di depan kelas. Berikut ini gambar mengenai kegiatan diskusi

kelompok untuk membuat teks naratif:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

Gambar VI. Kegiatan Diskusi dan mengumpulkan informasi


untuk membuat teks naratif.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Pada pertemuan hari rabu, tanggal 25 April 2018, progress yang terjadi baru

sampai pada kegiatan membaca teks narasi yang dibagikan oleh guru dan mencari

referensi sumber lain, menyimak bacaan yang dibacakan oleh teman kelompok

atau diri sendiri, dan menulis konsep untuk penampilan teks naratif bersama

dengan kelompok. Sementara penampilan teks naratif itu sendiri dilaksanakan

pada tanggal 9 Mei 2018 . penampilan dilakukan pada pertemuan selanjutnya

mengingat waktu yang tidak mencukupi pada pertemuan pertama.

Pada penampilan teks naratif, guru melakukan penilaian. Penampilan

disetiap kelompok berbeda-beda, namun kebanyakan setiap kelompok memilih

untuk mendongeng, bercerita, dan ada satu kelompok yang menggunakan media

gambar yang digambar secara manual oleh kelompok. Dari penampilan teks

naratif ini dapat terlihat juga keberanian dan keterampilan berbicara peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

peserta didik dalam menyampaikan informasi mengenai topik yang dibahas

kelompoknya.

Setelah penampilan teks naratif selesai dilaksanakan, guru kemudian

menayangkan sebuah cuplikan video yang tujuannya adalah untuk membuat

peserta didik dapat mencerna dan mengaitkan antara materi yang dipelajari

dengan keadaan sehari-hari.selain itu dari video refleksi yang ditampilkan peserta

didik dapat memahami arti keharmonisan dan toleransi dalam kehidupan sehari-

hari. Selanjutnya, guru meminta peserta didik untuk kembali ketempat duduk

masing-masing dan membagikan soal tes. Pemberian soal tes ini tujuannya adalah

untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap materi tentang kerajaan-

kerajaan Islam di Nusantara yang disampaikan oleh guru dan teman-teman dalam

kelompok melalui penampilan teks naratif.

Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah

Indonesia yang memanfaatkan literasi telah terlaksana dengan baik. Guru telah

melaksanakan pembelajaran dengan baik sesuai dengan tahapan kegiatan dalam

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kegiatan pendahuluan, kegiatan inti,

dan kegiatan penutup telah terlaksana secara runtut sesuai dengan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun. Selain itu, pebelajaran sejarah

Indonesia yang memanfaatkan literasi juga memiliki dampak yang positif bagi

peserta didik.

Pembelajaran ini dapat menjadi penyegaran bagi peserta didik dalam belajar

sejarah yang selalu terkenal dengan pelajaran menghafal dan selalu terkesan

membosankan. Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara dengan peserta didik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

yang mengatakan bahwa proses pembelajaran sejarah Indonesia yang

memanfaatkan literasi sangat baik dan menyenangkan. Peserta didik mengatakan

bahwa pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi membuat

peserta didik menjadi lebih kreatif dan mandiri.100

Peserta didik menyatakan bahwa pembelajaran sejarah Indonesia yang

memanfaatkan literasi lebih mudah diterima dan diserap oleh peserta didik karena

cara pembelajarannya lebih menarik dan mengasyikkan.101 Selanjutnya peserta

didik juga mengatakan bahwa belajar sejarah dengan memanfaatkan literasi lebih

mudah untuk mencerna dan memahami materinya karena juga memanfaatkan

gaya, animasi serta media sehingga lebih mudah memahaminya.102 Berikut ini

gambar wawancara terhadap peserta didik kelas X IPS 1 di SMA Negeri 1

Ngaglik:

100
CL3, CL4, dan CL8
101
CL6.
102
CL7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

Gambar VII. Kegiatan Wawancara Peserta Didik

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Ada pula peserta didik yang merasa melalui pembelajaran sejarah dengan

memanfaatkan literasi peserta didik bisa lebih rajin membaca, menambah kosa

kata dan pemahaman istilah-istilah baru, menambah wawasan dan informasi baru,

serta dapat meningkatkan fokus dan konsentrasi peserta didik.103 Ada sebagian

peserta didik yang meskipun menyukai pembelajaran sejarah dengan

memanfaatkan literasi namun mereka juga mengalami kesulitan. Kesulitan yang

mereka hadapi rata-rata adalah jika menemukan kosa kata dan istilah-istilah baru

dalam pembelajaran. kemudian cara mereka mengatasi kesulitan tersebut adalah

dengan searching di internet, bertanya kepada teman, atau bertanya pada guru dan

orang yang lebih memahami materi.104

103
CL9.
104
CL4, CL5, CL9, dan CL10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

Peserta didik lain mengatakan bahwa mereka tidak mengalami kesulitan

melakukan pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan literasi. Peserta didik

mengatakan bahwa belajar sejarah dengan memanfaatkan literasi membuat peserta

didik menjadi lebih kreatif dan mandiri.105 Ada pula peserta didik yang

mengatakan tidak mengalami kesulitan karena mereka hobi dan terbiasa membaca

bahkan mereka mengatakan jika ditambah video justru sangat bagus karena

menjadi lebih cepat memahaminya.106 Peserta didik lain juga mengatakan bahwa

tidak mengalami kesulitan karena cara belajar sejarah dengan memanfaatkan

literasi sudah sangat tepat dan sangat mengasyikkan sehingga mudah memahami

materi.107

Pemahaman yang didapatkan peserta didik selama proses pembelajaran

sejarah dengan memanfaatkan literasi semakin meningkat. Rata-rata dari mereka

mengatakan bahwa dengan belajar sejarah yang memanfaatkan literasi, wawasan

mereka menjadi semakin bertambah.108 Sementara itu kesan mereka terhadap

pembelajaran sejarah adalah sangat baik. Peserta didik mengatakan bahwa sangat

senang belajar sejarah dengan memanfaatkan literasi karena lebih asyik dan lebih

enak memahaminya. Pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan literasi harus

diteruskan karena sangat membantu kita dalam belajar, karena menurut saya

pribadi saya menjadi mudah memahami materi sejarah melalui pembelajaran

105
CL3.
106
CL8 dan CL11
107
CL6.
108
CL3, CL4, CL5, CL6, CL7, CL8, CL9, CL10, dan CL11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

literasi.109 Berikut ini gambar kegiatan wawancara yang dilakukan peneliti untuk

mendapatkan informasi (catatan lapangan):

Gambar VIII. Kegiatan Wawancara Peserta Didik

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

3. Hasil Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi


Pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah Indonesia pada dasarnya

bertujuan untuk mengembangkan empat keterampilan pada diri peserta didik yaitu

keterampilan membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Tujuan selanjutnya

adalah untuk memvariasi pembelajaran sejarah Indonesia supaya tidak

membosankan seperti yang selama ini dirasakan peserta didik. Pelaksanaan

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada tahap pembelajaran ini tujuan utamanya

adalah sebagai perantara dalam mengatasi rendahnya minat baca peserta didik

109
CL7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

terutama dalam pelajaran sejarah Indonesia yang dianggap peserta didik identik

dengan membaca dan menghafal.

Dalam hasil pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi

akan menghasilkan aspek-aspek pada peserta didik. Aspek-aspek yang akan

muncul pada peserta didik tersebut diantaranya adalah aspek kognitif, aspek

afektif, dan aspek psikomotorik yang akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Aspek Kognitif

Dalam aspek kognitif, yang dilihat adalah kemampuan peserta didik dalam

memahami dan mengingat kembali materi. Dalam hal ini guru melakukan tes pada

peserta didik. Sebelumnya, guru membuat kisi-kisi soal tes dan kemudian dari

kisi-kisi tersebut guru membuat soal tes tentang materi kerajaan-kerajaan Islam di

Nusantara. Soal tes materi kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara tersebut

kemudian diberikan kepada peserta didik. Dari tes yang diberikan guru, nilai yang

diperoleh peserta didik sangat baik. Hal ini dapat terlihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 7. Data Hasil Penilaian Kognitif pada Pembelajaran Sejarah yang


Memanfaatkan Literasi
No NIS Nama KKM Nilai Ket.

1 8762 Afrizal Fathan Raharjo 75 85 Tuntas


2 8767 Aldila Ayu Permatasari 75 90 Tuntas
3 8769 Alita Adha Raihanifa 75 85 Tuntas
4 8772 Alvia Cindy Margaretha 75 85 Tuntas
5 8776 Anantama Faris Endarto 75 80 Tuntas
6 8781 Annisa Nurul Fadhilah 75 85 Tuntas
7 8787 Astuti Purwaning Wijayanti 75 85 Tuntas
8 8802 Debira Inge Puspaningrum 75 90 Tuntas
9 8804 Dewi Bulan Nurdaningrum 75 85 Tuntas
10 8807 Dian Nita Utami 75 75 Tuntas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

11 8811 Dita Puspita Sari 75 80 Tuntas


12 8822 Farhan Aditya Nugraha 75 90 Tuntas
13 8829 Geger 75 90 Tuntas
14 8837 Hardya Wimas Angesti 75 80 Tuntas
15 8838 Hasnani Iza Nahida 75 90 Tuntas
16 8840 Hendy Surya Ahdim 75 70 Tidak Tuntas
17 8855 Mardhatilla Leksono 75 70 Tidak Tuntas
18 8869 Muh. Arif satrio wibowo 75 95 Tuntas
19 8892 Primaselia Pramudita 75 85 Tuntas
20 8897 Raditya Fauzan 75 85 Tuntas
21 8911 Rio Noor Hendrawan 75 85 Tuntas
22 8913 Rizky meisaida putri. S 75 85 Tuntas
23 8916 Rosita Nur Alizha 75 85 Tuntas
24 8920 Salsabila Mutiara Sari 75 75 Tuntas
25 8923 Satwika Fajar Wicaksi 75 85 Tuntas
26 8934 Thoriq Abdillah Mutiara 75 80 Tuntas
27 8937 Titik Handayani 75 95 Tuntas
28 8944 Yudha mahendra wahyu. P 75 100 Tuntas
Jumlah 2370
Rata-rata 84,64
Prosentase Tuntas 92,86%

Berdasarkan tabel 7. di atas, terlihat bahwa peserta didik memperoleh nilai

yang sudah mencapai bahkan melebihi KKM yang ditetapkan di SMA Negeri 1

Ngaglik yaitu 75 dengan prosentase sebesar 92,86%. Namun, ada juga peserta

didik yang memperoleh nilai belum mencapai KKM tetapi tidak pula jauh dari

KKM. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah Indonesia dengan

memanfaatkan literasi mempengaruhi daya ingat peserta didik yang terbukti

dengan perolehan nilai yang sudah sangat baik.

b. Aspek Afektif

Aspek afektif merupakan aspek yang berkaitan dengan sikap dan nilai dalam

peserta didik. Aspek afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

sikap, emosi, dan nilai. Dalam hal ini peneliti memberikan angket yang tujuannya

adalah untuk mengetahui minat peserta didik dalam pembelajaran sejarah yang

memanfaatkan literasi. Dari angket yang dibagikan hasil yang didapatkan akan

terlihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 8. Data Minat Belajar Peserta Didik Melalui Pembelajaran Literasi

Rentang Jumlah Persentase Keterangan


100-81 0 0% Sangat Tinggi
80-61 23 82,14% Tinggi
60-41 5 17,86% Sedang
40-21 0 0% Rendah
20-0 0 0% Sangat Rendah
Jumlah 28 100%

Berikut ini adalah diagram minat peserta didik terhadap pembelajaran

sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi:

Gambar IX. Diagram Hasil Minat Belajar Sejarah Peserta Didik


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Dari tabel dan diagram di atas, dapat terlihat bahwa minat belajar peserta

didik dalam pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi sudah

tinggi. Hal ini bisa dilihat dari prosentase dalam tabel dan diagram di atas yang

menunjukkan angka 82,14%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peserta

didik menjadi lebih berminat belajar sejarah Indonesia dengan memanfaatkan

literasi.

c. Aspek Psikomotorik

Aspek psikomotorik merupakan aspek yang berkaitan dengan keterampilan

atau skill serta kemampuan dalam bertindak setelah peserta didik melakukan

pembelajaran. Dalam aspek psikomotorik ini, yang dilihat adalah keterampilan

peserta didik dalam menyelesikan tugas teks naratif. Keterampilan peserta didik

ini dapat dilihat dari penilaian tugas teks naratif yang dilakukan guru. Adapun

kriteria penilaian keterampilan peserta didik dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 9. Kriteria Penilaian Keterampilan Peserta didik dalam tugas teks


naratif

No. Kriteria

1 Konsep/Gagasan
2 Isi Cerita
3 Penyampaian Cerita
4 Teknik dan Gaya Bercerita
5 Kreatifitas

Dalam penilaian teks naratif yang ditampilkan peserta didik, kriteria yang

diperhatikan adalah konsep/ gagasan. konsep/ gagasan ini berkaitan dengan

bentuk teks naratif yang akan ditampilkan. Konsep/ gagasannya haruslah jelas

supaya penampilan akan menjadi lebih menarik. Kriteria yang kedua adalah Isi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

cerita. Tentunya isi juga sangat berpengaruh dalam penampilan teks naratif.

Kejelasan isi dan kelengkapan isi menjadi faktor utama dalam penilaian

penampilan teks naratif.

Kriteria selanjutnya adalah penyampaian, teknik, dan gaya bercerita.

Tentunya jika penyampaiannya jelas, tekniknya tepat, dan gayanya sesuai maka

informasi yang didapat juga akan menjadi lebih jelas lagi. Kemudian kreatifitas

dalam penampilan teks naratif juga perlu diperhatikan. Dalam hal ini kreatifitas

yang dinilai baik dari segi pembuatan sampai pada penampilan.

Dalam penelitian ini, hasil dari penilaian psikomotorik peserta didik dapat

dilihat tabel daftar nilai penampilan teks naratif peserta didik. Adapun tabel daftar

nilai penampilan teks naratif peserta didik kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik

adlah sebagai berikut:

Tabel 10. Data Nilai Aspek Psikomotorik

No Nama Kelompok KKM Nilai

1. Kerajaan Samudra Pasai 75 80


2. Kerajaan Malaka 75 85
3. Kerajaan Aceh 75 75
4. Kerajaan Demak 75 80
5. Kerajaan Pajang 75 75
6. Kerajaan Mataram Islam 75 90
7. Kerajaan Ternate-Tidore 75 80
8. Kerajaan Gowa-Tallo 75 85
Jumlah 650
Rata-rata 81,25

Aspek psikomotorik peserta didik dinilai dari penugasan dan penampilan

teks naratif. Berdasarkan pada tabel 10. di atas, terlihat bahwa peserta didik

mendapat nilai yang sudah mencapai KKM. Dalam penugasan dan penampilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

teks naratif tersebut peserta didik sudah memenuhi kriteria-kriteria yang sudah

ditentukan meskipun masih ada beberapa yang belum sempurna.

Kelompok pertama, mendapat tema tentang kerajaan Samudera Pasai. Pada

penampilan kelompok Samudera Pasai, pada dasarnya telah memenuhi kriteria

penilaian yang dibuat oleh guru. Konsep teks naratif telah dibuat dengan baik dan

isi dari teks naratif juga sudah jelas dan lengkap. Namun, ketika menampilkan

teks naratif di depan kelas, kelompok masih terlalu terpaku dengan teks sehingga

komunikasi dengan teman-teman lain belum terlihat.

Kelompok kedua mendapat tema Kerajaan Malaka. Sama seperti kelompok

pertama, teks naratif yang dibuat sudah memenuhi kriteria yang telah ditentukan

oleh guru. Konsep dan isi teks naratif juga dibuat dengan menarik dan juga jelas.

Dalam menampikan teks naratif di depan kelas, kelompok sudah tidak terpaku

pada teks, namun kelompok masih terkesan malu-mali dalam menyampaikan

materi di depan kelas.

Kelompok ketiga mendapat tema Kerajaan Aceh. Teks naratif yang dibuat

oleh kelompok ini pada dasarnya sama seperti dua kelompok sebelumnya yaitu

telah memenuhi kriteria yang ditentukan guru. Namun sayangnya dalam

menampilkan teks naratif di depan kelas kelompok masih kurang serius dan masih

terpaku dengan teks.

Kelompok keempat mendapat tema kerajaan Demak. Secara umum

kelompok ini telah membuat teks naratif sesuai dengan kriteria yang telah

ditentukan. Kelengkapan isi dalam teks naratif juga sudah sangat baik dan jelas.

Namun dalam penyampaiannya kelompok masih terlihat kurang serius. Kelompok


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

masih sering tertawa sehingga mengganggu penyampian materi pada teman yang

lain.

Kelompok kelima mendapat tema tentang kerajaan Pajang. Teks naratif

tentang kerajaan Pajang ini dibuat sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

Pada dasarnya isi dari teks naratif tersebut sudah sangat baik karena sudah

lengkap dan berurutan. Hanya sayangnya, kelompok menyampaikan materi masih

terlalu terpaku dengan teks dan seolah-olah hanya membaca untuk dirinya sendiri.

Selanjutnya adalah kelompok keenam yang mendapat tema tentang kerajaan

Mataram Islam. Dari beberapa kelompok yang telah maju, kelompok Mataram

Islam ini terlihat sedikit menonjol. Isi teks naratif dibuat sesuai dengan kriteria

yang telah ditentukan oleh guru. Dalam hal ini kelompok Mataram Islam

mengambil tema khusus dalam teks naratifnya sehingga terlihat lebih bervariasi

namun tetap tersampaikan dan tetap sesuai dengan materi pokok hari itu. Dalam

penyampaiannya, kelompok juga sudah tidak terpaku dengan teks, hanya saja

kelompok terlihat malu-malu.

Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan tema yang didapatkan oleh

kelompok ketujuh. Kelompok membuat teks naratif sesuai dengan kriteria yang

telah ditentukan. Dalam menyampaikan materi pada teman-teman yang lain juga

sudah baik tetapi masih terpaku pada teks. Sementara yang terakhir adalah

kelompok delapan yang mendapat tema kerajaan Gowa dan Tallo. Pada umumnya

kelompok telah membuat dan menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik

dan sesuai dengan kriteria ketentuan. Namun sayangnya dlam menyampaikan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

materi kelompok ini kurang fokus karena ada beberapa teman yang mengganggu

sehingga konsentrasi mereka terbagi.

Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa setiap kelompok telah membuat hasil

karya teks naratif dengan baik dan jelas. Keterampilan pada peserta didik juga

sudah terlihat dari teks naratif yang dihasilkan. Tidak hanya keterampilan

menulis, tetapi keterampilan peserta didik dalam berbicara atau menyampaikan

materi di depan kelas. Namun masih ada hambatan-hambatan yang terlihat yaitu

peserta didik kurang fokus dan serius serta masih terlalu terpaku pada teks. Tetapi

secara umum aspek psikomotorik peserta didik telah terbentuk melalui

pembelajaran literasi ini.

Dalam pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi selain

mengembangkan tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik, maka dalam

diri peserta ddik juga akan tumbuh karakter positif. Keingintahuan dalam diri

peserta didik terhadap materi pembelajaran akan muncul melalui pembelajaran

sejarah yang memanfaatkan literasi. Selain itu, dalam diri peserta didik akan

muncul dan berkembang sikap keharmonisan dan toleransi melalui pembelajaran

sejarah yang memanfaatkan literasi dalam materi tentang kerajaan-kerajaan yang

bercorak Islam di Nusantara. Tentunya sikap keharmonisan dan toleransi yang

muncul dalam diri peserta didik sangat baik untuk kehidupan sehari-hari

khususnya untuk kelas X IPS 1 yang sifatnya heterogen dari segi agama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

C. Pembahasan

1. Perencanaan Proses Pembelajaran Sejarah yang Memanfaatkan Literasi

Literasi merupakan kemampuan individu mengolah dan memahami

informasi saat membaca atau menulis. Dalam literasi sebenarnya tidak hanya

keterampilan membaca atau menulis saja yang dikembangkan tetapi juga melatih

keterampilan menyimak dan berbicara. Hal ini karena dalam literasi yang

menjadi fokusnya adalah pengembangan empat keterampilan dalam diri individu

dalam hal ini adalah peserta didik yaitu keterampilan membaca, menyimak,

menulis, dan berbicara.

Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah kemudian mengeluarkan sebuah

terobosan baru yang gunanya adalah untuk mengatasi masalah rendahnya minat

baca peserta didik yaitu Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Gerakan Literasi

Sekolah (GLS) dikeluarkan berdasarkan pada Permendikbud Nomor 23 Tahun

2015 tentang penumbuhan budi pekerti. Dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

terdapat tiga tahapan yaitu tahap pembiasan, tahap pengembangan, dan tahap

pembelajaran. Khusus pada tahap ketiga yaitu tahap pembelajaran, pemanfaatan

literasi dalam proses pembelajaran dirancang untuk mendukung implementasi

kurikulum 2013 yang harapannya dapat menjawab tantangan pendidikan pada

abad ke 21.110

Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 dipersiapkan untuk menyongsong

pendidikan abad ke-21. Oleh karena itu, pembelajaran perlu memperhatikan

secara khusus terhadap upaya penguatan karakter, pengembangan kemampuan

110
Hendra Kurniawan., op. cit., hlm. 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

berpikir tingkat tinggi (Higher Order Tinking Skill/ HOTS), pemanfaatan literasi,

dan pengembangan 4C yang meliputi creativity, critical thinking, communication,

dan collaboration.111 Tentunya hal ini juga harus dikembangkan dalam

pembelajaran sejarah Indonesia.

Pembelajaran literasi dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran termasuk

untuk mata pelajaran sejarah Indonesia. Seperti kita ketahui bahwa mata pelajaran

sejarah Indonesia memiliki begitu banyak sumber sehingga sangat cocok bila

pembelajajaran literasi diterapkan di dalamnya. Penerapan literasi dalam

pembelajaran sejarah indonesia ini sesuai dengan tahapan dalam Gerakan Literasi

Sekolah yaitu tahap ketiga. Dengan diterapkannya literasi dalam pembelajaran

sejarah Indonesia maka akan membuat peserta didik dapat berpikir tingkat tinggi

(Higher Order Tinking Skill/ HOTS). Hal ini karena peserta didik harus mengelola

sendiri informasi yang didapatnya. Selain HOTS, melalui pemanfaatan literasi

dalam pembelajaran sejarah Indonesia juga akan memunculkan dan

mengembangkan 4C dalam diri peserta didik.

Dalam tahap ketiga atau tahap pembelajaran ini, seluruh kegiatan yang

dilakukan sebagai upaya tindak lanjut dari tahap kedua atau tahap pembiasaan.

Dalam tahap ketiga atau tahap pembelajaran ini seluruh kegiatan yang dilakukan

oleh peserta didik akan dinilai secara akademik. Ini sesuai dengan tagihan yang

terdapat dalam kurikulum 2013 yang sifatnya akademis. Dalam tahap ketiga ini

peserta didik diharapkan mampu mengolah dan mengelola kemampuannya dalam

111
Hendra Kurniawan., op. cit., hlm 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

berkomunikasi secara kreatif. Hal-hal ini dapat diperoleh oleh peserta didik

melalui kegiatan literasi baik menggunakan buku maupun menggunakan media

lainnya.

Sebelum melaksanakan pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi

tentunya guru harus sudah mempunyai perencanaan yang matang. Yang pertama-

tama disiapkan oleh guru adalah Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Dalam penelitian ini RPP yang dibuat oleh guru adalah berdasarkan pada KD 3.8

dan 4.8. Dari KD 3.8 dan 4.8 kemudian guru mengembangkannya menjadi

indikator pelaksanaan kompetensi. Dalam penelitian ini hanya diamati 2 kali

pertemuan saja untuk indikator pelaksanaan kompetensi sebagai berikut112:

3.8.1. Menganalisis sumber-sumber sejarah dari kerajaan-kerajaan yang bercorak


Islam di Nusantara.
3.8.2. Mengidentifikasi bukti-bukti peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak
Islam di Nusantara.
3.8.3. Menunjukkan letak dari kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di
Nusantara.
4.8.2. Menyajikan informasi pendukung mengenai perkembangan kerajaan-
kerajaan yang bercorak Islam di Nusantara dalam bentuk teks naratif.

Dalam RPP dengan KD 3.8 dan 4.8 guru menggunakan pendekatan

Student Center Learning. Untuk model pembelajaran, guru menggunakan model

pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD). Sementara untuk

metode pembelajarannya, guru menggunakan metode pembelajaran berupa

ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan.

Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan

suatu bentuk pembelajaran kooperatif dimana peserta didik belajar secara

112
Dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

berkelompok dan berdiskusi guna menemukan dan memahami konsep-konsep

dalam pembelajaran.113 Dengan demikian, secara umum penerapan model

pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) dalam proses

pembelajaran khususnya pebelajaran sejarah Indonesia dapat menumbuhkan rasa

tanggung jawab dalam diri peserta didik. Selain itu peserta didik juga menjadi

lebih aktif dalam memahami materi dan diskusi kelompok. Jika dihubungkan

dengan literasi dalam pembelajaran sejarah Indonesia, model pembelajaran

Student Teams Achievement Division (STAD) sangatlah efektif untuk membantu

peserta didik dalam mengembangkan empat keterampilan yang akan dimunculkan

literasi yaitu keterampilan membaca, menyimak, menulis, dan berbicara.

Dalam pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi dengan

menggunakan model Student Teams Achievement Division (STAD), peserta didik

kemudian diminta untuk membentuk kelompok dengan dipandu oleh guru.

Kelompok yang dibuat harus bersifat heterogen, baik dari segi agama, suku,

gender, dan juga prestasi. Semua ini dimaksudkan untuk memupuk rasa kerja

sama dalam kelompok, menyelesaikan tugas dengan baik, dan menghindarkan

dari rasa iri pada diri peserta didik.114

Setelah pembentukan kelompok, selanjutnya guru memberikan tugas pada

peserta didik untuk membuat sebuah karya berupa teks naratif. Untuk membantu

kelompok mengerjakan tugas tersebut, guru menayangkan sebuah video yang

berkaitan dengan materi yang diajarkan atau dibahas ketika itu. Penayangan video

ini tujuannya adalah untuk memudahkan setiap kelompok dalam memperoleh

113
Yunus Abidin, 2014, op. cit., hlm. 248.
114
Aman., op.cit., hlm. 114.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

informasi yang nantinya akan membantu dalam pembuatan teks naratif. Peserta

didik dalam kelompok juga diminta untuk mencari sumber-sumber lain baik dari

buku maupun internet untuk memperdalam materi yang didapat. Dalam hal ini,

teks naratif yang dibuat peserta didik merupakan produk yang dihasilkan dalam

pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi. Berikut ini adalah kegiatan

diskusi kelompok yang dilakukan oleh peserta didik:

Gambar X. Kegiatan Diskusi dan Mengumpulkan Informasi

dari Sumber Lain oleh Kelompok.

(Sumber: Dokumentasi pribadi)

Dengan berperannya peserta didik dalam mengumpulkan informasi, itu akan

membantu peserta didik untuk lebih aktif dan mandiri lagi dalam mencari maupun

memahami materi. Selanjutnya, teks naratif yang dihasilkan oleh setiap kelompok

kemudian ditampilkan di kelas dihadapan guru dan kelompok lainnya. Ketika


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

penampilan tersebut, maka akan terjadi proses transfer pengetahuan antara

kelompok yang mendapat giliran tampil kepada kelompok lainnya dan begitu

seterusnya. Dengan begitu maka keterampilan berbicara peserta didik juga akan

muncul ketika menjelaskan narasi yang dibuat oleh kelompoknya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

Gambar XI. Penampilan Hasil Produk literasi Kelompok di Depan


Kelas.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Dari kegiatan pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi

ini, keterampilan membaca, menyimak, menulis, dan berbicara pada diri peserta

didik akan muncul dengan baik. Peserta didik juga akan menjadi lebih aktif dan

lebih mandiri dalam mempelajari materi yang sedang ditempuh. Selain itu,

karakter dalam diri peserta didik juga akan muncul dalam diri peserta didik

melalui proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi. Hal ini karena

melalui pembelajaran sejarah yang memanfatkan literasi maka akan muncul

pembiasaan-pembiasaan positif dalam diri peserta didik yang juga akan

mempengaruhi karakter dan perilaku peserta didik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

2. Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan


Literasi
Terkait dengan aspek literasi, secara khusus Gerakan Literasi Sekolah

(GLS) digagas untuk mendukung kegiatan tersebut. 115 Sesuai dengan

Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 yang dikeluarkan pemerintah tentang

penumbuhan budi pekerti, maka Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dikeluarkan

untuk menjadi penguat dalam usaha tersebut. Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

dapat menjadi solusi baru dalam pengembangan pembelajaran literasi. Dalam

pelaksanaannya, Gerakan Literasi Sekolah (GLS) mempunyai tiga tahapan yaitu

tahap pertama adalah tahap pembiasaan, tahap kedua adalah tahap pengembangan,

dan tahap ketiga adalah tahap pembelajaran.

Semenjak tahun 2017 Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sudah mulai

terlaksana dengan baik di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia termasuk di

Yogyakarta salah satunya di SMA Negeri 1 Ngaglik. Berdasarkan informasi yang

diberikan guru, pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMA Negeri 1

Ngaglik sudah terlaksana dengan baik pada tahap pembiasaan dan sedang

dilanjutkan pada tahap pengembangan dan pembelajaran. dalam pembelajaran

sejarah Indonesia guru sudah menerapkan literasi ke dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan, dalam proses pembelajaran

sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi, peserta didik mendapatkan tugas

sebagai produk dari literasi berupa teks naratif. Sebagian besar peserta didik

mengatakan bahwa pembelajaran sejarah Indonesia dengan memanfaatkan literasi

115
Hendra Kurniawan., op. cit., hlm. 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

justru membuat pembelajaran sejarah Indonesia menjadi lebih menarik. Peserta

didik dapat menjadi lebih mandiri dan kreatif dalam mencari dan mengembangkan

materi pembelajaran.

Pada dasarnya, pemanfaatan literasi dalam pembelajaran sejarah Indonesia

memiliki tujuan yang penting. Tujuan dari dimanfaatkannya literasi ke dalam

pembelajaran sejarah Indonesia adalah sebagai berikut116:

1. Meningkatkan dan memperdalam minat, khususnya minat membaca, dan


memotivasi peserta didik untuk belajar.
2. Mengembangkan kemandirian peserta didik sebagai pembelajar sejarah yang
mampu menelusuri berbagai sumber sejarah terpercaya secara kritis, kreatif,
dan inovatif sehingga selanjutnya produktif menghasilkan karya literasi
sejarah.
3. Mendukung upaya pendidikan karakter dan menguatkan kesadaran sejarah
terutama dalam internalisasi nilai-nilai kebangsaan, kebhinekatunggalikaan,
dan patriotisme.
4. Membentuk peserta didik menjadi peminat sejarah, pembaca sejarah, penulis
sejarah, dan komunikator strategis dengan kesadaran sejarah yang tinggi.
5. Meningkatkan kemampuan berpikir dan mengembangkan kebiasaan berpikir
pada peserta didik yang menempatkan sejarah sebagai salah satu pijakan pikir
atau perspektif atas suatu permasalahan aktual.

Tentunya, sebelum melaksanakan pembelajaran sejarah yang memanfaatkan

literasi guru harus memiliki persiapan-persiapan yang matang. Hal-hal yang perlu

dipersiapkan oleh guru adalah seperti alat atau bahan-bahan ajar yang dapat

menunjang proses pembelajaran sejarah Indonesia dengan memanfaatkan literasi

ini. Semua ini dipersiapkan guru tentunya untuk mempermudah peserta didik

dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan

literasi.

116
Ibid., hlm. 6-7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

Pada awalnya peserta didik mengira bahwa literasi selalu berkaitan dan

berhubungan dengan membaca buku. Kebanyakan dari mereka juga mengira

bahwa pembelajaran sejarah Indonesia dengan memanfaatkan literasi akan

membosankan. Namun, setelah mengikuti proses pembelajaran sejarah dengan

memanfaatkan literasi, peserta didik justru mengatakan bahwa pembelajaran

sejarah Indonesia dengan memanfaatkan literasi justru mengasyikkan dan

menyenangkan. Tak banyak yang mengetahui bahwa literasi tidak hanya terkait

dengan membaca buku. Kegiatan literasi bisa dilakukan baik dengan literasi

media misalnya dengan menonton televisi, literasi teknologi misalnya

mempelajari perangkat-perangkat komputer, maupun literasi visual misalnya

belajar melalui video.

Dalam kegiatan pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi

dapat pula dimanfaatkan video sebagai sarana pendukung penyampaian materi.

Ada peserta didik yang mengatakan bahwa pembelajaran sejarah Indonesia yang

memanfaatkan literasi lebih mudah dipahami materinya. Hal ini dikarenakan

dalam pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi juga

dimanfaatkan media lain seperti video sehingga materi pelajaran lebih mudah

untuk dicerna dan dipahami. Ada pula peserta didik yang mengatakan bahwa

pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi lebih menrik dan

mengasyikkan karena lebih banyak variasinya.

Dalam pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi,

memang peserta didik dituntut untuk lebih kreatif dan mandiri. Mandiri dalam hal

ini adalah peserta didik harus mencari materi tambahan dari berbagai sumber
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

dalam proses pembelajaran. sementara kreatif peserta didik harus bisa merancang

sebuah karya yang menarik mengenai materi pembelajaran yang kemudian akan

disampaikan di depan kelas. Hal ini sejalan dengan pengertian pendidikan yang

didefinisikan UU Nomor 20 Tahun 2013 sebagai usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 117

Melalui proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi, ada

peserta didik yang merasa bahwa mereka menjadi lebih rajin membaca,

pemahaman terhadap kosa kata dan istilah-istilah baru juga semakin meningkat.

Ini membuktikan bahwa melalui pembelajaran sejarah yang memanfaatkan

literasi, wawasan peserta didik semakin bertambah. Fokus dan konsentrasi peserta

didik juga semakin meningkat. Namun, dalam pelaksanaannya peserta didik juga

ada yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran sejarah Indonesia yang

memanfaatkan literasi. Sebagian dari peserta didik mengatakan bahwa kesulitan

yang dihadapi adalah ketika menemui kosa kata atau istilah-istilah baru mereka

kesulitan untuk memahami.

Peserta didik yang mengalami kesulitan tersebut nyatanya sudah memiliki

solusi untuk menghadapi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Berdasarkan

penelitian, peserta didik yang mengalami kesulitan tersebut akan searching di

internet, bertanya pada teman yang lebih tahu, atau bertanya pada guru atau orang

117
Yunus Abidin., op. cit., 2014, hlm. 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

yang lebih paham. Ini menandakan bahwa kemandirian pada diri peserta didik

sebenarnya sudah terbentuk secara pribadi.

Meskipun ada beberapa peserta didik yang mengalami kesulitan dalam

mengikuti pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi, namun ada

peserta didik yang menyukainya. Alasannya karena peserta didik tersebut

memang memiliki hobby dalam membaca atau literasi. Peserta didik tersebut juga

mengatakan bahwa jika pembelajaran literasi dikombinasikan dengan media lain

seperti media lain maka tentunya akan membuat materi yang disampaikan akan

menjadi lebih mudah untuk dipahami. Dari situ dapat terlihat bahwa pemanfaatan-

pemanfaatan media lain dapat menunjang keberhasilan peserta didik dalam

mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan penelitian, melalui proses pembelajaran sejarah Indonesia yang

memanfaatkan literasi peserta didik mengatakan bahwa pemahaman peserta didik

terhadap materi pelajaran sejarah Indonesia semakin meningkat. Dalam hal ini

dapat disimpulkan bahwa perencanaan yang dibuat guru dalam pembelajaran

literasi ini sangat berhasil untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan

pengetahuannya terhadap materi pelajaran sejarah Indonesia.

Selain mengembangkan pengetahuan, dari penayangan video refleksi yang

dilakukan oleh guru peserta didk menjadi lebih mengerti tentang keharmonisan

yang harus dijaga. Dari video yang ditayangkan peserta didik dapat belajar saling

toleransi terhadap sesama manusia. Tentunya hal itu sangat positif dalam

membangun suasana keharmonisan terutama di lingkngan sekolah yang penuh

keberagaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

3. Hasil Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi


Pembelajaran berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan seperti yang

dikehendaki Kurikulum 2013 akan berdampak bagi guru dalam hal memilih dan

menggunakan strategi pembelajaran yang tepat.118 Literasi dapat menjadi solusi

yang baik untuk mengembangkan hal tersebut. Dengan dimanfaatkannya literasi

ke dalam proses pembelajaran sejarah, maka hal tersebut akan membantu peserta

didik dalam mengembangkan empat keterampilan seperti membaca, menyimak,

menulis, dan berbicara pada diri peserta didik. Tentunya hal tersebut sesuai

dengan tuntutan kurikulum 2013 dan sesuai dengan Permendikbud Nomor 23

Tahun 2015.

Selain empat keterampilan yang akan muncul dalam diri peserta didik, akan

dilihat pula aspek-aspek yang ada pada diri peserta didik. Aspek-aspek tersebut

diantaranya adalah aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.

Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan, pembelajaran sejarah Indonesia yang

memanfaatkan literasi terbukti dapat mampu memunculkan ketiga aspek tersebut.

Pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi terbukti dapat

mengembangkan aspek kognitif dalam diri peserta didik. Hal yang dilihat dalam

aspek kognitif dalam diri peserta didik ini adalah kemampuan peserta didik dalam

memahami dan mengingat kembali materi yang telah disampaikan. Cara untuk

melihat perekambangan kognitif peserta didik ini adalah melalui tes. Dari tes yang

diberkan maka akan dapat diketahui seberapa jauh tingkat pemahaman dan daya

118
Yunus Abidin., op. cit., hlm. 36.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

ingat peserta didik terhadap materi pelajaran sejarah Indonesia yang disampaikan

dengan memanfaatkan literasi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terlihat bahwa dengan pembelajaran

sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi, peserta didik menjadi lebih mudah

memahami materi pelajaran. Pembelajaran ini dapat membantu peserta didik

dalam mengelola dan memanagemen pengetahuan yang didapat sehingga tidak

hilang begitu saja. Hasilnya adapat diketahui melalui tes yang diberikan oleh

guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai peserta didik dalam pembelajaran

sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi menunjukkan hasil yang sangat

baik. Sebagian besar peserta didik memperoleh nilai yang sudah mencapai bahkan

melebihi KKM.

Dari penjelasan tersebut dapat terlihat bahwa pembelajaran sejarah

Indonesia yang memanfaatkan literasi mempengaruhi daya ingat serta mampu

menumbuhkan rasa ingin tahu dan cinta pengetahuan pada peserta didik. Hal ini

karena dalam proses pembelajaran ini, peserta didik dilibatkan secara aktif

sehingga apapun materi yang didapat peserta didik akan mudah diingat. Selain itu

penyampaian dengan gaya-gaya baru juga akan mempengaruhi ingatan peserta

didik. Seperti dalam pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi

ini dimana dalam pembelajaran ini peserta didik menghasilkan sebuah produk

berupa teks naratif dan kemudian akan ditampilkan di sepan kelas untuk

menyampaikannya pada peserta didik lainnya. Dalam hal ini akan terjadi

pertukaran dan penambahan informasi baru dalam diri peserta didik sehingga

pengetahuan peserta didik semakin luas.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

Tentunya hal ini juga akan mempengaruhi pemahaman peserta didik. Akan

banyak materi yang terekam dan diingat peserta didik jika peserta didik tersebut

benar-benar merasa nyaman dengan proses pembelajaran tersebut. Jika demikian

makan bukan hal yang mustahil jika peserta didik memperoleh hasil yang

memuaskan dalam tes. Dalam penilaian untuk mengetahui perkembangan

pengetahuan peserta didik hendaknya benar-benar diorientasikan untuk

membangun kompetensi peserta didik. 119

Selain aspek kognitif, aspek afektif dalam diri peserta didik juga mengalami

perkembangan dalam proses pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan

literasi. Dalam aspek afektif ini, yang dilihat adalah sikap dan nilai dalam diri

peserta didik. Cakupan dalam aspek afektif ini meliputi watak perilaku seperti

perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Melalui pembelajaran literasi ini, empati,

kepedulian,dan sikap saling menghargai akan muncul dalam diri peserta didik

seiring dengan berjalannya waktu selama proses pembelajaran berlangsung.

Perkembangan afektif peserta didik ini dapat pula dilihat dari partisipasi

aktif peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran sejarah yang

memanfaatkan literasi. Tentunya akan terlihat bagaimana sikap, perasaan, minat,

emosi, dan nilai peserta didik terhadap proses pembelajaran. Untuk melihat aspek

afektif yang berkembang dalam diri peserta didik, maka dalam hal ini peneliti

menggunakan kuesioner untuk mengetahuinya. Dari kuesioner ini dapat terlihat

bagaimana respon peserta didik terhadap proses pembelajaran sejarah Indonesia

yang memanfaatkan literasi.

119
Yunus Abidin., op. cit., hlm. 102.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

Dalam penelitian ini, diketahui bahwa perasaan peserta didik terhadap

proses pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi adalah sangat

senang. Peserta didik mengatakan bahwa mereka lebih mudah menerima materi

pelajaran karena kegiatan pembelajaran lebih mengasyikkan. Tentunya perasaan

ini sangat berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh peserta didik. Dari perasaan

senang yang muncul dalam diri peserta didik, maka kemudian nantinya akan

menumbuhkan semangat minat peserta didik terhadap pembelajaran sejarah

Indonesia.

Kebanyakan peserta didik menganggap bahwa pelajaran sejarah Indonesia

merupakan pelajaran yang membosankan. Namun setelah pelajaran sejarah

Indonesia memanfaatkan literasi dalam prosesnya, justru peserta didik

beranggapan sebaliknya. Ada peserta didik yang mengatakan bahwa pembelajaran

sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi menjadi lebih menyenangkan dan

mereka lebih mudah untuk memahami materi yang disampaikan. Hal ini karena

dalam pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi juga

memanfaatkan media-media lain sehingga dapat menjadi penyegaran bagi peserta

didik dalam belajar. Peserta didik justru lebih berminat untuk belajar sejarah

Indonesia dengan memanfaatkan literasi.

Di samping aspek afektif, aspek lain yang berkembang dalam diri peserta

didik adalah aspek psikomotorik. Aspek pasikomotorik ini selalu berhubungan

dengan keterampilan motorik dalam diri peserta didik. Dalam pembelajaran

sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi keterampilan dalam diri peserta

didik akan dimunculkan diantaraya keterampilan menulis pada diri peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

Keterampilan menulis ini akan muncul ketika peserta didik mengerjakan sebuah

produk berupa teks naratif.

Dari penugasan yang diberikan oleh guru tersebut, keterampilan menulis

dalam diri peserta didik sudah terlihat muncul dengan baik. Hal ini terlihat dari

hasil kerja peserta didik dalam menghasilkan teks naratif bersama kelompoknya.

Peserta didik sangat kreatif dalam membuat teks naratif yang ditugaskan oleh

guru. Dari cara penyajian juga demikian, peserta didik memiliki cara yang

berbeda-beda dalam menampilkan teks naratif mereka. Dengan penampilan-

penampilan tersebut maka keterampilan berbicara pada diri peserta didik juga

akan muncul. Selain itu kemampuan peserta didik dalam menyimak materi yang

disampaikan oleh teman mereka juga akan muncul. Berikut ini adalah gambar

hasil karya teks naratif yang di buat kelompok:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

Gambar XII. Poduk Literasi Kelompok Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan


Malaka, Kerajaan Aceh, Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan
Mataram Islam, Kerajaan Gowa-Tallo, dan Kerajaan Ternate-Tidore.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah Indonesia yang

memanfaatkan literasi sangatlah baik untuk membantu peserta didik dalam

mengembangkan keterampilan yang ada pada dirinya. Dengan pembelajaran ini

perkembangan dalam diri peserta didik juga akan terlihat baik dari segi

pengetahuan, keterampilan maupun sikap atau minat. Pembelajaran literasi yang

dimanfaatkan dalam pembelajaran sejarah Indonesia ini sesuai dengan Undang-

Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Dalam UU tersebut pada pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.120

120
Sigit Mangun Wardoyo., op.cit., hlm. 90.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi di

SMA Negeri 1 Ngaglik sudah baik. Hal tersebut nampak dari semua

perencanaan yang dibuat oleh guru mulai dari menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) yang telah

ditentukan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru ini

mengandung unsur-unsur literasi di dalamnya. Guru juga menyiapkan alat-alat

serta bahan-bahan berupa laptop, speaker, video, dan materi dalam bentuk

power point untuk mendukung kegiatan pembelajaran. selain itu guru juga

Guru juga sudah menyusun instrumen evaluasi berupa tes kognitif,

psikomotorik, dan afektif.

2. Pelaksanaan pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi

sudah terlaksana dengan sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan sudah

terlaksananya semua kegiatan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) yang dibuat oleh guru. Dimulai dengan kegiatan pendahuluan, pada

kegiatan ini guru mempersiapkan segala sesuatu yang mendukung proses

pembelajaran literasi agar kegiatan dapat berjalan dengan sesuai rencana. Pada

kegiatan ini guru juga mengajak peserta didik untuk berdoa sesuai dengan

113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

agamanya masing-masing. Kemudian guru memberikan apersepsi pada

peserta didik dengan menanyakan seputar materi minggu lalu. Setelah

kegiatan pendahuluan, kegiatan selanjutnya adalah kegiatan ini. Pada kegiatan

inti inilah proses pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi

terjadi. Diawali dengan guru menjelaskan sedikit materi kerajaan-kerajaan

Islam di Nusantara sebagai pengantar pembelajaran bagi peserta didik dan

menayangkan video. Setelah itu guru membentuk kelompok dan meminta

peserta didik untuk berdiskusi untuk menghasilkan sebuah karya berupa teks

naratif sebagai produk dari literasi. Setelah kegiatan inti, kegiatan selanjutnya

adalah kegiatan penutup. Pada kegiatan ini guru beserta peserta didik secara

bersama-sama menyimpulkan pembelajaran hari itu. Dalam kegiatan ini pula

guru menayangkan cuplikan video singkat yang tujuannya adalah untuk

membantu dan membuat peserta didik dapat mengaitkan antara materi

pembelajaran dengan kehidupan nyata. Selain itu juga untuk menumbuhkan

nilai keharmonisan dan toleransi terhadap sesama, terutama dilingkungan

sekolah yang juga sangat beragam.

3. Hasil pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi terbukti

mampu untuk membantu perkembangan peserta didik dalam aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Dalam aspek kognitif, pemahaman peserta didik

menjadi semakin bertambah. Hal ini terbukti dari hasil tes yang diberikan pada

pesera didik dengan rata-rata 84,64. Sementara itu, 92,86% peserta didik telah

mencapai nilai KKM yaitu 75. Selanjutnya dalam aspek afektif, peserta didik

menjadi lebih berminat untuk belajar sejarah Indonesia dengan memanfaatkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

literasi. Hal ini dapat diketahui melalui kuesioner yang dibagikan yang

menunjukkan kategori tinggi dengan rata-rata 82,14%. Kemudian pada aspek

psikomotorik, keterampilan pada diri peserta didik semakin berkembang. Hal

ini terlihat dari proses peserta didik dalam menyelesaikan tugas yang

diberikan guru yaitu membuat karya berupa teks naratif. Nilai yang diperoleh

sudah mencapai KKM 75 dengan rata-rata sebesar 81,25. Empat keterampilan

dalam diri peserta didik juga semakin terlihat yaitu keterampilan membaca,

menyimak, menulis, dan berbicara. Di samping itu pembelajaran literasi dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah menjadi pembelajaran yang

menyenangkan yang juga dapat mempengaruhi suasana dalam belajar sejarah.

B. Saran

Berdasarkan penelitian, terdapat beberapa saran yang dapat menjadi bahan

pertimbangan dalam pemanfaatan literasi ke dalam pembelajaran sejarah

Indonesia. Saran-saran yang dapat disampaikan yaitu:

1. Bagi Sekolah, diharapkan pembelajaran literasi semakin ditingkatkan lagi. Hal

ini mengingat respon peserta didik yang posiitif terhadap pembelajaran

literasi. Selain itu juga karena pembelajaran literasi ini merupakan tahapan

ketiga dalam Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Harapan lainnya adalah

sekolah dapat menambah sumber buku untuk mendukung pelaksanaan

pembelajaran literasi.

2. Bagi Guru, diharapkan untuk dapat terus mengembangkan literasi ke dalam

proses pembelajaran khususnya pembelajaran sejarah Indonesia. Hal ini


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

mengingat respon peserta didik yang sangat baik terhadap pembelajaran

sejarah yang memanfaatkan literasi. Maka akan lebih baik lagi jika literasi

tetap dikembangkan dalam proses pembelajaran sejarah Indonesia dan sebisa

mungkin untuk memvariasinya agar menjadi semakin menarik bagi peserta

didik.

3. Bagi Peserta Didik, diharapkan untuk lebih aktif lagi dalam mengikuti

pembelajaran sejarah Indonesia yang memanfaatkan literasi. Selain itu juga

selalu berupaya untuk selalu meningkatkan pemahaman dan kreativitas yang

dimiliki supaya dapat memperoleh hasil dan pengalaman yang memuaskan

dan lebih luas lagi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Hamid dan Muhammad Saleh Madjid. 2011 .Pengantar Ilmu
Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Aman. 2011. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Penerbit


Ombak.

Brian Garvei dan Mary Krug. 2014. Model-model Pembelajaran Sejarah.


Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Dirjendikdasmen. 2016. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta:


Kemendikbud.

Dirjendikdasmen. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah


Atas. Jakarta: Kemendikbud.

Hamid Darmadi. 2014. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial: Teori Konsep
Dasar dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.

Haris Herdiansyah. 2012. Metode Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-Ilmu Sosial.


Jakarta: Salemba Humanika.

Heri Susanto. 2014. Seputar pembelajaran Sejarah: Isu, Gagasan, dan Strategi
Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Presindo.

Imam Gunawan. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik. Jakarta: PT
Bumi Aksara.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima. Aplikasi luring resmi Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.

117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

Karwono dan Heni Mularsih. 2017. Belajar dan pembelajaran: Serta


Pemanfaatan Sumber Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kunto Wijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang


Budaya.

Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23


Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

Sigit Mangun Wardoyo. 2013. Pembelajaran Konstruktivisme: Teori dan Aplikasi


Pembelajaran dalam Pembentukan Karakter. Bandung: Alfabeta.

Sudaryono. 2016. Metode Penelitian pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.

Sugiyono. 2012. Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:


Kanisius.

Suryosubroto. 2015. Beberapa Aspek Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Yunus Abidin. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum


2013. Bandung: PT Refika Aditama.

Yunus Abidin. 2015. Pembelajaran Multiliterasi: Sebuah Jawaban atas


Tantangan Pendidikan Abad ke-21 dalam Konteks Keindonesiaan.
Bandung: PT.Refika Aditama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

Zainal Arifin. 2011. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Jurnal:

Aditya Rakhmawan, dkk., 2015. Perancangan Pembelajaran Literasi Sains


Berbasis Inkuiri Pada Kegiatan Laboratorium. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.

Eko Nurdiyanti dan Edi Suryanto. 2010. Pembelajaran Literasi Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.

Hendra Kurniawan. 2018. “Pembelajaran Literasi dalam Mata Pelajaran Sejarah”.


Historia Vitae. Vol 32. No. 1. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Sumber Internet:

https://jogja.antaranews.com/berita/342002/minat-baca-pelajar-diy-cukup-tinggi
(di akses pada tanggal 8 Februari 2018, pukul 16.25)

http://jogja.tribunnews.com/2014/12/21/minat-baca-warga-diy-masih-rendah
(di akses pada tanggal 8 Februari 2018, pukul 17.15)

www.dosenpendidikan.com/22-pengertian-pembelajaran-menurut-para-ahli-
terlengkap, diakses pada Rabu, 11 Maret 2018, pukul 15.22 WIB.

https://portal-ilmu.com/metode-pembelajaran-stad/, diakses pada hari Selasa, 13


Juni 2018, pukul 11.05 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

Lampiran 1

INSTRUMEN OBSERVASI
AKTIVITAS GURU DI KELAS SECARA UMUM
Sekolah : SMA Negeri 1 Ngaglik
Kelas : X IPS 1
Jam ke : 1-2
Mata pelajaran : Sejarah Indonesia
Peneliti : Ropita Dewi Sartika
Hari, tanggal : 25 April dan 9 Mei 2018

PETUNJUK:
1. Amati kegiatan pembelajaran di kelas dalam melaksanakan pembelajaran
literasi!
2. Tuliskan tanda cek (√) pada kolom YA atau TIDAK sesuai keadaan yang Anda
amati!

NO BUTIR-BUTIR SASARAN YA TIDAK


1 Guru membuka pelajaran dengan salam
2 Guru mengabsen/meriksa kehadiran peserta didik
Guru mempersiapkan alat yang akan digunakan dalam
3
proses pembelajaran
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan
4
dicapai dan rencana kegiatan yang akan dilakukan
Guru memberi stimulus guna menghantarkan peserta
5
didik pada materi pembelajaran
Guru mengarahkan peserta didik dalam pembelajaran
6
literasi
Guru menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik
7
dalam pelaksanaan pembelajaran literasi
Guru membimbing peserta didik agar dapat
8 menjalankan kegiatan pembelajaran literasi dengan
baik
Guru membimbing peserta didik untuk mengamati
9
bahan ajar yang sudah di sediakan guru
Peserta didik diberi kesempatan membaca dan
10
memahami bahan ajar yang disediakan guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

Guru menjalankan pembelajaran literasi dengan desain


11 metode dan model pembelajaran yang telah dirancang
oleh guru
Guru menerapkan pembelajaran literasi dengan
12 menggunakan 4 aktivitas seperti membaca, menyimak,
menulis, dan berbicara
Guru menumbuhkan keceriaan dan antusiasme peserta
13
didik dalam pembelajaran literasi
Guru melibatkan peserta didik dalam pembelajaran
14
literasi
Guru memberikan penugasan pada peserta didik untuk
15
menghasilkan produk dari pembelajaran literasi
Merefleksikan materi pelajaran sejarah yang di dapat
16
dari pembelajaran literasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

Lampiran 2

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA PESERTA DIDIK

Fokus
Indikator Butir-butir Pertanyaan NO
Penelitian
 Kelebihan proses 1
pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran
literasi
 Kesulitan yang dihadapi dalam 2
proses pembelajan sejarah
 Pelaksanaan dengan memanfaatkan
Pembelajaran pembelajaran pembelajaran literasi
sejarah yang sejarah yang  Cara mengatasi kesulitan yang
memanfaatkan memanfaatkan dihadapi 3
literasi literasi  Pemahaman yang didapatkan
dalam pelajaran sejarah
dengan memanfaatkan 4
pembelajaran literasi
 Kesan peserta didik dalam
proses pembelajaran sejarah
yang memanfaatkan literasi
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

Lampiran 3

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA PESERTA DIDIK

1. Apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan


pembelajaran literasi ?
2. Apa kesulihan yang dihadapi dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi ?
3. Bagaimana cara mengatasi kesulitan yang dihadapi ?
4. Apa pemahaman yang didapatkan dalam pembelajaran literasi sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi ?
5. Apa kesan peserta didik dalam proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan pembelajaran literasi ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

Lampiran 4

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA GURU

1. Bagaimana menurut guru tentang Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang


dicanangkan oleh pemerintah ?
2. Apakah guru pernah memperoleh sosialisasi atau pelatihan mengenai Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) ?
3. Bagaimana pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah ( GLS) di SMA Negeri 1
Ngaglik ?
4. Bagaimana antusias atau tanggapan peserta didik menegenai Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) yang dilaksanakan 15 menit sebelum proses pembelajaran
dimulai ?
5. Bagaimana yang guru ketahui mengenai Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada
tahap pembelajaran ?
6. Apakah guru pernah mencoba penerapan literasi dalam pembelajaran?
7. Apakah guru pernah mencoba menerapkan literasi ( media) pada pembelajaran
sejarah ?
8. Apakah guru pernah memberikan tugas terkait dengan literasi ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

Lampiran 5

DAFTAR NARASUMBER

Guru Mata Pelajaran Sejarah Indonesia SMA Negeri 1 Ngaglik


1. Bapak Triyana, S. Pd.

Peserta Didik Kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik


1. Geger
2. Aldila Ayu Permatasari
3. Yudha Mahendra Wahyu Pratama
4. Debira Inge Puspaningrum
5. Alita Adha Raihanifa
6. Dian Nita Utami
7. Astuti Purwaning Wijayanti
8. Titik Handayani
9. Hasnani Iza Nahida
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

Lampiran 6

CATATAN LAPANGAN 1
HASIL OBSERVASI
AKTIVITAS GURU DI KELAS SECARA UMUM
Sekolah : SMA Negeri 1 Ngaglik
Kelas : X IPS 1
Jam ke : 1-2
Mata pelajaran : Sejarah Indonesia
Peneliti : Ropita Dewi Sartika
Hari, tanggal : 25 April dan 9 Mei 2018

PETUNJUK:
3. Amati kegiatan pembelajaran di kelas dalam melaksanakan pembelajaran
literasi!
4. Tuliskan tanda cek (√) pada kolom YA atau TIDAK sesuai keadaan yang Anda
amati!

NO BUTIR-BUTIR SASARAN YA TIDAK


1 Guru membuka pelajaran dengan salam √
2 Guru mengabsen/meriksa kehadiran peserta didik √
Guru mempersiapkan alat yang akan digunakan dalam √
3
proses pembelajaran
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan √
4
dicapai dan rencana kegiatan yang akan dilakukan
Guru memberi stimulus guna menghantarkan peserta √
5
didik pada materi pembelajaran
Guru mengarahkan peserta didik dalam pembelajaran √
6
literasi
Guru menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik √
7
dalam pelaksanaan pembelajaran literasi
Guru membimbing peserta didik agar dapat √
8 menjalankan kegiatan pembelajaran literasi dengan
baik
Guru membimbing peserta didik untuk mengamati √
9
bahan ajar yang sudah di sediakan guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

Peserta didik diberi kesempatan membaca dan √


10
memahami bahan ajar yang disediakan guru
Guru menjalankan pembelajaran literasi dengan desain √
11 metode dan model pembelajaran yang telah dirancang
oleh guru
Guru menerapkan pembelajaran literasi dengan √
12 menggunakan 4 aktivitas seperti membaca, menyimak,
menulis, dan berbicara
Guru menumbuhkan keceriaan dan antusiasme peserta √
13
didik dalam pembelajaran literasi
Guru melibatkan peserta didik dalam pembelajaran √
14
literasi
Guru memberikan penugasan pada peserta didik untuk √
15
menghasilkan produk dari pembelajaran literasi
Merefleksikan materi pelajaran sejarah yang di dapat √
16
dari pembelajaran literasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

Lampiran 7

CATATAN LAPANGAN 2
WAWANCARA GURU MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA

Judul/ Topik : Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi di


SMA Negeri 1 Ngaglik
Peneliti : Ropita Dewi Sartika
Responden : Triyana, S. Pd.
Waktu : 30 Mei 2018
Keterangan:
P : Peneliti
I : Informan

P. Bagaimana menurut guru tentang Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang


dicanangkan oleh pemerintah ?
I. Kebetulan kami sudah melaksanakan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sejak
dicanangkan oleh pemerintah. Memang jika dilihat dari manafaatnya GLS
sangat banyak sekali manfaatnya terutama untuk mendukung proses
pembelajaran dan dari sekolah sudah menyarankan agar literasi sekolah buku-
buku yang dibaca jangan hanya buku-buku fiksi atau novel-novel atau cerita-
cerita fiksi tetapi buku-buku yang ada ikatannya dan menguatkan daripada
pembelajaran yang ada di sekolah.
P. Apakah guru pernah memperoleh sosialisasi atau pelatihan mengenai Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) ?
I. Sudah dua kali dari Dinas Provinsi. Jadi dari Dinas itu hanya ditekankan agar
GLS tetap diajarkan. Waktunya biasanya diambil pada pagi hari sebelum
KBM dimulai. Dinas juga menekankan agar kegiatan GLS itu dipantau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

dengan bukti-bukti fisik yang ada seperti presensi dan buku kemajuan GLS di
kelas.
P. Bagaimana pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah ( GLS) di SMA Negeri 1
Ngaglik ?
I. GLS ini sifatnya fluktuatif. Artinya jika KBM normal maka GLS berjalan
dengan baik. Namun jika ada kegiatan-kegiatan di sekolah atau seperti
sekarang yang sedang Ulangan Kenaikan Kelas itu GLS tidak berjalan dengan
baik. Tetapi jika KBM berjalan normal maka kegiatan GLS ini berjalan
dengan baik.
P. Bagaimana antusias atau tanggapan peserta didik menegenai Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) yang dilaksanakan 15 menit sebelum proses pembelajaran
dimulai ?
I. Tanggapannya sangat beragam. Ada yang benar-benar berambisi dan serius,
ada yang karena takut sama guru, ada yang karena hanya sekedar memenuhi
kewajiban rutin, tetapi pada umumnya GLS ini berjalan sudah sangat bagus di
sekolah ini.
P. Bagaimana yang guru ketahui mengenai Gerakan Literasi Sekolah (GLS) pada
tahap pembelajaran ?
I. Pada umumnya GLS ini memang untuk mendukung dan memperkuat kegiatan
pembelajaran. Namun yang menjadi masalah disini adalah terkait dengan
evaluasi. Tugas guru kan tidak hanya satu tetapi banyak, tetapi sesekali ketika
rapat atau pertemuan guru hal itu dibahas sambil membawa dan melihat bukti-
bukti yang ada seperti buku kemajuan GLS di kelas.
P. Apakah guru pernah mencoba penerapan literasi dalam pembelajaran?
I. Pernah. Biasanya beberapa hari sebelum ulangan harian peserta didik diminta
untuk membaca buku-buku. Buku-buku yang dibaca tentunya bukan novel
atau cerita-cerita fiksi tetapi buku-buku yang ada kaitannya dengan materi.
P. Apakah guru pernah mencoba menerapkan literasi ( media) pada pembelajaran
sejarah ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131

I. Kalau untuk literasi media belum pernah. Tetapi untuk pelaksanaan seperti
peserta didik saya minta untuk membaca buku dan saya beri waktu sekitar 10
menit lalu kemudian saya akan meminta peserta didik untuk maju satu persatu
kedepan kelas dan menyampaikan tentang apa yang dibaca dan dipahami tapi
tidak pakai media.
P. Apakah guru pernah memberikan tugas terkait dengan literasi ?
I. Sering sekali memberikan tugas terkait literasi ini biasanya pada minggu
berikutnya ketika pelajaran sejarah Indonesia saya akan meminta peserta didik
untuk menampilkannya. Biasanya tugas itu berupa softfile, kertas folio, atau
membuat cerita-cerita yang terkait dengan sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

Lampiran 8

CATATAN LAPANGAN 3
WAWANCARA PESERTA DIDIK

Judul/ Topik : Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi di


SMA Negeri 1 Ngaglik
Peneliti : Ropita Dewi Sartika
Responden : Geger
Kelas : X IPS 1
Waktu : 22 Mei 2018
Keterangan:
P : Peneliti
I : Informan

P. Menurut anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan


memanfaatkan literasi ?
I. Menurut saya, kelebihan dari proses pembelajaran sejarah dengan
memanfaatkan literasi itu dapat membuat peserta didik lebih kreatif dan lebih
mandiri
P. Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
sejarah yang memanfaatkan literasi tersebut ?
I. Saya pribadi tidak. Alasannya karena menurut saya sejarah itu materinya lebih
banyak hafalan. Jadi kalau lebih banyak literasi akan lebih baik untuk
memahami materi.
P. Menurut anda, apa pemahaman yang anda dapatkan dalam proses
pembelajaran sejarah yang memanfatkan literasi ?
I. Secara pribadi pemahaman saya semakin meningkat dengan dimanfaatkannya
literasi dalam pembelajaran sejarah. Selain itu juga saya menjadi lebih banyak
mengetahui tentang sejarah khususnya materi yang sedang dipelajari dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

menggunakan literasi. Pengalaman saya juga lebih banyak, karena disini saya
banyak mencari sendiri informasi-informasi seputar materi.
P. Apa kesan anda dalam proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan
literasi?
I. Kesan saya ya sangat kreatif. Jadi jangan hanya guru saja yang menjelaskan
materi tetapi kita juga harus bisa menjelaskan tentang apa yang kita ketahui
pada teman-teman juga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

Lampiran 9

CATATAN LAPANGAN 4
WAWANCARA PESERTA DIDIK

Judul/ Topik : Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi di


SMA Negeri 1 Ngaglik
Peneliti : Ropita Dewi Sartika
Responden : Aldila Ayu Permatasari
Kelas : X IPS 1
Waktu : 22 Mei 2018
Keterangan:
P : Peneliti
I : Informan

P. Menurut anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan


memanfaatkan literasi ?
I. Menurut saya pribadi, kelebihan belajar sejarah dengan literasi itu membuat
peserta didik menjadi lebih mandiri.
P. Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
sejarah yang memanfaatkan literasi tersebut ?
I. Kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan
literasi adalah ketika mengamati atau menonton video terkadang sering
muncul kata-kata atau istilah-istilah yang kurang saya mengerti.
P. Bagaimana cara anda dalam mengatasi kesulitan yang muncul ?
I. Cara saya mengatasi kesulitan adalah dengan browsing, bertanya pada teman
yang lebih mengetahui, dan juga guru. Setelah mengetahui jawabannya saya
kemudian dipahami dan pelajari lagi dirumah.
P. Menurut anda, apa pemahaman yang anda dapatkan dalam proses
pembelajaran sejarah yang memanfatkan literasi ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135

I. Dari pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi ini saya pribadi dapat
menjadi lebih paham daripada hanya terus-menerus mendengarkan penjelasan
dari guru. Banyak hal yang saya dapatkan dari belajar sejarah melalui literasi
ini baik dari membaca buku maupun menonton video. Jadi yang saya rasakan
setelah belajar sejarah dengan literasi pemehaman saya semakin meningkat
P. Apa kesan anda dalam proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan
literasi?
I. Kesan saya, saya sangat senang belajar sejarah dengan literasi. Saya juga
sangat setuju jika literasi diterapkan dan terus dilanjutkan dalam pelajaran
sejarah. Alasannya karena sejarah itu kan memerlukan sumber-sumber lain
untuk memperkuat pemahaman mengenai sejarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

Lampiran 10

CATATAN LAPANGAN 5
WAWANCARA PESERTA DIDIK

Judul/ Topik : Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi di


SMA Negeri 1 Ngaglik
Peneliti : Ropita Dewi Sartika
Responden : Yudha Mahendra Wahyu Pratama
Kelas : X IPS 1
Waktu : 22 Mei 2018
Keterangan:
P : Peneliti
I : Informan

P. Menurut anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan


memanfaatkan literasi ?
I. Kelebihan pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi itu menurut saya
adalah dapat meningkatkan imajinasi peserta didik dan meningkatkan
kemampuan interpersonal sehingga peserta didik bisa menjadi lebih mandiri
dan kreatif.
P. Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
sejarah yang memanfaatkan literasi tersebut ?
I. Kesulitan yang saya hadapi itu adalah memahami istilah-istilah baru yang
muncul ketika saya sedang membaca buku atau menonton video.
P. Bagaimana cara anda dalam menghadapi kesulitan yang dihadapi ?
I. Cara saya menghadapi kesulitan itu adala dengan bertanya pada guru, bertanya
juga pada teman yang lebih tahu, dan juga browsing internet.
P. Apa pemahaman yang anda dapatkan dalam proses pembelajaran sejarah
dengan memanfaatkan pembelajaran literasi ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

137

I. Pemahaman saya menjadi semakin bertambah. Banyak sekali hal-hal baru


yang saya dapatkan. Pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi dapat
melatih kreatifitas dan kami dapat belajar menjadi lebih berani untuk berbicara
di depan kelas.
P. Apa kesan anda dalam proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan
literasi?
I. Kesan saya sangat baik. Alasannya karena pembelajaran sejarah yang
memanfaatkan literasi dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam
membaca buku-buku sejarah dan berdiskusi sehingga dapat memahami
sejarah-sejarah pada masa lampau secara mendetail.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138

Lampiran 11

CATATAN LAPANGAN 6
WAWANCARA PESERTA DIDIK

Judul/ Topik : Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi di


SMA Negeri 1 Ngaglik
Peneliti : Ropita Dewi Sartika
Responden : Debira Inge Puspaningrum
Kelas : X IPS 1
Waktu : 22 Mei 2018
Keterangan:
P : Peneliti
I : Informan

P. Menurut anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan


memanfaatkan literasi ?
I. Menurut saja kelebihan pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan literasi
adalah lebih mudah diterima dan diserap oleh peserta didik karena cara
pembelajarannya lebih menarik dan mengasyikkan.
P. Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
sejarah yang memanfaatkan literasi tersebut ?
I. Saya pribadi tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran sejarah
dengan memanfaatkan literasi. Alasannya karena caranya memang sudah tepat
dan mudah untuk menerima materi.
P. Menurut anda, apa pemahaman yang anda dapatkan dalam proses
pembelajaran sejarah yang memanfatkan literasi ?
I. Untuk pemahaman lebih meningkat karena secara tidak langsung kita
mendapat materinya atau pengetahuannya meskipun penyampaiannya melalui
cerita atau penayangan video. Jadi dapat mengerti hal-hal baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139

P. Apa kesan anda dalam proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan


literasi?
I. Kesannya, saya sangat senang dan tertarik. Saya juga berpendapat bahwa
literasi cocok diterapkan dalam pembelajaran sejarah karena lebih enak
digunakan dan peserta didik menjadi tidak bosan, peserta didik juga menjadi
lebih berani untuk berbicara di depan kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

140

Lampiran 12

CATATAN LAPANGAN 7
WAWANCARA PESERTA DIDIK

Judul/ Topik : Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi di


SMA Negeri 1 Ngaglik
Peneliti : Ropita Dewi Sartika
Responden : Alita Adha Raihanifa
Kelas : X IPS 1
Waktu : 22 Mei 2018
Keterangan:
P : Peneliti
I : Informan

P. Menurut anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan


memanfaatkan literasi ?
I. Pembelajaran sejarah yang pakai literasi itu menurut saya lebih mudah untuk
dicerna materinya. Fokusnya tidak hanya pada tulisan dan bacaan saja karena
juga menggunakan animasi dan video. Menurut saya lebih mudah untuk
memahami pelajaran sejarah dengan literasi daripada hanya menjelaskan di
papan tulis.
P. Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
sejarah yang memanfaatkan literasi tersebut ?
I. Saya pribadi tidak mengalami kesulitan. karena menurut saya lebih jelas dan
tidak ribet seperti kalau diterangkan di papan tulis.
P. Menurut anda, apa pemahaman yang anda dapatkan dalam proses
pembelajaran sejarah yang memanfatkan literasi ?
I. Banyak sekali yang saya dapatkan. Pembelajaran sejarah yang memanfaatkan
literasi itu membuat materi yang kita pelajari menjadi lebih mudah untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141

dipahami. Pemahaman yang didapatkan lebih banyak karena banyak sumber


yang digunakan dan penyampaiannya juga menggunakan gaya baru jadi lebih
enak untuk memahami materi.
P. Apa kesan anda dalam proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan
literasi?
I. Kesan saya itu belajar sejarah dengan memanfaatkan literasi lebih asyik dan
lebih enak memahaminya. Pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan literasi
harus diteruskan karena sangat membantu kita dalam belajar, karena menurut
saya pribadi saya menjadi mudah memahami materi sejarah melalui
pembelajaran literasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

142

Lampiran 13

CATATAN LAPANGAN 8
WAWANCARA PESERTA DIDIK

Judul/ Topik : Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi di


SMA Negeri 1 Ngaglik
Peneliti : Ropita Dewi Sartika
Responden : Dian Nita Utami
Kelas : X IPS 1
Waktu : 22 Mei 2018
Keterangan:
P : Peneliti
I : Informan

P. Menurut anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan


memanfaatkan literasi ?
I. Menurut saya kelebihannya adalah peserta didik menjadi lebih mandiri,
kreatif, tidak ketergantungan pada guru. Jadi peserta didik dapat melatih
kemandiriannya untuk belajar dan mencari bahan atau materi tambahan.
P. Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
sejarah yang memanfaatkan literasi tersebut ?
I. Kalau saya pribadi tidak mengalami kesulitan karena saya hobby membaca.
Jika diselingi dengan literasi video malah lebih bagus karena malah jadi cepat
paham juga.
P. Menurut anda, apa pemahaman yang anda dapatkan dalam proses
pembelajaran sejarah yang memanfatkan literasi ?
I. Pemahaman saya semakin meningkat karena dari metodenya sendiri saya
sudah suka. Jadi, pembelajaran yang disampaikan lebih mudah untuk
dipahami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

143

P. Apa kesan anda dalam proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan


literasi?
I. Kesan, saya sangat senang belajar sejarah dengan literasi karena saya sendiri
suka membaca. Kalau untuk jangka panjang saya sangat setuju jika
pembelajaran sejarah disampaikan dengan memanfaatkan literasi dapat
melatih kemandirian dan kreatifitas peserta didik. Kemudian peserta didik
juga dapat mengeksplore pengetahuan tentang sejarah lebih luas lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

144

Lampiran 14

CATATAN LAPANGAN 9
WAWANCARA PESERTA DIDIK

Judul/ Topik : Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi di


SMA Negeri 1 Ngaglik
Peneliti : Ropita Dewi Sartika
Responden : Astuti Purwaning Wijayanti
Kelas : X IPS 1
Waktu : 22 Mei 2018
Keterangan:
P : Peneliti
I : Informan

P. Menurut anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan


memanfaatkan literasi ?
I. Menurut saya proses pembelajaran sejarah dengan literasi banyak manfaatnya
dan kelebihannya. Jadi peserta didik bisa lebih rajin membaca, menambah
kosa kata dan pemahaman istilah-istilah baru, menambah wawasan dan
informasi baru, serta dapat meningkatkan fokus dan konsentrasi peserta didik.
P. Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
sejarah yang memanfaatkan literasi tersebut ?
I. Kesulitan yang saya hadapi adalah suka bingung sama kosa kata baru dan
bingung mau memulai literasi dari mana.
P. Bagaimana cara anda dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi ?
I. Cara saya menghadapi kesulitan biasanya saya bertanya pada teman dan juga
browsing di internet. Jika belum mendapat jawaban dari teman atau internet
saya baru akan bertanya pada guru atau pada orang yang lebih mengetahui
tentang materi itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

145

P. Menurut anda, apa pemahaman yang anda dapatkan dalam proses


pembelajaran sejarah yang memanfatkan literasi ?
I. Pemahaman yang saya dapatkan itu semakin meningkat karena saya dapat
menambah wawasan dan banyak mengetahui kosa kata atau istilah-istilah baru
dari pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi.
P. Apa kesan anda dalam proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan
literasi?
I. Saya sangat senang dengan pembelajaran sejarah yang memanfaatkan literasi.
Saya juga sangat setuju jika literasi di terapkan dalam pembelajaran sejarah
dalam jangka panjang. Alasannya karenadapat membantu peserta didik lebih
semangat dalam belajar, menambah wawasan, dan juga menjadi lebih aktif di
kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

146

Lampiran 15

CATATAN LAPANGAN 10
WAWANCARA PESERTA DIDIK

Judul/ Topik : Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi di


SMA Negeri 1 Ngaglik
Peneliti : Ropita Dewi Sartika
Responden : Titik Handayani
Kelas : X IPS 1
Waktu : 22 Mei 2018
Keterangan:
P : Peneliti
I : Informan

P. Menurut anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan


memanfaatkan literasi ?
I. Kelebihan pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan literasi adalah dapat
meningkatkan daya pemahaman dari peserta didik. Kemudian peserta didik
juga menjadi lebih mandiri dalam proses pembelajaran ini karena disini
peserta didik juga berproses dalam mengumpulkan informasi seputar materi
yang dipelajari.
P. Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
sejarah yang memanfaatkan literasi tersebut ?
I. Saya pribadi mengalami kesulitan ketika muncul atau menemukan kosa kata
atau istilah-istilah baru yang terkadang saya tidak mengetahuinya.
P. Bagaimana cara anda dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi ?
I. Cara saya untuk mengatasi kesulitan yang saya hadapi adalah dengan
searching di internet, jika belum mendapat jawaban saya bertanya pada teman
yang lebih tahu. Namun jika belum mendapatkan jawaban juga, saya akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

147

bertanya pada guru atau orang yang lebih memahami supaya tidak terjadi
kekeliruan dalam mengartikan sesuatu.
P. Menurut anda, apa pemahaman yang anda dapatkan dalam proses
pembelajaran sejarah yang memanfatkan literasi ?
I. Pemahaman saya setelah pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan literasi
semakin meningkat. Tetapi saya juga masih harus terus belajar karena
terkadang saya juga sedikit sulit untuk memahami materi pembelajaran.
P. Apa kesan anda dalam proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan
literasi?
I. Saya sangat senang belajar sejarah dengan memanfaatkan literasi. Saya juga
sangat setuju jika pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan literasi
diteruskan kedepannya karena menurut saya dampaknya sangat positif
misalnya kita dilatih untuk lebih mandiri dan melatih kita untuk semakin
berani dalam berbicara dan bertanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

148

Lampiran 16

CATATAN LAPANGAN 11
WAWANCARA PESERTA DIDIK

Judul/ Topik : Pembelajaran Sejarah Indonesia yang Memanfaatkan Literasi di


SMA Negeri 1 Ngaglik
Peneliti : Ropita Dewi Sartika
Responden : Hasnani Iza Nahida
Kelas : X IPS 1
Waktu : 22 Mei 2018
Keterangan:
P : Peneliti
I : Informan

P. Menurut anda, apa kelebihan proses pembelajaran sejarah dengan


memanfaatkan literasi ?
I. Kelebihannya menurut saya sangat banyak diantaranya adalah dapat
menambah wawasan kita menjadi luas lagi. Peserta didik juga tidak hanya
terpaku pada buku paket saja, jadi dapat berproses untuk mencari sumber lain
juga. Belajar sejarah dengan literasi itu membuat peserta didik mudah
memahami materi jadi gampang ngerti.
P. Apakah anda mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
sejarah yang memanfaatkan literasi tersebut ?
I. Kalau menurut saya pribadi saya tidak mengalami kesulitan. Menurut saya
belajar sejarah dengan literasi itu lebih mudah untuk memahami materi karena
saya juga suka membaca jadi saya tidak mengalami kesulitan.
P. Menurut anda, apa pemahaman yang anda dapatkan dalam proses
pembelajaran sejarah yang memanfatkan literasi ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

149

I. Pemahaman saya tentunya semakin meningkat. Belajar sejarah dengan literasi


dapat menambah pengetahuan saya tentang bab yang sedang dipelajari.
P. Apa kesan anda dalam proses pembelajaran sejarah yang memanfaatkan
literasi?
I. Kalau saya, saya sangat senang belajar sejarah dengan memanfaatkan literasi.
Dan menurut saya pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan literasi ini
sangat cocok diterapkan dalam jangka panjang karena disini peserta didik
dilatih mandiri juga dalam menambah pengetahuan tentang materi. Jadi
peserta didik bisa mencari sendiri tambahan sumber buku atau internet untuk
mendalami materi jadi tidak hanya terpaku pada satu buku dan penjelasan
guru saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 17

SILABUS MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA KELAS X

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

3.1 Memahami konsep berpikir Cara Berpikir Sejarah  Membaca buku teks dan/melihat tayangan film
kronologis, diakronik, sinkronik,  Cara berpikir kronologis pendek tentang aktivitas manusia sehari-hari
ruang, dan waktu dalam sejarah dalam mempelajari sejarah  Membuat dan mengajukan pertanyaan/tanya
 Cara berpikir diakronik dalam jawab/berdiskusi tentang informasi tambahan
mempelajari sejarah yang belum dipahami/ingin diketahui sebagai
4.1 Menyajikan hasil penerapan konsep  Cara berpikir sinkronik dalam klarifikasi tentang konsep berpikir kronologis,
berpikir kronologis, diakronik, mempelajari sejarah diakronik, sinkronik, ruang, dan waktu dalam
sinkronik, ruang, dan waktu dalam sejarah
peristiwa sejarah dalam bentuk  Mengumpulkan informasi terkait dengan
tulisan atau bentuk lain konsep berpikir kronologis, diakronik,
sinkronik, ruang, dan waktu dalam sejarah dari
sumber tertulis, sumber lainnya dan/atau
internet.
 Menganalisis hasil informasi mendapatkan
kesimpulan tentang konsep berpikir kronologis,
diakronik, sinkronik, ruang, dan waktu dalam
sejarah
 Menyajikan secara tertulis kesimpulan tentang

150
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran


konsep berpikir kronologis, diakronik,
sinkronik, ruang, dan waktu dalam sejarah
3.2 Memahami konsep perubahan dan Konsep Perubahan dan  Membaca buku teks dan/melihat tayangan film
keberlanjutan dalam sejarah Keberlanjutan pendek tentang aktivitas manusia sehari-hari
 Makna perubahan  Membuat dan mengajukan pertanyaan/tanya
4.2 Menerapkan konsep perubahan dan  Makna keberlanjutan jawab/berdiskusi tentang informasi tambahan
keberlanjutan dalam mengkaji yang belum dipahami/ingin diketahui sebagai
peristiwa sejarah klarifikasi tentang konsep perubahan dan
keberlanjutan dalam sejarah
 Mengumpulkan informasi terkait dengan
konsep perubahan dan berkelanjutan dalam
sejarah dari sumber tertulis, sumber lainnya
dan/atau internet
 Menganalisis hasil informasi mendapatkan
kesimpulan tentang konsep perubahan dan
berkelanjutan dalam sejarah
 Menyajikan secara tertulis kesimpulan tentang
konsep perubahan dan berkelanjutan dalam
sejarah

3.3 Menganalisis kehidupan manusia Indonesia Zaman Praaksara: Awal  Membaca buku teks dan/atau melihat gambar-
purba dan asal-usul nenek moyang Kehidupan Manusia Indonesia gambar tentang aktifitas kehidupan masyarakat
bangsa Indonesia (Melanesoid, Proto,  Manusia purba zaman praaksara, peta persebaran asal-usul
dan Deutero Melayu)  Asal-usul nenek moyang nenek moyang bangsa Indonesia dan
bangsa Indonesia peninggalan hasil kebudayaan pada zaman

151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran


3.4 Memahami hasil-hasil dan nilai-nilai  Corak kehidupan masyarakat praaksara.
budaya masyarakat praaksara  Hasil-hasil budaya masyarakat  Membuat dan mengajukan pertanyaan/tanya
Indonesia dan pengaruhnya dalam  Nilai-nilai budaya masyarakat jawab/berdiskusi tentang informasi tambahan
kehidupan lingkungan terdekat yang belum dipahami/ingin diketahui sebagai
klarifikasi tentang kehidupan manusia purba,
4.3. Menyajikan informasi mengenai asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia,
kehidupan manusia purba dan asal- hasil-hasil budaya dan nilai-nilai budaya zaman
usul nenek moyang bangsa praaksara
Indonesia (Melanesoid, Proto, dan  Mengumpulkan informasi terkait dengan
Deutero Melayu) dalam bentuk pertanyaan mengenai kehidupan manusia
tulisan purba, asal-usul nenek moyang bangsa
Indonesia, hasil-hasil dan nilai-nilai budaya
4.4. Menyajikan hasil-hasil dan nilai- masyarakat praaksara melalui bacaan sumber-
nilai budaya masyarakat praaksara sumber yang ada di museum atau peninggalan-
Indonesia dan pengaruhnya dalam peninggalan yang ada di lingkungan terdekat
kehidupan lingkungan terdekat  Menganalisis informasi dan data-data yang
dalam bentuk tulisan didapat baik dari bacaan maupun dari sumber-
sumber lain yang terkait untuk mendapatkan
kesimpulan tentang kehidupan manusia purba,
asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia,
hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat
praaksara Indonesia
 Menyajikan informasi dalam bentuk laporan
tertulis mengenai ; kehidupan manusia purba,
asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia,
hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat
praaksara Indonesia dan pengaruhnya dalam

152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran


kehidupan lingkungan terdekat

3.5 Menganalisis berbagai teori tentang Indonesia Zaman Hindu dan  Membaca buku teks dan/atau melihat gambar-
proses masuknya agama dan Buddha: Silang Budaya Lokal dan gambar peninggalan zaman Hindu dan Buddha
kebudayaan Hindu dan Buddha ke Global Tahap Awal di Indonesia
Indonesia  Teori-teori masuknya agama  Membuat dan mengajukan pertanyaan/tanya
dan kebudayaan Hindu dan jawab/berdiskusi tentang informasi tambahan
3.6 Menganalisis perkembangan Buddha yang belum dipahami/ingin diketahui sebagai
kehidupan masyarakat,  Kerajaan-kerajaan Hindu dan klarifikasi tentang teori masuknya agama dan
pemerintahan, dan budaya pada Buddha kebudayaan Hindu dan Buddha, perkembangan
masa kerajaan-kerajaan Hindu dan  Bukti-bukti kehidupan masyarakat, pemerintahan dan budaya kerajaan-
Buddha di Indonesia serta pengaruh Hindu dan Buddha kerajaan Hindu dan Buddha, serta bukti-bukti
menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih ada sampai masa pengaruh Hindu dan Buddha yang masih
yang masih berlaku pada kehidupan kini berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia
masyarakat Indonesia masa kini masa kini.
 Mengumpulkan informasi terkait dengan
4.5. Mengolah informasi tentang proses pertanyaan mengenai teori masuknya agama
masuknya agama dan kebudayaan dan kebudayaan Hindu dan Buddha,
Hindu dan Buddha ke Indonesia perkembangan masyarakat, pemerintahan dan
serta pengaruhnya pada kehidupan budaya kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha,
masyarakat Indonesia masa kini serta serta bukti-bukti pengaruh Hindu dan Buddha
mengemukakannya dalam bentuk yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat
tulisan Indonesia masa kini melalui bacaan,
pengamatan terhadap sumber-sumber zaman
4.6. Menyajikan hasil penalaran dalam Hindu dan Budha yang ada di museum atau
bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan peninggalan-peninggalan yang ada di
unsur budaya yang berkembang pada

153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran


masa kerajaan Hindu dan Buddha lingkungan terdekat
yang masih berkelanjutan dalam  Menganalisis informasi dan data-data yang
kehidupan bangsa Indonesia pada didapat dari bacaan maupun sumber-sumber
masa kini lain yang terkait untuk mendapatkan
kesimpulan tentang teori masuknya agama dan
kebudayaan Hindu dan Buddha, perkembangan
masyarakat, pemerintahan dan budaya kerajaan-
kerajaan Hindu dan Buddha, serta bukti-bukti
pengaruh Hindu dan Buddha yang masih
berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia
masa kini
 Menyajikan informasi dalam bentuk laporan
tertulis mengenai teori masuknya agama dan
kebudayaan Hindu dan Buddha, perkembangan
masyarakat, pemerintahan dan budaya kerajaan-
kerajaan Hindu dan Buddha, serta bukti-bukti
pengaruh Hindu dan Buddha yang masih
berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia
masa kini
3.7 Menganalisis berbagai teori tentang Zaman Kerajaan-Kerajaan Islam  Membaca buku teks dan melihat gambar-
proses masuknya agama dan di Indonesia gambar peninggalan zaman kerajaan Islam di
kebudayaan Islam ke Indonesia  Teori-teori masuknya agama Indonesia
3.8 Menganalisis perkembangan dan kebudayaan Islam  Membuat dan mengajukan pertanyaan/tanya
kehidupan masyarakat, pemerintahan  Kerajaan-kerajaan Islam jawab/berdiskusi tentang informasi tambahan
dan budaya pada masa kerajaan-  Bukti-bukti kehidupan yang belum dipahami/ingin diketahui sebagai
kerajaan Islam di Indonesia serta pengaruh Islam yang masih ada klarifikasi tentang teori masuknya agama dan
menunjukkan contoh bukti-bukti kebudayaan Islam, perkembangan kehidupan

154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran


yang masih berlaku pada kehidupan sampai masa kini masyarakat, pemerintahan dan budaya pada
masyarakat Indonesia masa kini masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia serta
menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih
4.7. Mengolah informasi teori tentang berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia
proses masuknya agama dan masa kini
kebudayaan Islam ke Indonesia  Mengumpulkan informasi terkait dengan
dengan menerapkan cara berpikir pertanyaan tentang teori masuknya agama dan
sejarah, serta mengemukakannya kebudayaan Islam, perkembangan kehidupan
dalam bentuk tulisan masyarakat, pemerintahan dan budaya pada
4.8. Menyajikan hasil penalaran dalam masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia serta
bentuk tulisan tentang nilai-nilai dan menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih
unsur budaya yang berkembang pada berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia
masa kerajaan Islam dan masih masa kini melalui bacaan, pengamatan terhadap
berkelanjutan dalam kehidupan sumber-sumber zaman kerajaan-kerajaan Islam
bangsa Indonesia pada masa kini yang ada di museum atau peninggalan-
peninggalan yang ada di lingkungan terdekat
 Menganalisis informasi dan data-data yang
didapat baik dari bacaan maupun dari sumber-
sumber lain yang terkait untuk mendapatkan
kesimpulan tentang teori masuknya agama dan
kebudayaan Islam, perkembangan kehidupan
masyarakat, pemerintahan dan budaya pada
masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang
masih berlaku pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini
 Menyajikan informasi dalam bentuk laporan

155
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran


tertulis tentang teori masuknya agama dan
kebudayaan Islam, perkembangan kehidupan
masyarakat, pemerintahan dan budaya pada
masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia serta
menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih
berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia
masa kini

156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 18

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Ngaglik


Kelas/ Semester : X/2
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia
Materi Pokok :Pengaruh agama dan kebudayaan
Islam di Indonesia
Alokasi waktu : 2 X 45 menit
Jumlah Pertemuan :2

A. Kompetensi Inti :
Kompetensi sikap spiritual yaitu, “Menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya”. Adapun rumusan kompetensi sikap sosial yaitu, “Memiliki
sikap jujur, disiplin, kerjasama, responsif, dan proaktif dalam mencari solusi
permasalahan, sehingga dapat menyadari dirinya sebagai mahluk ciptaan yang
Maha Kuasa serta menjalankan kewajibannya sesuai dengan agama yang
dianutnya”.

KI.3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,


prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
KI.4.Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

158

mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan


metode sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi :


Kompetensi Dasar

Pengetahuan Keterampilan
No Uraian No Uraian
3.8 Menganalisis 4.8 Menyajikan hasil penalaran
perkembangan kehidupan dalam bentuk tulisan tentang
masyarakat, pemerintahan nilai-nilai dan unsur budaya
dan budaya pada masa yang berkembang pada masa
kerajaan-kerajaan Islam di kerajaan Islam dan masih
Indonesia serta berkelanjutan dalam kehidupan
menunjukkan contoh bangsa Indonesia pada masa kini
bukti-bukti yang masih
berlaku pada kehidupan
masyarakat Indonesia
masa kini

Indikator Pencapaian Kompetensi

3.8.1 Menganalisis sumber- 4.8.1 Menyajikan informasi


sumber sejarah dari pendukung mengenai
kerajaan-kerajaan yang perkembangan kerajaan-
bercorak Islam di kerajaan yang bercorak Islam
Nusantara. di Nusantara dalam bentuk teks
3.8.2 Mengidentifikasi bukti- naratif.
bukti peninggalan kerajaan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

159

kerajaan yang bercorak


Islam di Nusantara.
3.8.3 Menunjukkan letak dari
kerajaan-kerajaan yang
bercorak Islam di
Nusantara.
3.8.4 Menganalisis kehidupan 4.8.2 Menyajikan proses berdirinya
sosial-ekonomi, politik, dan kerajaan-kerajaan yang
budaya masyarakat pada bercorak Islam di Nusantara
zaman perkembangan melalui mind mapping.
kerajaan Samudra Pasai.

3.8.5 Menganalisis kehidupan


sosial-ekonomi, politik dan
budaya masyarakat pada
zaman perkembangan
Kerajaan Malaka
3.8.6 Menganalisis kehidupan
sosial-ekonomi, politik dan
budaya masyarakat pada
zaman perkembangan
Kerajaan Aceh
3.8.7 Menganalisis kehidupan
sosial-ekonomi, politik dan
budaya masyarakat pada
zaman perkembangan
Kerajaan Pajang

3.8.8 Menganalisis kehidupan


sosial-ekonomi, politik dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

160

budaya masyarakat pada


zaman perkembangan
Kerajaan Demak.
3.8.9 Menganalisis kehidupan
sosial-ekonomi, politik dan
budaya masyarakat pada
zaman perkembangan
Kerajaan Mataram Islam.
3.8.10 Menganalisis kehidupan
sosial-ekonomi, politik dan
budaya masyarakat pada
zaman perkembangan
Kerajaan Gowa dan Tallo
3.8.11 Menganalisis kehidupan
sosial-ekonomi, politik dan
budaya masyarakat pada
zaman perkembangan
Kerajaan Ternate dan
Tidore.

C. Tujuan Pembelajaran
Melalui model pembelajaran Cooperative Learning tipe Student Teams
Achievement Division (STAD) yang berbasis literasi, peserta didik diharapkan
dapat menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan dan
budaya pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia serta menunjukkan
contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia
masa kini sekaligus mampu menyajikan hasil penalaran dalam bentuk tulisan
tentang nilai-nilai dan unsur budaya yang berkembang pada masa kerajaan Islam
dan masih berkelanjutan dalam kehidupan bangsa Indonesia pada masa kini.
Selain itu dengan menggunakan pembelajaran aktif dan bermakna yang berbasis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

161

literasi, peserta didik juga dapat memiliki minat yang tinggi dalam pembelajaran
sejarah.

D. Materi Pembelajaran
1. Fakta : Bukti awal agama dan kebudayaan Islam di Indonesia
2. Konsep : Islam Nusantara
3. Prosedur : Perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
4. Meta Kognitif : Keterkaitan antara perkembangan Islam di Indonesia
dengan kemunculan kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia

E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan pembelajaran : Student Center Learning
2. Model Pembelajaran : Cooperative Learning tipe Student Teams
Achievement Division (STAD).
3. Metode Pembelajaran : Ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan.

F. Media/Alat dan Bahan Pembelajaran


1. Alat: LCD
Laptop
Speaker
2. Bahan:
 Power point tentang kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara
 Teks narasi tentang kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara
 Video yang terkait dengan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara

G. Sumber Belajar
1. Sumber Belajar:
 Hapsari, Ratna. 2012. Sejarah Indonesia untuk SMA/ MA Kelas X:
Kelompok Wajib. Jakarta: Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

162

 Soekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia III.


Yogyakarta: Kanisius
2. Referensi Lain:
 http://zozoco.blogspot.co.id/2013/04/kerajaan-kerajaan-islam-di-
nusantara.html
 http://hafidzrifatjagoanku.blogspot.co.id/2013/10/kerajaan-kerajaan-
islam-di-nusantara.html dan alamat web lainnya yang berkaitan
dengan materi.

3. Lingkungan:
 Hasil kebudayaan Islam di D. I. Yogyakarta, misalnya Keraton
Kesultanan Ngayogyokarto Hadiningrat

H. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan I (2 JP) 2 x 45 Menit
IPK 3.8.1, 3.8.2, 3.8.3.
URAIAN KEGIATAN ALOKASI
KEGIATAN
Kegiatan Peserta Didik WAKTU

Pendahuluan Membangun Karakter 10 menit

1. Guru mengajak peserta didik untuk berdoa


sesuai dengan agamanya masing-masing.
2. Guru memberi salam pada peserta didik
3. Peserta didik menjawab sapaan salam dari
guru dan menyampaikan informasi
kehadiran peserta didik ketika guru
menanyakan kehadiran peserta didik.
4. Peserta didik menyimak stimulus
(stimulation) yang disampaikan guru
berupa tayangan video dan gambar seputar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

163

URAIAN KEGIATAN ALOKASI


KEGIATAN
Kegiatan Peserta Didik WAKTU

kerajaan Islam di Indonesia


5. Peserta didik menyimak penjelasan guru
tentang tujuan dan skenario pembelajaran.
6. Peserta didik menyiapkan buku sumber dan
sumber belajar lainnya untuk mencapai
penguasaan kompetensi religius, sosial,
pengetahuan dan keterampilan
7. Guru meminta peserta didik membentuk 8
kelompok dengan masing-masing
kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang
bersifat heterogen baik dari jenis kelamin,
suku,dan prestasi. Sementara dalam Agama
dalam kelas X IPS 1 seluruhnya beragama
Islam.
Inti Mengamati 70 menit

 Guru membagikan teks narasi mengenai


kerajaan-kerajaan Islam yang ada di
Indonesia.
 Peserta didik membaca teks narasi
mengenai kerajaan-kerajaan Islam yang ada
di Indonesia yang telah dibagikan guru
pada setiap kelompok.
Mengumpulkan Informasi

 Secara berkelompok peserta didik


menemukan permasalahan antara lain: Apa
saja bukti-bukti dan sumber-sumber berita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

164

URAIAN KEGIATAN ALOKASI


KEGIATAN
Kegiatan Peserta Didik WAKTU

tentang berdirinya kerajaan-kerajaan yang


bercorak Islam di Indonesia? Di mana letak
kerajaan serta bagaimana kehidupan politik,
ekonomi, dan sosial kerajaan-kerajaan yang
bercorak Islam di Indonesia? Bagaimana
proses berdirinya dan perkembangan serta
keruntuhan kerajaan-kerajaan yang
bercorak Islam di Indonesia?
 Peserta didik mengumpulkan informasi
mengenai bukti-bukti dan sumber-sumber
berita tentang berdirinya kerajaan-kerajaan
yang bercorak Islam di Indonesia,
mengidentifikasi informasi mengenai letak
kerajaan, kehidupan politik, kehidupan
ekonomi, dan sosial kerajaan-kerajaan
bercorak Islam di Indonesia, serta proses
berdirinya, perkembangan dan keruntuhan
kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di
Indonesia, melalui studi literasi, studi
pustaka, internet.
Mengasosiasi

 Peserta didik berdiskusi dalam kelompok


dan saling bertukar pendapat terkait dengan
materi yang telah diberikan guru.
 Peserta didik mengkritisi literasi melalui
diskusi, konfirmasi tentang letak kerajaan,
kehidupan politik, kehidupan ekonomi, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

165

URAIAN KEGIATAN ALOKASI


KEGIATAN
Kegiatan Peserta Didik WAKTU

sosial kerajaan-kerajaan bercorak Islam di


Indonesia proses berdirinya, perkembangan
dan keruntuhan kerajaan-kerajaan yang
bercorak Islam di Indonesia sembari
menghasilkan draft untuk Teks Naratif.
 Guru memberi penugasan pada peserta
didik untuk mempersiapkan Teks Naratif
yang akan ditampilkan pada pertemuan
selanjutnya.
Penutup 1. Peserta didik menyimak penguatan konsep 10 menit
yang disampaikan guru, dan mencatatnya di
buku catatan harian
2. Guru menutup pelajaran dengan salam

Pertemuan II (2 JP) 2 x 45 Menit


IPK 4.8.1

KEGIATAN URAIAN KEGIATAN ALOKASI


WAKTU

Kegiatan Peserta Didik

Pendahuluan Membangun Karakter 5 menit


1. Guru mengajak peserta didik untuk berdoa
sesuai dengan agamanya masing-masing.
2. Guru memberi salam pada peserta didik
3. Peserta didik menjawab sapaan salam dari
guru dan menyampaikan informasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

166

KEGIATAN URAIAN KEGIATAN ALOKASI


WAKTU

Kegiatan Peserta Didik

kehadiran peserta didik ketika guru


menanyakan kehadiran peserta didik.
4. Guru menanyakan pada peserta didik
mengenai materi yang telah disampaikan
minggu lalu.
5. Guru juga menanyakan kesiapan tugas
kelompok untuk presentasi teks naratif
yang telah dibuat oleh masing-masing
kelompok.
Inti Mengkomunikasikan 50 menit
 Setiap kelompok menyampaikan hasil
kesimpulan dari diskusi tentang kerajaan-
kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia
yang mencakup tentang letak kerajaan,
kehidupan politik, kehidupan ekonomi, dan
sosial kerajaan-kerajaan bercorak Islam di
Indonesia proses berdirinya, perkembangan
dan keruntuhan kerajaan-kerajaan bercorak
Islam di Indonesia melalui presentasi teks
naratif.
Penutup 1. Menyimak penguatan konsep yang 35 menit
disampaikan guru, dan mencatatnya di buku
catatan harian
2. Guru melakukan refleksi pembelajaran
3. Secara jujur peserta didik menyampaikan
nilai karakter apa saja yang diperoleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

167

KEGIATAN URAIAN KEGIATAN ALOKASI


WAKTU

Kegiatan Peserta Didik

setelah proses pembelajaran hari ini.


4. Guru menutup pelajaran dengan salam

I. Instrumen Penilaian hasil Belajar


Teknik Penilaian
1. Penilaian Sikap : angket minat
2. Penilaian Pengetahuan : tes tertulis
3. Penilaian Keterampilan : penugasan

Bentuk Penilaian
1. Penilaian Sikap : kuesioner
2. Penilaian Pengetahuan : soal pilihan ganda
3. Penilaian Keterampilan : rubrik teks naratif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

168

Yogyakarta, 18 April 2018

Mengetahui
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ngaglik Guru Mata Pelajaran Sejarah

Drs. Subagyo Triyana, S.Pd


NIP. 19620712 198703 1 011 NIP. 196706301992031002
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

169

MATERI

A. Sumber dan Bukti Awal Agama serta Kebudayaan Islam di Nusantara


1. Batu nisan Islam yang tertua ditemukan di Leran, Gresik, Jawa Timur.
Nisan itu milik seorang wanita bernama Fatimah binti Maimun. Nisan
tersebut berangka tahun 475 H atau 1802 M. Dilihat dari hiasannya, nisan
tersebut dibuat di luar Indonesia. Penemuan bukti ini memunculkan
pendapat bahwa masuknya Islam ke Indonesia terjadi pada abad ke-11
Masehi.
2. Batu nisan sultan Kerajaan Samudera Pasai yang pertama, Sultan Malik As
Saleh. Nisan tersebut bertarikh 696 H (1297 M).
3. Dua batu nisan bertarikh 781 H (1380) dan 789 H (1389 M) di Munje
Tujoh, Aceh Utara. Kedua nisan ini menunjukkan tahun meninggalnya
putra sultan Samudera Pasai ketiga, yaitu Sultan Malik Az Zahir.
4. Beberapa batu nisan yang memuat kutipan dari Alquran ditemukan di
kuburan Trowulan dan Troloyo, Jawa Timur. Tempat tersebut berdekatan
dengan bekas istana Kerajaan Majapahit. Ciri dari batu nisan ini adalah
bertuliskan huruf Arab, tetapi menggunakan tarikh Saka dan angka-angka
Jawa Kuno. Nisan di Trowulan bertarikh 1920 Saka (1268-1369 M) dan
beberapa nisan di Troloyo bertarikh 1293-1533 Saka (1371-1611 M).
Makam ini dimungkinkan milik keluarga raja dari Kerajaan Majapahit.
5. Batu nisan milik Maulana Malik Ibrahim ditemukan di Gresik. Ia adalah
salah seorang dari wali sanga. Nisan ini bertarikh 822 H (1419 M). Hal ini
menunjukkan bahwa pada tahun itu agama Islam sudah masuk di pesisir
utara Jawa.
Masuk dan berkembangnya pengaruh agama dan kebudayaan Islam di
Indonesia juga diperkuat dengan beberapa sumber yang berasal dari luar negeri.
Sumber-sumber tersebut di antaranya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

170

1. Berita Arab
Diketahui melalui para pedagang Arab yang melakukan aktivitas
perdagangan dengan bangsa Indonesia. Para pedagang Arab telah datang ke
Indonesia sejak masa Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7 M) yang menguasai jalur
pelayaran dan perdagangan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk Selat
Malaka. Hubungan para pedagang Arab dengan Kerajaan Sriwijaya terbukti
dengan adanya sebuah sebutan para pedagang Arab untuk Kerajaan Sriwijaya,
yaitu Zabaq, Zabay, atau Sribusa.

2. Berita Eropa
Berasal dari Marcopolo dan Tome Pires. Marcopolo adalah orang Eropa
yang pertama kali menginjakkan kakinya di Indonesia, ketika ia kembali dari Cina
menuju Eropa melalui jalur laut. Ia mendapatkan tugas dari kaisar Cina untuk
mengantarkan putrinya yang dipersembahkan kepada kaisar Romawi. Dalam
perjalanannya ia singgah di Pulau Jawa bagian utara. Di daerah tersebut ia
menemukan adanya kerajaan Islam yaitu Kerajaan Samudera dengan ibukotanya
di Pasai. Tome Pires dalam bukunya Suma Orientalmenyebutkan bahwa pada
awal abad ke-16 daerah bagian pesisir timur Sumatra dari Aceh sampai
Palembang, telah banyak masyarakat yang beragama Islam. Namun, di daerah
pedalaman masyarakat setempat pada umumnya masih menganut keyakinan lama.
Proses Islamisasi ke daerah pedalaman Aceh dan Sumatra Barat terjadi sejak Aceh
melakukan ekspansi politik ke daerah pedalaman pada abad ke-16 sampai 17.

3. Berita India
Disebutkan bahwa para pedagang India dari Gujarat memiliki peranan
penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. Di samping
berdagang mereka juga aktif mengajarkan agama dan kebudayaan Islam kepada
masyarakat Indonesia, terutama masyarakat yang berada di daerah pesisir pantai.

4. Berita Cina
Diketahui melalui catatan dari Ma-Huan, seorang penulis yang mengikuti
perjalanan Laksamana Cheng-Ho. Dalam tulisannya, ia menyatakan bahwa sejak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

171

sekitar tahun 1400 M telah ada saudagar-saudagar Islam yang bertempat tinggal di
pantai utara Pulau Jawa.

B. Islam Nusantara
Sejarah telah mencatat bahwa sejak awal Masehi, pedagang-pedagang dari
India & Tiongkok sudah mempunyai hubungan dengan bangsa
Indonesia/penduduk Indonesia. Tetapi, kapan tepatnya Islam datang ke
Nusantara? Telah menimbulkan berbagai teori. Walaupun ada beberapa pendapat
tentang kedatangan agama Islam ke Indonesia, banyak ahli sejarah cenderung
percaya bahwa masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-7 berdasarkan berita
Tiongkok zaman Dinasti Tang. Berita tersebut telah mencatat bahwa awad ke-7,
ada permukiman pedagang muslim dari Arab di Desa Baros, yakni daerah pantai
barat Sumatera Utara. Kemudian pada abad ke-13 Masehi lebih menunjuk pada
perkembangan Islam bersamaan dengan mulai tumbuhnya kerajaan-kerajaan
Islam di Nusantara. Dari pendapat ini, berdasarkan catatan perjalanan yang
pernah dilakukan Marco Polo yang menerangkan bahwa ia pernah singgah di
Perlak pada 1292 & berjumpa dengan orang-orang yang sudah menganut agama
Islam. Bukti lain yang memperkuat pendapat tersebut ialah ditemukannya nisan
makam Raja Samudera Pasai, Sultan Malik Al-Saleh yang berangka tahun 1297.
Agama Islam masuk & berkembang di Nusantara dibawa oleh para
pedagang dari Gujarat, Arab, & Persia. Agama Islam yang dibawa oleh para
pedagang itu untuk pertama kalinya melewati Selat Malaka & daerah yang
terpengaruh Islam adalah Barus & Perlak. Kemudian setelah itu muncul kerajaan
Samudera Pasai, yang mempercepat tersebarnya agama Islam ke pedalaman Pulau
Sumatera, serta menyebar ke arah selatan melewati Siak & Palembang. Dari Pulau
Sumatera, agama Islam selanjutnya menyebar ke wilayah Jawa, yakni kerajaan
Demak yang berperan dalam proses menyebarkan agama Islam ke Banten,
Cirebon, Gresik, & daerah-daerah di pesisir utara Pulau Jawa. Kerajaan Demak
mengembangkan Islam ke Kalimantan Selatan (Banjar), Sulawesi Selatan (Gowa-
Tallo) & Maluku (Ternate-Tidore). Kerajaan Gowa-Tallo (Makassar) di Sulawesi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

172

Selatan ternyata berperan juga menyebarkan agama Islam ke Kalimantan Timur,


Bali, Lombok Sumba, Sumbawa & Timor.

C. Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara


Terdapat banyak kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia. Beberapa
kerajaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Kesultanan Samudra Pasai (1267-1521)


a. Lokasi dan Sumber Sejarah
Samudra Pasai adalah kerajaan pertama di Indonesia yang menganut
agama Islam. Letaknya di pantai utara Sumatera (Aceh), dekat Perlak (Malaysia).
Kesultanan ini didirikan oleh Meurah Silu, yang bergelar Sultan Malik as-Saleh,
sekitar tahun 1267. Sumber sejarah yang menyebutkan tentang keberadaan
kerajaan ini adalah berita Marco Polo, berita Ibnu Batutah, hikayat Raja-raja
Pasai.

b. Bidang Politik
Setelah resmi menjadi kerajaan Islam (kerajaan bercorak Islam pertama di
Indonesia), Samudera Pasai berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan
pusat studi Islam yang ramai. Pedagang dari India, Benggala, Gujarat, Arab, Cina
serta daerah di sekitarnya banyak berdatangan di Samudera Pasai. Samudera Pasai
setelah pertahanannya kuat segera meluaskan kekuasaan ke daerah pedalaman,
meliputi Tamiang, Balek Bimba, Samerlangga, Beruana, Simpag, Buloh Telang,
Benua, Samudera, Perlak, Hambu Aer, Rama Candhi, Tukas, Pekan, dan Pasai.
Dalam rangka islamisasi, Sultan Malik al Saleh menikah dengan putri Raja
Perlak.

Sultan Malik al Saleh mangkat pada tahun 1297 dan dimakamkan di


Kampung Samudera Mukim Blang Me dengan nisan makam berciri Islam.
Jabatan Sultan Pasai kemudian diteruskan oleh putranya, Sultan Malik al Thahir.
Sultan ini memiliki dua orang putra, yaitu Malik al Mahmud dan Malik al
Mansur. Ketika masih kecil, keduanya diasuh oleh Sayid Ali Ghiatuddin dan
Sayid Asmayuddin. Kedua orang putranya itulah yang kemudian mewarisi takhta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

173

kerajaan. Sementara itu, kedua pengasuhnya itu diangkat menjadi perdana


menteri. Ibu kota kerajaan pernah dipindahkan ke Lhok seumawe. Pemegang
kekuasaan Samudera Pasai selanjutnya adalah Sultan Ahmad Perumadal Perumal.
Pada masa pemerintahannya, Samudera Pasai sudah menjalin hubungan dengan
Kesultanan Delhi (India). Buktinya, ketika Muhammad Tughluq dari India pada
tahun 1345 mengirimkan utusan yang bernama Ibn Battuta ke Cina, utusan
tersebut sempat singgah dahulu diSamudera Pasai. Sekembalinya dari Cina
(1346), Ibn Battuta singgah lagi dan diterima baik oleh Sultan Ahmad Perumadal
Perumal.

c. Aspek Kehidupan Sosial budaya dan Ekonomi


Para pedagang asing yang singgah di Malaka untuk sementara menetap
beberapa lama untuk mengurusi perdagangan mereka. Dengan demikian, para
pedagang dari berbagai bangsa itu bergaul selama beberapa lama dengan
penduduk setempat. Kesempatan itu digunakan oleh pedagang Islam dari Gujarat,
Persia, dan Arab untuk menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, kehidupan
sosial masyarakat dapat lebih maju, bidang perdagangan dan pelayaran juga
bertambah maju. Kerajaan Samudera Pasai sangat dipengaruhi oleh Islam. Hal itu
terbukti terjadinya perubahan aliran Syiah menjadi aliran Syafi’i di Samudera
Pasai ternyata mengikuti perubahan di Mesir. Pada saat itu di Mesir sedang terjadi
pergantian kekuasaan dari Dinasti Fatimah yang beraliran Syiah kepada Dinasti
Mameluk yang beraliran Syafi’i. Aliran syafi’i dalam perkembangannya di Pasai
menyesuaikan dengan adatistiadat setempat sehingga kehidupan sosial
masyarakatnya merupakan campuran Islam dengan adat istiadat setempat.

2. Kesultanan Malaka (1396-1511)


a. Lokasi dan Sumber Sejarah
Kesultanan Malaka merupakan kesultanan Islam kedua setelah Samudra
Pasai. Berdiri di akhir abad ke- 14, pusatnya adalah di daerah Malaka. Suatu
wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Malaysia. Wilayah kekuasaannya dan
pengaruhnya meliputi tidak saja Semenanjung Malaya, melainkan juga sampai ke
Riau (Indonesia). Keberadaan kerajaan ini dapat diketahui melalui beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

174

sumber yaitu Sulalatus Salatin, berita Cina/ Tiongkok, Laporan kunjungan


Laksamana Cheng ho dari Dinasti Ming.

b. Kondisi sosial-politik kesultanan


Secara geografis, posisi Malaka sangat strategis, yaitu berada di jalur
pelayaran dan perdagangan internasional. Kapal-kapal dapat merapat di segala
musim. Bersekutu dengan Orang Laut, yaitu para perompak pengembara yang
senang berlalu lalang di Selat Malaka. Karena fasilitas dan pelayanan yang cukup
baik, kapal-kapal dagang tersebut lama-kelamaan singgah dengan sendirinya
tanpa harus di paksa. Kesultanan Malaka dalam urusan kenegaraan telah memiliki
susunan tata pemerintahan yang rapi. Kekuasaan sultan bersifat absolut. Dalam
administrasi pemerintahan sultan dibantu beberapa pembesar seperti bendahara,
tumenggung, penghulu bendahari, dan syahbandar. Terdapat pula beberapa
menteri yang bertanggung jawab atasan beberapa urusan Negara. Selain itu
terdapat jabatan Laksamana yang pada awalnya diberikan kepada kelompok
masyarakat Orang Laut.

c. Sistem Ekonomi Kehidupan Sosial-Budaya

- Perdagangan

- Pelayaran/ Nelayan

Pada kehidupan budaya, Perkembangan seni sastra Melayu mangalami


perkembangan yang sangat pesat seperti munculnya karya karya sastra yang
menggambarkan tokoh tokoh kepahlawanan dari kerajaan Malaka seperti Hikayat
Hang Tuah, Hikayat Hang Lekir dan Hikayat Hang Jebat. Sedangkan Kehidupan
Sosial Kerjaan Malka dipengaruhi oleh faktor letak, keadaan alam dan lingkungan
wilayahnya. Sebagai masyarakat yang hidup dari dunia maritim, hubungan sosial
masyarakat sangatlah kurang dan bahkan mereka cenderung mengarah ke sifat
sifat individualisme. Kelompok masyarakatpun bermunculan, seperti adanya
golonga buruh dan majikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

175

3. Kesultanan Aceh (1507-1903)


a. Lokasi dan Sumber Sejarah
Kesultanan Aceh (1507-1903), yang terletak di Aceh Rayeuk didirikan
oleh Ali Mughayat Syah pada tahun 1496 di atas bekas wilayah Kesultanan
Lamuri yang ditaklukkan oleh Mughayat Syah. Sumber sejarah tentang kesultanan
ini adalah Kitab Bustanul’salatin karya Nuruddin ar-Raniri tahun 1637 yang berisi
tentang silsilah sultan-sultan Aceh; batu nisan makam Sultan Ali Mughayat Syah.
Di batu nisan ini disebutkan Sultan Ali Mughayat Syah wafat pada 12 Zulhijah
tahun 936 H atau 7 Agustus 1530 M.

b. Kondisi sosial-politik kesultanan


Meskipun Kesultanan Aceh merupakan Negara Islam, kehidupan
masyarakatnya tetap feudal. Dalam tatanan masyarakatnya Aceh memiliki
golongan bangsawan yang memiliki gelar teuku, dan golongan ulama yang
bergelar tengku; kedua golongan ini sering bersaing untuk berebut pengaruh
dalam masyarakat. Dalam bidang politik yang jelas terlihat adalah adanya
perebutan kekuasaan, terutama antara golongan bangsawan (teuku) dengan
golongan ulama (tengku). Diantara para ulama sendiiri juga sering terjadi
pertikaian karena perbedaan aliran dalam agama. Aliran-aliran tersebut
diantaranya adalah aliran Syi’ah dan Ahlussunnah wal Jama’ah.

c. Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya


Letak Aceh yang strategis menyebabkan perdagangannya maju pesat.
Dengan demikian, kebudayaan masyarakatnya juga makin bertambah maju karena
sering berhubungan dengan bangsa lain. Contoh dari hal tersebut adalah
tersusunnya hukum adat yang dilandasi ajaran Islam yang disebut Hukum Adat
Makuta Alam. Menurut Hukum Adat Makuta Alam pengangkatan sultan haruslah
semufakat hukum dengan adat. Oleh karena itu, ketika seorang sultan dinobatkan,
ia berdiri di atas tabal, ulama yang memegang Al-Qur’an berdiri di kanan,
sedangkan perdana menteri yang memegang pedang berdiri di kiri. Pada
umumnya, di Aceh pangkat sultan turun kepada anak. Sultan diangkat oleh rakyat
atas mufakat dan persetujuan ulama serta orang-orang cerdik pandai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

176

Jika sultan mangkat sebelum ada pengganti oleh karena beberapa sebab
lain, Panglima Sagi XXII Mukim yang menjadi wakil raja. Ia bertugas
menjalankan pemerintahan dan menerima hasil yang didapat dari Aceh sendiri
dan daerah taklukkan. Jika sudah ada yang patut diangkat menjadi sultan,
perbendaharaan itu pun dengan sendirinya berpindah kepada yang berhak. Dalam
menjalankan kekuasaan, sultan mendapat pengawasan dari alim ulama, kadi, dan
Dewan Kehakiman. Mereka terutama bertugas memberi peringatan kepada sultan
terhadap pelanggaran adat dan syara’ yang dilakukan. Sultan Iskandar Muda
berhasil menanamkan jiwa keagamaan pada masyarakat Aceh yang mengandung
jiwa merdeka, semangat membangun, rasa persatuan dan kesatuan, serta semangat
berjuang antipenjajahan yang tinggi. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika
Aceh mendapat sebutan Serambi Mekah. Itulah sebabnya, bangsa-bangsa Barat
tidak mampu menembus pertahanan Aceh.
Bidang perdagangan yang maju menjadikan Aceh makin makmur. Setelah
Sultan Ibrahim dapat menaklukkan Pedir yang kaya akan lada putih, Aceh makin
bertambah makmur. Dengan kekayaan melimpah, Aceh mampu membangun
angkatan bersenjata yang kuat. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda,
Aceh mencapai puncak kejayaan. Dari daerah yang ditaklukkan didatangkan lada
dan emas sehingga Aceh merupakan sumber komoditas lada dan emas. Pada masa
pemerintahan Iskandar Muda muncul ahli tasawuf yang terkenal, yaitu Hamzah
Fansyuri dan muridnya Syamsudin as Sumatrani. Sultan Iskandar Muda mangkat
pada tahun 1636 dan digantikan oleh menantunya, Iskandar Thani (1636–1641).
Masa pemerintahan Sultan Iskandar Thani tidak lama karena ia tidak memiliki
kepribadian dan kecakapan yang kuat seperti Sultan Iskandar Muda. Pengawasan
kepada para panglima yang mengurusi perdagangan mengendur sehingga mereka
dapat berbuat semaunya. Daerah-daerah yang jauh dari pemerintah pusat mulai
kurang loyal terhadap sultan. Terlebih lagi setelah Nur ar Din al Raniri (Nurrudin
ar Raniri) ahli tasawuf yang beraliran ortodoks dari Gujarat datang ke Aceh. Sejak
Sultan Iskandar Muda mangkat, Aceh terus-menerus mengalami kemunduran dan
akhirnya pada permulaan abad ke-20 (1935) dapat dikuasai oleh Belanda
walaupun dengan susah payah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

177

4. Kesultanan Demak (1500-1568)


a. Lokasi dan Sumber sejarah
Kesultanan Demak (1500-1568) berlokasi di Demak, Jawa Tengah, adalah
merupakan kesultanan Islam pertama terbesar di Pantai Utara Jawa. Sebelum
menjadi kesultanan, Demak merupakan kadipaten dari Kerajaan Majapahit,
dengan Raden Patah sebagai adipatinya sejak 1478. Raden Patah jugalah perintis
sekaligus peletak dasar kesultanan Demak sejak tahun 1478. Kesultanan ini
merupakan pelopor penyebaran agama Islam di Jawa dan Indonesia umumnya.
Kesultanan Demak tidak berumur lama karena adanya perebutan kekuasaan di
antara kerabat kerajaan.

b. Kondisi sosial-politik kesultanan


Dalam bidang politik, terjadi konflik perebutan takhta di antara anggota
keluarga kesultanan. Akibat konflik yang terus berlanjut, kemudian berkembang
menjadi perang saudara.

c. Bidang Ekonomi, sosial, dan budaya


Demak dalam bidang ekonomi, berperan penting karena mempunyai daerah
pertanian yang cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras.
Selain itu, perdagangannya juga maju. Komoditas yang diekspor, antara lain
beras, madu, dan lilin. Barang tersebut diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan
Jepara. Dengan demikian, kehidupan ekonomi masyarakat berkembang lebih baik.
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur.
Pemerintahan diatur dengan hukum Islam. Akan tetapi, norma-norma atau tradisi-
tradisi lama tidak ditinggalkan begitu saja. Hasil kebudayaan Kerajaan Demak
merupakan kebudayaan yang berkaitan dengan Islam. Hasil kebudayaannya yang
cukup terkenal dan sampai sekarangmasih tetap berdiri adalah Masjid Agung
Demak. Masjid itu merupakan lambang kebesaran Demak sebagai kerajaan Islam.
Masjid Agung Demak selain kaya dengan ukir-ukiran bercirikan Islam juga
memiliki keistimewaan, yaitu salah satu tiangnya dibuat dari kumpulan sisa-sisa
kayu bekas pembangunan masjid itu sendiri yang disatukan (tatal). Selain Masjid
Agung Demak, Sunan Kalijaga salah seorang dari Wali Sanga juga meletakkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

178

dasar-dasar perayaan Sekaten pada masa Kerajaan Demak.Perayaan itu digunakan


oleh Sunan Kalijaga untuk menarik minat masyarakat agar masuk Islam. Sekaten
ini kemudian menjadi tradisi atau kebudayaan yang terus dipelihara sampai
sekarang.

5. Kerajaan Pajang
a. Letak dan Sumber Sejarah Kerajaan Pajang
Kesultanan Pajang pada awal terbentuknya dipimpin oleh Jaka Tingkir.
Sebelum menjadi Kesultanan Islam Utama di kawasan Jawa Tengah dan Jawa
Timur, Pajang menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit dan Kesulatanan
Demak. Pada masa Kerajaan Majapahit, Pajang lebih dikenal dengan nama
Pengging. Pengging pada saat itu tidak memiliki andil besar dalam kekuasaan
Majapahit. Hayam Wuruk pernah melewati daerah Pengging hanya satu kali
dalam setahun untuk menuju Sungai Bengawan Solo. Pengging pada massa
Majapahit dipimpin oleh seorang adipati bernama Jayadiningrat. Ketika awal
berdirinya Kesultanan Demak, Pengging masih menganut agam Budha yang
dianut Kerajaan Majapahit. Ketika keturunan Adipati Jayadiningrat memimpin
daerah Pengging, maka Pengging memeluk agama Islam.
Pada masa Kesultanan Demak, pemimpin daerah Pengging, yaitu Ki Kebo
Kenanga melakukan tindakan tidak menyenangkan terhadap Kesultanan Demak.
Pengging tidak memberi Demak upeti tahunan. Sultan Demak melihat hal itu
mengambil kesimpulan bahwa Pengging akan melakukan pemberontakan. Maka
Sultan Demak mengutus Sunan Kudus untuk menemui pemimpin Pengging.
Pemimpin Pengging menolak untuk menghadap ke Demak, maka Sunan Kudus
dan Pemimpin Pengging mengadu ilmu. Dalam pertarungan tersebut Ki Kebo
Kenanga terbunuh oleh Sunan Kudus, kemudian Pengging tunduk menjadi daerah
kekuasaan Demak. Setelah kejadian tersebut daerah Pengging lebih dikenal
dengan nama Pajang. Pajang baru memiliki andil yang cukup berpengaruh dalam
kekuasaan Demak. Daerah Pajang memiliki daerah yang subur, beras merupakan
komoditas utama yang diperjual belikan. Batu bata merah juga komoditas yang
penting dalam membangun ekonomi Pajang, karena terdapat pusat pembuatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

179

batu bata merah. Sebagian besar rumah penduduk Pajang dibangun menggunakan
batu bata merah. Keraton Pajang hampir seluruh bangunannya terdiri dari batu
bata merah. Hal ini membantu ekonomi Kesultanan Demak dalam hal pangan dan
pembangunan. Hal tersebut semakin maju pada masa kepepimpinan Jaka Tingkir.
b. Bidang ekonomi, sosial, dan Budaya Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang ini bisa dikatakan sebagai kerajaan bekas dari Demak.
Hal ini karena sejarah berdirinya Kerajaan Pajang tidak bisa dipisahkan dari
Kerajaan Demak. Pendiri Kerajaan Pajang adalah Joko Tingkir yang kala itu
berhasil menumpas Aryo Penangsang. Aryo Penangsang sendiri adalah raja di
Demak yang tidak diinginkan oleh peihak keluarga besar Demak. Dari sini
kemudian keluarga meminta bantuan Joko Tingkir untuk menyingkirkan Aryo
Penangsang. Setelah berjalannya waktu, Kerajaan Demak runtuh maka Joko
Tingkir kemudian menggeser pusat pemerintahan di Demak ke Pajang yang
sekaligus menjadi penanda berdirinya Kerajaan Islam Pajang. Kehidupan politik
Kerajaan Pajang ini sebenarnya mulai mapan dan stabil. Namun disayangkan
perjalanan Kerajaan Islam Pajang tidak cukup lama karena beberapa konflik yang
terjadi. Kerajaan Pajang sendiri berpusat di Jawa Tengah bekas Kerajaan Demak
lebih tepatnya yaitu di daerah Kartasura dekat Surakarta atau Solo. Kerajaan
Pajang ini sebenarnya meski muncul belakangan, pernah juga disebut oleh Hayam
Wuruk dalam kitab Negarakertagama. Pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit,
kerajaan Pajang dan kerajaan Demak sudah disinggung di dalam kitab tersebut.
Meski merupakan kerajaan baru jika dibanding dengan Kerajaan Demak,
namun secara ekonomi Kerajaan Pajang sangatlah baik. Kesejahteraan rakyatnya
cukup terjamin dengan berbagai hasil bumi yang dihasilkan. Ketika Kerajaan
Demak masih berkuasa, bahkan Kerajaan Pajang ini sudah berhasil mengekspor
beras ke beberapa daerah melalui perniagaan dengan memanfaatkan Bengawan
Solo sebagai jalur transportasi. Pada umumnya, masyarakat Pajang mengandalkan
hasil kebun dan pertanian untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Bahkan Pajang
berhasil menjadi lumbung beras pada sekitar abad ke 16 dan ke 17. Hal ini karena
irigasi di daerah Pajang sangat bagus dengan adanya Bengawan Solo sehingga
irigasi lancar yang kemudian membuat hasil pertanian melimpah. Kelemahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

180

masyarakat Pajang pada saat itu adalah ketidakmampuan dalam bidang


perniagaan. Sehingga meski memiliki hasil agraris yang sangat melimpah,
kedigdayaan ekonomi Kerajaan Pajang ini tidak berlangsung lama. Terlebih lagi
perniagaan dengan basis laut atau maritim yang sedang ngetrend pada saat itu,
semakin membuat Kerajaan Pajang tertinggal dengan kerajaan lain di bidang
ekonomi perniagaan. Karena masyarakat pajang kurang ahli dalam masalah
kelautan, padahal pada saat itu semua perdagangan hampir dilakukan di lautan.
Meski kerajaan Pajang merupakan salah satu Kerajaan Islam di Jawa,
namun pengaruh tradisi Hindu masih kentara. Sehingga beberapa kebudayaan pun
masih ada yang menggunakan tradisi-tradisi Hindu. Masyarakat di Pajang juga
masih banyak yang menjalankan beberapa tradisi yang sudah turun temurun dari
nenek moyang mereka. Pada masa kejayaan Kerajaan Pajang, terjadi akulturasi
budaya antara Hindu dan Islam yang kuat. Bahkan, kemunculan Kerajaan Pajang
ini juga banyak yang menafsirkan kembalinya kekuasaan Islam kejawen dari
Islam ortodok.

6. Kesultanan Mataram (1586-1755)


a. Lokasi dan sumber sejarah
Kesultanan Mataram (Islam) tidak ada hubungannya dengan kerajaan
Mataram Hindu; kebetulan saja memakai nama yang sama. Kemungkinan juga
pemakaian nama yang sama ini di dorong keinginan untuk menjadi besar seperti
kerajaan Mataram Kuno. Pemindahan pusat pemerintahan dari Pajang ke Mataram
pada tahun 1586 oleh Senopati menandai berdirinya Kesultanan Mataram.
Pusatnya adalah di kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Pada awalnya
pemerintahan Senopati mendapat banyak tantangan dari para bupati di sepanjang
Pantai Utara Jawa yaitu di Demak, Jepara, Kudus, Gresik, dan Surabaya.

b. Kondisi sosial-politik kesultanan


Sultan Agung membagi sistem pemerintahan Kesultanan Mataram seperti:
1) Kutanegara, daerah pusat keratin, pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh
patih lebet yang dibantu oleh wedana lebet.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

181

2) Negara Agung, daerah sekitar Kutanegara, pelaksanaan pemerintahan


dipegang patih jawi (patih luar) yang dibantu wedana jawi.
3) Mancanegara, daerah luar Negara Agung, pelaksanaan pemerintahannya
dipegang oleh para bupati.
4) Pesisir, daerah pesisir. Pemerintahan dipegang oleh bupati atau syahbandar.
Selain tangguh, Sultan Agung juga dikenal sebagai seorang yang ahli
politik, sastra, filsafat (Jawa), serta Agama. Pada masa ini tumbuh Kebudayaan
Kejawen, yaitu akulturasi antara kebudayaan Jawa asli, Hindu, Buddha, dan
Islam.

d. Bidang Sosial, ekonomi dan budaya


Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, raja merupakan pemegang
kekuatan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan yang diserahi
tugas-tugas tertentu. Kebesaran kerajaan dan kewibawaan raja lazim dicerminkan
dalam keraton sebagai kompleks bangunan kediaman raja, seperti sitinggil dan
masjid besar. Kesenian yang ada di kerajaan mempunyai fungsi untuk
melambangkan status raja. Segala benda di sekeliling raja, upacara, dan perayaan-
perayaan, selain mempunyai fungsi sakral-magis juga dapat menambah semarak
suasana kerajaan dengan segala keagungannya. Di bidang keagamaan terdapat
jabatan penghulu, ketib, naib, dan suranata. Pejabat-pejabat keagamaan ini disebut
abdi dalam pametakan atau abdi dalem pemutihan. Penghulu istana merupakan
jabatan tertinggi dalam bidang keagamaan. Tugas penghulu istana adalah
memimpin upacara-upacara keagamaan.
Di bidang pengadilan, dalam istana terdapat jabatan jaksa. Jabatan ini
merupakan wewenang wedana-wedana keparak. Di dalam sidang pengadilan
istana, jaksa berhak mengemukakan bukti dan mengajukan tuntutan, sedangkan
yang berhak mengadili adalah raja. Pejabat-pejabat kerajaan, seperti wedana dan
bupati tidak mendapat imbalan berupa gaji, tetapi mendapat hak tanah gaduhan
sebagai tanah lungguh. Dari hasil tanah tersebut para pejabat menggunakan
sebagai biaya keperluan hidupnya, sedangkan sebagian hasilnya harus diserahkan
kepada kas kerajaan. Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan diciptakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

182

peraturan yang dinamakan angger-angger yang harus ditaati oleh seluruh


penduduk.
Letak geografisnya yang berada di pedalaman didukung tanah yang subur,
menjadikan kerajaan Mataram sebagai daerah pertanian (agraris) yang cukup
berkembang, bahkan menjadi daerah pengekspor beras terbesar pada masa itu.
Rakyat Mataram juga banyak melakukan aktivitas perdagangan laut. Hal ini dapat
terlihat dari dikuasainya daerah-daerah pelabuhan di sepanjang pantai Utara Jawa.
Perpaduan dua unsur ekonomi, yaitu agraris dan maritim mampu menjadikan
kerajaan Mataram kuat dalam percaturan politik di nusantara.

7. Kesultanan Gowa-Tallo (1528-1670-an)


a. Lokasi dan sumber sejarah
Kesultanan Gowa-Tallo (1528-1670-an) letaknya sangat strategis yaitu di
antara wilayah barat (Malaka) dan Timur Nusantara (Maluku). Makassar menjadi
Bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur yang kaya akan rempah-rempah.
Kerajaan ini memiliki pelaut-pelaut yang tangguh, yang dapat memperkuat
barisan pertahanan laut Makassar. Sumber asing tertulis pertama dari catatan
Tome Pires. Dalam catatannya, ia melukiskan kemampuan pelayaran dan
perdagangan orang-orang Makassar. Tome Pires menulis bahwa orang-orang
Makassar telah berdagang sampai ke Malaka, Jawa, Borneo, Negeri Siam, dan
juga semua tempat yang yang terdapat antara Pahang dan Siam.

b. Kondisi sosial-politik kesultanan


Kesultanan ini desebut-sebut kaya akan beras, bahan-bahan makanan
lainnya, daging, dan kapur barus hitam. Mereka memasok barang-barang
dagangan dari luar, antara lain jenis pakaian dari Cambay, Bengal, dan Keling.
Penemuan banyak jenis keramik dari masa Dinasti Sung dan Ming di daerah
Sulawesi Selatan juga membuktikan kerajaan ini telah menjalin hubungan baik
dengan Cina. Meski memiliki kebebasan dalam mencapai kesejahteraan hidup,
dalam kehidupan sosial sehari-hari mereka sangat terikat dengan norma adat yang
mereka anggap sacral. Norma kehidupan sosial Makassar diatur berdasarkan adat
dan agama Islam yang disebut Pangadakkang. Selain norma tersebut, masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

183

Makassar juga mengenal sistem pelapisan sosial: lapisan yang merupakan


golongan bangsawan disebut ”anakarung/ karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan
disebut “to maradeka”, dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya
disebut golongan “ata”.

c. Bidang Ekonomi, Sosial, dan Budaya


Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan
internasional dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti
Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di
Makasar. Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga
yang disebut dengan ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE
sehingga dengan adanya hukum niaga tersebut, maka perdagangan di Makasar
menjadi teratur dan mengalami perkembangan yang pesat. Selain perdagangan,
Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena Makasar juga
menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi Selatan.
Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah
nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf
kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk menambah
kemakmuran hidupnya.Sejak Gowa Tallo sebagai pusat perdagangan laut,
kerajaan ini menjalin hubungan dengan Ternate yang sudah menerima Islam dari
Gresik. Raja Ternate yakni Baabullah mengajak raja Gowa Tallo untuk masuk
Islam, tapi gagal. Baru pada masa Raja Datu Ri Bandang datang ke Kerajaan
Gowa Tallo agama Islam mulai masuk ke kerajaan ini. Setahun kemudian hampir
seluruh penduduk Gowa Tallo memeluk Islam. Mubaligh yang berjasa
menyebarkan Islam adalah Abdul Qodir Khotib Tunggal yang berasal dari
Minangkabau. Raja Gowa Tallo sangat besar perannya dalam menyebarkan Islam,
sehingga bukan rakyat saja yang memeluk Islam tapi kerajaan-kerajaan
disekitarnya juga menerima Islam, seperti Luwu, Wajo, Soppeg, dan Bone. Wajo
menerima Islam tahun 1610 M. Raja Bone pertama yang menerima Islam bergelar
Sultan Adam. Walaupun masyarakat Makasar memiliki kebebasan untuk berusaha
dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

184

sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan
masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut
PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar sangat percaya terhadap norma-
norma tersebut.
Di samping norma tersebut, masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan
sosial yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan
keluarganya disebut dengan “Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan
disebut “to Maradeka” dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya
disebut dengan golongan “Ata”. Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar
banyak menghasilkan benda-benda budaya yang berkaitan dengan dunia
pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh
orang Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo. Kapal Pinisi dan Lombo
merupakan kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal sampai mancanegara.

8. Kesultanan Ternate (1257-sekarang) dan


Kesultanan Tidore (1322-akhir abad ke-18)
a. Lokasi dan sumber sejarah
Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore adalah dua dari empat
kesultanan Islam di Maluku. Secara geografis letak kedua kesultanan ini di
Kepulauan Maluku, antara lain Sulawesi dan Papua. Kesultanan Ternate didirikan
oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257. Sumber berita yang menyatakan
tentang keberadaan kesultanan Ternate dan Tidore adalah sejarawan Belanda
F.S.A. de Clercq yang mencatat pada tahun 1334 Tidore dipimpin oleh seorang
yang bernama Hasan Syah.

b. Kondisi sosial-politik kesultanan


Awalnya Ternate dan Tidore hidup berdampingan dengan damai. Konflik
terjadi ketika para pedagang Eropa mulai datang. Bangsa Portugis memilih untuk
berhubungan dengan Ternate, sedangkan Spanyol sama-sama ingin menguasai
wilayah-wilayah yang ada dalam persekutuan kedua kesultanan. Sehingga,
mereka sengaja melancarkan taktik dengan cara membina hubungan baik dengan
penguasa setempat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

185

c. Bidang Sosial Budaya dan Ekonomi


Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang pesat
sehingga pada abad ke-15 telah menjadi kerajaan penting di Maluku. Para
pedagang asing datang ke Ternate menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras
untuk ditukarkan dengan rempah-rempah. Ramainya perdagangan memberikan
keuntungan besar bagi perkembangan Kerajaan Ternate sehingga dapat
membangun armada laut yang cukup kuat.
Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan
Sultan Nuku (1780–1805). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore
untuk bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta
terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapatkan apa-apa
kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan
waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis,
Spanyol, Belanda, maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus
meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Pulau
Halmahera, Kepulauan Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya,
Zainal Abidin. Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

186

Yogyakarta, 18 April 2018

Mengetahui
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ngaglik Guru Mata Pelajaran Sejarah

Drs. Subagyo Triyana, S.Pd


NIP. 19620712 198703 1 011 NIP. 196706301992031002
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 19

KISI-KISI SOAL TES KOGNITIF

KISI-KISI ULANGAN PEMBELARAJAN SEJARAH

Satuan Pendidikan : SMA N 1 Ngaglik Hari, tanggal : 18 April 2018


Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Waktu : 2 x 45 Menit
Kelas : X IPS 1 Tahun Pelajaran : 2017/2018

No Kompetensi Materi Pokok Indikator Tingkat Bentuk No Kunci


Dasar Kesulitan Soal Soal Jawaban

1 2 3 4 5 6 7 8

1. 3.8 Mengidentifikasi kerajaan Islam pertama


C4 PG 1 D
Menganalisis di Indonesia
perkembangan
2. kehidupan Mengidentifikasi pedagang Islam yang
C1 PG 2 A
masyarakat, pertama kali masuk ke Indonesia
pemerintahan
3. Mengklasifikasikan faktor-faktor
dan budaya pada
pendukung utama perkembangan kerajaan C3 PG 3 A
masa kerajaan-
Samudera Pasai.
kerajaan Islam

187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. di Indonesia Mengidentifikasi cara kerajaan Banjar


C1 PG 4 D
serta memperluas daerah kekuasaannya.
menunjukkan
5. contoh bukti- Mengidentifikasikan raja pertama dari
C1 PG 5 D
bukti yang kerajaan Samudera Pasai
masih berlaku
6. Menentukan pusat masuknya Islam di
pada kehidupan C3 PG 6 A
Maluku
masyarakat
7. Indonesia masa Mengidentifikasi tokoh di kerajaan Gowa-
kini C1 PG 7 A
Tallo

8. Menemukan penyebab raja Ternate


C4 PG 8 A
memeluk agama Islam

9. Mengidentifikasi tujuan kedatangan


C4 PG 9 B
bangsa Portugis ke kepulauan Maluku

10. Menunjukkan peletak dasar kerajaan


C1 PG 10 E
Demak

11. Menunjukkan pendiri kerajaan Demak C1 PG 11 E

12. Menggali informasi mengenai


pemindahan ibukota kesultanan dari C3 PG 12 C
Demak ke Pajang

13. Menunjukkan pendiri kerajaan Pajang C1 PG 13 C

14. Menggali informasi mengenai masa C3 PG 14 A


pemerintahan Sultan Agung

188
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15. Menggali informasi mengenai masa


C3 PG 15 A
pemerintahan Amangkurat II

16. Mengidentifikasi berbagai informasi


mengenai Kesultanan Malaka yang C4 PG 16 E
dipimpin oleh Parameswara.

