Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BUDIDAYA BIOTA AIR

“NILAI EKONOMIS IKAN LELE”

Oleh :

1. Nadia Andaresta 17030204016

2. Evi Putri Ma’rifatus Salafiyah 17030204019

3. Risti Efrilia Yudiandani 17030204046

PENDIDIKAN BIOLOGI A 2017

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan keanekaragaman hayati, salah
satunya adalah ikan lele (Clarias Batrachus). Budidaya ikan lele merupakan salah satu jenis
usaha budidaya perikanan yang semakin berkembang. Budidaya ikan lele berkembang pesat
karena teknologi budidaya yang relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, pemasarannya relatif
mudah dan modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah serta dapat dibudidayakan di lahan
sempit (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2007).

Ikan lele merupakan komoditas perikanan yang banyak disukai oleh masyarakat karena
harganya ekonomis dan mudah untuk dibudidayakan. Permintaan lele setiap tahun mengalami
kenaikan. Lele terbukti menyumbang lebih dari 10% produksi perikanan budidaya nasional
dengan tingkat pertumbuhan 17-18% per tahun (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2007).
Ikan lele memiliki kelebihan yaitu pertumbuhannya cepat, memiliki kemampuan beradaptasi
dengan lingkungan, rasanya enak dan kandungan gizinya yang cukup tinggi.

Pembenihan ikan merupakan kegiatan penting dalam budidaya perikanan. Kesuksesan


dalam pembenihan ikan akan sangat berpengaruh baik terhadap tahap budidaya selanjutnya.
Faktor yang menjadi penunjang keberhasilan ikan lele dalam budidaya diantaranya pakan
yang tersedia dengan kualitas baik karena pakan sangat diperlukan oleh ikan untuk memenuhi
kebutuhan energi dan tumbuh (Mulyadi, 2011). Sebelum melakukan budidaya ikan lele,
masyarakat pembudidaya harus mengetahui kualitas benih yang terbaik dari berbagai macam
jenis ikan lele.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana nilai ekonomis ikan lele berdasarkan minat konsumen dan permintaan
pasar?
2. Apakah yang perlu diperhatikan dalam budidaya ikan lele?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui nilai ekonomis ikan lele berdasarkan minat konsumen dan permintaan
pasar.
2. Mengetahui komponen yang perlu diperhatikan dalam budidaya ikan lele.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Ikan Lele (Clarias batrachus)

Lele atau ikan keli, adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah dikenali
karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki "kumis" yang panjang,
yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya. Lele, secara ilmiah terdiri dari banyak spesies.
Tidak mengherankan pula apabila lele di Nusantara mempunyai banyak nama daerah.
Antara lain: ikan kalang (Sumatra Barat), ikan maut (Gayo), ikan seungko (Aceh), ikan
sibakut (Karo), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makassar), ikan cepi
(Sulawesi Selatan), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah) atau ikan keli (Malaysia), ikan 'keli'
untuk lele yang tidak berpatil sedangkan disebut 'penang' untuk yang memiliki patil
(Kalimantan Timur). Di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond
(Thailand), gura magura (Srilangka), dan Tiongkok. Dalam bahasa Inggris disebut catfish,
siluroid, mudfish dan walking catfish. Nama ilmiahnya, Clarias, berasal dari bahasa
Yunani chlaros, yang berarti ‘lincah’, ‘kuat’, merujuk pada kemampuannya untuk tetap
hidup dan bergerak di luar air.

Ikan-ikan marga Clarias dikenali dari tubuhnya yang licin memanjang tak bersisik,
dengan sirip punggung dan sirip anus yang juga panjang, yang kadang-kadang menyatu
dengan sirip ekor, menjadikannya tampak seperti sidat yang pendek. Kepalanya keras
menulang di bagian atas, dengan mata yang kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung
moncong, dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba (barbels) yang amat berguna
untuk bergerak di air yang gelap. Lele juga memiliki alat pernapasan tambahan berupa
modifikasi dari busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam,
pada sirip-sirip dadanya. Ada yang mengatakan,bahwa patil ini tidak hanya tajam tetapi
juga beracun dan mengakibatkan panas tinggi jika orang tak sengaja terkena patil tersebut.

Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali lele laut yang tergolong
ke dalam marga dan suku yang berbeda (Ariidae). Habitatnya di sungai dengan arus air
yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa hidup
pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan. Di alam, ikan lele
memijah pada musim penghujan. Walaupun biasanya lele lebih kecil daripada gurami
umumnya,namun ada beberapa jenis lele yang bisa mencapai panjang 1-1,5 m dan beratnya
bisa mencapai lebih dari 2 kg. Air yang paling baik untuk pertumbuhan lele adalah air
sungai, air sumur, air tanah dan mata air. Namun lele juga dapat hidup dalam kondisi air
yang rendah O2 seperti dalam lumpur atau air yang memiliki kadar oksigen yang rendah
(Nugroho, 2007).

Lele memiliki insang tambahan yang sering disebut dengan arborescent atau labirin.
Insang tambahan ini memungkinkannya dapat hidup di dalam lumpur atau di air yang
hanya mengandung sedikit oksigen. Oleh karena itu ikan ini tidak memerlukan kualitas air
yang baik, walaupun begitu, para ahli perikanan tetap memberi syarat dari kualitas air yang
harus dipenuhi jika ingin sukses membudidayakan lele, syarat-syarat tersebut yaitu
(Khairuman dan Amri, 2008) :

- Suhu yang cocok untuk memelihara lele adalah 20-30°C.


- Suhu optimum untuk lele adalah 27°C.
- Tingkat keasaman tanah (pH) yang ditoleransi lele adalah 6,5-8.

Salah satu sifat dari lele adalah suka meloncat ke darat, terutama pada saat malam hari.
Hal tersebut karena lele termasuk ikan nokturnal, yaitu hewan yang lebih aktif beraktivitas
dan mencari makan pada malam hari. Sifat tersebut juga yang menyebabkan lele lebih
menyenangi tempat yang terlindung dari cahaya (Khairuman, 2008). Pakan alami ikan lele
berupa jasad hewani yaitu crustacea kecil, larva serangga (kutu air, jentik nyamuk), cacing
dan molusca (Susanto, 1987). Semua itu menunjukan bahwa ikan lele bersifat omnivora
cenderung karnivora. Sebagai karnivora, ikan lele mampu memakan zooplankton sampai
ikan kecil (Pillay, 1990).

B. Jenis Lele

1. Ikan lele lokal memiliki nama latin Clarias Batrachus, merupakan jenis lele yang
dikenal luas di masyarakat. Lele lokal memiliki Food Convertion Ratio (FCR) yang
tinggi, artinya rasio pakan yang diberikan terhadap berat daging yang dihasilkan
tinggi. Perlu lebih dari satu kilogram pakan untuk menghasilkan satu kilogram daging
dalam satu siklus budidaya. Selain itu, pertumbuhan lele lokal terbilang sangat lambat.
Lele lokal yang berumur satu tahun masih kalah besar dengan lele dumbo berumur 2
bulan. Terdapat tiga jenis lele lokal yang ada di Indonesia, yaitu lele hitam, lele putih
atau belang putih dan lele merah. Lele lokal memiliki patil yang tajam dan berbisa,
terutama pada lele muda.

2. Ikan lele dumbo pertama kali didatangkan ke Indonesia dari Taiwan pada tahun 1985.
Ikan ini menjadi favorit dikalangan peternak karena pertumbuhannya yang cepat dan
badannya yang bongsor dibandingkan dengan lele lokal. Sebagai perbandingan, lele
dumbo berumur 2 bulan besar badannya bisa dua kali lipat dibanding lele lokal
berumur satu tahun. Menurut keterangan eksportirnya, lele dumbo merupakan hasil
perkawinan antara Ikan lele asal Taiwan Clarias Fuscus dengan ikan lele asal
Afrika Clarias Mosambicus. Dari sisi fisik, ikan lele dumbo bisa dibedakan dengan
lele lokal dari warnanya yang hitam kehijauan. Lele dumbo juga akan bereaksi ketika
terkejut atau stres, kulitnya berubah menjadi bercak-bercak hitam atau putih dan
kemudian akan berangsur-angsur kembali ke warna awal.
3. Ikan lele sangkuriang dihasilkan dari indukan betina lele dumbo generasi ke-2 atau F2
dan lele dumbo jantan F6. Induk betina merupakan koleksi BBPAT, keturunan F2 dari
lele dumbo yang pertama kali didatangkan pada tahun 1985. Sedangkan indukan
jantan merupakan keturunan F6 dari keturunan induk betina F2 itu. Dari hasil
perkawinan ini ternyata didapatkan sifat-sifat unggul seperti kemampuan bertelur
hingga 40.000-60.000 butir per sekali pemijahan. Jauh berbeda dengan kemampuan
bertelur lele lokal yang berkisar 1.000-4.000 butir. Lele Sangkuriang juga lebih tahan
terhadap penyakit, dapat dipelihara di air minim, dan kualitas daging yang lebih baik.
Hanya saja kelemahannya, peternak tidak bisa membenihkan lele Sangkuriang dari
induk lele Sangkuriang. Apabila ikan lele Sangkuriang dibenihkan lagi, kualitasnya
akan turun. Jadi pembenihan lele Sangkuriang harus dilakukan dengan persilangan
balik.
4. Ikan lele phyton merupakan hasil dari silangan induk lele eks Thailand F2 dengan
induk lele lokal. Sayangnya tidak diketahui apa spesies dari indukannya dan dari
generasi keberapa indukan ikan lele lokalnya berasal. Menurut para penemunya,
indukan didapat dari lele lokal yang banyak dibudidayakan masyarakat setempat
secara turun temurun. Tapi berdasarkan beberapa literatur, lele phyton berasal dari
induk betina lele eks Thailand F2 dengan induk jantan lele dumbo F6. Ikan lele phyton
mempunyai ketahanan terhadap cuaca dingin, tingkat kelangsungan hidup (survival
rate) lebih dari 90%. Sementara itu, FCR mencapai 1, artinya satu kilogram pakan
menjadi satu kilogram daging dihitung mulai benih ditebar sampai panen dengan
siklus pemeliharaan selama 50 hari.
C. Nilai Ekonomis Lele

Banyak jenis lele yang merupakan ikan konsumsi yang disukai orang. Sebagian jenis
lele telah dibiakkan orang, tetapi kebanyakan spesiesnya ditangkap dari populasi liar di
alam. Lele dumbo yang populer sebagai ikan ternak, sebetulnya adalah jenis asing yang
didatangkan (diintroduksi) dari Afrika. Lele dikembangbiakkan di Indonesia untuk
konsumsi dan juga untuk menjaga kualitas air yang tercemar. Seringkali lele ditaruh di
tempat-tempat yang tercemar karena bisa menghilangkan kotoran-kotoran. Lele yang
ditaruh di tempat-tempat yang kotor harus diberok terlebih dahulu sebelum siap untuk
dikonsumsi. Diberok itu ialah maksudnya dipelihara pada air yang mengalir selama
beberapa hari dengan maksud untuk membersihkannya. Kadangkala lele juga ditaruh
di sawah karena memakan hama-hama yang berada di sawah. Lele sering pula ditaruh di
kolam-kolam atau tempat-tempat air tergenang lainnya untuk menanggulangi tumbuhnya
jentik-jentik nyamuk. Di seluruh dunia ikan lele didapatkan dengan cara ditangkap
maupun dibudidayakan. Penilaian terhadap rasa dari daging ikan ini bervariasi, ada yang
menganggapnya memiliki rasa yang luar biasa, ada yang menganggapnya tidak memiliki
rasa yang kuat. Ikan lele dimasak dengan berbagai cara. Ikan lele mengandung VItamin D
yang cukup tinggi. Ikan lele hasil budi daya mengandung asam lemak omega-3 yang
rendah namun memiliki asam lemak omega-6 yang tinggi. Ikan lele yang banyak
dipasarkan di Amerika Serikat merupakan ikan dari famili Ictaluridae. Sedangkan di
Indonesia, ikan lele yang dikonsumsi paling banyak berasal dari famili Clariidae pada ordo
yang sama.

Lele adalah ikan budidaya air tawar yang sangat populer. Produksi budidaya
meningkat tajam tiap tahun, selama lima tahun terakhir, antara lain karena luasnya pasar
bagi lele. Lele disukai konsumen karena berdaging lunak, sedikit tulang, tidak berduri, dan
murah. Dari sisi budidaya, lele relatif tidak memerlukan banyak perawatan dan memiliki
masa tunggu panen yang singkat. Pengolahan yang paling populer adalah dengan digoreng,
dan disajikan sebagai pecel lele. Bentuk pengolahan lain adalah dengan diberi
bumbu mangut (mangut lele). Peluang bisnis budidaya lele punya prospek yang sangat
menggiurkan untuk menambah pendapatan sampingan maupun utama. Apalagi, lele
memiliki permintaan yang cukup besar dari rumah makan sampai potensi ekspor. Bahkan,
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong para pengusaha lele untuk
menggarap peluang pasar ekspo. Pasalnya, kawasan Asia pada 2020 diprediksi kekurangan
pasokan Lele hingga 26 juta ton. Menurut catata Bisnis, Dirjen Perikanan Budidaya KKP
Slamet Soebjakto sempat mengatakan, telah menyiapkan sejumlah dukungan untuk para
budidaya lele berupa, tim penyuluhan, jaminan ketersediaan induk unggul, serta
menyiapkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) baik melalui bank maupun program kemitraan
BUMN. Selain dukungan dari pemerintah, bisnis budidaya lele punya daya tarik besar
untuk digeluti seperti, modal yang ramah kantong, perawatan mudah, hingga bisa panen
dalam 3 bulan. Komponen yang harus dipersiapkan yaitu seperti, kolam, bibit lele,
makanan lele, serta obat anti hama dan penyakit.

1. Membangun Kolam Lele Sederhana


Untuk kolam ada beberapa jenis yang bisa dipilih seperti, empang, terpal, atau
kolam buatan dari semen. Dari ketiga jenis kolam itu, jenis terpal menjadi yang mudah
dan terjangkau. Namun, jika punya modal lebih, kolam yang terbuat dari tanah maupun
semen bisa jadi pilihan. Ada beberapa persiapan untuk membuat kolam lele dari terpal
seperti, mencari terpal ukurang 4x2 meter untuk 1.000 lele. Lalu, siapkan bambu dengan
ukuran 1 meter untuk membuat tinggi kolam. Untuk membuat kolam dari terpal ini,
membutuhkan beberapa perlengkapan seperti, paku, ring mata ayam, kawat, pipa
paralon, dan beberapa perangkat lainnya.

2. Siapkan Bibit dan Kebutuhan Perawatan Lainnya

Harga bibit lele biasanya bervariatif, tergantung umur dan kualitasnya. Sebaiknya
cari bibit unggul yang lebih gesit dan agresif saat diberi makan. Jangan lupa siapkan
stok pakan beserta obat anti hama dan penyakit hingga musim panen tiba. Pada
budidaya lele, ukuran kolam dan jumlah bibit yang disebar harus proposional. Jangan
sampai, satu kolam terlalu penuh dengan bibit lele. Hal itu bisa membuat bibit lele mati
atau stress karena kekurangan oksigen. Selain itu, kondisi kolam juga harus
diperhatikan. Kolam beserta air yang mengandung lumut sangat direkomendasikan.
Tinggi rendahnya air juga harus disesuaikan tergantung umur lele. Makin tua umurnya,
berarti genangan air di kolam harus lebih dalam agar mereka tidak kepanasan. Tips lain
yang perlu diperhatikan, jangan sekali-kali mencampurkan lele dewasa dan yang masih
kecil. Lele dikenal sebagai hewan kanibal. Jika dikumpul dalam satu kolam, besar
kemungkinan Lele kecil akan dimakan oleh yang besar. Menebar bibit lele merupakan
momen yang cukup krusial karena hewan ini juga butuh adaptasi.

3. Aturan Memberi Pakan Lele

Tak hanya soal bibit, memberi pakan sebaiknya juga tidak boleh asal-asalan. Ada
aturan yang harus diperhatikan. Atur jadwal makannya secara rutin, paling tidak 3 kali
sehari. Jika mereka mulai mendongakkan kepala ke permukaan air, itu bisa jadi
pertanda kalau mereka sudah lapar. Namun jangan memberi pakan hingga berlebihan.
Pakan yang mengendap di kolam justru dapat menjadi ancaman kesehatan.

4. Memasuki Musim Panen

Setelah memasuki musim panen, kini saatnya memasarkan hasil lele tersebut. Ada
sejumlah konsumen potensial yang bisa dijajaki seperti warung kaki lima, pasar
tradisional, atau pasar modern dan restoran. Menjalin kerja sama dengan pengepul juga
bisa jadi solusi jika kebingungan dalam menembus pasar secara langsung. Seiring
menjamurnya e-commerce, medium pemasaran yang satu ini juga bisa diandalkan.
Bahkan bukan tidak mungkin justru omset penjualan terbesar bisa datang dari online
jika sudah punya reputasi mumpuni. Bahkan, bisa membuka rumah makan lele sendiri.
Dengan begitu, nilai jual Lele yang budidaya sejak bibit semakin tinggi. Untung yang
diperoleh juga semakin besar.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

1. Berdasarkan minat konsumen dan kebutuhan pasar terhadap permintaan ikan lele
yang tinggi menjadikan ikan lele memiliki nilai ekonomis yang tinggi untuk
dibudidayakan dan dikembangkan.

2. Komponen yang harus diperhatikan dalam budidaya ikan lele yaitu seperti, kolam,
bibit lele, makanan lele, serta obat anti hama dan penyakit.

2. Saran

Sebaiknya lahan yang digunkan untuk budidaya memiliki ukuran yang luas sesuai
dengan jumlah ikan lele yang dibudidayakan. Membuat kolam pembesaran dan
pembenihan secara perpisah. Meminimalisir kematian benih dengan cara sistem kuras
yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kelautan dan Perikanan. 2009. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang
logbook penangkapan ikan. Jakarta: KKP.

Khairuman, T. S. dan K. Amri. 2008. Budidaya Lele Dumbo di Kolam Terpal. Jakarta : PT.
Agrimedia Pustaka. Hal 14.
Mulyadi, A E. 2011. Pengaruh Pemberian Probiotik pada Pakan Komersil terhadap Laju
Pertumbuhan Ikan. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Unpad : Jatinagor.

Nugroho, E. 2007. Kiat Agribisnis Lele. Jakarta : Penebar Swadaya.


Pillay, T. V. R. 1990. Aquaculture, Principles and Practices. Fishing News Books. Oxford,
London : Edinburgh, Cambridge, Victoria.
Susanto, H. 1987. Budidaya Ikan Di Pekarangan. Jakarta : Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai