Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN ASMA

A.    PENGERTIAN
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana trakea dan
bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu..
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respontrakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanyapenyempitan jalan nafas
yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari
pengobatan ( The American Thoracic Society ).
Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas, yang mengakibatkan
dispnea, batuk dan mengi. Tingkat penyempitan jalan nafas dapat berubah baik secara
spontan atau karena terapi. Asma berbeda dari penyakit paru obstruktif dalam hal bahwa
asma adalah proses reversible. (Brunnert & Suddarth.2018: 611)

B.     KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1.      Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic danaspirin)
dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanyasuatu predisposisi
genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktorpencetus spesifik seperti
yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2.      Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya
infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadilebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3.      Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik
dan non-alergik.

C.    ETIOLOGI
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan
asma bronkhial.
1.      Faktor predisposisi
Genetik, dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karenaadanya bakat alergi
ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asmabronkhial jika terpapar dengan foktor
pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2.      Faktor presipitasi
a.       Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1)      Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2)      Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
3)      Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
b.      Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinyaserangan
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim,seperti: musim hujan,
musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk
bunga dan debu.
c.       Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul
harus segera diobati penderita asma yang mengalamistress/gangguanemosi perlu
diberi nasehat untuk menyelesaikan masalahpribadinya. Karena jika stressnya belum
diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
d.      Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja dilaboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada
waktu libur atau cuti.
e.       Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan
asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas
tersebut.

D.    TANDA DAN GEJALA


Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,
tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan
menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala
klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada sebagian
penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai
bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak,
antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan
pernafasan cepat dangkal.
Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.
Komplikasi :
-          Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
-          Bronchiolitis
-          Pneumonia
-          Emphysema.
-          Hipoksemia
-          Pneumothoraks
-          Emfisema
-          Deformitas thoraks
-          Gagal nafas

E.     PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus
terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi
dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini
menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial
paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang
menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut mmeningkat, alergen bereaksi dengan
antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan
berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari
semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil
maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos
bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada
asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena
peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa 3 menekan bagian luar
bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah
akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.
Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat,
tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat
kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
F.     Pathway Asma

G.    Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
1.      Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
a.       Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil.
b.      Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
c.       Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
d.      Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
2.      Pemeriksaan darah
a.       Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, atau asidosis.
b.      Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
c.       Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeksi.
3.      Pencetus :
a.       Allergen
b.      Olahraga
c.       Cuaca
d.      Emosi
Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
a.       Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
b.      Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin
bertambah.
c.       Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru Dapat pula
menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
d.      Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka
dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

H.    Penatalaksanaan asma :
Posisikan pasien semifowler
Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral. 
1.      Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang setiap 20
menit sampai 3 kali.
2.      Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini ( per oral ) :
a.       Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :
-          Efedrin             : 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam
-          Salbutamol      : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
-          Terbutalin        : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam
Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor,
hipertensi dan insomnia. Intervensi keperawatan jelaskan pada orang tua tentang
efek samping obat dan monitor efek samping obat.
b.      Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi bronkospasme dan
meningkatkan bersihan jalan nafas.
-          Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
-          Teofilin     : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek samping
tachycardia, dysrhytmia, palpitasi, iritasi gastrointistinal,rangsangan sistem saraf
pusat;gejala toxic;sering muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan kejang.
Intervensi keperawatan; atur aliran infus secara ketat, gunakan alat infus kusus misalnya
infus pump.
c.       Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus. Prednison     :
0,5 – 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).

I.       Asuahan Keperawatan
1.      Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
1.      Riwayat kesehatan yang lalu:
a.       Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
b.      Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
c.       Kaji riwayat pekerjaan pasien.
2.      Aktivitas
a.       Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
b.      Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitas sehari-hari.
c.       Tidur dalam posisi duduk tinggi.
3.      Pernapasan
a.       Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
b.      Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
c.       Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu,
melebarkan hidung.
d.      Adanya bunyi napas mengi.
e.       Adanya batuk berulang.
4.      Sirkulasi
a.       Adanya peningkatan tekanan darah.
b.      Adanya peningkatan frekuensi jantung.
c.       Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis. Kemerahan
atau berkeringat.
5.      Integritas ego
a.       Ansietas
b.      Ketakutan
c.       Peka rangsangan
d.      Gelisah
6.      Asupan nutrisi
a.       Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
b.      Penurunan berat badan karena anoreksia.
7.      Hubungan sosal
a.       Keterbatasan mobilitas fisik.
b.      Susah bicara atau bicara terbata-bata.
c.       Adanya ketergantungan pada orang lain.
8.      Seksualitas
Penurunan libido
Pemeriksaan fisik
a.       Pernapasan : Napas pendek, Wheezing, Retraksi, Takipnea, Batuk kering,
Ronkhi.
b.      Kardiovaskuler : Takikardia
c.       Neurologis : Kelelahan, Ansietas, Sulit tidur.
d.      Muskuloskeletal : Intolerans aktifitas.
e.       Integumen : Sianosis, pucat.
f.       Psikososial : Tidak kooperatif selama perawatan
g.      Kaji status hidrasi : Status membran mukosa, Turgor kulit, output urine.

J.      DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL


1.      Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d bronkospasme : peningkatan produksi
sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental : penurunan energi/kelemahan
2.      Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen, kerusakan alveoli
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan masukan oral
4.      Kecemasan b.d Kurang pengetahuan

K.    INTERVENSI KEPERAWATAN
DP             : Tidak efektifnya bersihan jalan nafas
Tujuan       : Bersihan jalan nafas efektif
KH            : -    Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas
-          Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas
mis : batuk efektif dan mengeluarkan secret
Intervensi
-          Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis; mengi, krekels,
ronki
-          Kaji/pantau frekuensi pernafasan
-          Catat adanya/derajat diespnea  mis : gelisah, ansietas, distres
pernafasan, penggunaan otot bantu
-          Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis : peninggian kepala tempat
tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
-          Pertahankan polusi lingkungan minimum
-          Dorong/bantu latihan nafas abdomen/bibir
-          Observasi karakteristik batuk mis : menetap, batuk pendek, basah
-          Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hr ss toleransi jantung dan
memberikan air hangat, anjurkan masukkan cairan sebagai ganti makanan
-          Berikan obat sesuai indikasi
-          Awasi/buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dada
DP             : Kerusakan pertukaran gas
Tujuan       : Pertukaran gas efektie dan adekuat
KH            : -    Menunjukkan perbaikan vertilasi dan oksigen jaringan adekuat dalam
rentang normal dan bebas gejala distres pernafasan
-       Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan
/situasi
mis : batuk efektif dan mengeluarkan secret
Intervensi
-          Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot aksesori,
nafas bibir, ketidak mampuan bicara/berbincang
-          Tingguikan kepala tempat tidur, pasien untuk memilih posisi yang
mudah untuk bernafas, dorong nafas dalam perlahan / nafas bibir sesuai
kebutuhan / toleransi individu.
-          Dorong mengeluarkan sputum : penguapan bila diindikasikan.
-          Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan / bunyi
tambahan.
-          Awasi tingkat kesadaran / status mental, selidiki adanya perubahan.
-          Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.
-          Awasi tanda vital dan irama jantung.
-          Awasi / gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri.
-          Berikan oksigen yang ssi idikasi hasil GDA dan toleransi pasien.
DP             : Perubahan nutrisi kurang dari tubuh
Tujuan       : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kh             : -   Menunjukan peningkatan BB
                          -   Menunjukan perilaku / perubahan pada hidup untuk
meningkatkan dan /
      mempertahanka berat yang tepat.

Intervensi :
-          Kaji kebiasaan diet, masukan makanan, catat derajat kesulitan makan,
evaluasi BB.
-          Avskultasi bunyi usus.
-          Berikan perawatan oral sering, buang sekret.
-          Dorong periode istirahat, 1jam sebelum dan sesudah makan berikan
makan porsi kecil tapi sering.
-          Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
-          Hindari maknan yang sangat panas / dingin.
-          Timbang BB sesuai induikasi.
-          Kaji pemeriksaan laboratorium,
ex : alb.serum.
DP            : Kecemasan
Tujuan      : Kecemasan terkontrols
KH           : -  Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan tindakan.
                          -  Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala yang ada dari
proses penyakit dan
      menghubung dengan faktor penyebab.
                          -  Melakukan perubahan pola hidup dan berparisipasi
dalam program
                             pengobatan.
Intervensi:
-          Jelaskan proses penyakit individu dan keluarga
-          Instrusikan untuk latihan nafas dan batuk efektif.
-          Diskusikan tentang obat yang digunakan, efek samping, dan reaksi
yang tidak diinginkan
-          Beritahu tehnik pengguanaan inhaler ct : cara memegang, interval
semprotan, cara membersihkan.
-          Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi
-          Beritahu efek bahaya merokok dan nasehat untuk berhenti merokok
pada klien atau orang terdekat
-          Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E.J. 2000. Buku Saku Patofisiologi, Alih bahasa Braham. U. EGC: Jakarta
Heru Sundaru(2018). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. BalaiPenerbit FKUI.
Jakarta.
Mansjoer, A. 2016. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga Jilid 2. Media Aesculapius: Jakarta
NANDA, 2006. Diagnosa Keperawatan. PSIK-FK UGM: Yogyakarta
Wilkinson, J.M, 2017. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil
NOC. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai