Anda di halaman 1dari 18

- 1-

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN


PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN


NOMOR 1 TAHUN 2018
TENTANG
PENGAWASAN, PEMBINAAN, DAN PENINDAKAN KAWASAN TANPA ROKOK

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN,

Menimbang : bahwa berdasarkan Pasal 19 ayat (5) dan Pasal 23 ayat (3)
Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Nomor 8 Tahun
2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok maka perlu menetapkan
Peraturan Bupati tentang Pengawasan, Pembinaan dan
Penindakan Kawasan Tanpa Rokok;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan


Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820);
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 199
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3886);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor
109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4235);
4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);
5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan
International Covenant on Economic, Social, and Cultur Right
(Kovenan Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4557);
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);
7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4846);
-2-

8. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas


dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5025);
9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);
10. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5679);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5135);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang
Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa
Produk Tembakau Bagi Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 278, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5380);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6041);
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40 Tahun 2013 tentang
Peta Jalan Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok bagi
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 736);
16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64
Tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan
Sekolah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
1982);
17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 40 Tahun 2016 tentang
Petunjuk Teknis Penggunaan Pajak Rokok untuk Pendanaan
Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 1500);
18. Peraturan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Nomor 8
Tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok (Lembaran Daerah
Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2015 Nomor 8,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Nomor 7);
-3-

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGAWASAN, PEMBINAAN


DAN PENINDAKAN KAWASAN TANPA ROKOK.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara


Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.

3. Bupati adalah Bupati Hulu Sungai Selatan.

4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah Unit
Kerja Pemerintah Daerah yang mempunyai tugas mengelola anggaran dan
barang daerah.

5. Kawasan Tanpa Rokok yang selanjutnya disingkat KTR adalah ruangan atau
area yang dinyatakan dilarang untuk perbuatan / kegiatan merokok atau
perbuatan / kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau
mempromosikan produk tembakau.

6. Tempat Khusus merokok adalah ruangan atau area yang dikhususkan untuk
perbuatan / kegiatan merokok yang berhubungan langsung dengan udara
luar.

7. Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk


dibakar, dihisap, dan/atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih,
cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum,
Nicotiana Rustica dan species lainnya atau sintetisnya yang asapnya
mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2

Penetapan Peraturan Bupati ini dimaksudkan untuk:


a. Menegakkan Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok; dan
b. Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk berperilaku sehat.
-4-

Pasal 3
Tujuan dari penetapan Peraturan Bupati ini adalah :
a. Memberikan perlindungan dari bahaya asap rokok bagi perokok aktif
dan/atau perokok pasif;
b. Memberikan ruang dan lingkungan yang bersih, sehat serta bebas dari asap
rokok bagi masyarakat;
c. Melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk
merokok baik langsung maupun tidak langsung;
d. Memenuhi rasa aman dan nyaman warga;
e. Menghilangkan kebiasaan merokok bagi masyarakat dan mencegah perokok
pemula; dan
f. Menekan pengeluaran biaya untuk berobat karena sakit.

BAB III
PENGAWASAN, PEMBINAAN, DAN PENINDAKAN
Pasal 4
(1) Bupati atau Satuan Kerja Perangkat Daerah yang mempunyai tugas pokok
dan fungsi sesuai dengan tempat yang dinyatakan sebagai Kawasan Tanpa
Rokok melakukan pengawasan, pembinaan, dan penindakan terhadap
penataan dan pengelolaan KTR.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat berupa pemantauan atas
ketaatan terhadap ketentuan yang berlaku pada Kawasan Tanpa Rokok.
(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Penyebarluasan informasi dan sosialisasi;
b. Koordinasi dan bekerja sama dengan seluruh lembaga pemerintah dan non
pemerintah, elemen organisasi masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat dan
tokoh-tokoh agama dalam upaya melindungi masyarakat dari paparan
asap rokok;
c. Memotivasi dan membangun partisipasi serta gerakan masyarakat untuk
hidup sehat tanpa asap rokok; dan
d. Menindaklanjuti hasil monitoring dan evaluasi implementasi Kawasan
Tanpa Rokok.
(4) SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya dalam urusan kesehatan
melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap fasilitas pelayanan
kesehatan meliputi rumah sakit, rumah bersalin, poliklinik, Puskesmas
dan jaringannya serta tempat praktek kesehatan swasta;
b. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya dalam urusan pendidikan
melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap tempat proses belajar
mengajar meliputi sekolah, perguruan tinggi, balai pendidikan dan
pelatihan, balai latihan kerja, bimbingan belajar dan tempat kursus;
-5-

c. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya dalam urusan taman, ruang
terbuka hijau dan tempat bermain anak melakukan pengawasan dan
pembinaan pada taman, ruang terbuka hijau dan tempat bermain anak;
d. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya dalam urusan perhubungan
melakukan pengawasan dan pembinaan pada halte, terminal angkutan
umum, terminal angkutan barang, stasiun dan pelabuhan serta angkutan
umum meliputi bus umum, taxi, angkutan kota termasuk kendaraan
wisata, bus angkutan anak sekolah, bus angkutan karyawan, angkutan
antar kota, angkutan pedesaan dan angkutan air;
e. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya dalam urusan Olah Raga,
melakukan pengawasan dan pembinaan fasilitas olah raga meliputi
lapangan sepak bola, lapangan basket, lapangan futsal, lapangan
badminton, tempat fitness/kebugaran, lapangan voli, lapangan tenis meja,
lapangan tenis, dan fasilitas olahraga lainnya;
f. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya dalam urusan pariwisata
melakukan pengawasan dan pembinaan tempat umum meliputi hotel,
restoran, tempat hiburan dan tempat wisata;
g. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya dalam urusan perdagangan
melakukan pengawasan dan pembinaan tempat umum meliputi pasar
modern dan pasar tradisional;
h. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya dalam urusan perindustrian
melakukan pengawasan dan pembinaan tempat kerja meliputi tempat
industri dan bengkel; dan
i. SKPD yang tugas pokok dan fungsinya dalam urusan keamanan dan
ketertiban umum (Satuan Polisi Pamong Praja) melakukan pengawasan
dan pembinaan terhadap seluruh Kawasan Tanpa Rokok meliputi fasilitas
pelayanan kesehatan, tempat proses kegiatan belajar mengajar, tempat
anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, fasilitas olah raga, tempat
kerja, tempat umum dan tempat lain.
(5) Kepala SKPD/Unit Kerja di lingkungan Pemerintah Daerah melakukan
pengawasan dan pembinaan di masing-masing tempat kerja yang menjadi
tanggung jawabnya.
(6) Dalam melakukan pengawasan dan pembinaan, Kepala SKPD melaksanakan
prinsip-prinsip koordinasi.
(7) Dalam hal pengawasan, pembinaan dan penindakan terhadap :
a. tempat ibadah dilakukan oleh Kementerian Agama Kabupaten Hulu
Sungai Selatan; dan
b. tempat pendidikan yang berada di lingkungan Kementerian Agama
dilakukan oleh Kementerian Agama Hulu Sungai Selatan
(8) Format laporan hasil pengawasan dan pembinaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Pasal 5

