Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

Topik : Aplikasi Resin Akrilik Aktivasi Kimia (Cold Cured Acrylic)


Kelompok : B1
Tgl. Praktikum : 11 Februari 2020
Pembimbing : R. Helal Soekartono, drg., M.Kes.

Penyusun:

No. Nama NIM


1. Yasminia Sambac S P L 021911133001
2. Aulia Farah Al-Khansa 021911133002

3. Bunga Latifa Badri 021911133003


4. Nevinda Iva Dwilestari 021911133004
5. Hilda Majidah 021911133005
6. Elza Widya Pangestika 021911133006

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
1. TUJUAN

Pada akhir praktikum mahasiswa dapat memanipulasi resin akrilik


aktivasi kimia dengan cara yang tepat sebagai bahan denture base dan dapat
membedakan manipulasi resin akrilik aktivasi kimia yang digunakan
sebagai bahan reparasi.

2. METODE PRAKTIKUM

2.1 Bahan

a. Bubuk polimer dan cairan monomer (hillon)

b. Cairan CMS

a) b)

Gambar 2.1 Bahan. a) Bubuk polimer dan cairan monomer


(hillion) dan b) Cairan CMS.

2.2 Alat

a. Pot porselin/mixing jar

b. Pipet ukur

c. Pisau malam

d. Pisau model

e. Kuas

f. Mesin bur/mata bur

2
a) b) c)

d) e) f)

Gambar 2.2 Alat. a) Pot porselin/mixing jar, b) Pipet ukur, c)


Pisau malam, d) Pisau model, e) Kuas, dan f) Mesin bur/mata
bur.

2.3 Cara Kerja

2.3.1 Resin akrilik aktivasi kimia sebagai bahan reparasi dengan


teknik salt and pepper
a. Bahan resin akrilik dan peralatan untuk reparasi plat
akrilik disiapkan
b. Fragmen akrilik pada model gip diletakkan dan
disesuaikan
c. CMS dioleskan memakai kuas pada permukaan model
gip tepat dibawah garis patah akrilik dan sekitarnya,
ditunggu sampai kering

d. Sampel pada bagian yang patah diasah secukupnya untuk


tempat bahan reparasi

3
e. Sampel dimasukkan ke dalam mould, disesuaikan dengan
tanda pada akrilik dan pada permukaan gip
f. Bahan reparasi diaplikasikan pada daerah fraktur
menggunakan teknik “salt and pepper”
g. Pada bagian yang fraktur dibasahi dengan monomer,
kemudian diberi polimer, setelah itu diulang kembali
sampai daerah fraktur tertutupi

h. Sampel yang telah direparasi dimasukkan kedalam air


hangat selama 20 menit

2.3.2 Resin akrilik aktivasi kimia sebagai bahan reparasi dengan


teknik wet packing
a. Bahan resin akrilik dan peralatan untuk reparasi plat
akrilik disiapkan
b. Fragmen akrilik pada model gip diletakkan dan
disesuaikan
c. CMS dioleskan memakai kuas pada permukaan model
gip tepat dibawah garis patah akrilik dan sekitarnya yang

4
mungkin kontak dengan bahan self curing dan ditunggu
sampai kering

d. Sampel pada bagian yang patah diasah secukupnya untuk


tempat bahan reparasi

e. Sampel dimasukkan ke dalam mould, tanda pada akrilik


dan pada permukaan gip disesuaikan
f. Cairan monomer dan polimer dituangkan ke dalam pot,
keduanya diaduk hingga monomer dan polimer
tercampur rata

g. Adonan akrilik diambil, kemudian diletakkan di bagian


akrilik yang patah dan diratakan, sehingga seluruh
permukaan akrilik yang patah tertutup oleh adonan

h. Sampel yang telah direparasi dimasukkan ke dalam air


hangat selama 20 menit
5
3. HASIL PRAKTIKUM

Pada praktikum ini dilakukan manipulasi resin akrilik cold cured


akrilik atau biasa disebut self cured akrilik. Resin akrilik diaktivasi secara
kimia tidak memerlukan penggunaan energi termal, dan dapat dilakukan
pada suhu kamar.
1. Percobaan pertama

