Anda di halaman 1dari 5

A.

Latar belakang
Kebakaran adalah api yang tidak dikehendaki dan dapat terjadi kapan saja dan dimana saja.
Dari data Pusat Laboratorium Fisika Forensik Mabes Polri tahun 1990 – 2001, menunjukkan
adalah bahwa 20 % dari kejadian kebakaran berakibat habis total dan kemungkinan terjadi di
tempat kerja adalah yang terbesar, selain itu fakta lapangan yang dapat dijadikan sebagai
referensi bahwa ada dua factor penyebab yang menonjol, yaitu; Api terbuka dan Listrik.

B. Dasar Hukum Pengawasan K3 Penanggulangan Kebakaran


Ketentuan pokok yang berkaitan dengan dengan K3 penanggulangan kebakaran adalah
Undang-undang No.1 Tahun 1970. Beberapa hal yang mendasar adalah sebagai berikut;
1. Tujuan K3 pada umumnya termasuk masalah penanggulangan kebakaran
2. Syarat-syarat K3 penanggulangan kebakaran sesuai ketentuan pasal 3 ayat (1) huruf b,d,q
dalam undang-undang No.1 tahun 1970, mencegah
3. Pasal 9 ayat (3), mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan penanggulangan
kebakaran.

C. Pengertian Pengawasan K3 Penanggulangan Kebakaran


Pengawasan dapat diartikan sebagai suatu aktifitas untuk menilai kesesuaian persyaratan
yang telah ditentukan, dalam hal ini persyaratan K3 penanggulangan kebakaran. Asas
pengawasan K3 dasarnya adalah pembinaan, sebagaimana Undang-undang no.1 tahun 1970
pasal 4. Undang-undang no.14 tahun 1969, pembinaan mencakup; pembentukan, penerapan,
pengawasan.
Mencegah kebakaran adalah segala upaya untuk menghindarkan terjadinya kebakaran.
Resiko kebakaran adalah perkiraan tingkat keparahan apabila terjadi kebakaran, terdapat 3
faktor;
1. Tingkat kemudahan terbakarnya (Flammability)
2. Jumlah dan kondisi bahan yang mudah terbakar tersebut
3. Tingkat paparan dan besaran nilai objek yang terancam
Penyebaran panas dapat melalui radiasi, konveksi dan konduksi. Biasanya suatu kebakaran
akan meninggalkan sisa asap yang mengandung karbon dioksida (CO2) dan uap air (H2O)
dan menjadi pembunuh utama.

D. Ruang Lingkup Pengawasan K3 Penanggulangan Kebakaran


1. Identifikasi potensi bahaya (Fire hazard identification)
Identifikasi terhadap sumber-sumber potensi bahaya kebakaran.
2. Analisa Resiko (Fire risk assessment)
Pembobotan terhadap tingkat resiko dari potensi bahaya yang telah diidentifikasi
3. Sarana proteksi kebakaran aktif
Yaitu alat atau instalasi yang disiapkan untuk mendeteksi dan memadamkan kebakaran,
missal; detector, springkler, hydrant dll
4. Sarana proteksi kebakaran pasif
Yaitu berupa alat, sarana atau metode pengendalian penyebaran kebakaran, missal dengan
pemilihan bahan-bahan bangunan yang tahan api.
E. Fenomena Kebakaran
1. Fenomena kebakaran
Gejala pada setiap tahapan mula awal terjadinya penyalaan sampai kebakaran padam,
meliputi;
a. Source energy
b. Initiation
c. Growth
d. Flashover
e. Steady/full development fire
f. Decay
2. Teori dan anatomi api
a. Teori api adalah suatu fenomena yang dapat diamati gejalanya, yaitu adanya cahaya dan
panas dari suatu bahan yang sedang terbakar.
b. Teori segitiga api, Unsur pokok terjadinya api pada teori klasik adalah segitiga api (triangle
of fire), bahwa harus ada ketiga unsur untuk terjadinya api, yaitu; oksigen, panas, bahan
bakar, jadi dengan teori ini apabila salah satu unsur tidak terpenuhi maka tidak akan timbul
nyala api.
c. Teori piramida bidang empat, seperti halnya segitiga api tetapi ada 1 unsur tambahan yaitu,
reaksi kimia dari proses pembakaran, dan reaksi tersebut adalah reaksi rantai panjang
(Tetrahedrone of fire)
3. Prinsip teknik memadamkan api
Terdapat tiga (3) pemahaman penting;
– Pemahaman pertama; berdasarkan teori segitiga api ada 3 elemen pokok, yaitu; bahan
bakar, oksigen, dan panas
– Pemahaman kedua; dari ketiga elemen dalam segitiga api, adanya besaran fisika, yaitu;
Flash point, flammable range, fire point, Ignition point
– Pemahaman ketiga; pada teori tetrahedrone of fire ada elemen ke empat yaitu reaksi
kimia/radikal bebas yang mempunyai peranan besar dalam proses berlangsung api
Dari pemahaman teori tersebut diatas, teknik memadamkan api dapat dilakukan dengan cara;
– Prinsip mendinginkan (cooling), missal; menyemprotkan air
– Prinsip menutup bahan yang terbakar (Starvation), mis;menutup dengan busa
– Prinsip mengurangi oksigen (Dilution), missal menyemprot gas CO2.
– Prinsip memutus rantai reaksi dengan media kimia.

4. Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran di Indonesia mengacu pada standar NFPA, yang dimuat dalam
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, kelas tersebut adalah;
Kelas A : Bahan padat kecuali logam, seperti; kayu,kertas dl
Kelas B : Bahan cair dan gas, mis; bensin, solar, kimia
Kelas C : Peralatan listrik yang bertegangan
Kelas D : Bahan logam, mis; magnesium, alumunium.
5. Jenis-jenis media pemadam kebakaran
Dewasa ini pemadam jenis halon sudah dilarang karena mempunyai efek terhadap kesehatan
manusia. Pada dasarnya semua media pemadam kebakaran harus mempunyai kinerja tinggi
dan cepat terhadap usaha pemadaman kebakaran. Jenis media yang lazim digunakan, antara
lain; busa, bubuk kimia kering, air, gas CO2.

F. Sistem Proteksi Kebakaran


1. Konsep system proteksi kebakaran
– Sarana proteksi aktif
– Sarana proteksi pasif
– Fire safety manajemen
2. Sistem deteksi dan alarm kebakaran : dapat berupa detector dan alarm
3. Alat pemadam api ringan (APAR)
Direncanakan untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Syarat jenis media
pemadam, penempatan dan kelas kebakaran maupun berat minimum harus mengikuti
peraturan yang telah ditentukan.
4. Hidrant
Adalah instalasi pemadam kebakaran yang dipasang permanent berupa jaringan pipa berisi
air bertekanan terus menerus dan siap digunakan. Komponen utamanya adalah;
– Persediaan air yang cukup
– Sistem pompa yang handal
– Sambungan untuk mensuplai air dari mobil kebakaran
– Jaringan pipa yang cukup
– Slang dan noozle yang cukup
Perencanaan instalasi hydrant harus memenuhi ketentuan-ketentuan standar yang berlaku.
5. Springkler
Adalah instalasi pemadam kebakaran yang dipasang secara permanent untuk melindungi
bangunan dari bahaya kebakaran yang bekerja secara otomatis memancarkan air melalui
kepala sprinkler yang akan pecah gelas kacanya pada suhu tertentu. Komponen utama
sprinkler adalah;
– Persediaan air
– Pompa
– Siamese connection
– Jaringan pipa
– Kepala sprinkler

6. Sarana Evakuasi
Evakuasi adalah usaha menyelamatkan diri sendiri dari tempat berbahaya menuju tempat
aman. Sarana evakuasi adalah sarana dalam bentuk konstruksi untuk digunakan untuk
evakuasi
7. Kompartemensi, : melakukan pengendalian kebakaran melalui tata ruang suatu bangunan
8. Sistem pengendalian asap dan panas
Asap dan panas pada saat kebakaran adalah merupakan produk yang sangat membahayakan
bagi manusia, oleh karena itu perlu diperhitungkan pengendalian asap dan panas dengan
pembuatan jalur atau cerobong tegak.
9. Pressurized fan
Digunakan untuk meemcah konsentrasi gas dan uap yang terbakar berada dibawah flammable
range, sehingga terhindar dari resiko penyalaan
10. Tempat penimbunan bahan cair atau gas mudah terbakar.
Tempat penimbunan harus diletakkan diluar bangunan dengan jarak tertentu dari bangunan
lainnya. Persediaan bahan bakar cadangan dalam ruangan harus dibatasi maksimal 20 liter
dengan tempat yang tidak mudah terbakar.

G. Manajemen Penanggulangan Kebakaran


Konsep manajemen penanggulangan kebakaran;
a. Pre Fire Control
– Identifikasi potensi bahaya kebakaran
– Identifikasi tingkat ancaman bahaya kebakaran
– Identifikasi scenario
– Perencanaan tanggap darurat
– Perencanaan system proteksi kebakaran
– Pelatihan
a. In Case Fire Control
– Deteksi alarm
– Padamkan
– Lokalisir
– Evakuasi
– Rescue
– Amankan
c. Post Fire Control
Setiap terjadi kebakaran baik besar maupun kecil, termasuk hampir terbakar harus dilakukan
langkah; Investigasi, analisis, rekomendasi, rehabilitasi
Penerapan manajemen K3, mencakup 3 pendekatan;
– Pendekatan hukum
– Pendekatan ekonomi
– Pendekatan kemanusiaan

H. Sistem Tanggap Darurat


Keadaan darurat adalah situasi/kondisi/kejadian yang tidak normal, cirinya adalah;
1.Terjadi tiba-tiba
2.Mengganggu kegiatan
3. Perlu segera ditanggulangi
Jenis-jenis keadaan darurat;
1. Natural hazard (Bencana alamiah);
– Banjir
– Kekeringan
– Angin Topan
– Gempa
– Petir
2. Technological Hazard (Kegagalan teknis)
– Pemadaman listrik
– Bendungan jebol
– Kebocoran Nuklir
– Peristiwa kebakaran/peledakan
– Kecelakaan kerja/lalu lintas
– Perang
– dll
Keadaan darurat kebakaran, bahwa jika terjadi dalam suatu bangunan, maka seluruh
komponen dalam bangunan tersebut akan terlibat, termasuk manusia, Semua orang akan
merasa terancam dan ingin menyelamatkan diri masing-masing. Ada kalanya yang sudah
keluar dan di tempat aman akan masuk kembali karena suatu alas an. Terlebih jika ada orang
diluar penghuni bangunan tersebut akan lebih panic lagi.
Mengatasi situasi panic dapat dilakukan dengan latihan secara teratur. Dalam pelaksanaan
harus ada scenario baku dan diulang-ulang. Sistem tanggap darurat penanggulangan
kebakaran tertuang dalam buku panduan yang berisikan siapa berbuat apa dan dikerjakan
oleh tim yang melibatkan semua unsur manajemen.
Tahapan perencanaan keadaan darurat, sbb;
1. Identifikasi bahaya dan penaksiran resiko
2. Penakaran sumber daya yang dimiliki
3. Tinjau ulang rencana yang telah ada
4. Tentukan tujuan dan lingkup
5. Pilih tipe perencanaan yang akan dibuat
6. Tentukan tugas-tugas dan tanggung jawab
7. Tentukan konsep operasi
8. Tulis dan perbaiki

I. Pemeriksaan dan Pengujian Sistem Proteksi Kebakaran


Instruksi Kepmenaker No. Inst 11/M/BW/1997, memuat perintah kepada jajaran pengawasan
K3 penanggulangan kebakaran dengan dilengkapi petunjuk teknis dan formulir contoh bentuk
surat laporan pemeriksaan pengujian serta bentuk pengesahannya.
Kegiatan secara teknis hanya dapat dilakukan oleh pegawai pengawas spesialis, namun
semua pegawai pengawas minimal mengetahui prosedur secara administratifnya.

Anda mungkin juga menyukai