Anda di halaman 1dari 53

1

SKENARIO 1

PEMERIKSAAN KEHAMILAN

Seorang perempuan datang ke dokter untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, saat


Anamnesis dokter menanyakan haid terakhir pasien untuk menentukan terjadinya fertilisasi.
Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter mengatakan bahwa usia kehamilan pasien adalah 5
minggu, kemudian dokter menjelaskan bahwa usia kehamilan 5 minggu adalah tahap
perkembangan embrio.

STEP 1

1. Fertilisasi : - KBBI : Pembuahan


- Proses Peleburan dua sel gamet yaitu sel sperma dan sel
telur yang berupa nucleus untuk membentuk sel tunggal
2. Embrio : - KBBI : Bakal Anak
- Perkembangan organisme dari awal sampai minggu ke-8
3. Anamnesis : Proses keterangan tentang hidup pasien melalui wawancara
mengenal riwayat sakit pasien dan penyakitnya pada masa lalu.
4. Haid : Proses keluarnya darah dari vagina terjadi akibat siklus
bulanan pada wanita terjadi secara berkala dipengaruhi oleh hormon.

STEP 2

1. Bagaimana proses Fertilisasi ?


2. Tahap perkembangan Embrio ?
3. Bagaimana Cara mengetahui usia kehamilan usia kehamilan ? dan apakah selalu
berhubungan dengan haid terakhir ?

STEP 3

1. - Ovulasi

-Sel telur di tuba Falofi

-Peningkatan Hormon FSH dan LH

-Implantasi

-Muncul Hcb
2

-Penetrasi dibagian Corona Radiata

-Penetrasi di bagian Zona Pelasida

-Penyatuan Sperma dan Ovum

2. Fase Morula

Fase Blastula

Fase Gastrula

3. Metode HPHT

Fase Menstruasi

Teknik TFU

STEP 4

1. Ovulasi : Proses keluarnya sel telur dari ovarium dipengaruhi hormon FSH, sel telur
keluar dari ovarium berpindah ke tuba falopi dan hanya bertahan 24 jam jika tidak ada
sperma yang masuk dalam waktu 24 jam maka kehamilan tidak akan terjadi.
Ovulasi akan menuju Tuba Falopi jika dibuahi
1. Penembusan Corona Radiata
2. Penembusan Zona Pelusida
3. Penyatuan Koloid dan membrane plasma.

Akrosom dikeluarkan setelah menembus Zona pelusida

1. Sperma bergerak dengan ekornya dibantu dinding rahim dan tuba falopi
untuk membuahi sel telur
2. Penyatuan koloid dan membrane plasma terjadi setelah akrosom
dikeluarkan menuju zona pelusida.

2. Morula : Bentuk sel yang seperti bola dihasilkan dari pembelahan sel terus
menerus.

Blastula : Pembelahan Sel terus terjadi sampai bentuk embrio

Gastrula : Sudah ada lapisan dinding, rongga tubuh lekukan tubuh


3

Organogenesis : Struktur dan fungsi menjadi lebih spesifik seperti pembentukan


Eksoderm, Mesoderm, Endoderm
1. Geminal : 2 minggu pertama
2. Embrionik : 2-8 minggu setelah konsepsi
3. Fetal : 3-7 bulan
4. USG, TFU, Fase Menstruasi

MIND MAP

SEL PERKEMBANGAN
FERTILISASI EMBRIO

1. ZYGOT
1. DEFINISI 2. MORULA
2. STRUKTUR DAN 3. BLASTULA
FUNGSI 4. GASTRULA
3. SIKLUS 5. ORGANOGENESIS
4. PEMBELAHAN
5. SIKLUS
6. KOMUNIKASI PROSES FERTILISASI
FERTILISASI
ANTAR SEL

1. DEFINISI
2. BENTUK DAN STRUKTUR
SEL OVUM DAN SPERMA
3. FUNGSI SEL OVUM DAN
SPERMA
4. PROSES
4

STEP 5

1. SEL ( Definisi, Siklus , Fungsi , Struktur , Pembuahan Sel , Perbedaan Mitosis


Meoisis, Komunikasi Antar Sel )
2. Fertilisasi ( Definisi , Bentuk dan Struktur , Fungsi Sel Ovum dan Sperma , Proses
Fertilisasi )
3. Tahap Perkembangan Embrio
4. Cara menentukan Usia Kehamilan

STEP 6

BELAJAR MANDIRI

STEP 7

1 Pengertian Sel
Sel kata latin cella. Berarti ruangan kecil, yang ditemukan oleh Robert Hooke,
pengamatan terhadap sayatan gabus (terdapat ruangan-ruangan kecil yang menyusun
gabus tsb).1

a. Sel merupakan suatu ruangan kecil yang bibatasi oleh membran, yang
didalamnya terdapat cairan (protoplasma).
b. Protoplasma terdiri dari plasma sel (sitoplasma) dan inti sel (nukleus). Di
dalam inti sel terdapat plasma inti atau nukleoplasma.
c. Sel merupakan satuan terkecil makhluk hidup yang dapat melaksanakan
kehidupan (tidak dapat dibagi-bagi lagi). Merupakan unit terkecil penyusun
makhluk hidup (dilihat secara struktural).
Secara fungsional, sel berfungsi untuk menjalankan fungsi kehidupan
(menyelenggarakan kehidupan jika sel-sel penyusunnya berfungsi). Kemudian
membentuk organisme. Sel berkembang biak dengan cara membelah diri (secara
mitosis).
Selain itu sel juga mengandung materi genetik, yaitu materi penentu sifat- sifat
makhluk hidup maka sifat makhluk hidup dapat diwariskan kepada keturunannya.1
5

2 Struktur sel prokariotik (tdk ada membran inti)


a. Mempunyai membran plasma, nukleoid (berupa DNA & RNA), dan sitoplasma
yang mengandung ribosom.
b. tidak memiliki endomembran (membran dalam inti sel): tidak memiliki
mitokondria dan kloroplas, tetapi punya struktur yang
berfungsi sama yaitu mesosom dan kromatofor. Contoh: bakteri dan ganggang
biru.
Bagian-bagian dari sel prokariotik :

a. Dinding sel
1) struktur: tersusun atas:
a) polisakarida
b) lemak
c) protein.
2) fungsi:
a) sebagai pelindung
b) pemberi bentuk tetap
c) terdapat pori-pori sebagai jalan keluar masuknya molekul-molekul.
b. Membran plasma
1) Struktur : tersusun atas molekul lemak dan protein.
2) Fungsi : sebagai pelindung molekuler sel thdp lingkungan sekitar;
mengatur lalu intas molekul dan ion2 dari dan kedalam tubuh.
c. Sitoplasma:
1) Struktur: tersusun atas air, protein, lemak, mineral, dan enzim2.
2) fungsi: - Enzim2, digunkan untuk mencerna makanan ekstraseluler dan
melakukan metabolisme sel.

Gambar 1. Sel Prokariotik


6

d. Mesosom
1) Struktur: terdapat pada membran plasma yang melekuk ke dalam
membentuk organel sel mesosom

2) fungsi:
a) Sebagai penghasil energi;
b) Terdapat enzim2 pernafasan yang berperan dalam reaksi2 oksidasi
untuk menghasilkan energi.
e. Ribosom: Tempat berlangsungnya sintesis protein.
f. DNA (Asam deoksiribonukleat) deoxyribonucleic acid.
1) strukur: merupakan persenyawaan atas gula deoksiribosa, fosfat dan basa-
basa Nitrogen.
2) fungsi: - sebagai pembawa informasi genetik merupakan sifat2 yang akan
diwariskan pada keturunannya.
g. RNA (Asam ribonukleat) ribonucleic acid.
Struktur: merupakan hasil transkripsi (hasil cetakan, hasil kopian) DNA.
fungsi: Membawa kode2 genetik sesuai dengan pesanan DNA.1

3 Struktur Sel Eukariotik (memiliki membran inti):


Memiliki organel-organel bermembran seperti retikulum endoplasma, kompleks
golgi, mikondria, dan lisosom.
Bagian-bagian dari sel eukariotik:
a. Membran plasma:
1) Tersusun dari: molekul lemak (2 lapis; terdapat di bagian tengah membran)

dan protein (luar: protein perifer (protein tepi) menyusun tepi luar &
dalam membran; selain itu ada protein yang menembus ke dalam 2 lapisan
lemak (disebut protein integral).
2) Fungsinya: sangat penting untuk menjaga kehidupan sel.
a) Melindungi isi sel (mempertahankan isi sel);
b) Mengatur keluar masuknya molekul-molekul; (bersifat
semipermeabel / selektif permeabel; berarti hanya zat2 tertentu yang
dapat melewati membran)
7

c) Sebagai reseptor (penerima) rangsangan dari luar sel (bagian sel yang
berfungsi sebagai reseptor adalah glikoprotein); rangsang kimia, mis.
hormon, racun, listrik, mekanik.
b. Sitoplasma
Plasma sel Merupakan: cairan yang berada dalam sel selain nukleoplasma
(plasma inti). Cairannya disebut sitosol, padatannya berupa organel2. Sitosol
tersusun atas: air, protein, asam amino, vitamin, nukleotida, asam lemak, gula, &
ion2. (* Sitosol punya nama lain: matriks sitoplasma).
Padatan sitoplasma terdiri dari organel2: yaitu: ribosom, mitokondria, dan
kompleks Golgi.Dan mempunyai sifat fisik berubah-ubah karena mengandung
protein. Dapat berupa fase sol (cair) & fase gel (gelatin, padat) tergantung kondisi
sel.
1) Fungsi Sitoplasma: Tempat penyimpanan bahan-bahan kimia yg penting
bagi metabolisme sel (enzim-enzim, ion-ion, gula, lemak dan protein)
Terjadi pembongkaran dan penyusunan zat-zat melalui reaksi kimia.
Contoh: Pembentukan energi, sintesis asam lemak, asam amino, protein,
dan nukleotida. Sitoplasma selalu “mengalir” agar metabolisme berjalan
dengan baik.
c. Nukleus
Organel terbesar yang berada di dalam sel Terletak di tengah sel &
berbentuk bulat/oval. Kromosom tersusun atas protein & DNA (berfungsi untuk
menyampaikan informasi genetik dan sintesis protein). RNA berfungsi untuk
sintesis protein saja.
Nukleus terdiri atas:
a) Membran Nukleus, membran luar & dalam Membran luar langsung
berhubungan dengan RE, dan akhirnya ke membran sel.
b) Nukleoplasma,
Disebut juga matriks nukleus (tersusun atas air, protein, ion, enzim, &
asam inti) bersifat gel. Di dalamnya terdapat benang2 kromatin
(benang penyerap warna), pada saat proses mitosis maka benang
kromatin itu tampak memendek dan disebut kromosom (tersusun atas
protein dan DNA). Lalu DNA akan mentranskripsi diri (mengkopi diri)
menjadi RNA dikeluarkan ke sitoplasma.
c) Nukleous.
8

Disebut juga anak inti, terbentuk pada saat terjadi proses transkripsi
(sintesis RNA) di dalam nukleus. Jadi, nukleolus adalah bukan organel
tetap, melainkan suatu tanda bahwa sel sedang melakukan transkripsi
(karena bila proses transkripsi berhenti, maka nukleolus akan
mengecil/menghilang).
Fungsi Nukleus:
a) pengendali seluruh kegiatan sel;
b) pengatur pembelahan sel;

d. Sentriol
Dapat dilihat ketika sel mengadakan pembelahan; pada fase tertentu
dalam hidupnya sentriol memiliki silia/flagela dan hanya ditemui pada sel
hewan.
Cara pembelahan sel: sentriol terletak tegak lurus antarsesamanya,
dekat nukleus; pada pemb. motosis sentriol terbagi menjadi 2, tiap-tiap
bagian menunjukkan kutub sel; maka terbentuklah benang-benang spindel
yang menghubungkan kedua kutub & berfungsi “menarik” kromosm
menuju kutub masing-masing.
e. Retikulum Endoplasma:
1) Letaknya: memusat pada bagian dalam sitoplasma
(endoplasma); maka disebut Retikulum Endoplasma (RE); hanya
pada sel eukariotik.
2) Macam-macam Retikulum Endoplasma:
a) Retikulum Endoplasma kasar; berhadapan
dengan sitoplasma dan ditempeli ribosom
(maka tampak berbintil-bintil);
b) Retikulum endoplasma halus; tidak mengandung ribosom;
9

3) Fungsi Retikulum Endoplasma:


a) menampung protein dihasilkan oleh ribosom (masuk ke dalam
rongga RE) untuk disalurkan pada kompleks golgi dan berakhir
pada sel (Re Kasar);
b) mensintesis lemak dan kolesterol (Retikulum endoplasma
Kasar dan Halus) Menetralkan racun (detoksifikasi) RE dalam
sel-sel hati.
c) Transportasi molekul2 dari bag. yang satu ke bagian yang
lainnya1

Gambar 3. Retikulum Endoplasma

SIKLUS SEL

Siklus sel terbagi menjadi dua fase yaitu :


1. Interfase
Interfase merupakan tahap pertama dari siklus sel. Pada fase ini sel
Sel melakukan berbagai persiapan untuk melakukan pembelahan selanjutnya.
Interfase terbagi menjadi tiga tahap yaitu :
a. Tahap G1 (fase growth/ tahap pertumbuhan)
tahap yang berlangsung selama 9 jam dan termasuk tahap yang paling
aktif. Pada tahap ini, sel mengadakan pertumbuhan dan perkembangan
sehingga bertambah ukuran dan volumenya.
b. Tahap s (fase sintesis)
Fase ini beerlangsung selama 10 jam dan merupakan fase
pembentukan (sinstesis) DNA atau penggandaan kromosom.
c. Tahap G2 (fase growth 2/ fase pertumbuhan 2)
Pada fase ini terjadi proses sintesis protein, dan fase ini sel siap untuk
melakukan pembelahan.2
10

2. Mitosis
Yaitu proses pembelahan satu sel untuk menghasilkan dua sel anak
yang secara genetik identik dengan sel induk. Setiap sel anak menerima
komplemen lengkap 46 kromosom. proses mitosis berlangsung satu kali dalam
empat fase, yaitu :
a. Profase
 Hilangnya nukleus (inti dan nukleous (anak inti).
 benang-benang kromatin berubah menjadi kromosom dan
selanjutnya setiap kromosom membelah menjadi kromatid dengan
1 sentromer.
 Pasangan sentriol yang berada dalam sentrosom berpisah dan
bergerak menuju ke kutub yang berlawanan.
 Benang-benang stindel atau disebut juga dengan serat-serat
gelondong, terbentuk diantara dua kutub pembelahan.2
b. Metafase
Setiap kromosom terdiri atas satu panjang kromatid menuju ketengah
sel dan berkumpul pada bidang ekuator, dan kemudian menggantung pada
benang spindle melalui sentromer.2
c. Anafase
Sentromer dari setiap kromosom membelah sehingga menjadi dua
bagian dengan masing-masing kromatida. Setiap kromatida berpisah dengan
pasangannya dan bergerak menuju ke kutub berlawanan dan pada akhir
anafase semua kromatid sampai pada kutub-kutub maisng-masing.2
d. Telofase
 Kromatida yang berbeda pada kutub berubah kembali menjadi
benag-benang kromatin.
 Dinding inti kembali dan nukleus membentuk dinding baru.
 Benang-benang spindle menghilang.
 Terjadi sitokine (pembelahan setoplasma) menjadi dua bagian
dan terbentuk membran inti sel pemisah ditenagh bidang
ekuator. Hasilnya terbentuklah dua sel anak yang memiliki
kromosom yang sama dengan kromosom induknya.2
11

Gambar 1 fase-fase pembelahan mitosis

PEMBELAHAN SEL
Pembelahan sel adalah suatu proses pembelahan dari sel induk menjadi dua
atau lebih sel anak. Sel induk adalah sel yang membelah, sedangkan hasil dari
pembelahan sel induk disebut dengan sel anak. Pembelahan sel bertujuan untuk
pertumbuhan dan perkembangan, mengganti sel-sel yang telah rusak atau mati,
berkembang biak, variasi individu dan lain-lain.2

Pembelahan sel terjadi dengan dua cara yaitu :

1. Mitosis
Yaitu proses pembelahan satu sel untuk menghasilkan dua sel anak yang
secara genetik identik dengan sel induk. Setiap sel anak menerima komplemen
lengkap 46 kromosom.2
2. Meiosis

Yaitu proses pembelahan sel dimana setiap sel kromosomnya dibagi menjadi
dua. Pembelahan sel ini terjadi pada sel kelamin. Tujuan dari pembelahan sel ini
adalah mereduksi kromosom, membentuk gametogenesis dan membentuk hasil
zigot dari pertemuan sel gonad yang selalu sama dengan individu yang ada atau
sebelumnya.2

Tahap-tahap meiosis I :
12

1) Profase I
Tahap ini di bagi menjadi beberapa tahap diantaranya :
a. Leotonema adalah benang kromatid menebal menjadi kromosom.
b. Zigonemna adalah tiap kromosom homolog bergandengan dan tiap
pasang kromosom homolog disebut bivalen.
c. Pakinema adalah tiap bagian kromosom homolog mengganda,
tetapi masih dalam ikaytan 1 sentromer sehingga membentyk
tetrad.
d. Diplonema adalah kromatid dan tiap belahan kromosom yang
memendek dan membesar.2
2) Diakinesis adalah kromatid saling menjauhi dan kiasmata mulai bergerak
kearah ujung-ujung kromosom, kemudian sentrosom membentuk sentriol 2
yang masing-masing membentuk benang spindle. Satu sentriol bergerak ke
arah kutub yang berlawanan, sedangkan yang satunya lagi tetap di posisi
semula. Nukleoplasma dan nucleolus menghilang.2
3) Metafase I
Setiap tetrad berada pada bidang metafase atau dataran metafase.2
4) Anafase I
Tiap-tiap tetrad memisahkan diri dari pasangannya, kemudiaan
bergerak kearah kutub yang berlawanan. Sentromer belum membelah. 2
5) Telofase I
Tiap-tiap tetrad mendekati kutub,membrane inti dan nukleoplasma
muncul kembali,terbentuknya bidang pmbelahan pada bagian tengah sel,
kromatid meregang dan membentuk benang-benang kromatin, serta
terbentuknya dua sel anak yang jumlah kromosomnya sama dengan jumlah
kromosom induknya.2

Tahap-tahap Meiosis II:


1) Profase II
a. Sentrosom memebentuk 2 sentriol yag letaknya berlawanan kutub,yang
dihubungkan oleh benang spindle
b. Nukleoplasama dan nukleus hilang.
c. Kromatin berubah kromosom yang dijerat oleh benang benang spindel.2
13

2) Metafase II
a. Kromosom berada pada bidang equator.
b. Kromatid bergandengan(berkelompok) dua-dua.
c. Sentromer belum membelah.2
3) Anafase II
Tiap-tiap tetrad memisahkan diri dari pasangannya,kemudian bergerak
kearah kutub yang berlawanan.2
4) Telofase II
a. Kromatid berkumpul pada kutub pembelahan,kmudian berubah menjadi
kromatin.
b. Nukleoplasma dan nucleus terbentuk lagi.
c. Pada akhir pembelahan meiosis II, terbentuk empat sel yang masing-
masing sel mengandung separuh dari kromosom induknya 2.2

Gambar 2
proses pembelahan meiosis I dan meiosis II

Tabel 1 perbedaan mitosis dan meiosis

Mitosis Meiosis

Yaitu proses pembelahan satu Yaitu proses pembelahan sel


sel untuk menghasilkan dua sel dimana setiap sel
Definsi anak yang secara genetik identik kromosomnya dibagi menjadi
dengan sel induk. dua
Terjadi Semua organisme Manusia,hewan
Pada tumbuhan,jamur
Fungsi Reproduksi Sel, pertumbuhan Pembeda genetik lewat
dan perbaikan sel tubuh reproduksi seksual
14

Jumlah sel
yang di 2 sel diploid (2n) 4 sel haploid (n)
hasilkan
Membuat Semua sel kecuali sel seksual Sel seksual (sperma dan ovum)
sel (sperma dan ovum)
(Meiosis I)
Profase I
Metafase I
Profase Anafase I
Metafase Telofase I
Fase Anafase (Meiosis II)
Telofase Profase II
Metafase II
Anafase II
Telofase II

KOMUNIKASI SEL
1 Pengertian
Komunikasi sel adalah proses penyampaian informasi sel dari sel pesinyal
menuju ke sel target untuk mengatur pengembangan dan pengorganisasiannya menjadi
jaringan, mengawasi pertumbuhan dan pembelahannya serta mengkoordinasikan
aktivitasnya.
2 Tipe penyampaian molekul sel dalam komunikasi sel
a. Endokrin adalah sel target jauh dengan media hormon yang dibawa oleh
pembuluh darah.
b. Parakrin adalah sel penyekresi bekerja pada sel-sel target yang berdekatan
dengan melepas molekul regulator lokal (misalnya faktor pertumbuhan ) kedalam
cairan luar sel.
c. Autokrin, adalah sel responsif terhadap substansi yang dihasilkan oleh sel itu
sendiri atau dengan kata lain sel penghasil mediator berperan juga sebagai sel
sasaran.
d. Sinaptik adalah tipe pensinyalan jarak jauh melalui sistem persarafan. Sel saraf
melepaskan molekul neurotransmiter kedalam sinapsis sehingga merangsang sel
target.
15

Gambar 3. Tipe Penyampaian molekul sel dalam komunikasi sel

3 Metoda penyampaian sinyal


a. Komunikasi langsung yaitu komunikasi antar sel yang sangat berdekatan karena
mentransfer sinyal listrik (ion-ion)
b. Komunikasi lokal adalah komunikasi yang terjadi melalui zat kimia yang
dilepaskan  kecairan ekstrasel yang berdekatan ataupun kepada sel-sel yang
berada jauh letaknya.
c. Komunikasi jarak jauh  adalah  komunikasi yang berlangsung melalui sinyal
listrik yang dihantarkan sel syaraf dan atau sinyal kimia (hormon dan
neurohormon)
d. Dengan membentuk gap junction sehingga terjadi hubungan sitoplasma dari
kedua sel yang berkomunikasi tersebut.
1 Tahapan komunikasi dalam sel
Dilihat dari perspektif sel yang menerima pesan, pensinyalan sel dibagi menjadi 3
tahapan yaitu:
a. Tahap penerimaan (reception)
16

Pada tahapan ini sel target mendeteksi molekul sinyal yang berasal dari luar
sel. Sinyal kimiawi terdeteksi  ketika molekul sinyal berikatan dengan protein
reseptor yang terletak dipermukaan atau didalam sel.
b. Tahap pengikatan molekul (transduction)
Pada tahap ini molekul sinyal memiliki bentuk yang komplamenter dengan
situs reseptor yang melekat disitu seperti anak kunci dalam gembok atau substrat
dalam situs katalitik suatu enzim. Molekul sinyal berprilaku seperti ligan, istilah
molekul yang berikatan secara spesifik dengan molekul lain, seringkali yang
berukurakan  besar. Pengikatan  ligan menyebabkan protein reseptor mengalami
perubahan bentuk. Umumnya efek pengikatan ligan menjadi agregasi kedua atau
lebih mengaktivasi reseptor lain berinteraksi dengan molekul lainnya.
c. Tahap responsif (response)
Pada tahapan ini  sinyal yang ditrandusikan menyebabkan aktivitas selular
seperti glikogen fospolirase, penyusunan ulang sitoskeleton ataupun aktivasi gen-
gen spesifik dalam nukleus.
2 Jenis-jenis reseptor dan pengaruhnya terhadap aktivitas sitoplasma
a. Reseptor dalam membran sel
Sebagian besar molekul sinyal larut-air berikatan pada protein reseptor
dalam membran sel.  Reseptor ini mentransmisikan informasi dari lingkungan
ekstraseluler ke bagian dalam sel dengan cara mengubah bentuk saat berikatan
dengan ligan.

Tiga tipe utama reseptor membrane adalah:


1) Reseptor saluran/gerbang  ion;  misalnya pada molekul
neurotransmitter yang dilepaskan sinapsis antara dua sel saraf
berikatan dengan saluran ion sehingga menyebabkan saluran
membuka dan memicu timbulnya sinyal listrik yang merambat ke sel
penerima.
17

Gambar 4. Reseptor saluran/Gerbang ion

2) Reseptor terikat enzim  seperti  tirosin kinase


Kinase adalah enzim yang mengkatalis transfer gugus fospat
dari ATP ke asam amino tirosin

Gambar 5. Reseptor terikat Enzim


18

3) reseptor terkopel protein G


Reseptor terkopel protein G adalah reseptor membran plasma
yang bekerja dengan bantuan protein G, protein yang mengikat
molekul GDP/ GTP yang kaya  energi. Banyak molekul sinyal yang
berbeda menggunakan reseptor terkopel protein G. Struktur
molekulnya terdiri dari 7 heliks α, β danγ transmembran. Dalam
keadaan tidak aktif protein G  mengikat GDP (guanosin diposfat)
melalui subunit α dipermukaan dalam dinding sel. Saat molekul
sinyal berikatan dengan sisi ekstraseluler maka protein G akan
bergeser melepaskan GDP dan diganti oleh molekul GTP. GTP
kemudian  mengaktivasi sub unit α untuk melepaskan diri. dan
berikatan dengan efektor lain yaitu   adenilil siklase. Saat itulah
memicu langkahnya pada respon seluler.  Perubahan pada enzim dan
protein G juga bersufat sementara karena protein G juga berfungsi
sebagai enzim GTP-ase maka sub unit α  akan menghidrolisis GTP
menjadi GDP. Karena kini tidak aktif lagi protein G meninggalkan
enzim dan kembali ke kondisi awal.
19

Gambar 6 Reseptor terkopel Protein G

b. Reseptor Dalam Intraseluler


Reseptor ini terletak pada sitoplasma atau pada nukleus target. Untuk
mencapai reseptor ini pembawa pesan kimiawi menembus membran plasma sel
target. Molekul sinyal yang  dapat melakukan hal ini adalah hormon steroid dan
tiroid karena termasuk pembawa pesan yang sifatnya hidrofobik.
Reseptor intraseluler adalah reseptor protein yang tidak berada pada
membran sel melainkan pada sitoplasma atau nukleus. Sinyal harus melewati
membran plasma terlebih dahulu sebelum bertemu dengan reseptor jenis ini
(karena ukuran molekul kecil dapat melewati membran atau merupakan lipid
sehingga terlarut dalam membran). Sinyal kimiawi dengan reseptor intraseluler
misalnya hormon steroid (testosteron) dan tiroid hewan yang berupa lipid serta
molekul gas kecil oksida nitrat.
20

Mekanisme jalur transduksi sinyal (jalur-jalur merelai sinyal dari reseptor


ke respon seluler) seperti berikut:
1) Molekul yang merelay sinyal dari reseptor ke respon disebut molekul relay
(sebagian besar merupakan protein).
2) Molekul sinyal awal secara fisik tidak dilewatkan jalur pensinyalan
(molekul sinyal bahkan tidak pernah masuk sel).
Sinyal direlai sepanjang suatu jalur, artinya informasi tertentu dilewatkan.
Pada tiap tahap sinyal ditransduksi menjadi bentuk berbeda yaitu berupa
perubahan konformasi suatu protein yang disebabkan oleh fosforilasi. Fosforilasi
protein merupakan suatu cara pengaturan yang umum dalam sel dan merupakan
mekanisme utama transduksi sinyal.
Jalur pensinyalan bermula ketika molekul sinyal terikat pada reseptor eseptor ini
kemudian mengaktifkan satu molekul relai, yang mengaktifkan protein kinase 1.
Protein kinase 1 aktif ini mentransfer satu fosfat dari ATP ke molekul protein
kinase 2 yang inaktif, sehingga akan mengaktifkan kinase kedua ini. Akibatnya,
protein kinase 2 yang aktif ini mengkatalisis fosforilasi (dan aktivasi) protein
kinase 3. Akhirnya protein kinase 3 aktif ini memfosforilasi protein yang
menghasilkan respons akhir sel atas sinyal tadi. Enzim fosfatase mengkatalisis
pengeluaran gugus fosfat. Molekul kecil dan ion kecil tertentu merupakan
komponen utama jalur pensinyalan (second messenger),  seperti AMP siklik
(cAMP) dan Ca2+, berdifusi melalui sitosol sehingga  membantu memancarkan
sinyal ke seluruh sel secara cepat.
21

Gambar 7. Reseptor Dalam Intrasel

Respon akhir sel terhadap sinyal ekstraseluler disebut respon keluaran.


Respon sel terhadap sinyal berfungsi untuk mengatur aktivitas dalam sitoplasma
atau transkripsi dalam nucleus.
Kekhususan pensinyalan sel menentukan molekul sinyal apa yang akan
diresponnya dan sifat responnya. Keempat sel dalam diagram merespon molekul
sinyal dengan cara yang berbeda karena masing-masing memiliki kumpulan
protein yang berbeda. Diagram sel A merupakan diagram jalur pensinyalan
dengan satu respon tunggal. Diagram sel B merupakan diagram jalur pensinyalan
dengan jalur bercabang sehingga memunculkan dua respon yang berbeda.
Diagram sel C merupakan diagram jalur pensinyalan dengan reaksi saling-sapa di
antara kedua jalur yang membuat sel dapat memadukan informasi dari kedua
sinyal yang berbeda. Diagram sel D merupakan diagram jalur pensinyalan dengan
reseptor yang berbeda dengan reseptor pada sel A, B dan C.

3 Second Messenger
Second messenger merupakan jalur pensinyalan yang melibatkan molekul atau
ion kecil nonprotein yang terlarut dalam air, sedangkan molekul sinyal ekstraseluler
22

yang mengikat reseptor membran merupakan  jalur first messenger.  Second messenger 
lebih kecil dan terlarut dalam air, sehingga dapat  segera menyebar keseluruh sel
dengan berdifusi . Second messenger  berperan serta dalam jalur yang diinisiasi
reseptor terkait protein-G maupun reseptor tirosin-kinase. Dua contoh second
messenger  yang paling banyak digunakan ialah:
a. AMP siklik
Second messenger ini yang membawa sinyal yang diinisiasi epinefrin dari
membrane plasma sel hati atau otot ke bagian dalam sel, dimana sinyal itu
menyebabkan pemecahan glikogen. Pengikatan epinefrin pada membrane plasma
sel hati akan meningkatkan senyawa adenosine monofosfatsiklik, yang disingkat
AMP siklik atau cAMP. Camp ini diaktifkan oleh adenilat siklase yang
mengkatalisa perombakan ATP. cAMP atau aliran ion tadi dapat membuat
perubahan pada perilaku sel, dan mereka disebut messenger sekunder atau
mediator intraseluler yang mana akan merangsang metabolisme sel lewat
aktivitas protein kinase.
b. Ion kalsium
Banyak molekul sinyal pada hewan, termasuk neurotransmitter, faktor
pertumbuhan dan sejumlah hormon menginduksi respon pada sel targetnya
melalui jalur transduksi sinyal yang meningkatkan konsentrasi ion kalsium
sitosolik. Peningkatan konsentrasi ion kalsium sitosolik menyebabkan banyak
respon pada sel hewan. Sel menggunakan ion kalsium sebagai second messenger
dalam jalur protein-G dan jalur reseptor tirosin kinase. Dalam merespon sinyal
yang direlai oleh jalur transduksi sinyal, kadar kalsium sitosolik mungkin
meningkat, biasanya oleh suatu mekanisme yang melepas ion kalsium dari RE
biasanya jauh lebih tinggi daripada konsentrasi dalam sitisol. Karena kadar
kalsium sitosol terendah, perubahan kecil pada jumlah absolute ion akan
menggambarkan persentase perubahan yang relative tinggi pada konsentrasi
kalsium.3
23

Gambar 8. Secondary Messenger

2. Definisi fertilisasi

Adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita yang akan terjadi didaerah ampula
tuba uterina.4
1. Fungsi sel adalah Sebagai peran utama dalam penentukan zigot karena melalui
proses fertilisasi yaitu pelemburan inti sel sperma higga membentuk zigot.
2. Bantuk dan struktur
 Spermatozoa dibentuk dalam tubuliseminiferi yang berada didalam
testes. tubulus ini berisi rangkaian sel yang kompleks, yaitu
perkembangan atau pembelahan sel dari sel germinal sampai dengan
terbentuknya spermatozoa yang sempurna adalah sel yang memanjang
yang terdiri dari kepala yang didalamnya terdapat inti dan ekor yang
mengandung
pergerakan sel.
24

Fungsi struktur :
1) Akrosom : untuk menembus materi ovum.
2) Nucleus : mengandung materi gen haploid.
3) Leher : mengandung mitokondria yang menghasilkan energi
untuk pergerakan.
4) Ekor : alat gerak

 Ovum : gemet betina yang nantinya akan melakukan ( penyatuan )


dengan spermatozoa untuk membentuk zigot pada proses fertilisasi.
25

Fungsi struktur :
1) Membrane vitelline : untuk melindungi ovum dan mengatur
pertukaran zat antara sel dengan lingkungan luar sel.
2) Zona pellucida : sebuah perusal glikoprotein dikelilingi telur
yang mempermudah dan mempertahankan pengikat sperma dan
menginduksi reaksi akrosom.
3) Korona radiata : mengubah ovum yang telah dibuahi agar tak
dapat dimasuki sperma lain.5

PROSES FERTILISASI

Untuk membuahi sebuah ovum, sebuah sperma mula-mula harus melewati korona
radiata dan zona pelusida yang mengelilingi sel telur. Sperma menembus korona radiata
dengan memakai enzim-enzim terikat membran di membran permukaan yang berada
mengelilingi kepala sperma.

Langkah 1, Sperma dapat menembus zona pelusida hanya setelah berikatan dengan
reseptor spesifik di permukaan lapisan ini. Mitra pengikatan antara sperma dan ovum baru-
baru ini ditemukan. Fertilin, suatu protein yang terdapat di membran plasma sperma,
berikatan dengan glikoprotein yang dikenal dengan ZP3 pada lapisan luar zona pelusida.
Hanya sperma dari spesies yang sama yang dapat terikat pada reseptor zona pelusida ini dan
menembusnya. Pengikatan sperma memacu reaksi akrosom yang bergantung Ca2+ tempat
membran akrosom terganggu dan enzim akrosom dilepaskan.

Langkah 2,Enzim akrosom mencerna zona pelusida, memampukan sperma dengan


ekornya yang masih bergerak, untuk membuat jalan yang melewati sawar protektif ini

Langkah 3, Sperma pertama yang mencapai ovum itu sendiri berfusi dengan
membran plasma ovum (sebenarnya oosit sekunder), dan kepalanya (yang membawa DNA)
memasuki sitoplasma ovum

Langkah 4, Ekor sperma biasanya hilang dalam proses ini, tetapi kepalanya
membawa informasi genetik yang sangat penting. Penggabungan sperma dan sel telur
memacu suatu perubahan kimiawi di membran yang mengelilingi ovum sehingga lapisan luar
ini tidak dapat lagi ditembus oleh sperma lain. Bagian terluar, atau regio kortikal ovum,
mengandung granula kortikal yang dipenuhi oleh enzim. Pelepasan kalsium intrasel, yang
26

diinduksi oleh fertilisasi, ke dalam sitosol ovum memicu eksitosis granula kortikal ini ke
dalam ruang antara membran sel telur dan zona pelusida

Langkah 5, Enzim ini berdifusi ke dalam zona pelusida, tempat mereka


menginaktifkan reseptor ZP3 sehingga sperma lainnya yang mencapai zona pelusida tidak
dapat terikat padanya. Enzim ini juga mengeraskan zona pelusida dan menutup saluran untuk
menjaga sehingga tidak terjadi penetrasi sperma yang lain. Selanjutnya, pelepasan Ca2+ ke
sitosol ovum ini memicu pembelahan meiosis kedua sel telur, yang sekarang siap untuk
bersatu dengan sperma untuk menyelesaikan proses fertilisasi. Dalam satu jam, nukleus
sperma dan sel telur menyatu berkat adanya suatu sentrosom (pusat organisasi mikrotubulus;
lihat h. 47) yang disediakan oleh sperma yang membentuk mikrotubulus untuk membawa
kromosom pria dan wanita bersama untuk bersatu. Selain untuk membagikan sebagian
kromosomnya ke ovum yang terfertilisasi, yang sekarang disebut zigot, sperma pemenang ini
juga mengaktifkan enzim-enzim ovum yang esensial bagi perkembangan awal mudigah.
Karena itu, fertilisasi menyelesaikan dua kejadian yang mengombinasikan gen dari kedua
orang tua untuk membentuk suatu organisme yang unik dari segi genetik dan mengatur
perkembangan organisme tersebut.5

3. Tahap pengembangan embrio dari tahap zigot


27

Perkembangan dimulai dengan fertilisasi (pembuahan) yaitu proses penyatuan


gamet pria, sperma, dan gamet wanita, oosit, yang kemudian menjadi zigot. Ketika
zigot mencapai tahap dua-sel, zigot akan mengalami serangkaian pembelahan mitosis,
yang meningkatkan jumlah sel. Sel-sel ini, yang menjadi lebih kecil setiap kali
pembelahan, dikenal sebagai blastomer (Gambar 3.8).

Hingga tahap delapan-sel, blastomer membentuk gumpalan yang tersusun secara


longgar. Namun, sesudah pembelahan ketiga, blastomer memaksimalkan kontaknya
dengan satu sama lain, membentuk sebuah gulungan sel padat yang disatukan dengan
ikatan yang erat. Proses ini, pemadatan, memisahkan sel-sel bagian dalam, yang
berkomunikasi secara ekstensif melalui taut celah (gap junction), dari sel-sel di bagian
luar. Sekitar 3 hari sesudah fertilisasi, sel-sel mudigah yang dipadatkan membelah
lagi membentuk morula 16 sel. Sel-sel bagian dalam morula membentuk massa sel
dalam (inner cell mass), dan sel-sel di sekelilingnya membentuk massa sel luar (outer
cell mass). Massa sel dalam menghasilkan jaringan mudigah yang sebenarnya, dan
massa sel luar membentuk trofoblas, yang kemudian berkembang menjadi plasenta.
Saat morula masuk ke rongga uterus, cairan mulai menembus zona pelusida
masuk ke dalam ruang interselular massa sel dalam. Secara bertahap, ruang
interselular menjadi konfluen, dan pada akhirnya, terbentuk sebuah rongga, blastokel
(Gambar 3.10 A, B).6
28

Pada saat ini, mudigah disebut blastokista. Sel-sel massa sel dalam, yang sekarang
disebut embrioblas, berada di satu kutub, dan sel-sel massa sel luar, atau trofoblas,
memipih dan membentuk dinding epitel blastokista. Zona pelusida telah menghilang,
memungkinkan dimulainya implantasi. Pada manusia, sel-sel trofoblastik di atas
kutub embrioblas mulai menembus di antara sel-sel epitel mukosa uterus sekitar hari
keenam (Gambar 3.10 C). Studi terbaru menunjukkan bahwa L-selektin pada sel-sel
trofoblas dan reseptor karbohidratnya di epitel uterus memerantarai perlekatan awal
blastokista pada uterus. Selektin adalah protein pengikat karbohidrat yang terlibat di
dalam interaksi antara leukosit dan sel-sel endotel yang memungkinkan leukosit
"tertangkap" dalam aliran darah. Mekanisme serupa diduga terjadi untuk
"penangkapan" blastokista dari rongga uterus oleh epitel uterus. Sesudah
29

penangkapan oleh selektin, perlekatan dan invasi selanjutnya oleh trofoblas


melibatkan integrin, diekspresikan oleh trofoblas dan molekul matriks ekstraselular
laminin dan fibronektin. Reseptor integrin untuk laminin mendorong perlekatan,
sementara reseptor untuk fibronektin merangsang migrasi. Molekul-molekul ini juga
berinteraksi disepanjang jalur transduksi sinyal untuk mengatur diferensiasi trofoblas,
sehingga implantasi adalah hasil dari kerja sama trofoblas dan endometrium. Oleh
sebab itu, pada akhir minggu pertama perkembangan, zigot manusia telah melalui
tahapan morula dan blastokista dan telah memulai implantasi di dalam mukosa
uterus.6
Pada saat implantasi, mukosa uterus berada pada fase sekretorik (Gambar
3.12), selama fase ini kelenjar dan arteri uterus bergelung-gelung dan jaringan
menjadi 'tebal-basah'.

Akibatnya, dapat dikenali adanya tiga lapisan di endometrium:


a. Lapisan Kompaktum di bagian superfisial,
b. Lapisan Spongiosum di bagian tengah, dan
c. Lapisan Basale yang tipis. 6
Normalnya, blastokista manusia tertanam di dalam endometrium disepanjang dinding
anterior atau posterior korpus uteri, tempat blastokista itu terbenam di antara lubang-
lubang kelenjar.
30

Pada hari ke-8 perkembangan, blastokista sebagian tertanam di dalam stroma


endometrium. Di daerah di atas embrioblas, trofoblas telah berdiferensiasi menjadi
dua lapisan:
a. Lapisan Dalam berupa sel mononukleus, sitotrofoblas, dan
b. Lapisan Luar berupa zona multinukleus tanpa batas-batas sel yang jelas,
sinsitiotrofoblas (Gambar 4.1 dan 4.2).

Gambaran mitosis ditemukan di dalam sitotrofoblas tapi tidak di dalam


sinsitiotrofoblas. Oleh sebab itu, sel-sel di dalam sitotrofoblas membelah dan
bermigrasi masuk ke dalam sinsitiotrofoblas, tempat sel-sel ini menyatu dan
kehilangan membran sel masing-masing. Sel-sel massa sel dalam atau embrioblas
juga berdiferensiasi menjadi dua lapisan:
a. Lapisan sel-sel kuboid kecil di samping rongga blastokista, dikenal sebagai
lapisan hipoblas,dan
31

b. Lapisan sel-sel silindris tinggi di samping rongga amnion, yang dikenal sebagai
lapisan epiblas (Gambar 4.1 dan 4.2).6
Bersama-sama, lapisan-lapisan tersebut membentuk suatu cakram (diskus)
gepeng. Pada saat yang sama, rongga kecil muncul di dalam epiblas. Rongga ini
membesar menjadi rongga amnion. Sel-sel epiblas yang berdekatan dengan
sitotrofoblas disebut amnioblas; bersama-sama dengan epiblas lainnya, sel-sel ini
melapisi rongga amnion (Gambar 4.1 dan 4.3). Stroma endometrium di dekat tempat
implantasi tampak edema dan sangat vaskular. Kelenjar-kelenjar yang besar dan
melengkung-lengkung menyekresikan banyak glikogen
dan mukus.
Pada hari ke-9 perkembangan, blastokista tertanam lebih dalam di dalam
endometrium, dan defek penetrasi di epitel permukaan ditutup oleh bekuan fibrin
Trofoblas menunjukkan kemajuan pesat dalam perkembangannya, khususnya di kutub
embrional, tempat vakuola muncul di dalam sinsitium. Ketika vakuola-vakuola ini
menyatu, vakuola-vakuola ini membentuk lakuna besar, sehingga fase perkembangan
trofoblas ini dikenal sebagai stadium lacunar. Sementara itu, di kutub abembrional,
sel-sel gepeng yang kemungkinan berasal dari hipoblas membentuk membran tipis,
membran eksoselom (Heuser) yang melapisi permukaan bagian dalam sitotrofoblas.
Membran ini, bersama dengan hipoblas, membentuk lapisan rongga eksoselom, atau
yolk sac primitif. Pada hari ke-11 dan ke-12 perkembangan, blastokista telah
sepenuhnya tertanam di dalam stroma endometrium, dan epitel permukaan hamper
seluruhnya menutupi defek awal di dinding uterus (Gambar 4.4 dan 4.5).
32

Blastokista kini menghasilkan sedikit penonjolan ke dalam lumen uterus. Trofoblas


ditandai oleh ruang-ruang lacuna di dalam sinsitium yang membentuk suatu jaringan
yang saling berhubungan. Jaringan ini terutama tampak di kutub embrional; di kutub
abembrional, trofoblas tetap mengandung terutama sitotrofoblas. Secara bersamaan,
sel-sel sinsitiotrofoblas menembus stroma lebih dalam dan mengikis lapisan endotel
yang melapisi kapiler ibu. Kapiler-kapiler ini, yang kemudian mengalami kongesti
dan melebar, dikenal sebagai sinusoid. Lakuna sinsitium lalu terhubung dengan
sinusoid, dan darah ibu masuk ke dalam sistem lacuna. Karena trofoblas terus
menerus mengikis lebih banyak sinusoid, darah ibu mulai mengalir ke dalam sistem
trofoblas, menciptakan sirkulasi uteroplasenta. Sementara itu, populasi baru sel
muncul di antara permukaan bagian dalam sitotrofoblas dan permukaan bagian luar
rongga eksoselom. Sel-sel ini, berasal dari sel-sel yolk sac, membentuk jaringan ikat
longgar halus, mesoderm ekstraembrional, yang pada akhirnya mengisi seluruh ruang
di antara trofoblas di bagian luar serta amnion dan membran eksoselom di bagian
dalam. Tidak lama kemudian, terbentuk rongga-rongga besar di dalam mesoderm
ekstraembrional, dan ketika rongga-rongga ini menyatu, terbentuklah suatu rongga
baru, yang dikenal sebagai rongga ekstraembrional, atau rongga korion. Rongga ini
mengelilingi yolk sac primitif dan rongga amnion, kecuali di tempat diskus
germinativum terhubung dengan trofoblas melalui tangkai penghubung (Gambar
4.6).6
33

Mesodem ekstraembrional yang melapisi sitotrofoblas dan amnion disebut


mesoderm somatopleura ekstraembrional; lapisan yang menutupi yolk sac dikenal
sebagai mesoderm splanknopleura ekstraembrional. Pertumbuhan diskus bilaminar
relatif lambat dibandingkan dengan pertumbuhan trofoblas; akibatnya, diskus tetap
berukuran sangat kecil (0,1-0,2 mm). Sementara sel-sel endometrium, menjadi
polihedral dan dimuati oleh glikogen dan lipid; ruang interselular terisi oleh cairan
ekstravasasi, dan jaringan mengalami edema. Perubahan-perubahan ini, dikenal
sebagai reaksi desidua, mula-mula terbatas tepat di daerah sekitar tempat implantasi
tapi kemudian terjadi di seluruh endometrium. 6
Pada hari ke-13 perkembangan, defek permukaan di endometrium biasanya
telah pulih. Meskipun demikian, kadang, terjadi perdarahan di tempat implantasi
akibat peningkatan aliran darah ke dalam ruang lakuna. Karena perdarahan ini muncul
mendekati hari ke-28 siklus haid, perdarahan ini dapat disangka perdarahan haid
normal sehingga dapat menyebabkan kesalahan perkiraan tanggal persalinan.
Trofoblas ditandai oleh struktur berbentuk vilus. Sel-sel sitotrofoblas berproliferasi
secara lokal dan menembus ke dalam sinsitiotrofoblas, membentuk kolum-kolum sel
yang dikelilingi oleh sinsitium. Kolum-kolum sel dengan selubung sinsitium dikenal
sebagai vilus primer (Gambar 4.6 dan 4.7). 6
34

Sementara itu, hipoblas menghasilkan sel-sel tambahan yang bermigrasi di sepanjang


bagian dalam membran eksoselom. Sel-sel ini berproliferasi dan secara bertahap
membentuk suatu rongga baru di dalam rongga eksoselom. Rongga baru ini dikenal
sebagai yolk sac sekunder atau yolk sac definitive. Yolk sac ini jauh lebih kecil dari-
pada rongga eksoselom semula, atau yolk sac primitif. Selama pembentukannya,
35

sebagian besar rongga eksoselom terlepas. Bagian ini ditunjukkan oleh kista
eksoselom, yang sering ditemukan di dalam selom ekstraembrional atau rongga
korion. Sementara itu, selom ekstraembrional meluas dan membentuk suatu rongga
besar, rongga korion. Mesoderm ekstraembrional yang melapisi bagian dalam
sitotrofoblas kemudian dikenal sebagai lempeng korion. Satu-satunya tempat
mesoderm ekstraembrional melintasi rongga korion adalah di dalam tangkai
penghubung. Dengan terbentuknya pembuluh darah, tangkai menjadi korda
umbilikalis (tali pusat).6
Pada minggu ke-3, proses paling khas selama minggu ini adalah gastrulasi,
yang dimulai dengan terbentuknya garis primitif, yang memiliki nodus primitif di
ujung sefaliknya. Di regio nodus dan garis, sel-sel epiblas bergerak masuk
(invaginasi) untuk membentuk lapisan sel baru, endoderm dan mesoderm. Sel-sel
yang tidak bermigrasi melalui garis namun tetap berada di epiblas membentuk
ektoderm. Oleh sebab itu, epiblas membentuk ketiga lapisan germinativum pada
mudigah, ektoderm, mesoderm, dan endoderm, dan lapisan-lapisan ini membentuk
seluruh jaringan dan organ (Gambar 5.2 dan 5.3).6
36

Sel-sel prenotokorda yang melakukan invaginasi di lubang primitif bergerak maju


sampai mencapai lempeng prekorda. Sel-sel ini terselip di dalam endoderm sebagai
lempeng notokorda. Pada perkembangan selanjutnya, lempeng terlepas dari
37

endoderm, dan terbentuk korda padat, notokorda. Notokorda ini membentuk sumbu di
garis tengah yang bertindak sebagai dasar tulang rangka aksial. Ujung sefalik dan
kaudal mudigah dibentuk sebelum garis primitive terbentuk. Oleh karenanya, sel-sel
di dalam hipoblas (endoderm) di tepi sefalik diskus membentuk AVE, yang
mengekspresikan gen-gen pembentuk kepala, termasuk OTX2, LIM1, dan HESXI dan
faktor yang disekresi cerberus. Nodal, anggota famili gen TGF-β, kemudian
diaktifkan untuk memulai dan mempertahankan integritas nodus dan garis. Dengan
adanya FGF, BMP4 melakukan ventralisasi mesoderm selama gastrulasi sehingga
membentuk mesoderm intermediet dan mesoderm lempeng lateral. Chordin, noggin,
dan follistatin mengantagonisasi aktivitas BMP4 dan melakukan dorsalisasi
mesoderm untuk membentuk notokorda dan somitomer di regio kepala. Pembentukan
struktur-struktur ini di regio lebih kaudal diatur oleh gen Brachyury (T) (Gambar
5.4A).6

Lateralitas (asimetri kiri-kanan) diatur oleh serangkaian molekul dan gen pembentuk
sinyal. FGF8, yang disekresikan oleh sel-sel di dalam nodus dan garis, memicu
ekspresi Nodal dan LEFTY-2 di sisi kiri dan gen-gen ini meningkatkan ekspresi
PITX2, suatu faktor transkripsi dan gen master untuk sisi kiri6 (Gambar 5.6).
38

Neurotransmiter serotonin (5HT) juga berperan sebagai molekul sinyal di sebelah


hulu dari FGF8. Gangguan pada kadar 5HT atau ekspresi PITX2 yang salah
menyebabkan cacat lateralitas, seperti dekstrokardia, situs inversus, dan kelainan
jantung. Sel-sel epiblas yang bergerak melalui nodus dan garis primitif telah
ditentukan sebelumnya oleh posisi mereka untuk menjadi tipe mesoderm dan
endoderm yang spesifik. Oleh sebab itu, dapat direkonstruksi "peta nasib" epiblas
yang memperlihatkan pola ini (Gambar 5.7).6
39

Pada akhir minggu ketiga, ketiga lapisan germinativum dasar, yang terdiri dari
ektoderm, mesoderm, dan endoderm, dibentuk di daerah kepala, dan proses berlanjut
untuk membentuk ketiga lapisan germinativum ini ke bagian lebih kaudal mudigah
sampai akhir minggu keempat. Diferensiasi jaringan dan organ telah dimulai dan
terjadi dalam arah sefalokaudal seiring dengan berlanjutnya gastrulasi. Sementara itu,
trofoblas berkembang pesat. Vilus primer memperoleh inti mesenkim tempat
terbentuknya kapiler halus (Gambar 5.12).
40

Ketika kapiler vilus ini membuat kontak dengan kapiler di lempeng korion dan
tangkai penghubung, sistem vilus telah siap untuk berkembang menjadi korda
umbilikalis (tali pusat), yang menghubungkan plasenta dan mudigah.
Periode mudigah, yang berlangsung dari minggu ketiga hingga minggu kedelapan
perkembangan, adalah periode ketika setiap lapisan germinativum, ektoderm,
mesoderm dan endoderm membentuk jaringan dan sistem organnya masing-masing.
Sebagai hasil dari pembentukan organ, gambaran mayor bentuk tubuh mulai terlihat. 6
41

Lapisan germinativum ektoderm membentuk organ dan struktur yang


mempertahankan kontak dengan dunia luar:
a. Sistem saraf pusat
b. Sistem saraf tepi
c. Epitel sensorik telinga, hidung dan mata
d. Kulit, termasuk rambut dan kuku; dan
e. Hipofisis, kelenjar mamaria dan keringat, serta enamel gigi.
Induksi lempeng saraf diatur oleh inaktivasi factor pertumbuhan BMP4. Di
regio kranial, inaktivasi disebabkan oleh noggin, chordin dan follistatin yang disekresi
oleh nodus, notokorda dan mesoderm prekorda. Inaktivasi BMP4 di regio otak
belakang dan korda spinalis, dipengaruhi oleh WNT3a dan FGF. Bila tidak adanya
inaktivasi, BMP4 menyebabkan ektoderm menjadi epidermis dan mesoderm
mengalami ventralisasi untuk membentuk mesoderm intermediet dan lempeng lateral.
Komponen penting lapisan germinativum mesoderm adalah mesoderm paraksial,
intermediet, dan lempeng lateral. 6
42

Mesoderm paraksial membentuk somitomer, yang membentuk mesenkim


kepala dan tersusun menjadi somit di segmen oksipital dan kaudal. Somit membentuk
miotom (jaringan otot), sklerotom (kartilago dan tulang), dan dermatom (dermis
kulit), yang semuanya merupakan jaringan penunjang tubuh. Sinyal-sinyal dari
diferensiasi somit berasal dari struktur sekitar, mencakup notokorda, tabung saraf, dan
epidermis. Notokorda dan lempeng dasar tabung saraf menyekresikan Sonic
hedgehog (SHH), yang menginduksi sklerotom. Dua regio pembentuk-otot
berdiferensiasi: Satu di induksi di regio dorsomedial somit oleh protein WNT yang
disekresi oleh bagian dorsal tabung saraf. Lainnya diinduksi di regio ventrolateral
somit oleh kombinasi BMP4 dan FGF, yang disekresi oleh mesoderm lempeng lateral,
dan oleh protein WNT, yang disekresi oleh ektoderm diatasnya.6
Bagian tengah dorsal somit menjadi dermis di bawah pengaruh neurotrofin 3,
yang disekresi oleh tabung saraf dorsal (Gambar 6.12). Mesoderm juga membentuk
sistem vaskular (yaitu, jantung, arteri, vena, pembuluh limfe, dan seluruh sel darah,
dan limfe). Lebih lanjut, mesoderm membentuk sistem urogenital: ginjal, gonad dan
salurannya (tapi tidak kandung kemih). Akhirnya, limpa dan korteks kelenjar
suprarenal juga merupakan turunan mesoderm.6
43

Lapisan germinativum endoderm membentuk epitel yang melapisi saluran cerna,


saluran napas, dan kandung kemih. Lapisan ini juga membentuk parenkim tiroid,
paratiroid, hati dan pankreas. Terakhir, epitel yang melapisi kavitas timpanika dan
tuba auditiva juga berasal dari lapisan germinativum endoderm. Pembentukan pola
kraniokaudal sumbu mudigah diatur oleh gen-gen homeobox. Gen-gen ini, yang
dikonservasi dari Drosophila, tersusun dalam empat kelompok, HOXA, HOXB,
HOXC, dan HOXD, pada empat kromosom yang berbeda. Gen-gen yang terletak ke
arah ujung 3' kromosom mengendalikan perkembangan struktur di bagian lebih
kranial; gen-gen yang terletak ke arah ujung 5' mengatur diferensiasi struktur di
bagian lebih posterior. Bersama-sama, gen-gen ini mengatur pembentukan pola otak
belakang dan sumbu mudigah (Gambar 6.20).
44

Sebagai hasil dari pembentukan sistem organ dan pertumbuhan sistem saraf
pusat yang cepat, diskus embrional yang mula-mula gepeng mulai memanjang dan
membentuk regio (lipatan) kepala dan ekor yang menyebabkan mudigah melengkung
membentuk posisi janin. Mudigah juga membentuk dua lipatan dinding tubuh lateral
yang tumbuh ke ventral dan menutup dinding tubuh ventral. Akibat dari pertumbuhan
dan pelipatan ini, amnion tertarik ke ventral dan mudigah terletak di dalam rongga
amnion (Gambar 6.17). 6

Hubungan dengan yolk sac dan plasenta, masing-masing dipertahankan


melalui duktus vitelinus dan korda umbilikalis.
Pada akhir minggu ketiga, tabung saraf meninggi dan menutup di bagian dorsal,
sementara tabung usus menggulung dan menutup ke ventral untuk membuat "tabung
di atas tabung". Mesoderm mempertahankan kedua tabung bersama-sama dan
mesoderm lempeng lateral terbelah membentuk lapisan viseral (splanknik) yang
berhubungan dengan usus dan lapisan parietal (somatik) yang, bersama-sama
ektoderm di atasnya, membentuk lipatan dinding tubuh lateral. Ruang di antara
lapisan viseral dan parietal mesoderm lempeng lateral adalah rongga tubuh primitif
(Gambar 7.1). Ketika lipatan dinding tubuh lateral bergerak ke ventral dan menyatu di
45

garis tengah, rongga tubuh tertutup, kecuali di regio tangkai penghubung (Gambar 7.1
dan 7.2).
46

Di sini, tabung usus mempertahankan perlekatan ke yolk sac sebagai duktus


yolk sac (vitelinus). Lipatan dinding tubuh lateral juga menarik amnion bersamanya
sehingga amnion mengelilingi mudigah dan membentang menutupi tangkai
penghubung yang menjadi korda umbilikalis (Gambar 7.1D dan 7.2D). Kegagalan
dinding tubuh ventral untuk menutup menyebabkan cacat dinding tubuh ventral,
seperti ektopia kordis, gastroskisis, dan ekstrofi kandung kemih dan kloaka. 6(Gambar
7.3).
47

Mesoderm parietal membentuk lapisan parietal membran serosa yang melapisi


bagian luar (dinding) rongga peritoneum, pleura dan perikardium. Lapisan viseral
akan membentuk lapisan viseral membran serosa yang melapisi paru, jantung dan
organ-organ abdomen. Lapisan-lapisan ini bersambungan di pangkal setiap organ
karena setiap organ terletak di dalam rongganya masing-masing. Di dalam usus,
lapisan membentuk peritoneum dan di tempat penggantung usus dari dinding tubuh
sebagai lapisan ganda peritoneum disebut mesenterium (Gambar 7.1E). Mesenterium
menyediakan jalur bagi pembuluh darah, saraf, dan limfatik menuju ke organ. Mula-
mula, tabung usus dari ujung kaudal usus depan ke ujung usus belakang digantung
dari dinding tubuh dorsal oleh mesenterium dorsal (Gambar 7.1E). Mesenterium
ventral, berasal dari septum transversum, hanya terdapat di regio bagian terminal
esofagus, lambung dan bagian atas duodenum. Diafragma membagi rongga tubuh
menjadi rongga toraks dan peritoneum. Diafragma berkembang dari empat
komponen:
1. Septum transversum (tendon sentral),
2. Membrane pleuroperitonealis,
3. Mesenterium dorsal esofagus, dan
4. Komponen otot dari somit setinggi servikal tiga hingga lima (C3-5) dinding
tubuh.6 (Gambar 7.7).

Karena septum transversum mula-mula terletak berlawanan dengan segmen


servikal tiga hingga lima dan karena sel-sel otot untuk diafragma berasal dari somit di
48

segmen ini, nervus frenikus juga berasal dari korda spinalis segmen ini (C3, 4, dan 5
mempertahankan diafragma tetap hidup). Hernia diafragmatika kongenital yang
melibatkan defek membrana pleuroperitonealis disisi kiri sering dijumpai. Rongga
toraks terbagi menjadi rongga perikardium dan dua rongga pleura untuk paru oleh
membrana pleuroperikardialis (Gambar 7.6).

Periode janin berlangsung dari minggu kesembilan kehamilan hingga lahir dan
ditandai dengan pertumbuhan badan yang cepat dan pematangan sistem-sistem organ.
Pertumbuhan panjang paling pesat berlangsung selama bulan ketiga, keempat dan
kelima (sekitar 5 cm per bulan), sedangkan penambahan berat paling pesat selama 2
bulan terakhir kehamilan (sekitar 700 g per bulan) (Tabel 8.1, hal. 96).

Kebanyakan bayi memiliki berat badan 2.700 hingga 4.000 g (6 hingga 9 pon)
saat lahir. Bayi-bayi dengan berat <2.500 g (5 pon 8 oz) dianggap memiliki berat
badan lahir rendah; bayi-bayi dengan berat badan <1.500 g (3 pon 5 oz) dianggap
sebagai berat badan lahir sangat rendah. PJT adalah suatu istilah untuk bayi yang
tidak mencapai ukuran potensialnya yang telah ditentukan secara genetik dan
49

berukuran kecil secara patologis. Kelompok ini berbeda dari bayi yang sehat tetapi
memiliki berat badan di bawah persentil ke-10 untuk usia kehamilannya dan dianggap
sebagai KMK. Perubahan yang mencolok adalah pertumbuhan kepala yang relatif
melambat. Pada bulan ketiga, kepala berukuran setengah dari PPB. Pada bulan
kelima, kepala berukuran sepertiga dari PPT, dan pada saat lahir, ukurannya sekitar
seperempat PPT (Gambar 8.2).

Selama bulan kelima, gerakan janin dapat dengan jelas dirasakan oleh ibu, dan
janin ditutupi oleh rambut halus pendek. Janin yang dilahirkan pada bulan keenam
atau di awal bulan ketujuh, sulit untuk bertahan hidup terutama karena sistem
pernapasan dan sistem saraf pusat belum berdiferensiasi sempurna. Pada umumnya,
lamanya kehamilan untuk janin genap bulan (aterm) dianggap 280 hari, atau 40
minggu sesudah onset hari pertama haid terakhir, atau yang lebih akurat, 26 hari atau
3n minggu sesudah fertilisasi.
Plasenta terdiri dari dua komponen:
a. Bagian janin, berasal dari korion frondosum atau korion vilus, dan
b. Bagian ibu, berasal dari desidua basalis.
Ruang di antara lempeng korion dan desidua terisi dengan danau antarvilus
darah ibu. Percabangan vilus (jaringan janin) tumbuh ke dalam danau darah ibu dan
terendam di dalamnya. Sirkulasi janin selalu terpisah dari sirkulasi ibu oleh membran
sinsitium (turunan korion) dan sel-sel endotel dari kapiler janin. Oleh karenanya,
plasenta manusia adalah tipe hemokorialis. Danau antarvilus pada plasenta yang telah
50

tumbuh sempurna mengandung sekitar 150 ml darah ibu, yang diganti tiga atau empat
kali per menit. Area vilus bervariasi dari 4 hingga 14 m2, yang memfasilitasi
pertukaran di antara ibu dan anak. Fungsi utama plasenta adalah:
1. Pertukaran gas;
2. Pertukaran nutrien dan elektrolit;
3. Transmisi antibodi ibu, yang memberikan imunitas pasif pada janin; (4)
4. Produksi hormon, seperti progesteron, estradiol, dan estrogen (selain itu, juga
memproduksi hcg dan somatomamotropin); dan
5. Detoksifikasi beberapa obat.6
Amnion adalah kantong besar yang berisi cairan amnion, tempat janin
tergantung oleh tali pusatnya. Fungsi cairannya untuk meredam guncangan,
memungkinkan janin bergerak, dan mencegah perlekatan mudigah pada jaringan di
sekitarnya.6
Janin menelan cairan amnion, yang diserap melalui ususnya dan dikeluarkan melalui
plasenta. Janin menambahkan urin ke dalam cairan amnion, yang sebagian besar dari
urin ini adalah air. Jumlah cairan amnion yang berlebihan (hidramnion) dikaitkan
dengan anensefalus dan atresia esofagus, sedangkan jumlah yang kurang
(oligohidramnion) dikaitkan dengan agenesis ginjal.
Tali pusat, dikelilingi oleh amnion, mengandung dua arteri umbilikalis, satu
vena
umbilikalis, dan Wharton's jelly, yang berperan sebagai bantalan pelindung bagi
pembuluh darah. Selaput janin pada janin kembar bervariasi bergantung pada asal
dan waktu pembentukannya.
Dua pertiga dari kembar bersifat dizigot, atau fraternal; kembar ini memiliki dua
amnion, dua
korion, dan dua plasenta, yang kadang menyatu. Kembar monozigot biasanya
memiliki dua
amnion, satu korion, dan satu plasenta. Pada kasus kembar dempet, yaitu janin tidak
sepenuhnya terpisah satu sama lain, terdapat satu amnion, satu korion, dan satu
plasenta.
Sinyal-sinyal yang memulai persalinan (partus) tidak diketahui dengan jelas, tetapi
persiapan untuk persalinan biasanya dimulai antara 34 hingga 38 minggu. Persalinan
itu sendiri terdiri dari tiga kala:
1. Pendataran dan dilatasi serviks,
51

2. Pelahiran janin, dan


3. Pelahiran plasenta dan selaput janin.6

4. Menghitung Usia Kehamilan

Usia kehamilan dapat diketahui dengan berbagai cara, diantaranya dengan USG, TFU
dan HPHT perempuan.8

1. Berdasarkan HPHT
Hari pertama haid terakhir (HPHT) merupakan salah satu cara menghitung usia
kehamilan secara manual yang bisa dilakukan sendiri oleh ibu hamil. HPHT adalah
hari pertama pada siklus menstruasi yang terjadi terakhir kali sebelum penghitungan
dilakukan. Menurut American Pregnancy Association, cara ini dilakukan karena
waktu terjadinya conception atau pembuahan hampir tidak bisa dipastikan.
Pada wanita yang memiliki siklus menstruasi teratur, pembuahan biasanya terjadi
sekitar 11-21 hari setelah hari pertama haid terakhir. Sementara itu, jika siklus
menstruasi tidak teratur, akan lebih sulit untuk menentukan waktu terjadinya ovulasi
dan pembuahan. Masalah yang sering terjadi adalah ibu lupa mencatat tanggal HPHT.
Akibatnya, ibu hanya dapat memperkirakan waktu tersebut.7
Rumus menghitung :
(tanggal HPHT+7), (Bulan pada saat haid terakhir-3), (Tahun pada saat haid
terakhir+1)
Contoh: Hari terakhir menstruasi pada 18 November 2017.
Maka, perhitungannya adalah:
(18+7), (11–3), (2017+1) = 25, 8, 2018. Maka, HPL (Hari Perkiraan Lahir) adalah 25
Agustus 2018.
Dari HPL ini dapat dihitung usia kehamilan per tanggal 25. Misalnya, pada 25
Desember 2017 usia kehamilan adalah 6 minggu atau 1 bulan, dan seterusnya.
Namun jika HPHT terjadi di bulan yang tidak bisa dikurangi 3 (Januari–Maret), maka
bulan cukup ditambah 9 sedangkan tahunnya tetap.
Contoh: Terakhir kali menstruasi pada 6 Februari 2018.
Maka, perhitungannya adalah:
(6+7), (2+9), (2018) = 13, 11, 2018. Maka, HPL adalah 13 November 2018.7
52

2. Menghitung kehamilan berdasarkan hasil USG


Cara menghitung usia kehamilan lainnya adalah dengan mengandalkan hasil USG.
Metode ini bisa mulai dilakukan sejak 5-6 minggu setelah terjadinya menstruasi
terakhir. Namun, idealnya penghitungan bisa dilakukan pada 8-18 minggu kehamilan.
Ketika usia janin bertambah, hasil penghitungan bisa jadi semakin tidak akurat
USG adalah salah satu cara untuk mengamati kondisi bayi dalam kandungan dengan
menggunakan teknologi ultrasonography. Melalui USG, banyak hal yang bisa
diketahui. Beberapa diantaranya adalah kantong kehamilan, detak jantung, letak
kehamilan, keadaan kehamilan, dan ukuran tubuh janin.
Cara penghitungan usia kehamilan menggunakan USG dapat dilaukan dengan cara
sebagai berikut;8
a. Crown Rump Length (CRL)
Salah satu cara mengetahui usia kehamilan adalah dengan metode Crown Rump
Length (CRL) yaitu dengan cara mengukur panjang embrio dari kepala sampai
bokong. Metode pengukuran ini dapat dilakukan pada 7-13 minggu usia
kehamilan.
b. Biparietal Diameter (BPD)
Metode selanjutnya dengan cara mengukur lingkar kepala. Metode ini bisa
dilakukan setelah usia kehamilan mencapai usia kehamilan 12 minggu.
Umumnya, lingkar kepala janin pada usia 13 minggu sektar 2,4 cm.
c. Femur Length (FL)
Metode dengan cara mengukur panjang tulang femur atau paha. Umumnya,
ukuran panjang paha janin pada usia 14 minggu adalah 1,5 cm.

3. Cara menghitung usia kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri


Selain kedua cara tersebut, usia kehamilan juga bisa ditentukan dengan mengetahui
tinggi fundus uteri. Perkembangan janin dalam kandungan biasanya membuat rahim
bertambah besar. Fundus atau bagian atas uterus akan bergerak lebih tinggi sekitar 4
cm atau selebar 2 jari setiap bulan.
Ketika janin berusia 13-14 minggu, bagian atas uterus biasanya berada diatas tulang
pubik ibu. Pada janin berusia 20-22 minggu, bagian atas uterus berada di pusar ibu.
Ketika janin berusia 36-40 minggu, bagian atas uterus hampir berada di bawah rusuk
ibu. Pada minggu-minggu sebelum kelahiran, posisi bayi bisa berada lebih rendah.
53

Cara menghitung usia kehamilan dengan metode ini bisa menggunakan jari atau alat
ukur khusus, seperti pita ukur.8
Hasil perhitungan pada pita ukur biasanya meunjukkan berapa usia kehamilan saat itu.
Misalkan setelah dilakukan pemeriksaan, pita ukur meunjukkan panjangnya berkisar
28 cm. Maka, dapat ketahui bahwa usia kehamilannya adalah 28 minggu.7

DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood,Lauralee. Fisiologi Manusia dari sel ke Sistem. Jakarta;EGC;2011


2. Dafriani P. BUKU AJAR Anatomi & Fisiologi UNTUK MAHASISWA
KESEHATAN. 1st Ed. Marlinda R, Rahadian. Padang: CV Berkah prima; 2019. 246
p.
3. Sherwood,Lauralee. Fisiologi Manusia dari sel ke Sistem. Jakarta;EGC;2011
4. Sherwood,Lauralee. Fisiologi Manusia dari sel ke Sistem. Jakarta;EGC;2011
5. Sherwood,Lauralee. Fisiologi Manusia dari sel ke Sistem. Jakarta;EGC;2011
6. Langman.Medical Embryology.Edisike-12
7. Sari, Dyah Permata. Perhitungan Usia Kehamilan Berdasarkan Pengukuran Tinggi
Fundus Uteri dengan Hari Pertama Haid Terakhir di BPS Farida Yuliani Desa
Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto. Biomedika Vol. 11 No. 01.
2018
8. Utami, Puji Utami, dkk. Uji Kesesuaian Alat Digitalisasi FTU, Pita Ukur dan HPHT
Dalam Menentukan Usia Kehamilan Pada Ibu Hamil. Trisemester 2 dan 3. Jurnal
Medika Respirasi Vol. 14 No. 4. 2019

Anda mungkin juga menyukai