Manipulasi resin akrilik aktivasi kimia dengan teknik salt and pepper

Pada percobaan pertama mould dibasahi dengan monomer


kemudian diberi polimer, selanjutnya diberi monomer lagi dan
seterusnya hingga menutup fraktur pada denture. Manipulasi resin
akrilik aktivasi kimia dengan teknik salt and pepper mudah dilakukan,
karena pengaplikasiannya langsung pada denture agar tidak terjadi
working time yang terlalu cepat sehingga hasil perlekatan dengan teknik
salt and pepper lebih rapi dan melekat sempurna.

2. Percobaan kedua

Manipulasi resin akrilik aktivasi kimia dengan teknik wet packing

Pada percobaan kedua, bubuk polimer dituangkan kedalam pot lalu


ditetesi monomer. Keduanya diaduk hingga polimer dan monomer
tercampur sempurna. Dalam teknik ini saat penuangan adonan ke
denture harus dilakukan dengan cepat karena adonan harus
diaplikasikan dalam keadaan dough stage.
Pada percobaan ini, percampuran antara polimer dan monomer
6
kurang rata dikarenakan campuran sudah mengalami proses working di
dalam pot. Sehingga pada saat diaplikasikan ke denture tidak melekat
secara sempurna dan menyebabkan hasil perlekatan kurang rapi.

4. TINJAUAN PUSTAKA
Self cured acrylic resin/cold curing acrylic (resin akrilik aktivasi
kimia) adalah resin akrilik yang menggunakan akselerator kimia untuk
polimerisasi. Resin akrilik yang diaktivasi secara kimia tidak memerlukan
penggunaan energi termal, dan dapat dilakukan pada suhu kamar. Aktivasi
kimia dapat dicapai melalui penambahan amintersier terhadap monomer
sebagai aktivator. Bila komponen polimer bubuk (powder) dan cairan (liquid)
diaduk , amintersier akan menyebabkan terpisahnya benzoil peroksida
sehingga dihasilkan radikal bebas dan mulai berpolimerisasi. Self cured
acrylic terdiri dari dua bagian, yaitu polimer (bubuk) dan monomer (cairan).
a. Bubuk (powder) : poli (metil metakrilat), organic peroxide
initiator, agen titanium dioksida dan pigmen inorganik.
b. Liquid (cairan)
Secara umum unsur yang terkandung dalam polimer self cured acrylic
sama dengan heat cured acrylic, namun ada tambahan aktivator dimethyl-
para-toluidin pada monomer.

Terdapat 5 tahap pada pencampuran polimer dan monomer, yaitu :


a. Sandy stage (pasir basah) butir-butir pada polimer tidak berubah, dan
konsistensi adonan dapat digambarkan sebagai kasar atau berbutir.
b. Stringy stage atau tahap berserat monomer bereaksi masih
dipermukaan butiran polimer.
c. Dough stage (tahap adonan) tahap ini ideal untuk moulding tekanan.

d. Rubbery stage (tahap karet atau elastic) monomer habis karena


penguapan dan terserap lebih jauh dalam butiran polimer tersisa.

7
e. Stiff stage disebabkan karena penguapan monomer bebas.

Kerugian dari cold cured acrylic (Hatrick dkk, 2003) :


a. Weaker
b. Softer
c. Lebih porous
d. Warna tidak stabil
e. Setelah proses polimerisasi kandungan monomer sisa dapat lebih dari
5%

Keuntungan dari cold cured acrylic (Craig, 2002) :


a. Ketepatan dimensi yang sangat baik
b. Mempunyai bentuk dan warna yang stabil
c. Nyaman dipakai
d. Tahan lama
e. Sifat konsistensi bahan tersebut menunjukkan hasil yang optimum

5. PEMBAHASAN

Bahan cold cured yang berkembang saat ini menawarkan ketepatan


dimensi yang sangat baik, mempunyai bentuk dan warna yang stabil,
nyaman dipakai, tahan lama, serta sifat konsistensi bahan tersebut
menunjukkan hasil yang optimum. Bahan tersebut juga sesuai dengan
standar ISO EN 1567. Sedangkan resin akrilik heat cured yang berkembang
saat ini disebut rapid heat polymerized/hybrid karena mempunyai dua
aktivator yaitu secara kimia dan panas (Craig, 2002). Resin akrilik heat
cured sampai saat ini masih merupakan pilihan untuk pembuatan basis gigi
tiruan lepasan oleh karena harganya relatif murah, mudah direparasi, proses
pembuatannya mudah dan peralatannya sederhana (Anusavice, 2003),
warna stabil, mudah dipulas.
Resin akrilik adalah turunan dari etilen dan mengandung kelompok
vinil (-C=C-) dalam formula strukturalnya:
H2C==CHR

Setidaknya ada dua seri resin akrilik dari gigi. Satu seri berasal dari
8
asam akrilik CH2=CHOOCH, dan yang lainnya dari asam metakrilat,
CH2=C(CH3)COOH. Keduanya berpolimerisasi dengan penambahan.
Meskipun polycids keras dan transparan, polaritasnya, terkait dengan gugus
karboksil, menyebabkan mereka menyerap air. Air cenderung memisahkan
rantai dan menyebabkan pelunakan dan kehilangan umum (Anusavice,
2013, p. 106-7).
Bahan resin akrilik self cured adalah bahan yang sering digunakan
untuk memperbaiki fraktur atau patah gigi tiruan, karena membutuhkan
waktu yang singkat dan dalam sekali kunjungan. Kriteria perbaikan protesa
yang baik adalah kekuatan yang memadai, warna yang sama dengan bahan
asal, akurasi dimensi yang baik, dan mengembalikan kekuatan asal protesa
agar tidak fraktur di kemudian hari.8,9 Resin akrilik self cured juga dapat
digunakan sebagai bahan dalam pembuatan sendok cetak khusus dan peranti
ortodonti lepasan karena sifatnya yang biokompatibel dan mudah

9
dimanipulasi. Keunggulan dari resin akrilik self cured adalah keakuratan
dimensi yang baik, bentuk yang stabil, working time yang singkat, sifat
konsistensi yang optimum dan mudah dilakukan deflasking. Kekurangan
dari resin akrilik self cured adalah kestabilan warna yang kurang, derajat
polimerisasi yang tidak sempurna, besar molekul material yang lebih
rendah, porositas yang besar dan besarnya jumlah monomer sisa. Sehingga
menyebabkan resin akrilik self cured mudah patah kembali apabila
digunakan sebagai bahan reparasi. Besarnya jumlah monomer sisa juga
dapat menimbulkan alergi pada pasien (bersifat toksik).
Dalam manipulasi resin akrilik di dalam praktikum ini menggunakan
cairan monomer dan bubuk polimer yang beremerk hillon. Manipulasi resin
akrilik ini menggunakan teknik salt and pepper dan wet packing.
Pada teknik salt and pepper dilakukan dengan cara penuangan bubuk
polimer dan penetesan cairan monomer ke model kerja secara bergantian
agar mudah teresap. Cairan monomer dimasukkan terlebih dahulu untuk
membasahi daerah fraktur dari akrilik kemudian menuangkan bubuk
polimer ke daerah tersebut kemudian meneteskan cairan monomer lagi dan
seterusnya sehingga daerah fraktur pada akrilik tertutup adonan dengan
baik. Setelah pengisian akrilik selesai kemudian kelebihan dibuang dengan
pisau model. Teknik salt and pepper ini menghasilkan cetakan dengan
perlekatan yang baik dan rapi.
Pada teknik wet packing dilakukan dengan mencampurkan cairan
monomer dan bubuk polimer didalam pot. Bubuk polimer dituangkan
terlebih dahulu kemudian meneteskan cairan monomer dengan arah
melingkar menuju ke pusat. Setelah ditetesi air segera dilakukan
pengadukan pengadukan. Proses polimerisasi terjadi ketika viskositas
meningkat. Setelah mencapai tahap dough state maka akrilik diaplikasikan
pada model kerja. Pada teknik ini perlekatan akrilik pada model kerja tidak
sempurna karena bila tidak cepat dilakukan penempelan pada model kerja
maka akrilik akan mengalami working time di dalam pot.

