Hal 1-17 KATETER - NGT SMT 4 2019-20
Hal 1-17 KATETER - NGT SMT 4 2019-20
PENDAHULUAN
Kateterisasi kandung kemih adalah suatu tehnik yang sangat bermanfaat dan perlu
dikuasai oleh semua dokter. Indikasinya sebagai berikut:
1. Ketidakmampuan berkemih karena:
a. obstruksi
b. penurunan tonus kandung kemih (pasca bedah)
c. penyakit neurologis
2. Untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit urologis.
3. Memonitor produksi urin, misalnya pada terapi syok.
Pemasangan kateter melalui urethra terlihat sederhana dan mudah, tetapi bila
pemasangan tidak mengikuti prosedur medis, dapat menimbulkan komplikasi yang sangat
merugikan pasien.
KATETER
Kateter adalah pipa berlubang yang didesain khusus untuk berbagai keperluan medis.
Kateter yang dimaksud adalah kateter dibidang urologi yaitu yang dimasukkan ke dalam
kandung kemih pasien dengan berbagai indikasi yang berbeda.
Ukuran kateter ditentukan oleh diameter luarnya dan dinyatakan dalam satuan French
atau Cherrere, dimana satu French = 1 cherrere = 0,33 mm. Kateter yang berukuran 30 Fr,
diameter luarnya sama dengan 10 mm atau 1 cm. Kateter dapat dibuat dari berbagai macam
bahan, seperti :
Karet / lateks
Plastik
Poli uretan
Silikon
Logam.
Silikon merupakan bahan kateter yang paling baik karena tidak menimbulkan reaksi
inflamasi pada saluran kencing, tetapi bahan ini mahal. Sebaliknya bahan yang paling cukup
murah yaitu karet atau lateks memiliki kekurangan yaitu menyebabkan iritasi pada mukosa
Keterangan:
Gambar 1 dan 2 : Kateter ‘Non retaining’, biasanya untuk satu kali pakai
Gambar 3 dan 4 : Kateter ‘ Self retaining’, untuk pemakaian kateter menetap.
TEKNIK KATERISASI
Untuk pasien wanita:
1. Pasien berbaring dengan kedua tungkai abduksi penuh dan lutut difleksikan (posisi
lithotomy)
2. Setelah daerah genital dicuci dengan desinfektan ringan atau air steril, buka vulva
dan bersihkan serta bilas introitus vaginae.
2. Antibiotika cukup diberikan 1 kali yaitu saat sebelum pemasangan kateter sebagai
profilaksis. Walaupun pemasangan kateter telah dilakukan secara aseptik, pada hari ke-
4 dapat terjadi pertumbuhan kuman di sekitar kateter dan hal ini tidak dapat dieradikasi
selama masih terpasang kateter. Selama kuman tidak menginvasi mukosa dan masuk ke
aliran darah, maka hal ini tidak berbahaya. Namun, apabila kuman tersebut masuk ke
aliran darah, hal ini disebut sebagai SEPTICAEMIA, yang ditandai dengan timbulnya
demam sehingga perlu diberikan antibiotik yang adekuat.
KOMPLIKASI KATETERISASI
1. Lesi mukosa urethra
Bila ini terjadi tidak perlu dirisaukan, karena akan sembuh sendiri.
2. False route
Salah jalan, dimana kateter terpasang sampai menembus dinding urethra. Bila hal ini
terjadi pemasangan kateter per urethra dibatalkan dan diganti dengan cystostomi.
3. Hematuria
Over distension dapat terjadi karena retentio urin berkepanjangan, sehingga setelah
dipasang kateter, urin yang seharusnya jernih menjadi kemerahan. Hematuria akan
berhenti sendiri selama bekuan darah tidak menyumbat lubang kateter, sehingga tidak
perlu dilakukan sesuatu penanganan tambahan.
4. Spasme buli-buli atau uninhibitory detrussor contraction
Nama :
NPM :
Kelompok :
TTD :
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
1. Memberi salam dan membaca basmallah
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter, pasien dalam
posisi terlentang
3. Mempersiapkan alat-alat untuk pemasangan kateter
4. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
5. Membersihkan glans penis mulai dari ostium urethra externus
menggunakan antiseptik dan kassa steril.
6. Menutup genital dengan doek berlubang steril
7. Memasukan gel ke dalam ostium urethra externus
8. Memegang penis dengan tangan kiri dan menegakkannya.
9. Memasukkan kateter ke dalam urethra sampai batas percabangan
kateter sampai urin mengalir keluar
10. Memasukkan NaCl 0,9% 10 ml ke dalam kateter untuk
mengembangkan balon, kemudian doek dilepas
11. Menyambungkan kateter dengan urine bag
12. Memfiksasi kateter ke paha dalam dengan plester.
13. Mengucapkan hamdallah dan memberi salam
Jumlah
Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Jumlah
Nilai : x 100% =
26
Jakarta,............................... Mengetahui,
Penilai Koordinator Skills Lab
( ) ( )
Nama :
NPM :
Kelompok :
TTD :
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1. Memberi salam dan mengucapkan basmallah
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter
3. Pasien dalam posisi lithotomy
4. Mempersiapkan alat-alat untuk pemasangan kateter
5. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
6. Membersihkan area ostium urethra externus dari atas ke bawah
menggunakan kassa steril dan antiseptik
7. Menutup genital dengan doek lubang steril
8. Memberi pelumas pada kateter sepanjang 5 cm
9. Membuka vulva dan meletakkan satu tangan untuk mempertahankan
posisi
10. Memasukkan kateter ke dalam urethra sepanjang 4-5 cm sampai
urin mengalir keluar, kemudian di klem
11. Jika urin sudah keluar, masukkan kateter kurang lebih 2,5 cm
12. Memasukkan NaCl 0,9% 15 ml ke dalam kateter untuk
mengembangkan balon, duk dilepas
13. Menyambungkan kateter dengan urine bag
14. Memfiksasi kateter ke paha dalam dengan plester.
15. Mengucapkan hamdallah dan memberi salam
J u m la h
Keterangan :
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tapi tidak sempurna
2 = dilakukan dengan sempurna
Jumlah
Nilai : x 100% =
30
Jakarta,............................... Mengetahui,
Penilai Koordinator Skills Lab
( ) ( )
Setiap dokter harus menguasai cara melakukan intubasi gaster atau memasukkan selang
ke dalam gaster yaitu dengan nasogastric tube (NGT). Walaupun relatif sederhana, prosedur
ini terasa sangat tidak menyenangkan, baik bagi pasien maupun dokternya.
Jenis Pipa:
Pipa pendek (pipa Nasogaster) dirancang untuk mengosongkan lambung. Terdapat 3 jenis
pipa nasogaster, yaitu:
1. Pipa Ewald
Pipa yang mempunyai diameter besar, digunakan untuk membilas lambung. Pipa ini
juga bisa digunakan untuk mengeluarkan bekuan-bekuan darah pada perdarahan
lambung. Karena berdiameter besar biasanya pipa ini diinsersi melalui mulut.
2. Pipa Levin
Pipa jenis ini adalah pipa yang paling banyak digunakan. Pipa ini berlumen tunggal
terbuat dari karet atau plastik (Gambar 1). Pasien lebih tahan terhadap pipa plastik
karena iritasi yang dapat terjadi pada pharynx dan esophagus lebih minimal. Diameter
yang umum dipakai adalah 14 Fr (5 mm). Pipa berlumen tunggal hanya boleh dihisap
secara terputus-putus. Penghisapan yang terus menerus akan menyebabkan mukosa
lambung ikut terhisap.
3. Sump tube
Pipa ini memiliki lumen ganda. Pipa kedua yang memiliki diameter lebih kecil
memungkinkan udara masuk ke dalam gaster. Secara teoritis pipa ini dapat
dihubungkan dengan alat penghisap yang bekerja terus menerus, karena udara yang
masuk melalui pipa kecil akan mencegah obstruksi pipa utama dan terhisapnya
mukosa lambung. Namun pipa jenis ini juga mudah tersumbat dan mukosa sering
terhisap.
Prosedur Pelaksanaan
- Beri penjelasan singkat kepada pasien atau keluarganya bahwa akan dilakukan
pemasangan NGT, karena kebanyakan pasien akan merasa khawatir bila harus
dipasangi pipa lambung. Bahkan ditangan dokter yang berpengalamanpun prosedur
ini sangat tidak menyenangkan.
- Perkirakan atau ukur panjang pipa yang dibutuhkan untuk mencapai lambung.
Perkiraan ini dilakukan dengan cara mengukur jarak antara pangkal hidung ke
daun telinga bawah ditambah dengan jarak antara pangkal hidung ke ujung
processus xiphoideus. Beri tanda pada NGT setelah dilakukan pengukuran
- Siapkan kertas pembersih serta tempat menampung muntah untuk pasien.
- Lumasi ujung pipa sepanjang 4 inch dengan pelumas. Untuk mengurangi nyeri saat
pemasangan, maka dapat digunakan lidocain gel. Kemudian masukkan pipa secara
perlahan melalui lubang hidung ke dalam pharynx. Pada tahap ini biasanya akan
muncul refleks muntah pada pasien. Saat hal ini terjadi, tarik pipa kira-kira 1 inch dan
minta pasien untuk lebih santai. Jangan pernah mendorong terlalu keras. Jika dijumpai
tahanan, cukup putar pipa karena biasanya pipa akan masuk dengan mudah tanpa ada
hambatan. Bila tetap menemui hambatan, jangan dipaksa cobalah pada lubang hidung
yang lain.
- Biarkan pasien santai dan mintalah untuk melakukan gerakan menelan beberapa kali.
Pada saat ini doronglah pipa secara perlahan tetapi mantap sampai tercapai posisi
yang dikehendaki sesuai dengan pengukuran yang telah dilakukan sebelumnya. Bila
tidak ada kontraindikasi pasien dapat diberikan minum sedikit air.
Nama :
NPM :
Kelompok :
TTD :
NILAI
NO. ASPEK YANG DINILAI.
0 1 2
1. Memberi salam dan mengucapkan basmallah
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemasangan NGT
3. Mempersiapkan alat-alat untuk pemasangan NGT, mencuci tangan
dan memakai sarung tangan
4. Meletakkan pasien pada posisi Fowler tinggi dengan meletakkan
bantal di belakang kepala dan bahu, atau posisi duduk.
5. Mengukur panjang selang yang akan dimasukkan dengan cara
mengukur jarak dari puncak hidung ke daun telinga bawah dan ke
processus xiphoideus di sternum
6. Memberi pelumas pada selang sepanjang 10 – 20 cm.
7. Memasukkan selang dengan cermat melalui lubang hidung sampai
ke belakang tenggorok.
8. Mendorong selang dengan memutarnya pelan-pelan sampai pipa
masuk sepanjang yang sudah di ukur.
9. Memeriksa letak selang dengan cara melakukan auskultasi abdomen
sambil memasukkan 5 cc udara pada ujung selang NGT
10. Memfiksasi selang dengan plester dan hindari tekanan pada hidung.
11. Mengucapkan hamdallah dan memberi salam
Jumlah
Keterangan:
0 : tidak dilakukan
1 : dlakukan tapi kurang lengkap
2 : dilakukan lengkap
Jumlah
Nilai : x 100% =
22
Jakarta,............................... Mengetahui,
Penilai Koordinator Skills Lab