17. Menunjukkan letak kerajaan Banjar C1 PG 17 A

18. Menunjukkan bukti spesifik Kerajaan


C1 PG 18 D
Mataram Islam di Pulau Jawa

19. Mengidentifikasi peninggalan Kerajaan


C4 PG 19 E
Demak

20. Mengidentifikasi peninggalan dari


C4 PG 20 C
Kerajaan Gowa-Tallo

189
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 20

SOAL TES KOGNITIF

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia


Kelas/Program : X/IPS
Hari/Tanggal : Senin, 30 April 2018
Waktu : 30 menit

1. Pernyataan yang paling tepat di bawah ini adalah ….


A. Kerajaan Mataram merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara
B. Kerajaan Malaka merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara
C. Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara
D. Kerajaan samudera pasai merupakan kerajaan pertama di Nusantara
E. Kerajaan Aceh merupakan kerajaan Islam di Nusantara

2. Pertama kali para pedagang Islam datang di Nusantara adalah pada zaman
kerajaan….
A. Samudra Pasai
B. Majapahit
C. Sriwijaya
D. Demak
E. Aceh

3.
Faktor - faktor pendukung utama perkembangan Kerajaan Samudera Pasai di
dunia maritim adalah….
A. Letaknya strategis yaitu di jalur perdagangan
B. Armada lautnya yang kuat
C. Bandar-bandar dagang yang aman
D. Terdapat sumber-sumber perdagangan
E. Tidak pernah terjadi perebutan kekuasaan

190
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

191

4. Tokoh di bawah ini yang merupakan pendiri kerajaan Aceh adalah….


A. Sultan Hasanuddin
B. Sultan Ageng Tirtayasa
C. Sultan Trenggono
D. Sultan Ali Mughayat Syah
E. Sultan Agung

5. Berikut ini pernyataan yang tepat dari Kerajaan Samudra Pasai adalah….
A. Zainal Abidin merupakan raja pertama dari Kerajaan Samudra Pasai
B. Sultan Ahmad merupakan raja pertama dari Kerajaan Samudra Pasai
C. Malik Al Tahir merupakan raja pertama dari Kerajaan Samudra Pasai
D. Malik Al Saleh merupakan raja pertama dari Kerajaan Samudra
Pasai
E. Al Kamil merupakan raja pertama dari Kerajaan Samudra Pasai

6. Pusat masuknya agama Islam di Maluku yaitu….


A. Ternate
B. Halmahera
C. Tidore
D. Wetar
E. Ambon

7. Tokoh yang mendapat julukan “Ayam Jantan dari Timur” adalah….


A. Sultan Hasanudin
B. Amanna Gappa
C. Sultan Baabullah
D. Sultan Alaudin
E. Sultan Zainal Abidin

8. Penyebab raja Ternate tertarik untuk mengikuti ajaran agama Islam yaitu ....
A. Ada seseorang dari jawa yang namanya Maulana Husayu yang
menunjukkan kemahirannya dalam menulis dan membaca huruf
arab dalam Al-Qur’an sehingga raja Ternate tertarik untuk
mempelajarinya
B. Karena Islam tidak membedakan kedudukan dalam masyarakat
C. Berbagai upacara dalam islam dilakukan secara sederhana
D. Ajaran Islam berupaya untuk dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat
dengan adanya kewajiban zakat
E. Islam dilakukan dengan damai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

192

9. Tujuan kedatangan bangsa Portugis di kepulauan Maluku adalah ....


A. Berwisata dan menikmati keindahan pulau Maluku
B. Menjalin perdagangan dan memperoleh rempah-rempah
C. Menanamkan semua bidang kehidupan di Maluku
D. Menjalin hubungan perdagangan dan mendirikan persekutuan dagang
E. Menyebarkan agama Protestan kepada penduduk Maluku

10. Berikut ini tokoh yang menjadi peletak dasar Kerajaan Demak adalah….
A. Pati Unus
B. Abdul Mufakir
C. Maulana Yusuf
D. Sultan Haji
E. Raden Patah

11. Pernyataan di bawah ini yang paling tepat mengenai Raden Patah adalah ….
A. Raden Patah merupakan pendiri dari kerajaan Pajang
B. Raden Patah merupakan pendiri dari kerajaan Aceh
C. Raden Patah merupakan pendiri dari kerajaan malaka
D. Raden Patah merupakan pendiri dari kerajaan Mataram
E. Raden Patah merupakan pendiri dari kerajaan Demak

12. Berikut ini perubahan besar yang dilakukan oleh Sultan Hadiwijaya adalah….
A. Membangun Masjid Demak
B. Kerajaan Mataram Islam terpecah menjadi dua
C. Pemindahan ibu kota kesultanan dari Demak ke Pajang
D. Peletak dasar kerajaan Demak
E. Menyejahterakan kehidupan rakyatnya

13. Tokoh yang merupakan pendiri Kerajaan Pajang adalah ….


A. Raden Patah
B. Sultan Malik Al Saleh
C. Sultan Hadiwijaya
D. Sultan Iskandar Muda
E. Sunan Kalijaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

193

14. Perhatikan data berikut ini


(1) Menyatukan pulau jawa di bawah kekuasaan Mataram.
(2) Menyusun Karya sastra yang berjudul Gending.
(3) Menyerang Belanda ke Batavia.
(4) Menulis cerita wayang dengan lakon yang bernapaskan Islam.
(5) Menyerang karajaan-kerajaan kecil di Bali.

Dari data tersebut hal mana sajakah yang telah dilakukan Sultan Agung pada
masa Pemerintahannya di Mataram?
A. (1), (2), (3)
B. (1), (2), (4)
C. (2), (3), (4)
D. (2), (3), (5)
E. (3), (4), (5)

15. Pada masa pemerintahan Amangkurat II, wilayah Kerajaan Mataram semakin
sempit karena sebagian besar dikuasai oleh Belanda. Hal ini dibuktikan
dengan adanya perjanjian pada 1755 M, yaitu….
A. Perjanjian Giyanti.
B. Perjanjian Tuntang.
C. Perjanjian Bongaya.
D. Perjanjian Salatiga.
E. Perjanjian Saragosa

16. Penguasa pertama Kesultanan Malaka disebutkan bernama Parameswara.


Setelah memeluk agama Islam ia kemudian mengganti nama menjadi
sultan….
A. Mahmud Syah
B. Mudzafat Syah
C. Allauddin Syah
D. Baharuddin
E. Iskandar Syah

17. Kehidupan ekonomi masyarakat Aceh bergerak dalam bidang ….


A. Pelayaran dan perdagangan
B. Peternakan dan perkebunan
C. Pertanian dan perkebunan
D. Pertanian dan peternakan
E. Perikanan dan peternakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

194

18. Bukti spesifik Kerajaan Mataram Islam di Pulau Jawa adalah….


A. Candi
B. Pendopo Agung
C. Masjid istiqlal
D. Keraton
E. Masjid Gede

19.
Keempat tiang ini merupakan salah satu kekhasan yang ada di masjid Demak.
Tiang ini dibuat sebagai penopang masjid yang terinspirasi dari konstruksi
tiang kapal jung Tiongkok. Salah satu tiang yang dibuat dari potongan-
potongan kayu yaitu….
A. Saka Bledeg yang dibuat oleh Sunan Gunung Jati
B. Saka Guru yang dibuat oleh Sunan Kalijaga
C. Saka Serambi yang dibuat oleh Sunan Ampel
D. Saka Tiang yang dibuat oleh Sunan Bonang
E. Saka tatal yang dibuat oleh Sunan Kalijaga

20. Salah satu peninggalan dari kerajaan Gowa-Tallo adalah….


A. Benteng Marborough
B. Benteng Vredeburgh
C. Benteng ford Ratterdam
D. Masjid Agung Banten
E. Keraton

Nilai = X 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

195

Lampiran 21

DATA NILAI KOGNITIF PESERTA DIDIK KELAS X IPS 1

No NIS Nama Peserta Didik KKM Nilai Ket.


1 8762 Afrizal Fathan Raharjo 75 85 Tuntas
2 8767 Aldila Ayu Permatasari 75 90 Tuntas
3 8769 Alita Adha Raihanifa 75 85 Tuntas
4 8772 Alvia Cindy Margaretha 75 85 Tuntas
5 8776 Anantama Faris Endarto 75 80 Tuntas
6 8781 Annisa Nurul Fadhilah 75 85 Tuntas
7 8787 Astuti Purwaning Wijayanti 75 85 Tuntas
8 8802 Debira Inge Puspaningrum 75 90 Tuntas
9 8804 Dewi Bulan Nurdaningrum 75 85 Tuntas
10 8807 Dian Nita Utami 75 75 Tuntas
11 8811 Dita Puspita Sari 75 80 Tuntas
12 8822 Farhan Aditya Nugraha 75 90 Tuntas
13 8829 Geger 75 90 Tuntas
14 8837 Hardya Wimas Angesti 75 80 Tuntas
15 8838 Hasnani Iza Nahida 75 90 Tuntas
16 8840 Hendy Surya Ahdim 75 70 Tidak Tuntas
17 8855 Mardhatilla Leksono 75 70 Tidak Tuntas
18 8869 Muh. Arif satrio wibowo 75 95 Tuntas
19 8892 Primaselia Pramudita 75 85 Tuntas
20 8897 Raditya Fauzan 75 85 Tuntas
21 8911 Rio Noor Hendrawan 75 85 Tuntas
22 8913 Rizky meisaida putri. S 75 85 Tuntas
23 8916 Rosita Nur Alizha 75 85 Tuntas
24 8920 Salsabila Mutiara Sari 75 75 Tuntas
25 8923 Satwika Fajar Wicaksi 75 85 Tuntas
26 8934 Thoriq Abdillah Mutiara 75 80 Tuntas
27 8937 Titik Handayani 75 95 Tuntas
28 8944 Yudha mahendra wahyu. P 75 100 Tuntas
JUMLAH 2370
RATA-RATA 84,64
PROSENTASE 92,86%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 22

KISI-KISI INSTRUMEN KUESIONER

Variabel Definisi Variabel Indikator


Pembelajaran literasi adalah  Penerapan literasi dalam
pembelajaran yang memuat proses pembelajaran
empat keterampilan yaitu sejarah
membaca, menyimak,
Pembelajaran menulis, dan berbicara yang
literasi bertujuan untuk mengenalkan
peserta didik tentang dasar-
dasar membaca, menulis,
memelihara kesadaran bahasa,
dan memotivasi untuk belajar.

196
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

197

Lampiran 23

KUESIONER
PENERAPAN PEMBELAJARAN LITERASI DALAM PEMBELAJARAN
SEJARAH INDONESIA DI SMA NEGERI 1 NGAGLIK TAHUN AJARAN
2017/2018

A. Pengantar
Kuesioner ini bertujuan sebagai alat pengumpul data peneliti. Dalam
kuesioner ini anda diminta untuk dapat memberikan jawaban secara jujur dan
benar sesuai dengan apa yang dialami dan telah Anda lakukan dengan
sebenarnya. Adapun jawaban Anda tidak akan berpengaruh terhadap nilai
apapun dan kerahasiaannya terjamin.
Kesediaan Anda dalam mengisi kuesioner ini merupakan jasa yang sangat
berharga bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Atas
ketersediaanya penulis mengucapkan terima kasih.
B. Petunjuk Pengisian
1. Tulislah data identitas Anda secara lengkap.
2. Bacalah semua pernyataan dan pilih salah satu jawaban sesuai dengan
penilaian Anda sendiri.
3. Berilah tanda check list (√) pada butir-butir pernyataan berikut ini sesuai
dengan kriteria sebagai berikut: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang
Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
4. Sebelum Anda kembalikan kepada peneliti, periksalah kembali kuesioner
Anda apakah semua pertanyaan telah dijawab.
5. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, jawaban yang jujur sangat
diharapkan.
C. Data Responden
1. Nama :
2. Kelas :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

198

PENERAPAN PEMBELAJARAN LITERASI DALAM PEMBELAJARAN


SEJARAH INDONESIA DI SMA NEGERI 1 NGAGLIK TAHUN AJARAN
2017/2018

NO PERNYATAAN SKOR
SS S KS TS STS
Saya senang belajar sejarah dengan
1
pembelajaran literasi
Minat belajar sejarah saya meningkat
2
setelah menggunakan pembelajaran literasi
Pembelajaran literasi pada mata pelajaran
3
sejarah sangat membosankan
Saya mudah memahami materi sejarah
4
dengan menggunakan pembelajaran literasi
Saya dapat memaknai sejarah melalui
5
pembelajaran literasi
Pembelajaran literasi memudahkan saya
6 untuk mendapatkan informasi dalam
pelajaran sejarah
Pembelajaran literasi dapat menumbuhkan
7 empat keterampilan membaca, menyimak,
menulis, dan berbicara pada diri saya
Saya lebih senang belajar sejarah tanpa
8
menggunakan pembelajaran literasi
Pembelajaran literasi tidak cocok
9 digunakan dalam proses pembelajaran
sejarah
Saya sangat tertarik belajar sejarah dengan
10
menggunakan pembelajaran literasi
Dalam menerapkan empat aktivitas yang
11 ada dalam literasi, Saya menjadi lebih aktif
dalam proses pembelajaran sejarah
Melalui pembelajaran literasi saya mudah
12 mengingat dan berpikir kritis tentang
materi sejarah
Pembelajaran literasi dapat
13 mengembangkan pengetahuan dalam diri
saya
Pembelajaran literasi membuat saya
14
terbiasa untuk membaca buku
Pembelajaran literasi membuat saya
15
semangat dalam belajar sejarah
saya sangat nyaman belajar sejarah dengan
16
menerapkan pembelajaran literasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

199

Saya tidak tertarik belajar sejarah dengan


17
menggunakan pembelajaran literasi
Pelajaran sejarah dengan menggunakan
pembelajaran literasi membuat saya
18
kesulitan dalam memahami materi
pembelajaran
Saya sangat antusias mengikuti pelajaran
19
sejarah dengan pembelajaran literasi
Saya senang belajar sejarah menggunakan
20 pembelajaran literasi dengan desain
pembelajaran yang menarik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 24

DATA MINAT BELAJAR SEJARAH PESERTA DIDIK

No NIS Nama No. Pertanyaan Jumlah


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 8762 Afrizal Fathan Raharjo 1 3 3 3 4 4 3 5 3 3 3 4 4 1 3 3 4 3 4 3 64
2 8767 Aldila Ayu Permatasari 2 3 3 3 3 4 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 56
3 8769 Alita Adha Raihanifa 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 73
4 8772 Alvia Cindy Margaretha 3 3 4 3 3 3 3 3 1 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 55
5 8776 Anantama Faris Endarto 2 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 69
6 8781 Annisa Nurul Fadhilah 3 3 3 3 4 4 4 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 60
7 8787 Astuti Purwaning .W 4 4 4 4 4 4 5 4 3 3 3 4 5 5 4 3 4 3 3 4 77
8 8802 Debira Inge .P 2 4 3 2 4 4 3 2 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 68
9 8804 Dewi Bulan .N 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 67
10 8807 Dian Nita Utami 5 5 1 5 5 5 5 2 2 4 4 5 5 5 5 4 4 1 4 3 79
11 8811 Dita Puspita Sari 2 3 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 60
12 8822 Farhan Aditya Nugraha 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 71
13 8829 Geger 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 69
14 8837 Hardya Wimas Angesti 3 4 3 4 4 4 5 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 74
15 8838 Hasnani Iza Nahida 3 4 3 4 5 5 4 2 1 3 3 4 4 4 3 3 4 1 3 4 67
16 8840 Hendy Surya Ahdim 3 3 3 3 3 3 4 5 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 65
17 8855 Mardhatilla Leksono 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 77

200
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18 8869 Muh. Arif satrio wibowo 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 63


19 8892 Primaselia Pramudita 2 3 5 3 2 4 4 4 4 1 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 55
20 8897 Raditya Fauzan 3 4 4 3 4 4 4 3 2 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 66
21 8911 Rio Noor Hendrawan 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 66
22 8913 Rizky Meisaida Putri. S 4 4 3 4 4 5 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 77
23 8916 Rosita Nur Alizha 3 4 5 3 4 4 4 2 2 5 5 4 4 4 4 4 5 3 2 3 74
24 8920 Salsabila Mutiara Sari 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 71
25 8923 Satwika Fajar Wicaksi 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 72
26 8934 Thoriq Abdillah Mutiara 2 4 4 3 3 3 4 5 4 3 3 3 4 3 3 3 3 5 3 3 68
27 8937 Titik Handayani 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 68
28 8944 Yudha Mahendra. W . P 3 4 1 4 5 5 3 2 2 4 3 3 3 4 4 4 4 2 4 4 68
JUMLAH 1899

201
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 25

INSTRUMEN PENILAIAN KETRAMPILAN

“Mengkomunikasikan informasi mengenai kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam


di Indonesia melalui teks naratif”
Rubrik penilaian Keterampilan:
Anggota Kelompok:
1. ……………………………………
2. ……………………………………
3. ……………………………………
4. ……………………………………
dst.
Skor
No. Kriteria
4 3 2 1
1 Konsep/Gagasan
2 Isi Cerita
3 Penyampaian Cerita
4 Teknik dan Gaya Bercerita
5 Kreatifitas
Jumlah skor

Keterangan:
4 = sangat baik,
3 = baik,
2 = cukup baik,
1 = kurang baik

Nilai= X100

202
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

203

Lampiran 26

DAFTAR NILAI PSIKOMOTORIK PESERTA DIDIK

No Nama Kelompok KKM Nilai

1. Kerajaan Samudra Pasai 75 80


2. Kerajaan Malaka 75 85
3. Kerajaan Aceh 75 75
4. Kerajaan Demak 75 80
5. Kerajaan Pajang 75 75
6. Kerajaan Mataram Islam 75 90
7. Kerajaan Ternate-Tidore 75 80
8. Kerajaan Gowa-Tallo 75 85
Jumlah 650
Rata-rata 81,25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Anda mungkin juga menyukai