Pengawasan dan pembinaan untuk mewujudkan KTR dilaksanakan secara


persuasif dan represif.
-6-

Pasal 6

(1) Dalam rangka mendukung pelaksanaan pengawasan terhadap Kawasan


Tanpa Rokok yang dilakukan oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah,
Bupati membentuk Tim Koordinasi Pengawasan, Pembinaan, dan Penindakan
KTR.
(2) Tim Koordinasi Pengawasan, Pembinaan, dan Penindakan KTR mempunyai
tugas:
a. Menyusun rencana kerja pelaksanaan pengawasan terhadap KTR;
b. Membantu Kepala Dinas Kesehatan dalam menginventarisasi tempat lain
yang belum ditetapkan sebagai KTR;
c. Melaksanakan pengawasan terhadap KTR;
d. Membantu pejabat yang berwenang dalam memproses setiap pelanggaran
yang terjadi pada saat melakukan pemantauan; dan
e. Melaporkan pelaksanaan tugas Tim kepada Bupati.
(3) Hasil pengawasan dan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1) wajib dilaporkan oleh masing-masing SKPD sesuai tugas dan fungsinya
kepada Ketua Tim Koordinasi Pengawasan, Pembinaan, dan Penindakan KTR
Kabupaten Hulu Sungai Selatan sesuai dengan rencana kerja.
(4) Selanjutnya Ketua Tim Koordinasi Pengawasan, Pembinaan, dan Penindakan
KTR Kabupaten Hulu Sungai Selatan melaporkan hasil pengawasan,
pembinaan, dan penindakan KTR kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
(5) Format laporan hasil pengawasan, pembinaan dan penindakan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Pasal 7
(1) Pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR melakukan inspeksi
dan pengawasan di KTR yang menjadi tanggung jawabnya.
(2) Pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR harus melaporkan
hasil inspeksi dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada
SKPD terkait sesuai dengan rencana kerja yang selanjutnya dilaporkan
kepada Ketua Tim Koordinasi Pengawasan, Pembinaan, dan Penindakan KTR
Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
(3) Pelaksanaan pengawasan dan pembinaan harus mengacu pada form atau
lembar pengawasan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

BAB IV
KEWAJIBAN PIMPINAN ATAU PENANGGUNG JAWAB KAWASAN TANPA ROKOK
Bagian Kesatu
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pasal 8
(1) Setiap pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan wajib melarang setiap pasien, pengunjung, tenaga
kesehatan, tenaga non medis atau setiap orang yang berada di area fasilitas
-7-
kesehatan yang menjadi tanggung jawabnya untuk melakukan perbuatan
atau perbuatan / kegiatan:
a. Merokok;
b. Memproduksi atau membuat rokok;
c. Menjual rokok; dan/atau
d. Menyelenggarakan/mempromosikan iklan rokok.
(2) Setiap pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan wajib memberikan teguran, peringatan dan/atau
mengambil tindakan kepada setiap pasien, pengunjung, tenaga kesehatan,
tenaga non medis atau setiap orang yang berada di area fasilitas kesehatan
yang menjadi tanggung jawabnya, apabila terbukti melakukan perbuatan
atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1).
(3) Tindakan yang dapat dilakukan oleh pengelola, pimpinan dan/atau
penanggung jawab KTR pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) antara lain:
a. Melakukan tindakan berupa teguran sampai pada tindakan pengusiran
dari area fasilitas pelayanan kesehatan yang menjadi tanggung jawabnya;
b. Memberikan sanksi administrasi kepada tenaga kesehatan dan tenaga non
medis sesuai dengan kebijakan di lingkungan fasilitas kesehatan yang
bersangkutan; dan/atau
c. Meminta bantuan kepada aparat yang berwenang.
(4) Setiap pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan wajib membuat dan memasang tanda/ petunjuk/
peringatan larangan merokok.

Bagian Kedua
Tempat Proses Kegiatan Belajar Mengajar
Pasal 9
(1) Setiap pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR pada Tempat
Proses Kegiatan Belajar Mengajar wajib melarang setiap atau setiap orang
yang berada di area Proses Kegiatan Belajar Mengajar yang menjadi tanggung
jawabnya untuk melakukan perbuatan atau perbuatan / kegiatan:
a. Merokok;
b. Memproduksi atau membuat rokok;
c. Menjual rokok; dan/atau
d. Menyelenggarakan/mempromosikan iklan rokok.
(2) Setiap pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR pada area
Proses Kegiatan Belajar Mengajar wajib memberikan teguran, peringatan
dan/atau mengambil tindakan kepada setiap orang yang berada di area yang
menjadi tanggung jawabnya, apabila terbukti melakukan perbuatan /
kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
-8-

(3) Tindakan yang dapat dilakukan oleh pengelola, pimpinan dan/atau


penanggung jawab KTR pada area Proses Kegiatan Belajar Mengajar
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antara lain:
a. Melakukan tindakan berupa teguran sampai pada tindakan pengusiran
dari area yang menjadi tanggungjawabnya;
b. Memberikan sanksi administrasi kepada tenaga pengajar dan tenaga
administratif lainnya sesuai dengan kebijakan yang berlaku di lingkungan
area Proses Kegiatan Belajar Mengajar; dan/ atau
c. Meminta bantuan kepada aparat yang berwenang.
(4) Setiap Pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR pada area
Proses Kegiatan Belajar Mengajar wajib membuat dan memasang
tanda/petunjuk/peringatan larangan merokok.

Bagian Ketiga
Tempat Anak Bermain
Pasal 10
(1) Setiap pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR pada Taman,
Ruang Terbuka Hijau dan Tempat Anak Bermain wajib melarang setiap atau
setiap orang yang berada di area tempat anak bermain yang menjadi tanggung
jawabnya untuk melakukan perbuatan atau perbuatan / kegiatan:

a. Merokok;

b. Memproduksi atau membuat rokok;

c. Menjual rokok; dan atau

d. Menyelenggarakan/mempromosikan iklan rokok.

(2) Setiap pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR pada Taman,
Ruang Terbuka Hijau dan Tempat Anak Bermain wajib memberikan teguran,
peringatan dan/atau mengambil tindakan kepada setiap orang yang berada
di area Taman, Ruang Terbuka Hijau dan Tempat Anak Bermain yang menjadi
tanggung jawabnya, apabila terbukti melakukan perbuatan / kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

(3) Tindakan yang dapat dilakukan oleh pengelola, pimpinan dan/atau


penanggung jawab KTR pada Taman, Ruang Terbuka Hijau dan Tempat Anak
Bermain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antara lain:

a. Melakukan tindakan berupa teguran sampai pada tindakan pengusiran


dari area yang menjadi tanggungjawabnya; dan/atau

b. Meminta bantuan kepada aparat yang berwenang.

(4) Setiap Pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR pada Taman,
Ruang Terbuka Hijau dan Tempat Anak Bermain wajib membuat dan
memasang tanda/petunjuk/peringatan larangan merokok.
-9-

Bagian Keempat
Tempat Ibadah
Pasal 11
(1) Setiap pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR pada Tempat
Ibadah wajib melarang jemaah atau setiap orang yang berada di Tempat
Ibadah yang menjadi tanggung jawabnya untuk melakukan perbuatan atau
kegiatan:
a. Merokok;
b. Memproduksi atau membuat rokok;
c. Menjual rokok; dan/atau
d. Menyelenggarakan/mempromosikan iklan rokok.
(2) Setiap pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR pada Tempat
Ibadah wajib memberikan teguran, peringatan dan/atau mengambil tindakan
kepada jemaah atau setiap orang yang berada di Tempat Ibadah yang menjadi
tanggung jawabnya, apabila terbukti melakukan perbuatan / kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(3) Tindakan yang dapat dilakukan oleh pengelola, pimpinan dan/atau
penanggung jawab KTR pada Tempat Ibadah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) antara lain:
a. Melakukan tindakan berupa teguran sampai pada tindakan pengusiran
dari area yang menjadi tanggungjawabnya; dan/atau
b. Meminta bantuan kepada aparat yang berwenang.
(4) Setiap pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR pada Tempat
Ibadah wajib membuat dan memasang tanda/petunjuk/peringatan larangan
merokok.

Bagian Kelima
Angkutan Umum
Pasal 12
(1) Setiap pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR pada
lingkungan fasilitas perhubungan melarang setiap orang yang berada di
fasilitas perhubungan yang menjadi tanggungjawabnya untuk melakukan
perbuatan / kegiatan:
a. Merokok;
b. Memproduksi atau membuat rokok;
c. Menjual rokok; dan/atau
d. Menyelenggarakan/mempromosikan iklan rokok.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud ayat (1) berlaku juga bagi pengemudi,
kondektur dan penumpang angkutan umum pada saat berada dalam
kendaraan.
- 10 -
(3) Pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR wajib memberikan
teguran dan peringatan kepada setiap orang yang berada dalam angkutan
umum dan pada fasilitas perhubungan lainnya, apabila terbukti melakukan
perbuatan / kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(4) Setiap pengemudi dan/atau kondektur wajib membuat dan memasang
tanda/petunjuk/peringatan larangan merokok didalam angkutan umumnya.

Bagian Keenam
Fasilitas Olahraga
Pasal 13
(1) Setiap pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab pada Fasilitas Olah
Raga wajib melarang setiap atau setiap orang yang berada di area Fasilitas
Olah Raga yang menjadi tanggung jawabnya untuk melakukan perbuatan /
kegiatan:
a. Merokok kecuali di tempat khusus yang disediakan untuk merokok;
b. Memproduksi atau membuat rokok;
c. Menjual rokok; dan atau
d. Menyelenggarakan/mempromosikan iklan rokok.
(2) Setiap pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab pada Fasilitas Olah
Raga wajib memberikan teguran, peringatan dan/atau mengambil tindakan
kepada setiap orang yang berada di area Fasilitas Olah Raga yang menjadi
tanggung jawabnya, apabila terbukti melakukan perbuatan / kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1).
(3) Setiap pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab pada Fasilitas Olah
Raga wajib menyediakan tempat khusus untuk merokok.
(4) Tindakan yang dapat dilakukan oleh pengelola, pimpinan dan/atau
penanggung jawab pada Fasilitas Olah Raga sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) antara lain:
a. Melakukan tindakan berupa teguran sampai pada tindakan pengusiran
dari area yang menjadi tanggungjawabnya; dan/atau
b. Meminta bantuan kepada aparat yang berwenang.
(5) Setiap Pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab pada Fasilitas Olah
Raga wajib membuat dan memasang tanda/petunjuk/peringatan larangan
merokok dan tanda/petunjuk ruangan boleh merokok.

Bagian Ketujuh
Tempat Kerja
Pasal 14
(1) Setiap pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab pada Tempat Kerja
yang meliputi perkantoran pemerintah baik sipil maupun TNI dan POLRI
wajib melarang staf, karyawan dan/atau pegawainya atau setiap orang yang
berada di area yang menjadi tanggung jawabnya untuk melakukan
perbuatan/ kegiatan:
- 11 -

a. Merokok kecuali di tempat khusus yang disediakan untuk merokok;


b. Memproduksi atau membuat rokok;
c. Menjual rokok; dan/atau
d. Menyelenggarakan/mempromosikan iklan rokok.
(2) Setiap pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab pada Tempat Kerja
wajib memberikan teguran, peringatan dan/atau mengambil tindakan kepada
setiap staf, karyawan dan/atau pegawainya atau setiap orang yang berada di
area Tempat Kerja yang menjadi tanggung jawabnya, apabila terbukti
melakukan perbuatan / kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(3) Setiap pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab pada Tempat Kerja
wajib menyediakan tempat khusus untuk merokok.
(4) Tindakan yang dapat dilakukan oleh pengelola, pimpinan dan/atau
penanggung jawab KTR pada Tempat Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) antara lain:
a. Melakukan tindakan berupa teguran sampai pada tindakan pengusiran
dari area yang menjadi tanggungjawabnya
b. Memberikan sanksi administrasi kepada setiap staf, karyawan dan/atau
pegawainya sesuai dengan kebijakan yang berlaku di lingkungan tempat
kerja;
c. Meminta bantuan kepada aparat yang berwenang.
(5) Setiap pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab pada tempat kerja
wajib membuat dan memasang tanda/petunjuk/peringatan larangan
merokok dan tanda/petunjuk ruangan boleh merokok.

Bagian Kedelapan
Tempat Umum
Pasal 15
(1) Setiap pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR pada Tempat
Umum wajib melarang setiap atau setiap orang yang berada di area yang
menjadi tanggung jawabnya untuk melakukan perbuatan / kegiatan:
a. Merokok;
b. Memproduksi atau membuat rokok;
c. Menjual rokok; dan/atau
d. Menyelenggarakan/mempromosikan iklan rokok.
(2) Setiap pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR pada Tempat
Umum wajib memberikan teguran, peringatan dan/atau mengambil tindakan
kepada setiap orang yang berada di area Tempat Tempat Umum yang menjadi
tanggung jawabnya, apabila terbukti melakukan perbuatan / kegiatan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(3) Tindakan yang dapat dilakukan oleh pengelola, pimpinan dan/atau
penanggung jawab KTR pada Tempat Umum sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) antara lain:
- 12 -
a. Melakukan tindakan berupa teguran sampai pada tindakan pengusiran
dari area yang menjadi tanggung jawabnya;
b. Meminta bantuan kepada aparat yang berwenang.
(4) Setiap Pengelola, pimpinan dan/atau penanggung jawab KTR pada Tempat
Umum wajib membuat dan memasang tanda/petunjuk/peringatan larangan
merokok.

BAB V

TANDA/PETUNJUK/PERINGATAN LARANGAN MEROKOK DAN


TANDA/PETUNJUK/PERINGATAN RUANGAN BOLEH MEROKOK SERTA TATA
CARA PEMASANGANNYA
Pasal 16
(1) Tanda/petunjuk/peringatan larangan merokok harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut :
a. Ukuran : lebih dari atau sama dengan 20 x 30 cm;
b. Warna : mencolok, sehingga mudah dilihat orang;
c. Materi :
1. Terdapat tulisan “DILARANG MEROKOK” dan “NO SMOKING”;
2. Terdapat gambar/simbol rokok menyala dicoret di dalam lingkaran
berwarna merah;
3. Mencantumkan sanksi bagi si pelanggar serta dasar hukumnya.
(2) Tanda/petunjuk/peringatan larangan merokok harus dipasang pada tempat
yang strategis dan mudah dilihat orang, yang jumlahnya disesuaikan dengan
luas ruangan.
(3) Contoh tanda/petunjuk/peringatan larangan merokok adalah sebagaimana
dalam Lampiran III Peraturan Bupati ini.

Pasal 17
(1) Tanda/petunjuk ruangan boleh merokok harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
a. Ukuran : lebih dari atau sama dengan 20 x 30 cm;
b. Warna : mencolok, sehingga mudah dilihat orang;
c. Materi :
1. Terdapat tulisan “RUANGAN MEROKOK” dan “SMOKING ROOM”;
2. Terdapat gambar/simbol rokok menyala di dalam lingkaran berwarna
biru;
(2) Tanda/petunjuk ruangan boleh merokok harus dipasang pada tempat yang
strategis dan mudah dilihat orang, yang jumlahnya disesuaikan dengan luas
ruangan.
(3) Contoh tanda/petunjuk ruangan boleh merokok adalah sebagaimana
dinyatakan dalam Lampiran IV Peraturan Bupati ini.
- 13 -

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 18

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini


dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

Ditetapkan di Kandangan
pada tanggal 2 Januari 2018
BUPATI HULU SUNGAI SELATAN,

TTD
ACHMAD FIKRY

Diundangkan di Kandangan
pada tanggal 2 Januari 2018
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

TTD
MUHAMMAD IDEHAM

BERITA DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2018


NOMOR 1
- 14 -

LAMPIRAN I
PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN
NOMOR 1 TAHUN 2018
TENTANG
PENGAWASAN, PEMBINAAN, DAN PENINDAKAN
KAWASAN TANPA ROKOK

FORMAT LAPORAN HASIL PENGAWASAN DAN PEMBINAAN :

LAPORAN HASIL PENGAWASAN DAN PEMBINAAN

No Nama Pelanggar KTR Identitas Pelanggar Nama Tempat Jenis Waktu Tindakan Yang
(KTP/SIM/Identitas Lain) Pelanggaran Pelanggaran Pelanggaran Diambil

Pengelola/Pimpinan/Penanggung Jawab KTR

…………………………………

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN,

TTD
ACHMAD FIKRY
- 15 -

LAMPIRAN II
PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN
NOMOR 1 TAHUN 2018
TENTANG
PENGAWASAN, PEMBINAAN, DAN PENINDAKAN
KAWASAN TANPA ROKOK

FORMAT LAPORAN HASIL PENGAWASAN, PEMBINAAN DAN PENINDAKAN KAWASAN TANPA ROKOK :

LAPORAN HASIL PENGAWASAN, PEMBINAAN DAN PENINDAKAN KAWASAN TANPA ROKOK

Nama Institusi : Tanggal dan Jam Kunjungan :


No Indikator Gedung 1 Gedung 2 Gedung 3 Gedung 4 Gedung 5 Sebutkan lokasi di dalam
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak gedung yang diperiksa: lobi,
ruang kerja, kamar kecil, dll
1. Ditemukan orang merokok di dalam gedung
2. Ditemukan ruang khusus merokok dalam gedung
3. Ditemukan tanda dilarang merokok di semua pintu masuk
4. Tercium bau asap rokok
5. Ditemukan asbak dan korek api di dalam gedung
6. Ditemukan puntung rokok di dalam gedung
7. Ditemukan indikasi kerjasama dengan industry tembakau dalam
bentuk sponsor, promosi, iklan rokok
8. Ditemukan penjualan rokok dilingkungan gedung Kawasan Tanpa
Rokok

Pertanyaan untuk Pengelola/Pimpinan/Penanggung Jawab KTR

1. Apakah anda tahu tentang kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Kabupaten HSS? 1. Ya 2. Tidak
2. Apakah anda mendukung dan melaksanakan kebijakan KTR? 1. Ya 2. Tidak
3. Apakah anda tahu bahwa akan terkena sanksi jika tidak melaksanakan kebijakan KTR? 1. Ya 2. Tidak
- 16 -

4. Kendala apa saja yang anda hadapi ketika melaksanakan kebijakan KTR di tempat anda?
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………

5. Solusi apa saja yang dilakukan?


……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………….

Petugas Inspeksi, Pengelola/Pimpinan/Penanggung Jawab KTR,

……………………………… ………………………………..

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN,

TTD
ACHMAD FIKRY
- 17 -

LAMPIRAN III
PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN
NOMOR 1 TAHUN 2018
TENTANG
PENGAWASAN, PEMBINAAN, DAN PENINDAKAN
KAWASAN TANPA ROKOK DI KABUPATEN HULU
SUNGAI SELATAN

TANDA/PETUNJUK/PERINGATAN LARANGAN MEROKOK

≥30 cm

DILARANG MEROKOK
(NO SMOKING)
PELANGGARAN ATAS LARANGAN INI DIKENAKAN SANKSI PIDANA
KURUNGAN PALING LAMA 3 (TIGA) HARI ATAU DENDA PALING BANYAK
Rp. 1.000.000,- (SATU JUTA RUPIAH)

DASAR : PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN


NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

≥ 20 cm

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN,

TTD
ACHMAD FIKRY
- 18 -

LAMPIRAN IV
PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN
NOMOR 1 TAHUN 2018
TENTANG
PENGAWASAN, PEMBINAAN, DAN
PENINDAKAN KAWASAN TANPA ROKOK DI
KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

TANDA/PETUNJUK TEMPAT/RUANGAN BOLEH MEROKOK

≥ 30 cm

RUANG MEROKOK
(SMOKING ROOM)

≥ 20 cm

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN,

TTD
ACHMAD FIKRY

Anda mungkin juga menyukai