Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

UJI METODE ACT FAST (FACE, ARM, SPEECH, TIME)


TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA
LANSIA TENTANG TANDA DAN GEJALA STROKE

Dwi Arianto1

Puskesmas Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur1


Kutipan: Arianto, D. (2016). Uji Metode Act Fast (Face, Arm, Speech, Time) Terhadap
Tingkat Pengetahuan Keluarga Lansia Tentang Tanda Dan Gejala Stroke. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, 1 (1): 93-100.

INFORMASI ABSTRACT

Objective: to analyze the effect of Act FAST to family education level


regarding with signs and symptoms of stroke in elderly with high risk
Korespodensi:
of stroke.
dwi.arianto@gmail.com
Methods: Quasy experiment was used in this study. Seventy family
with elderly high risk of stroke were participated. Purposive
sampling was performed. NHS Act Fast questionnaire was used to
collect the data. The validity and reliability value were achieved.
Wilcoxon sign rank test was performed.

Keywords: Stroke, Act FAST, Results: The result found that ACT FAST was effective to enhance
family education level the family education level regarding with signs and symptoms’ of
stroke in elderly with high risk of stroke (p= 0.000; α 0.05)

Conclusion: the act FAST is one of method than can be used to


deliver to enhance the elderly family understanding about sign and
symptoms of stroke.

PENDAHULUAN________________ meningkatkan kewaspadaan masyarakat


tentang faktor resiko terjadinya
Act “FAST” (Face, Arm, Speech, Time
serangan stroke, misalnya hipertensi
Test) telah dikampanyekan secara
(Royal College of Physicians, 2008).
meluas di Amerika dan Eropa dengan
Berdasarkan laporan dari NHS North
tujuan menumbuhkan kesadaran
West pada tahun 2010 yang berjudul
masyarakat untuk mengenali tanda dan
“Our Report Stroke Insight Research on
gejala terjadinya serangan stroke
Act F.A.S.T Campaign and BME
(NICE, 2008). Metode Act FAST
communities”, sebesar 91 persen
membantu masyarakat mengenali tanda
partisipan yang menjadi narasumber
dan gejala serangan stroke dengan cepat
dapat mengidentifikasi tanda dan gejala
dan membawa korban ke rumah sakit
stroke setelah menerima promosi
dengan segera. Metode Act FAST juga

