Anda di halaman 1dari 7

JUDUL : CINDERELLA

TEMA : PERJUANGAN DAN PERCINTAAN

“Aku hanya anak penjual pecel, aku bermimpi terus bermimpi, hingga suatu saat mimpi
itu padam, hingga aku disini. Aku seperti Cinderella bahgaia bersama seorang pangeran, yang
berhasil meraih impian dengan bantuan 3 peri.“– Terdiam dalam lamunanku,di dalam ferris
wheel alun-alun kota Batu.

*--*

“Nduk, ayo tangi!! Wes jam 4, ewangono ibu masak sego, yo.”ucap ibuku sambil
menggoreng kacang,yang artinya bangun nak bantu ibu masak nasi.

“Iyo buk.”balasku, yang artinya iya buk.

Segera aku mengumpulkan niat, karena kehidupanku berada di setiap bungkus pecel
yang di beli pelanggan. Aku dan ibu harus membanting tulang, semua ini karena ayahku
meninggalkan ibuku demi wanita lain. Teringat hal ini aku sangat membenci dia, suatu saat aku
bertemu dengannya aku tidak akan menganggap dia ayakhu.

“Pecel..pecel..masih panas!!”ucap ibuku di setiap pagi. Kami berjualan dari jam 5 pagi
hingga jam 10 pagi di pasar besar. Aku hanya membantu ibuku dari jam 4 hingga jam 6 pagi,
karena setelah itu aku harus mengejar angkot ke sekolah.

“ Mas, angkot yo nang SMAN 4.”ucapku pada supir angkot, yang artinya mas angkot ke
SMAN4 malang.

”Iyo,nduk telung ewu.” balas supir angkot yang artinya iya nak 3rb.

“Nggih pak.”balasku sambil menggangguk yang artinya iya pak.

Tiba-tiba di perjalanan aku terpikir nama yang diberikan ibuku, Varajna Ayu. Aku hanya
gadis penjual pecel menurutku, nama itu tidak pantas untukku, ibuku mengambil nama ini dari
gadis sukses yang membeli pecel, apa mungkin aku bisa menjadi gadis itu. Aku ingat Ibuku
pernah berkata, “Apalah arti sebuah nama?Kamu tidak harus kaya raya untuk nama yang bagus
semua punya hak, takdir hidup kita yang tentukan bukan sebuah nama.”perkataan itu yang
menjadi pedoman di hatiku saat aku dihina Nara, aku tau diriku hanya murid yang mendapat
beasiswa, aku juga tidak mempunyai handphone, sepatu ataupun tas sebagus dia. Aku sungguh
iri dengannya, semoga suatu saat akku mendapatkannya dari hasil kerja kerasku

“Suwun pak.” artinya terima kasih pak ucapku.

Aku segera ke kelas menemui sahabatku Tia, dia adalah gadis yang baik hati dia tidak
pernah memandang status yang jauh berbeda, dia selalu membantuku dalam kesulian apapun,
aku bersyukur punya sahabat seperti dia.

“Hai tukang pecel! Ndi prmu??, cepet selak bel.”artinya mana prmu cepatlah sebelum
bel, ucap Nara dengan raut memaksa.
Aku hanya mengangguk dan memberikannya, lalu dia menarik bukuku dengan kasar. Aku
sudah terbiasa setiap hari selalu seperti ini, ini belum seberapa yang dia lakukan kepadaku.
Beberapa saat kemudian bel berbunyi masukklah Pak Raka, dengan seorang siswa di
belakangnya.

“Anak-anak perkenalkan ini anak baru namanya Anak Agung Bhaskara, pindahan dari
Bali.” ucap pak Raka.

“Om Swastiatu,panggil saja saya Gusbhas” ucap Gus Bhas dengan ramah.

“Anak-anak Om Swastiastu artinya salam pembuka.” ucap pak raka, tanpa ada satupun
yang peduli hanya terpaku pada Gusbhas.

“Bali?Waahh aku kapan aku bisa kesana, aku hanya bisa lihat dari tv.“ucap varajna dalam
hatinya sambil berkhayal .

“Gusbhas, kamu duduk di sebelah varajna.”ucapan pak Raka, sontak membuat buyar
khayalanku .

“Baiklah, pak.” balas gusbhas sambil menuju ke tempat dudukku. “Hai...”ucapnnya


dengan senyuman. Aku hanya membalas dengan senyum kecil, karena bagiku semua lelaki
seperti ayahku.

Setelah beberapa bulan duduk dengan Gusbhas, aku merasa sangat nyaman, ternyata dia
tidak sama dengan ayahku. Aku menceritakan semua hal tentangkku, dia tidak keberatan
berteman denganku dan malah sering membantuku. Dia dan keluarganya selalu membeli pecel
ibuku setiap minggu pagi, terkadang aku heran orang kaya raya seperti dia, mau makan di
pinggir pasar mungkin Gusbhas dan keluarganya adalah orang yang rendah hati. Tidak hanya itu,
terkadang saat aku tidak mendapat angkot dia mau mengantarku pulang.

“ Na, makanan khas malang itu enak ya!! Apalagi pecel rasa gurih manisnya buat
ketagihan.” ucap Gusbhas.

“Iya bhas, tapi tidak hanya pecel, ada gado-gado, tahu campur dan masih banyak lagi,
kapan-kapan makan tahu campur di Dinoyo yuk?”balasku dengan senang hati.

“Kapan? Sekarang aja gimana?? Ini udah jam makan siang? Besok kita coba gado-gado
ya!“ balas Gusbhas dengan penuh semangat

“Ok ayok, ajak ibu ya! Ibu pasti senang .”balasku.

“Siap tuan putri!!” balas nando dengan girang. Setelah melalui padatnya arus Dinoyo,
akhirnya kami sampai.

“ Mas telu yo, ngombe teh anget.” ucapku pada penjual tahu campur langgananku yang
berati mas 3 tahu campur dan teh hangatnya.

“Nggih mbak.” balasnya dengan ramah yang berati iya mbak.

Sembari menunggu, kami bercerita dan bercanda tiba-tiba, ibuku terpanah melihat mobil
Alphard parkir di depan warung tahu campur. “Nduk.. itu mobil apik-apik kok mangan tahu
campur ya? “ ucap ibuku dengan nada raut bingung yang artinya nak mobil bagus kok makan
tahu campur.
“Saking enaknya bu..” balasku sambil tertawa.Turunlah penumpang alphard lalu masuk
menuju ke arah kami, kemudian terlihat muka ibuku merah padam melihat lelaki itu bersama
perempuan dan Nara.

“Plak!!.” tamparan keras ibuku mendarat di wajah lelaki itu, yang membuat aku dan
gusbhas kaget, bahkan seisi warung memperhatikan kami.

“Kurang ajar, demi wanita ini!!ucap ibuku sambil menyiram tahu campur di baju wanita
itu. “Siapa sebenarnya mereka?Kenapa mereka hanya membisu dan tidak membalas?”ucapku
dalam hati.

“Ma, pa!! Kok diem aja,cewek ini siapa sih!! Berani banget !!”ucap Nara dengan kasar
kepada ibuku.

“Hei kamu, ibumu sudah merebut suami orang jangan kurang ajar kamu sama orang
tua!!” balas ibuku dengan nada benci.

Aku tidak menyangka dia ayahku, bahkan ibuku yang lemah lembut berubah drastis
seperti monster dan Nara adalah saudara tiriku. Aku segera meninggalkan kericuhan ini, aku
berlari ke luar jalan raya untuk menenangkan diri. Belum terlalu jauh aku berlari, terdengar
suara gesekan rem dengan aspal di belakangku. Banyak orang berlari, terlihat raut
Gusbhas,Nara, dan wanita itu kalang kabut , lelaki itu menangis sambil menggendong wanita di
pelukannya,darah mengalir deras di bagian kepalanya. Aku pun segera kembali ke tempat itu
untuk memastikan apa yang terjadi , namun Tuhan berkehendak lain.

“Minggir!!! Bukkkkkkk, kenapa bukkk!! teriakku sambil terisak dalam tangis kepedihan

jantungku seakan berhenti, separuh nyawaku telah melayang.

Ambulans yang ditelepon Gusbhas pun datang, petugas membopong ibuku dengan
tandu dan melepas pelukan eratku untuk terakhir kalinya. “Tuhan inikah rencanamu? Aku tidak
pernah menuntut lebih darimu, aku hanya ingin bahagia bersama ibuku, tapi kenapa?!!! “
ucapku sambil terisak dalam tangis di dalam ambulans.

“ Nak,kamu harus tabah” ucap lelaki itu melihatku menunggu semalaman di depan
koridor. “Plak!!(tamparan keras mendarat di pipi mulusnya).Dalam hidupku aku tidak pernah
punya ayah!! Gara-gara anda, ibu saya jadi seperti ini?!! Jangan datang lagi ke kehidupan kami!!
“ucapku dengan kasar.

“Maafkan ayahmu,nak . Ayah akan menaggung biaya ibumu.“balasnya dengan nada


bersalah.

“Tidak, saya akan keluar dari sekolah dan mencari uang,”balasku tegas.

“Nak RS.Panti Nirmala biayanya mahal, pendidikan sangat penting bagi kehidupanmu.
Jangan karena kebencianmu pada ayahmu hidup ibumu dan kamu terancam.”ucapnya
memaksaku.

“Baru sekarang?setelah ibuku terbaring lemah. Anda pernah berpikir kehidupan kami
sebelumnya?”ucapku sambil meninggalkan lelaki itu.
Tanganku terasa gemetar, hatiku kalut aku memang benci dia tapi apa pantas aku
menamparnya. “Nggak pantas na, dia tetap ayahmu.” Sahut Gusbhas.

“ Kamu tau apa bhas? Dia sudah melukaiku bahkan, tanganku saja sampai tidak kuat
menahan semuanya.”balasku dengan tatapan kosong.

“ Ayahmu meminta maaf pada ibumu saat kamu pergi lalu, ayahmu mengejar kamu
pergi tapi naas, ibumu menyelamatkan ayahmu. Menurutmu apa ibumu tidak mencintai lelaki
ini? Lalu kenapa kamu berani menamparnya? “ ucap Gusbhas dengan menatapku tajam.

“ A..aa.aku t.i.d..a..k t..au” jawbku terbata-bata.

Dokter keluar dari ruang ICU setelah 3 jam lebih,“Maaf,pendarahan terlalu banyak kami
tidak bisa menyelamatkannya.”ucap dokter pasrah. Mendengar perkataan itu aku menerobos
masuk dan memegang tangan dingin ibuku, wajahnya begitu pucat tapi tampak sangat muda,
tertidur dalam senyuman untuk selamanya. Aku sungguh tidak sanggup kehilanganmu, aku
bahkan belum sempat membuat hidupmu bahagia.

Aku merasa semua salahku, ucapan dalam hatiku padanya yang aku ingat hanya kata
monster, wanita yang mencintai aku dengan tulus telah pergi. “Aku bahkan berani menampar
ayah,bu.Aku anak durhaka!!Maaf bu!”ucapku sambil terisak mengelus batu nisan.

Setelah kejadian yang mebuat sebagian nyawaku hilang, masalah kembali datang padaku

“ Puas na?!! .. papa mamaku jadi berantem gara-gara ibumu, dasar keluarga murahan!!
Dan satu lagi kamu itu gak pantas buat Gusbhas!! Inget na.. kamu hanya anak penjual pecel,
jangan bermimpi tinggi !!!” ucap Nara di depan teman-teman kelasku.

“Plakk!!(tanpa segan aku menampar pipi mulusnnya) Apa kamu bilang?? Murahan?? Aku
beri tau, ibumu yang sudah mengambil ayahku, pernah berpikir perasaan kami tanpa ayah?!!
Kamu hanya anak dari wanita yang merebut suami orang!! “Balasko yang membuat Nara malu.

“Kamu!! ”ucap Nara sambil menjambak rambutku dan menarik bajuku, aku pun
membalasnya tanpa peduli sekitarku. Gusbhas dan tia segera melerai kami, mereka tampak
kaget melihat perilaku berubah 90 derajat. Akhirnya, Pak Raka datang dan membawa kami ke
ruang BK.

“Kamu kenapa sih? Ibumu pasti kecewa!! Kamu tau kan Nara itu orang kaya, kamu bisa
dikeluarkan dari sekolah.”ucap Tia dengan heran.

“Ntalah, aku udah nyerah sama hidup ini.”balasku pasrah.

“Na, aku beneran kecewa.”ucap Gusbhas meninggalkanku sambil menarik tangan Tia.

Masalah ini sudah menyebar luas, Gusbhas dan Tia menjauhiku sekarang, membuat
pikiranku makin amburadul ditambah lagi tanpa ibu aku harus berkeja banting tulang . Hingga
akhirnya, aku dipanggil kepala sekolah beasiswaku dicabut, pelajaranku beberapa bulan terakhir
menurun drastis dan juga karena sangkut paut masalah dengan Nara. Dalam hatiku, aku yakin
semua ulah Nara dia pasti menyogok pak Raka seperti yang dikatakan Tia. Hidupku makin
hancur kehilangan ibu,Gusbhas, tia dan sekolah seluruh harapan, impianku telah sirna.
Kini aku menjadi pembantu rumah tangga. Pekerjaan yang menguras semua tenaga, aku
lakukan karena sudah tidak ada pilihan. Aku tidak bisa berjualan pecel , karena membuatku
teringat dengan ibu dan lagi tempat berjualan pecel ibu disita oleh pemiliknya. Sudah hampir 2
tahun aku melakoninya, aku mulai terbiasa dengan keadaanku lambat laun aku mulai
melupakan semuanya yang pergi, namun akhir-akhir ini aku sering mendapatkan paket makanan
dari orang asing, tapi kali ini paket berisikan uang 10 juta, aku memang butuh uang ini sekarang
karena gaji pembantu tidak cukup untuk membayar kontrakan rumah yang sebentar lagi habis,
tapi dari siapa semua ini.

“Tok.. tok.. permisi, ada orang di dalam?” ucap seseorang tiba-tiba.

Segera aku bergegas membukakan pintu,“A… nddaa.. .” ucapku terbata. Aku masih ingat
tamparan yang mendarat di pipinya, aku juga masih belum bisa memafkan dia, tapi demi
menebusku kesalahku kemarin, “Ada apa kemari?Bagaiman anda tau saya tinggal disini? “
tanyaku dengan sopan.

“ Aku hanya ingin tau keadaanmu. Maaf, ayah baru kesini kehilangan ibumu dan masalah
besar di perusahaan ayah membuat ayah sangat sibuk. Ayah tau dari Gusbhas.” Jawab ayahku
dengan lembut.

Gusbhas dimana dia sekarang? Aku sangat rindu dengannya? “Oh iya silahkan masuk.. “
balasku dengan sopan. “ Mau minum apa?” tanyaku lembut.

“ Tidak usah, duduklah ayah ingin menjelaskan sesuatu“balas ayahku. Aku hanya
mengangguk, dan duduk di sampingnya.

“Apa kamu suka dengan paket makanan, yang ayah kirim akhir-akhir ini? Ayah tau kamu
pasti lelah dengan pekerjaanmu.”tanya ayahku.

“Hmm..“(mengangguk pasrah)balasku.

“Ayah menyayangimu nak, ayah tau kamu belum bisa memaafkan ayah, waktu itu ayah
hanya khilaf, ibumu mengusir ayah dari rumah saat mengandungmu, ayah tidak bisa berbuat
apa-apa ayah merasa tidak pantas dengan ibumu, ayah hanya bisa mengamati kalian dari
kejauhan. Hingga saat itu ayah bertemu kalian, kerinduan ayah sudah terbayar tapi hati ayah
hancur ibumu meninggal dan kamu menjadi seperti ini. Kamu tidak bisa makan enak? Punya
baju bagus, merasakan keutuhan keluarga, semua ini karena ayah.” ucap ayahku sambil
meneteskan air mata menyesal.

Mendengar perkataannya, hatiku tersentuh.“ A..yahh aku maafin kok yah. Maaf,aku
menampar ayah, ayah dan aku manusia wajar kalo kita salah. Ini rencana Tuhan, mungkin
Tuhan menganggap kita bisa menghadapi semuanya, karena hal ini aku belajar mandiri dan
dewasa, walaupun penderitaan yang aku alami cukup berat. ”ucapku dengan senyum dalam
tangis.

Aku tidak tau serumit apa cinta orang dewasa, tapi aku tau ibu dan ayahku pasti saling
mencintai satu sama lain. Semenjak kejadian kemarin hubungan ayahku semakin dekat, kami
sering pergi bersama hingga larut malam. Kami juga berziarah ke makam ibu disana,terlihat
ayah sangat menyesal kehilangannya. Ayah juga menceritakan Nara, dia adalah gadis yang baik
namun semenjak putus dengan pacarnya dia menjadi berubah sombong dan kasar. Aku sadar,
karena kehilangan cinta dari seseorang hidup kita bisa berubah. “Aku sudah memafkan nar, aku
mengerti apa yang kamu rasakan” ucap dalam hatiku.

Ntah kenapa semenjak kedekatanku dengan ayah aku merasa bangkit lagi, aku berhenti
menjadi pembantu rumah tangga, aku berjualan pecel di alun-alun kota. Ayahku tidak keberatan
dia sangat bangga denganku, dia memberiku ide untuk berjualan di alun-alun waktu liburan
natal dan tahun baru karena banyak Turis luar negeri datang ke Malang. Aku berjanji pada ayah
untuk menebus uang 10 juta yang beliau berikan, itu menjadi semangatku.

“Tuhan semoga usahaku kali ini berhasil !!(ucapku dalam hati)Pecel,pecel!!teriakku di


keramaian alun-alun kota Malang.

“Excuse me, what is this ?”ucap turis.

“This is pecel miss.. You wan’t to try? “balasku dengan nada girang.

“Of course” jawab turis. Aku pun segera menyajikan pecel, aku bersyukur aku bisa fasih
bicara inggris, dalam hati aku berharap pecelku bisa disukai turis luar negeri.

“ This is so good!! I love it!!ucap turis.

Aku tidak menyangka ide ayahku dan resep buatan ibuku disukai gadis bule, ibuku pasti
bangga disana. Kehidupankku berubah, karena turis asal Australia membawa turis lain untuk
mencoba pecelku, mereka sangat menyukainya tempe,peyek , bumbu kacang yang gurih dan
manis dengan perpaduan sayur dan nasi hangat, siapa yang tidak ketagihan. Semakin banyak
orang yang mengenal pecelku, aku bisa membayar uang 10jt ayahku tidak hanya itu kini aku bisa
membeli ruko di tepi jalan raya, mobil dan rumah dari hasil berjualan pecel . Tentu tidak
semudah itu cobaan pasti datang, terik matahari, asap kendaraan, berkali-berkali gagal itulah
yang menjadikanku berhasil sekarang.

“Mbak,dua nasi pecel, es jeruknya“ ucap lelaki dengan ramah, namun mendengar
suaranya aku tampak tidak asing.

“Bhas.. tiaaa..” teriakku sambil memeluk mereka.

“Aaa… ciye sekarang yang sudah sukses!! Bangga deh yang jadi sahabatnya, iya gak
bhas?” ucap tia dengan bangga.

“Iyalah cewek idaman gituloh.”ucapan Gusbhas membuat jantungku berdekup kencang.

“Ahh… bisa aja kalian. Pecel special gratis deh buat kalian!“balasku dengan
bahagia,mereka tampak girang mendengar ucapanku.

“Libur natal nanti kita jalan-jalan ke Batu yuk!! Nanti aku ajak pacarku, biar gak kayak
nyamuk.”tanya tia kepada kami berdua.

“Iya bu dosen!!”balas kami berdua serentak sambil tertawa.

Selama ini ternyata mereka tidak meninggalkanku, mereka hanya ingin aku bangkit
sendiri dari masalah yang aku hadapi. Mereka tetap mengikuti kabarku dari ayah. Kata Tia,
gusbhas yang paling sering menanyakanku, aku sangat bahagia bisa mendengar perkataan itu
dan juga Gusbhas, Tia kini sudah mejadi lulusan arsitek dan dosen. Senangnya hatiku, melihat
mereka bisa meraih impiannya. Namun, aku jadi teringat Nara kini dia hanya menjadi ob di
perusahaan ayahku, ayah memberikan hukuman kepadanya karena kelakauannya, walupun dia
sangat membenciku tapi aku tidak akan berlaku sama dengannya.

Rasa manis dan gurih posko ketan menemani kami menjelajahi Batu. Hawa dingin, dan
hiru pikuk yang berbeda membuat kami melupakan beban sejenak. Tampak keindahan begitu
memukau ketika sampai ke titik teratas. Rasa takut, lama menunggu, terbayar lunas dengan
keindahan kota Batu yang sungguh memukau, apalagi jika ditemani seseorang yang special
menaiki fairis whell.

“Varajna Ayu, sekarang nama itu pantas kan buat kamu? tanya Gusbhas sambil
mengagumi keindahan kota Batu dari ferris wheel alun-alun kota Batu.

“Iya pas, rencana Tuhan itu indah banget ya bhas, dibalik air mata selalu ada pelangi.”
balasku sambil menggegam tangannya.

“Aku hanya anak penjual pecel, aku bermimpi terus bermimpi, hingga suatu saat mimpi
itu padam, hingga aku disini. Aku seperti Cinderella bahgaia bersama seorang pangeran, yang
berhasil meraih impian dengan bantuan 3 peri.“– Terdiam dalam lamunanku,di dalam ferris
wheel alun-alun kota Batu.

Anda mungkin juga menyukai