10
Kegunaan cold cured acrylic :
1. Pembuatan individual tray, yang merupakan sendok cetak
perseorangan pada proses pembuatan denture (gigi tiruan)
2. Repair/material reparasi , pada gigi tiruan yang mengalami
fraktur , penambahan anasir gigi,melekatkan klamer baru
3. Relining, pada kondisi gigi tiruan kurang tepat berada pada
posisi di dalam mulut (sedikit longgar), sehingga posisi
menjadi tepat kembali di dalam mulut
4. Rebaising, pada kondisi gigi tiruan mengalami kerusakan
pada basisnya dan harus dilakukan penggantian basis
tersebut, namun susunan dari gigi masih dalam susunan yang
benar (oklusi benar)
5. Plat ortodonsi (piranti ortho lepasan), agar letak dan bentuk
klamer orto yang dibuat tidak mengalami distorsi (berubah
bentuk), sebab tidak perlu dilakukan pengepresan pada
pembuatan plat ortodonsi
6. Pembuatan denture base
7. Penambahan post dam, merupakann suatutonjolan
memanjang pada gigi tiruan rahang atas, yang dibuat dari
tuber maksilaris sisi kanan ke sisi kiri dan berada kurang lebih
2 mm di depan daerah vibrating line pada rahang atas

Teknik salt and pepper memiliki beberapa kekurangan yaitu working time cepat dan
bersifat toksik dengan banyaknya cairan monomer yang diaplikasikan, sehingga
dihasilkan monomer sisa dengan jumlah tinggi, serta adanya potensi udara yang terjebak
lebih tinggi (porous). Sedangkan pada teknik wet packing kekurangan yang dihasilkan
yaitu proses working time terjadi di luar mould sehingga waktu diaplikasikan sulit
menempel, karena setting time yang cepat, serta adanya hasil yang didapat kurang rapi.
Setelah dilakukan praktikum didapatkan bahwa teknik yang lebih tepat dalam reparasi
yaitu dengan menggabungkan kedua teknik tersebut. Teknik salt and pepper dan teknik
wet packing yang dilakukan bersamaan akan mendapatkan hasil yang akurat.
Manipulasinya yaitu dengan cara cairan monomer diteteskan pada mould (teknik salt and
pepper). Sementara cairan tersebut diteteskan, bubuk polimer dan cairan monomer
dicampurkan (teknik wet packing) hingga mencapai dough stage lalu diaplikasikan pada
mould yang sudah diteteskan cairan monomer.
Pada tahap terakhir, sampel yang telah direparasi dimasukkan ke dalam air hangat selama
20 menit. Penggunaan air hangat dalam hal ini untuk melepaskan monomer sisa yang
terdapat pada sampel tersebut karena suhu air yang lebih tinggi (pengaruh kalor yang
tinggi terhadap kecepatan reaksi).Kegunaan cold cured acrylic :
1. Pembuatan individual tray, yang merupakan sendok cetak
perseorangan pada proses pembuatan denture (gigi tiruan)

2. Repair/material reparasi , pada gigi tiruan yang mengalami


fraktur , penambahan anasir gigi,melekatkan klamer baru
3. Relining, pada kondisi gigi tiruan kurang tepat berada pada
posisi di dalam mulut (sedikit longgar), sehingga posisi
menjadi tepat kembali di dalam mulut
11
4. Rebaising, pada kondisi gigi tiruan mengalami kerusakan
pada basisnya dan harus dilakukan penggantian basis
tersebut, namun susunan dari gigi masih dalam susunan yang
benar (oklusi benar)
5. Plat ortodonsi (piranti ortho lepasan), agar letak dan bentuk
klamer orto yang dibuat tidak mengalami distorsi (berubah
bentuk), sebab tidak perlu dilakukan pengepresan pada
pembuatan plat ortodonsi
6. Pembuatan denture base
7. Penambahan post dam, merupakann suatutonjolan
memanjang pada gigi tiruan rahang atas, yang dibuat dari
tuber maksilaris sisi kanan ke sisi kiri dan berada kurang lebih
2 mm di depan daerah vibrating line pada rahang atas