93
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

kesehatan menggunakan metode Act dan dengan riwayat penyakit jantung 15


FAST. Namun uji penerapan metode Act persen (10 jiwa). Data tersebut menun-
FAST untuk meningkatkan pengetahuan jukkan bahwa lansia di Kelurahan
tentang stroke belum dibuktikan di Bulak sebanyak 85 persen (71 jiwa)
Indonesia. mem-punyai resiko terjadi serangan
stroke. Setelah dilakukan pengkajian
Jumlah lansia di Indonesia terus
awal tentang tingkat pengetahuan
meningkat seiring dengan makin
keluarga tentang stroke dengan
tingginya usia harapan hidup, yaitu 65
menggunakan Stroke Knowledge Test
tahun. World Health Organization
(SKT) terhadap 12 anggota keluarga
(2010), prosentase lansia dunia
yang mempunyai penghuni lansia resiko
diestimasi 9,11 persen dari jumlah
tinggi stroke secara acak, didapatkan
penduduk dunia. Biro Pusat Statistik
data bahwa tingkat pengetahuan
(BPS) memproyeksian lansia di
keluarga dengan kategori baik hanya
Indonesia tahun 2005-2010 sama
sebesar 8 persen (1 keluarga), tingkat
dengan balita yaitu 8,5 persen dari total
pengetahuan cukup sebesar 33 persen (4
penduduk. Di tahun 2025 seperlima
keluarga), dan sebesar 58 persen (7
penduduk Indonesia adalah lansia
keluarga) dengan tingkat pengetahuan
(Depkes, 2004). Salah satu faktor resiko
yang kurang. Pengkajian awal tingkat
terjadinya stroke adalah usia yang
pengetahuan tersebut cukup membukti-
mayoritas didominasi oleh kelompok
kan bahwa masih terdapat keluarga
usia lanjut usia (lansia) (Mansjoer,
lansia dengan resiko tinggi stroke yang
2005). Berdasarkan data Yayasan
tidak mengenali tanda-tanda serangan
Stroke Indonesia angka kejadian stroke
stroke dan pentingnya kegawat-
mencapai 63.52 per 100.000 pada
daruratan stroke serta perlu dilakukan
kelompok usia 65 tahun ke atas.
sebuah pemberian informasi yang tepat.
Menurut Asanti (2010) dalam Putra,
Lansia dengan adanya keterbatasan fisik
dkk (2011) secara kasar setiap hari dua
karena proses degeneratif membutuh-
orang Indonesia terkena stroke. Jumlah
kan peran anggota keluarga untuk
penderita stroke di Indonesia
mengenali tanda dan gejala stroke
merupakan yang tertinggi di Asia.
dengan memahami pengetahuan yang
Jumlah orang sakit yang disebabkan
mencu-kupi tentang stroke. Namun uji
oleh stroke menduduki urutan kedua
metode Act FAST untuk meningkatkan
pada usia diatas 60 tahun dan urutan
pengeta-huan seorang individu tentang
kelima pada usia 15-59 tahun (Turana
tanda dan gejala terjadinya serangan
& Arini, 2011). Total jumlah penduduk
stroke belum diketahui.
di Kelurahan Bulak Tahun 2012 yang
merupakan wilayah kerja Puskesmas
Kenjeran adalah 18.966 Jiwa. Terdapat
METODE_______________________
penduduk dengan usia lansia (≥ 60
tahun) sebanyak 86 jiwa. Total jumlah Penelitian ini menggunakan rancangan
lansia tersebut didapatkan lansia dengan penelitian quasy-experiment dengan
hipertensi sebanyak 52 persen (45 jiwa), desain penelitian pre-post test control
lansia dengan DM 18 persen (16 jiwa), group design. Peneliti member-kan

94
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

penjelasan kepada responden tentang Laki-laki 10 71,4 13 37,1


Act FAST untuk deteksi dini tanda- Perempuan 25 28,6 22 62,9
Total 35 100 35 100
tanda terjadinya stroke. Populasi dalam
penelitian ini adalah Keluarga lansia
yang tinggal di wilayah kelurahan bulak
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
kecamatan bulak Surabayaberbagai hal
bahwa pada kelompok perlakuan
yang terkait dengan penelitian yang
didominasi oleh kelompok usia 31-40
akan dilakukan. Hal yang perlu
tahun yakni sebanyak 34,3 persen dan
diperhatikan, yaitu informed consent,
terbanyak kedua adalah kelompok usia
anonymity, confidentiality, dan keterba-
21-30 tahun dan 41-50 tahun masing-
tasan. Teknik sampling pada penelitian
maisng 20 persen. Sedangkan usia <20
ini menggunakan teknik purposive
tahun sebanyak 17,2 persen, Pada
sampling. Peneliti mengambil sampel
kelompok kontrol terdapat sebaran yang
sesuai dengan yang dikehendaki oleh
merata yakni pada usia 21-30 tahun dan
peneliti (tujuan dan masalah dalam
31-40 tahun yakni masing-masing 22,8
penelitian). Sampel dalam penelitian ini
persen. Sedangkan kelompok usia yang
ditetapkan berjumlah 70 orang yang
mendominasi adalah 41-50 tahun
terbagi menjadi 2 kelompok antara lain,
sebesar 28,6 persen.
kelompok perlakuan dengan Act FAST
terdiri dari 35 responden dan kelompok
kontrol terdiri dari 35 responden. Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan Usia
Variabel independen dalam penelitian di Wilayah Kelurahan Bulak Kecamatan Bulak
Surabaya bulan Maret 2013.
ini adalah Uji Metode Act FAST. Perlakuan Kontrol
Variabel dependen dalam penelitian ini Usia f % f %
adalah tingkat pengetahuan keluarga < 20 tahun 6 17,2 4 11,4
lansia tentang tanda dan gejala stroke. 21 - 30 tahun 7 20 8 22,8
31 - 40 tahun 12 34,3 8 22,8
41 – 50 tahun 7 20 10 28,6
HASIL__________________________ > 50 tahun 3 8,6 5 14,4
Total 35 100 35 100
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
bahwa pada kelompok perlakuan
responden berjenis kelamin laki-laki Berdasarkan tabel 3 menunjukkan
sebanyak 28,6 persen dan perempuan bahwa pada kelompok perlakuan
sebanyak 71,4 persen. Sedangkan pada didominasi oleh responden dengan latar
kelompok kontrol responden berjenis belakang pendidikan SMP yakni
kelamin laki-laki sebanyak 37,1 persen sebanyak 40 persen. Sedangkan
dan perempuan sebanyak 62,9 persen. kelompok kontrol didominasi oleh
responden dengan latar belakang
pendidikan SMA yakni sebanyak 34,3
Tabel 1 Distribusi responden berdasarkan Jenis
persen.
Kelamin di Wilayah Kelurahan Bulak
Kecamatan Bulak Surabaya bulan Maret 2013.
Berdasarkan pada table 4 menunjukkan
Jenis Kelamin Perlakuan Kontrol
f % f %
Sebelum diberikan metode Act FAST
seluruh responden yakni 100 persen

95
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

memiliki pengetahuan kurang. Setelah Cukup 0 34 0 0

diberikan perlakuan metode Act FAST, Kurang 100 0 100 100


Uji Wilcoxon P: 0,000
sebanyak 34 persen mempunyai P: 0,153
Signed Rank Z: -5,177
Z: -1,428
Test
pengetahuan yang cukup tentang tanda
dan gejala stroke dan 66 persen
memiliki pengetahuan yang baik
PEMBAHASAN__________________
tentang tanda dan gejala stroke.
Kelompok kontrol didapatkan data saat Pengaruh uji metode Act FAST (Face,
dilakukan pre test seluruh responden Arm, Speech, and Time) terhadap
yakni 100 persen mempunyai pengeta- peningkatan pengetahuan keluarga
huan tentang tanda dan gejala stroke lansia tentang tanda dan gejala stroke.
yang kurang. Sesudah dilakukan post Berdasarkan tabel 4 setelah dilakukan
test sebanyak 100 persen tetap pendidikan kesehatan dengan metode
mempunyai pengetahuan tentang tanda Act FAST sebanyak 34 persen,
dan gejala stroke yang kurang dapat pengetahuannya tentang tanda dan
dilihat setelah dilakukan uji statistik gejala stroke dari kurang menjadi cukup
menggunakan Wilcoxon Signed Rank dan 66 persen menjadi baik. Secara
Test diperoleh nilai z hitung -5.177 dan keseluruhan responden mengalami
nilai probabilitas sebesar 0,000 dengan peningkatan pengetahuan tentang tanda
tingkat signifikan sebesar α ≤ 0,05 dan gejala stroke. Menurut hasil analisa
yang berarti H1 diterima artinya metode Wilcoxon Sign Rank Test, z = -5.177
Act FAST efektif terhadap pengetahuan dan p = 0,000, sehingga p<α<0,05. H0
keluarga lansia tentang tanda dan gejala ditolak maka H1 diterima, artinya
stroke pada kelompok perlakuan. metode Act FAST efektif terhadap
pengetahuan keluarga lansia tentang
tanda dan gejala stroke. Manusia
Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan memiliki kemampuan me-ngembangkan
Pendidikan di Wilayah Kelurahan Bulak
Kecamatan Bulak Surabaya bulan Maret 2013.
kapasitasnya dalam melakukan observa-
Perlakuan Kontrol tional learning yang mampu mengem-
Usia f % f % bangkan pengetahuan dan ketrampilan
SD 6 17,1 3 8,6 berdasarkan convey information yang
SMP 14 40 10 28,6 memberikan pengaruh modeling
SMA 8 22,9 12 34,3
(Bandura, 1986).
Diploma 5 14,3 6 17,1
Sarjana 2 5,7 4 11,4 Manusia juga memiliki tahapan-tahapan
Total 35 100 35 100 yang dilalui untuk memiliki suatu
pengetahuan. Berdasarkan, pengetahuan
Tabel 4 Hasil Tabulasi data tingkat pengetahuan akan terbentuk lewat beberapa tahapan
di Wilayah Kelurahan Bulak Kecamatan Bulak antara lain tahu, memahami, aplikasi,
Surabaya bulan Maret 2013.
analisis, sintesis, dan evaluasi (Notoat-
KELOMPOK KELOMPOK modjo, 2003). Menurut Moeliono
PERLAKUAN KONTROL
PENGETAHU (2003), melalui teknik “mendengar“,
AN Pre Post Pre Post
Test Test Test Test seseorang dapat memperoleh 25 persen
(%) (%) (%) (%)
Baik 0 66 0 0
pemahaman; melalui “mendengar dan

96
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

melihat“ seseorang memperoleh 50 haman dan besar pengaruhnya bagi


persen pemahaman; tetapi melalui indera serta lebih dapat menjamin
teknik “mendengar, melihat dan pemahaman. Orang yang mendengarkan
mengalami“ seorang peserta pelatihan saja tidaklah sama tingkat pemaha-
dapat memperoleh 75 persen – 100 mannya dan lamanya bertahan apa yang
persen pemahaman mengenai suatu dipahaminya dibandingkan dengan
tema pelatihan. Menurut piaget (1967), mereka yang melihat dan mende-
tiga pilar dalam proses belajar yaitu ngarnya. Sebagian besar pengetahuan
pilar pertama, mengajar tidak bersifat diperoleh melalui indra pendengaran
langsung. Peserta ajar tidak akan (telinga) dan indera penglihatan (mata)
mengambil secara langsung apa yang (Notoatmojo, 2007).
dikatakan seseorang. Mereka akan
Responden dalam kelompok kontrol,
menginterpretasikan informasi yang
meskipun tingkat pengetahuannya tidak
didengar dan membandingkan dengan
berubah dari kategori kurang, namun
pengetahuan dan pengalaman yang
dari segi kuantitas skor yang diperoleh
telah dimiliki. Mereka merubah input
mengalami peningkatan. Responden
informasi yang masuk. Pilar ke-dua
pada kelompok kontrol lebih banyak
Model transmisi, pengetahuan bukan
berpendidikan SMA/sederajat dan usia
suatu informasi yang bisa diberikan
didominasi oleh kelompok usia mulai
dalam satu kali waktu, dikode, diingat,
dari 21-50 tahun. Secara rasional dapat
dibangkitkan, dan diterapkan. Namun,
diartikan bahwa responden mempunyai
pengetahuan adalah pengalaman yang
kecerdasan cukup serta kemampuan
diperoleh lewat interaksi dengan dunia,
untuk menerima pengetahuan dengan
orang, atau sesuatu. Pilar ke-tiga
cukup sehingga responden akan lebih
Sebuah teori belajar yang mengacuhkan
mudah menerima informasi. Namun
hambatan dalam belajar akan mempe-
jumlah responden yang berpendidikan
ngaruhi hasil belajar itu sendiri.
D3/sederajat dan S1/sederajat atau
Walaupun memiliki alasan yang bagus
lebih, juga turut andil dalam pemberian
untuk tidak merubah pengetahuan yang
kontribusi peningkatan skor yang
sebelumya dimiliki ketika menerima
diperoleh. Oleh karena itu responden
pandangan lain dari luar. Perubahan
juga dengan sendirinya mengalami
konsep akan selalu terjadi selama masa
proses pembelajaran dengan mencari
hidup.
tahu sendiri apabila ada informasi yang
Fakta menyebutkan bahwa meskipun kurang jelas. Pengalaman belajar yang
pendidikan mayoritas responden adalah dikembangkan memberikan pengeta-
SMP dan mayoritas rentang usia pada huan dan keterampilan serta penga-
kelompok perlakuan adalah 31-40 laman belajar selama proses mencari
tahun, pengetahuan responden bisa tahu akan dapat mengembangkan
mengalami peningkatan setelah kemampuan mengambil keputusan yang
diberikan metode Act FAST. Seperti merupakan manifestasi dari keterpa-
yang dinyatakan oleh Imawan (2010), duan menalar secara ilmiah dan etik
bahwa media bergambar dapat yang bertolak dari masalah nyata dalam
membantu dalam meningkatkan pema- bidang kerjanya (Notoatmojo, 2007).

97
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

Pengalaman sebagai sumber pengeta- peningkatan pengetahuan keluarga


huan adalah suatu cara untuk lansia terhadap deteksi dini serangan
memperoleh kebenaran pengetahuan stroke.
dengan cara mengulang kembali
Pengetahuan tentang tanda dan gejala
pengetahuan yang diperoleh dalam
stroke masih sangat minimal diterima
memecahkan masalah yang dihadapi
oleh masyarakat awam. Namun dengan
masa lalu (Notoatmojo, 2007).
adanya pemberian informasi sederhana
Tingkat pengetahuan keluarga lansia yang berfokus pada pengetahuan tanda
tentang tanda dan gejala stroke setelah dan gejala stroke secara dini mampu
diberikan metode Act FAST (Face, Arm, memberikan pemahaman yang seder-
Speech, and Time). Notoatmojo (2007) hana pula untuk melakukan piñata-
mengungkapkan bahwa pengetahuan laksanaan secara cepat dan tepat bila
sangat erat kaitannya dengan pendidi- ditinjau dari segi kegawatdaruratan
kan dimana diharapkan seseorang medis pada kasus serangan stroke.
dengan pendidikan tinggi, maka orang
tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Namun perlu ditekan- KESIMPULAN__________________
kan bahwa seseorang yang berpen- Metode Act FAST cukup efektif
didikan rendah tidak berarti mutlak terhadap peningkatan pengetahuan
berpengetahuan rendah pula. Pening- keluarga lansia tentang tanda dan gejala
katan pengetahuan juga tidak mutlak stroke di Kelurahan Bulak Kecamatan
diperoleh di pendidikan formal, akan Bulak, Surabaya.
tetapi juga dapat diperoleh pada
pendidikan non formal. Salah satu
pendidikan non formal itu adalah ada- SARAN_________________________
nya pemberian metode Act FAST. Usia
juga bisa mempengaruhi terhadap daya Mengingat bagian tugas Dinas Keseha-
tangkap dan pola pikir seseorang. tan diharapkan mampu memberikan
Semakin bertambah usia akan semakin sosialisasi metode Act FAST secara
berkembang pula daya tangkap dan pola luas dan bertahap kepada masyarakat
pikirnya, sehingga pengetahuan yang untuk meningkatkan status kesehatan
diperolehnya semakin membaik (Noto- masyarakat secara umum dan mencegah
atmojo, 2007). Namun seiring dengan kecacatan serta kematian penderita
proses penuaan, daya tangkap dan pola serangan stroke secara dini. Sedangkan
pikir akan mengalami proses penurunan bagi Puskesmas yang memiliki wilayah
seperti pada fungsi fisiologis tubuh kerja Kelurahan Bulak, diharapkan
lainnya. Pernyataan tersebut di atas mampu melaksanakan pendidikan
sesuai dengan fakta yang ada pada kesehatan tentang stroke dengan metode
kelompok perlakuan. Adanya faktor Act FAST untuk memudahkan masya-
usia dan pendidikan mayoritas respon- rakat dalam menerima informasi
den yang kurang mendukung dalam kesehatan. Untuk penelitian selanjutnya
menerima dan mencerna informasi, diharap-kan mampu melakukan penye-
metode Act FAST bisa efektif terhadap suaian lebih mendalam terkait perbe-

98
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

daan karakteristik pendidikan antara Dengan Gangguan System


masyarakat dimana metode Act FAST Persyarafan. Jakarta: Salemba
berasal dengan masyarakat Indonesia Medika, hal: 128.
tempat dilakukannya penelitian.
National Stroke Association. (2011).
Warning Sign Of Stroke.
http://www.stroke.org. (diakses
DAFTAR PUSTAKA_____________
tanggal 30 Januari 2013, jam:
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian 02:30 WIB). Centennial:
Suatu Pendekatan Praktik (Edisi National Stroke Association.
Revisi). Jakarta. Penerbit:
National Stroke Foundation. (2010).
Rineka Cipta, Hal: 270-279.
Clinical Guidelines for Stroke
Foster.(2010). Stroke Insight Research Managenent.Australia: National
on Act F.A.S.T Campaign and Stroke Foundation.
BME communities. United
NICE.(2008). Diagnosis and Initial
Kingdom: dr. Foster
Management of Acute Stroke
Intelligence, Hal: 9, 50-58.
and Transient IschaemicAttack
Gilroy, J. (2000). Cerebrovascular (TIA). London: National
Disease in Basic Neuorology, Institute for Health and Clinical
3rd. New York: Mcgrawhill. Excelent.
Imawan, A. (2008). Pengaruh Northern Kentucky Stroke Team
Penggunaan Metode Pembelajan Cincinnati Univercity .The
Gambar Terhadap Pemahaman “Golden Hour” of Acute
Peserta Didik Kelas V Pada ischemic Stroke. Northern
Mata Pelajaran Fiqih Di Kentucky Stroke Team
Madrasah Ibtida’iyah Haji Cincinnati Univercity.
Ahmad Ali Surabaya. http://www.strokecenter.com.
http://ejournal.sunan- (diakses tanggal 27 Januari 2013
ampel.ac.id/index.php/antologi/a Jam 20: 35 WIB).
rticle/view/316/255 (akses
Notoatmojo, S. (2007). Promosi
tanggal 29 Januari. Jam 23:07
Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
WIB).
Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 133-
Islam, M, S. (2004). Pedoman Praktis 140.
Penatalaksanaan Stroke Iskemik
Notoatmojo, S. (2010). Ilmu Perilaku
Akut. Bangkalan: Pendidikan
Kesehatan. Jakarta: Rineka
Kedokteran Kelanjutan.
Cipta. Hal: 20-33.
Mansjoer, A. (2005). Kapita Selekta
Nursalam. (2008). Konsep & Penerapan
Kedokteran. Jilid 2. Jakarta:
Metodologi Penelitian Ilmu
Metode Aescculapius
Keperawatan: Pedoman Skipsi,
Universitas Indonesia, hal: 17.
Tesis, dan Instrumen Penelitian.
Mansjoer, A. (2008). Pengantar
Asuhan Keperawatan Klien

99
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

Jakarta: Salemba Medika, hal bersedia berpartisipasi pada penelitian


16-21. ini dan pihak terkait lainnya.
Nursalam. (2011). Manajemen
Keperawatan: Aplikasi dalam
Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika. Hal: L-94 – L-
103.
Price & Wilson. (2006). Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6 Volume I.
Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Hal: 582-585.
Prinzon, R. (2007). Mengapa Pasien
Stroke Datang Terlambat ke
RS?.
http://www.strokebethesda.com
(akses tanggal 27 januari 2013
jam 22:08 WIB).
Putra, B, P. Alberta, L, P, et al. (2011).
Hubungan Antara Pengetahuan
Keluarga Tentang Stroke
Dengan Tindakan Pertolongan
Pertama Serangan Stroke. Vol.
IV No. 3 Desember 2011.
Replogle. R, E. (2012). Diagnosis &
Treatment of Hemorraghic
Stroke. Rochester: Rochester
Neurosurgical Partners.
Sullivan, K & Dunton, N. (2001).
Stroke Knowledge Test;
Modified 2006. Australia:
School of Psychology and
Counselling, Queensland
University of Technology.

ACKNOWLEDGEMENT_________
Peneliti mengucapkan banyak terima-
kasih kepada para responden yang

100

Anda mungkin juga menyukai