Teknik salt and pepper memiliki beberapa kekurangan yaitu working time cepat dan
bersifat toksik dengan banyaknya cairan monomer yang diaplikasikan, sehingga
dihasilkan monomer sisa dengan jumlah tinggi, serta adanya potensi udara yang terjebak
lebih tinggi (porous). Sedangkan pada teknik wet packing kekurangan yang dihasilkan
yaitu proses working time terjadi di luar mould sehingga waktu diaplikasikan sulit
menempel, karena setting time yang cepat, serta adanya hasil yang didapat kurang rapi.
Setelah dilakukan praktikum didapatkan bahwa teknik yang lebih tepat dalam reparasi
yaitu dengan menggabungkan kedua teknik tersebut. Teknik salt and pepper dan teknik
wet packing yang dilakukan bersamaan akan mendapatkan hasil yang akurat.
Manipulasinya yaitu dengan cara cairan monomer diteteskan pada mould (teknik salt and
pepper). Sementara cairan tersebut diteteskan, bubuk polimer dan cairan monomer
dicampurkan (teknik wet packing) hingga mencapai dough stage lalu diaplikasikan pada
mould yang sudah diteteskan cairan monomer.
Pada tahap terakhir, sampel yang telah direparasi dimasukkan ke dalam air hangat selama
20 menit. Penggunaan air hangat dalam hal ini untuk melepaskan monomer sisa yang
terdapat pada sampel tersebut karena suhu air yang lebih tinggi (pengaruh kalor yang
tinggi terhadap kecepatan reaksi).

6. SIMPULAN

Resin akrilik merupakan salah satu material kedokteran gigi yang


telah banyak diaplikasikan untuk pembuatan anasir gigi tiruan, pelat
ortodonsi, sendok cetak khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan
dengan hasil memuaskan, baik dalam estetik maupun dalam fungsinya.
Akan tetapi cold cured dalam pembuatan basis gigi tiruan lepasan memiliki
working time yang lebih cepat namun memiliki distorsi yang lebih besar
dibandingkan heat cured. Sebagai bahan reparasi cold cured memiliki 2
teknik yaitu teknik salt and pepper dan teknik wet packing. Dalam kedua
teknik tersebut masih terdapat kekurangan sehingga untuk mendapatkan
12
hasil yang lebih baik dilakukan kombinasi dari kedua teknik tersebut yakni
teknik wet packing dan teknik salt and pepper secara bersamaan.

DAFTAR PUSTAKA

Juwita, A, Widaningsih and Puguh BP 2018, “Perbedaan Kekuatan Impak pada


Bahan Resin Akrilik Self Cured dengan Penambahan Zirconium Dioxide
(Zro2) Nanopartikel”, Denta Jurnal Kedokteran Gigi, Vol. 12, No. 1, p. 53.

13
McCabe, John F and Angus WG Walls 2008, Applied Dental Materials, (9th
Edition), Blackwell Publishing, Oxford, p. 112.

Nindy, DT 2019, “Perbedaan Perubahan Warna Resin Akrilik Heat Cured


Dalam Perendaman Seduhan Teh Hijau (Camellia sinensis) dan Teh Hitam
(Camellia sinensis)”, Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Jember.

Nirwana, Intan 2006, “Perbedaan Konsentrasi Penambahan Glass Fiber


terhadap Kekasaran Permukaan Resin Akrilik Heat Cured dan Cold Cured”,
IR-Perpustakaan Universitas Airlangga. Retrieved February 11, 2020, from
http://repository.unair.ac.id/83128/1/LP%2056-08%20NIR
%20P_ABSTRAK.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai