Anda di halaman 1dari 23

Struktur Baja 2 Contoh Desain Pelat Badan

Contoh-1
1.
DESAIN PELAT-BADAN
Desain Pelat-Badan Gelagar melintang Jembatan X

GELAGAR MELINTANG JEMBATAN X


Balok dari profil I tersusun telah didesain untuk gelagar melintang (transversal beam) suatu struktur
pemikul lantai jembatan X. Mutu baja dari balok adalah fy = 240 MPa. Gelagar melintang ini memikul
empat balok gelagar memanjang (longitudinal beam) saling berjarak 4 m, yang masing-masing
mengerjakan beban lalu lintas berupa beban terpusat P = 200 kN padanya. Idealisasi struktur gelagar ini
ditunjukkan Gambar 1-1 dan gambar rinci penampangnya ditunjukkan Gambar 1-2.

Gambar 1-1. Idealisasi Struktur dan Pembebanan Gelagar Melintang Jembatan X

Gambar 1-2. Rinci Penampang dari Gelagar Melintang yang ditunjukkan Gambar 1-1

1
Struktur Baja 2 Contoh Desain Pelat Badan

Pelat badan balok ini hendak didesain sebagai komponen pelat baja. Desain akan dilakukan berdasarkan
Limit State Design (LSD) dan Load Resistance Factored Design (LRFD), dan dengan mengacu kepada
SNI – 03 – 1729 – 2002 (SNI-2002).

1.1. Idealisasi Struktur dan Pembebanan


Gelagar melintang tersebut telah diidealisasi sebagai balok di atas perletakan sendi di A dan rol di B,
(selanjutnya akan disebut balok A-B). Pembebanannya telah diidealisasikan sebagai pembebanan empat
beban terpusat vertikal ke bawah, masing – masing sebesar 200 kN. Idelasisasi struktur dan
pembebanan balok ditunjukkan dalam Gambar 1-1. Berdasarkan idealisasi ini, pelat-badan diidealisasi
sebagai komponen pelat dengan panjang a = 20 m dan tinggi h = 2 m, dan tebal tw = 10 mm
berperletakan sendi di A dan rol di B, yang dibebani empat beban terpusat vertikal ke bawah, masing –
masing 200 kN. Idelasisasi struktur dan pembebanan pelat-badan ditampilkan Gambar 1-3. Penampang
pelat-badan diidealisasikan sebagai pelat berperletakan jepit oleh pelat-pelat sayap, pada tepi atas dan
tepi bawahnya. Idealisasi penampang pelat badan ditunjukkan Gambar 1-4.

Gambar 1-3. Idealisasi Struktur dan Pembebanan Pelat-Badan Balok A-B

1.2. Limit-State
Pelat akan dianalisa dan kemudian didesain terhadap limit-state-1: kekuatan penampang dan limit-state-
2: kekuatan pelat terhadap tekuk dan puntir.

1.3. Menghitung Beban


Beban yang bekerja pada pelat telah dihitung sebelumnya yaitu beban lalulintas berupa beban terpusat
200 kN yang saling berjarak 4000 mm sejak 4000 mm dari setiap perletakkan. Faktor beban telah
diperhatikan dalam menghitung besar beban lalulintas yang dipikulkan ke pelat-badan.

1.4. Mengusulkan Profil (Usulan-1)


Profil yang ditetapkan untuk Gelagar melintang adalah profil tersusun I 2040 x 300 x 10 x 20. Data
dimensi penampang profil ini ditampilkan dalam Tabel 1-1.
Tabel 1-1. Data Dimensi Penampang Profil I 2040 x 300 x 10 x 20 Balok A-B
I 2040 x 300 x 10 x 20 Kekuatan Material: fy = 240 MPa
B H t d r A Ix Iy ix iy Sx Sy Zx
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm2) (mm4) (mm4) (mm) (mm) (mm3) (mm3) (mm3)

300 2040 20 10 18 32000 1.891E10 91.66E6 786.72 53.52 1.854E7 6.110E5 22.12E6

Berdasarkan data profil seperti yang ditunjukkan di atas, profil pelat-badan terusulkan adalah pelat badan
dengan tebal tw = 10 mm, panjang a = 20000 mm dan tinggi h = 2000 mm. Data dimensi pelat-badan
ditunjukkan dalam Tabel 1-2.

2
Struktur Baja 2 Contoh Desain Pelat Badan

Tabel 1-2. Data Demensi Pelat-Badan dari Balok A-B

Pelat-Badan 2000 x 10 Kekuatan Material: fy = 240 MPa

a H tw A Ix Iy ix (mm) iy Sx Sy
(mm) (mm) (mm) (mm2) (mm4) (mm4) (mm) (mm3) (mm3)
20000 2000 10 20000 6.667E9 359.07 577.36 0.134 6.667E6 71.81

Gambar 1-4. Idealisasi Struktur Penampang Pelat-Badan

1.5. Menghitung Beban Total


Berat sendiri profil diabaikan dalam contoh ini sehingga beban total adalah sama seperti beban yang
telah dideskripsikan pada bagian 1.3 di atas.

1.6. Menganalisa Struktur


1.6.1. Distribusi Gaya – Gaya Dalam sepanjang Gelagar melintang
Balok diidealisasikan sebagai balok pada perletakan sederhana sehingga dengan menggunakan statika
statis tertentu distribusi gaya – gaya dalam sepanjang balok dapat ditentukan. Gambar 1-5(b) dan
Gambar 1-5(c) masing – masing menunjukkan distribusi gaya geser Vu dan momen lentur Mu sepanjang
balok ini.
Hasil analisa struktur di atas menyatakan bahwa pelat-badan adalah pelat yang secara serentak dibebani
gaya geser Vu pada penampang tinggi h, lentur Mu pada penampang tinggi h dan gaya tumpu Ru pada
tepi atas dan tepi bawah pelat (tepi a). Dengan demikian, oleh ketentuan SNI-2002, pelat-badan harus
dianalisa dan didesain terhadap interaksi geser lentur (pers. (8.9-2)) dan terhadap kuat tumpu (pers.
(8.10-3)). Karena pembebanan adalah beban terpusat, kuat tekuk dukung pelat badan harus pula
dianalisa dan didesain terhadap kuat tekuk dukung pelat badan (pers. (8.10-4)).
1.6.2. Analisa terhadap Interaksi Geser-Lentur
Persamaan 8.9-2 (SNI-2002) untuk analisa interaksi geser-lentur pelat-badan adalah:

Mu V
+ 0.625 u ≤ 1.375 (8.9-2 (SNI-2002))
φM n φVn

3
Struktur Baja 2 Contoh Desain Pelat Badan

Gambar 1-5. Diagram Distribusi Gaya – Gaya Dalam untuk Desain Pelat-Badan dari Balok A-B

1. Menentukan Vu.
Dari hasil analisa struktur pada bagian 1.6.1 beban geser maksimum pada pelat badan adalah 400 kN di
A dan B. Maka,

Vu = 400 kN (1)

2. Menentukan φVn .

Butir 8.8.1 (SNI 2002) mensyaratkan bahwa faktor reduksi (resistensi) φ ditentukan dengan
berkonsultasi ke Tabel 6.4-2 (SNI 2002). Untuk pelat-badan yang memikul geser, Tabel 6.4-2
memberikan φ = 0.9.

Limit-State Kuat Geser Penampang Pelat-Badan.


Untuk mengetahui apakah kuat geser penampang dapat dikerahkan, dimensi pelat dikonsultasikan ke
persamaan 8.8-2.a (SNI 2002).

h k E
  ≤ 1.10 n (8.8-2.a (SNI-2002))
 tw  fy

4
Struktur Baja 2 Contoh Desain Pelat Badan

5 5
kn = 5 + 2
= 5+ 2
= 5.05
a  20000 
   
h  2000 
h 2000
= = 200
tw 10

kn E 5.05(200000)
1.10 = 1.10 = 71.36
fy 240

h kn E
Ternyata tidak lebih kecil atau sama dengan 1.10 yang berarti tekuk geser terjadi sebelum
tw fy
kuat geser penampang pelat dapat dikerahkan. Persamaan 8.8-2.a, dengan demikian, tidak digunakan
untuk menghitung kuat geser penampang pelat-badan. Kuat geser pelat-badan ditentukan oleh kuat
tekuk geser.
Limit-State Kuat Tekuk Geser Pelat-Badan.
Untuk menghitung kuat tekuk geser pelat-badan, dimensi pelat dikonsultasikan ke persamaan 8.8-2.b
dan 8.8-2.c (SNI-2002).

kn E  h  k E
1.10 ≤   ≤ 1.37 n (8.8-2.b(SNI-2002))
fy  tw  fy

kn E  h 
1.37 ≤   (8.8-2.c(SNI-2002))
fy  tw 

kn E 5.05(200000) h
Karena 1.37 = 1.37 = 88.88 maka memenuhi persamaan 8.8-2.c di atas,
fy 240 tw
yang berarti kuat tekuk geser Vn dihitung menggunakan persamaan 8.8-5.a (SNI-2002).

0.9 Aw k n E
Vn = 2
(8.8-5.a (SNI-2002))
h
 
 tw 
Maka:
0.9(2000(10))5.05(200000)
Vn = = 454500 _ N
40000
sehingga:

φVn = 0.9(454500) = 409050 _ N = 409 kN (2)

3. Menentukan Mu.
Dari hasil analisa struktur pada bagian 1.6.1 beban lentur maksimum pada pelat badan adalah 2400 kNm
di tengah bentang. Maka,
Mu = 2400 kNm (3)

4. Menentukan φM n .

Balok A-B telah didesain sebelumnya terhadap lentur atas dasar bahwa pelat-badan dari profil balok turut
memikul beban lentur. Pelat-badan, dengan demikian, selain memikul Vu juga memikul sebahagian Mu

5
Struktur Baja 2 Contoh Desain Pelat Badan

(bahagian lain Mu dipikul sayap balok A-B). SNI - 2002 mensyaratkan bagi pelat badan yang seperti ini
agar didesain terhadap kekuatan lentur penampang balok (butir 8.9.3 (SNI-2002)).
Butir tersebut, tentang metoda interaksi geser-lentur, mensyaratkan untuk menghitung kuat lentur
berdasarkan butir 8.1.1. Berdasarkan 8.8.1 (SNI – 2002), φ adalah 0.9, dan Mn ditentukan berdasarkan:

Mn = min(My; Mbckl; Mltb; Mfwp)1 (4)


dengan My adalah kuat lentur penampang terhadap leleh batas bawah (lihat butir 8.2.1 (SNI – 2002))2,
Mbckl adalah kuat lentur penampang terhadap pengaruh tekuk lokal (butir 8.2 (SNI – 2002)), Mltb adalah
kuat lentur penampang terhadap pengaruh tekuk lateral (butir 8.3 (SNI – 2002)) dan Mfwp adalah kuat
lentur nominal pelat berdinding penuh (butir 8.4 (SNI – 2002)).
Limit-State: Kuat Lentur Penampang Balok
(i) Kuat lentur penampang balok terhadap leleh batas bawah My.
S = Sx = 1.854 E7 mm4 (lihat Tabel 1-1)
fy = 240 MPa (Tabel 1-1)
maka
My = fyS
= 240(1.854 E7) = 4.45 E9 Nmm = 4449.6 kNm.
My = 4449.6 kNm (5)
Limit-State: Kuat Tekuk-Lentur Penampang Balok
(ii) Kuat lentur nominal penampang balok terhadap pengaruh tekuk lokal, Mbckl.
Besar kuat lentur ini bergantung kepada status kekompakan penampang, apakah penampang balok
merupakan penampang kompak, penampang takkompak atau penampang langsing. Stauts kekompakan
penampang bergantung kepada angka – angka kelangsingan λ, λp dan λr. Berikut ini hendak ditentukan
berdasarkan angka – angka kelangsingannya, apakah penampang balok termasuk penampang kompak,
takkompak atau langsing.
Konsultasi dimensi penanpang dan mutu baja ke Tabel 7.5-1 (SNI - 2002), untuk hal “Pelat sayap balok-I
dan kanal dalam lentur” memberikan:
b 300 170 170
λ= = = 15 ; dan λ p = = = 10.97
t 20 fy 240
Penampang balok adalah penampang tersusun yang dibentuk dengan menyambung pelat – pelat
dengan menggunakan las maka besar tegangan residu fr adalah 115 MPa (Tabel 7.5-1 (SNI – 2002)). Ini
memberikan:
370 370
λr = = = 33
f y − fr 240 − 115
Konsultasi angka – angka kelangsingan yang telah diperoleh ini ke butir 8.2.2, 8.2.4 dan 8.2.5 (SNI –
2002) menyatakan bahwa λp < λ < λr yang berarti penampang balok adalah penampang takkompak.
Selanjutnya, dengan
Z = Zx = 22.12 E6 (lihat Tabel 1-1)
yang memberikan:
Mp = min(fyZ; 1.5My) = min(240(22.12 E6); 1.5(4.45 E9)) = min(5.31 E9; 6.68 E9) = 5.31 E9 Nmm,

1
Pada hand-out no. 33 kuliah Struktur Baja-1 tahun 2008, Mfwp tidak diperhatikan karena fokus hand-out tersebut
adalah pada komponen lentur dan bukan pada komponen ber-pelat berdinding penuh.
2
Walaupun SNI-2002 tidak melibatkan My secara tersendiri dalam menentukan Mn tetapi dalam desain ini telah
dilibatkan secara tersendiri, dan dalam kuliah-kuliah yang berhubungan dengan hal ini, telah diajarkan pula
demikian. Ini dilakukan atas dasar pemahaman atas mekanika kekuatan bahan bahwa My = fyS sendiri turut berperan
dalam menentukan kuat nominal lentur penampang Mn.

6
Struktur Baja 2 Contoh Desain Pelat Badan

dan
Mr = S(fy – fr) = 1.854 E7 (240 – 115) = 2.32 E9 Nmm;
dan atas kenyataan bahwa penampang balok adalah penanpang takkompak maka kuat lentur
penampang terhadap pengaruh tekuk lokal akan dihitung berdasarkan persamaan (8.2-1.b (SNI – 2002)).
Persamaan (8.2-1.b (SNI – 2002)) memberikan:
λ − λp
M bckl = M p − ( M p − M r ) (8.2-1.b (SNI – 2002))
λr − λ p
15 − 10.97
M bckl = 5.31E 9 − (5.31E 9 − 2.32 E 9) = 4.76 E 9 Nmm,
33 − 10.97
sehingga
Mbckl = 4.76 E3 kNm (6)
(iii) Kuat lentur nominal penampang balok terhadap pengaruh tekuk lateral, Mltb.
Kuat lentur nominal ini diikutsertakan sebagai kuat lentur balok pelat berdinding penuh (butir 8.4. (SNI –
2002)) jika kelangsingan balok λ lebih besar daripada batas maksimum penampang takkompak (λr) (lihat
butir 8.3.1.a (SNI – 2002)). Karena kelangsingan balok λ yang sedang didesain tidak lebih besar daripada
batas ini (λr) maka kuat lentur nominal penampang terhadap pengaruh tekuk lateral diperhitungkan
tersendiri dan terpisah dari kuat lentur sebagai balok pelat berndinding penuh.
Besar kuat lentur nominal penampang terhadap tekuk lateral, Mltb, bergantung pada panjang bentang
komponen struktur, apakah termasuk berbentang pendek, berbentang menengah atau berbentang
panjang. Status bentang struktur ditentukan berdasarkan nilai – nilai panjang bentang balok L, Lr dan Lp.
Berikut ini akan ditentukan apakah balok termasuk berbentang pendek, menengah atau panjang.
Bentang fisis balok L adalah 20000 mm. Konsultasi dimensi dan mutu baja bahan balok ke Tabel 8.3-2
(SNI – 2002) untuk hal “Profil-I dan kanal ganda” memberikan panjang bentang batas plastis:

E
L p = 1.76ry
fy
Dengan ry = iy = 53.52 mm (lihat Tabel 1-1),

200000
L p = 1.76(53.52) = 2719 mm.
240
Untuk panjang bentang minimum tekuk-puntir-lateral, Lr, modulus geser
G = 80000 MPa,
konstanta puntir lengkung1

hcp2 I y (2000 + 10 + 10) 2 9.167 E 7


Iw = = = 9.35 E13 mm6
4 4
dan konstanta puntir torsi

J=
1
3
( 1
) ( )
2b f t 3f + hcp t w3 = 2(300)20 3 + 2020(10) 3 = 2.27 E 6 mm4
3
memberikan (lihat Tabel 8.3-2 (SNI – 2002)):

π EGJA π 200000(80000)2.27 E 6(32000)


X1 = = = 4084.82 ;
S 2 1.854 E 7 2
dan

1
Lihat Tabel A2 pada Salmon, C.G., Johnson, J.E., Wira., Struktur Baja Desain dan Perilaku Jilid 2., Erlangga
– Jakarta., 1986, juga untuk konstanta puntir torsi J.

7
Struktur Baja 2 Contoh Desain Pelat Badan

2 2
 S  Iw  1.854 E 7  9.35E13
X 2 = 4  = 4  = 0.0425 .
 GJ  I y  80000(2.27 E 6)  9.167 E 7
Kemudian, dengan
fL = fy – fr = 240 – 115 = 125 MPa,
Lr dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut (lihat Tabel 8.3-2 (SNI – 2002)):

X   4084.82 
Lr = ry  1  1 + 1 + X 2 f L2 = 53.52   1 + 1 + 0.0425(125) 2 = 9050 mm.
 fL   125 
Hasil konsultasi L, Lp dan Lr ke butir 8.3.3, 8.3.4 dan 8.3.5 menyatakan bahwa L > Lr. Balok, dengan
demikian, termasuk berbentang panjang maka Mltb ditentukan oleh persamaan (8.3-2.c (SNI – 2002)).
Sebelum menggunakan persamaan (8.3-2.c (SNI – 2002)) lebih dahulu harus ditentukan faktor pengali
momen Cb (pers. (8.3-1 (SNI – 2002))). Dengan mensubstitusikan Mmax = 2400 E6 Nmm, MA = 1600 E6
Nmm, MB = 2400 E6 Nmm dan Mc = 1600 E6 Nmm ke dalam persamaan tersebut, faktor pengali momen
Cb dapat dihitung dan ditentukan seperti berikut ini:

12.5M max
Cb = ≤ 2 .3 (8.3-1 (SNI – 2002))
2.5M max + 3M A + 4 M B + 3 M C
12.5(2400 E 6)
Cb = = 1.19 < 2.3
2.5(2400 E 6) + 3(1600 E 6) + 4(2400 E 6) + 3(1600 E 6)
dan selanjutnya persamaan 8.3-2.c untuk balok memberikan:

M ltb = M cr ≤ M p (8.3-2.c (SNI – 2002))

Tabel 8.3-1, untuk hal ‘profil I dan kanal ganda’ memberikan Mcr sebagai:
2
π  πE 
M cr = Cb EI y GJ +   I yIw
L  L 
2
π  π 200000 
M cr = 1.19 200000(91.66 E 6)80000(2.27 E 6) +   91.66 E 6(9.35E13)
20000  20000 
= 641.77 E6 = 6.42 E8 Nmm < Mp = 5.31 E9 Nmm,
sehingga:
Mltb = 6.42 E8 Nmm = 641 kNm (7)
(iv) Kuat lentur nominal pelat berdinding penuh, Mfwp.
Butir 8.4 (SNI – 2002) memberikan keleluasaan kepada perencana dalam menghitung faktor
kelangsingan untuk menentuka besar kuat lentur nominal ini. Perencana dapat memilih apakah
menghitung angka kelangsingan berdasarkan panjang bentang (butir 8.4.2.1) atau berdasarkan tebal
pelat sayap (butir 8.4.2.2). Dalam naskah ini angka kelangsingan akan dihitung berdasarkan panjang
bentang. Butir ini juga menyiratkan bahwa Mfwp akan ditinjau jika h/tw > λr.
Jika dihitung berdasarkan panjang bentang (pers. 8.4-4.b (SNI – 2002)),

E 200000
λr = 4.40 = 4.40 = 127.03
fy 240
Karena (h/tw) adalah 200 dan lebih besar daripada λr = 127.03 mm, maka kuat lentur nominal balok A-B
sebagai balok berdinding penuh akan ditinjau. Kuat lentur ini dihitung dengan menetukan koefisien balok
pelat berdinding penuh, Kg,. Perbandingan luas pelat badan terhadap pelat sayap tekan, ar, tinggi bersih
balok pelat berdinding penuh, h, dan tegangan kritis tekuk, fcr harus ditentukan lebih dahulu.
(a) Menentukan ar dan h.

8
Struktur Baja 2 Contoh Desain Pelat Badan

2000(10)
ar = = 3.33
(300)20
Untuk kasus balok A-B ini, jarak dari garis netral ke tempat mulai adanya alat penyambung adalah
jarak terdekat dari garis netral ke ujung kaki las yang menghubungkan pelat-sayap dengan pelat-
badan. Dua kali jarak tersebut pada daerah tekan, h, dengan demikian, adalah:

1 
h = 2 hw − r 
2 
dengan r adalah jari-jari las dimaksud dan hw adalah tinggi pelat badan. Untuk r = 18 mm (lihat
Tabel 1-1) dan hw = H = 2000 mm (lihat Tabel 1-2),

1 
h = 2 2000 − 18  = 491 mm.
2 
(b) Menentukan tegangan kritis, fcr. (butir 8.4.3, 8.4.4, dan 8.4.5).
Menentukan faktor kelangsingan berdasarkan panjang bentang, λG, (butir 8.4.2.1 (SNI – 2002)).
Untuk menghitung λG, jari – jari girasi daerah tepi1, rt, harus ditentukan lebih dahulu, dan untuk itu,
momen inersia daerah tepi dan luas penampang daerah tepi tekan harus detentukan lebihh
dahulu. Momen inersia daerah tepi (Iy-tepi) adalah:

1 1 1 1
I y −tepi = t f b 3 +   Ht w3
12 12  3  2
Untuk tf = t = 20 mm (lihat Tabel 1-1) dan b = B = 300 mm (lihat Tabel 1-1),

1 1 1 1
I y −tepi = 20(300) 3 +   2000(10) 3 = 45.03E 6 mm4.
12 12  3  2
Luas daerah tepi (Atepi) adalah:

11 11
Atepi = t f b +   Ht w = 20(300) +  2000(10) = 9333.33 mm2,
3 2 3 2
maka

I y −tepi 45.03E 6
rt = = = 69.46 mm.
Atepi 9333.33
Dengan demikian angka kelangsingan berdasarkan panjang bentang (butir 8.4.2.1 SNI – 2002)
adalah
L 20000
λG = = = 287.94 .
rt 69.46
Kemudian batas kelangsingan λp berdasarkan panjang bentang (persamaan 8.4-4.a SNI – 2002)
adalah

E 200000
λ p = 1.76 = 1.76 = 50.81
fy 240
dan batas kelangsingan λr berdasarkan panjang bentang (persamaan 8.4-4.b SNI – 2002) adalah

E 200000
λr = 4.40 = 4.40 = 127.03
fy 240

1
Daerah tepi adalah daerah penampang sayap tertekan ditambah sepertiga luas pelat badan tertekan.

9
Struktur Baja 2 Contoh Desain Pelat Badan

Konsultasi λG, λp dan λr yang dihiting di atas ke butir 8.4.3, 8.4.4 dan 8.4.5 SNI – 2002 menyatakan
bahwa λr < λG sehingga tegangan kritis fcr dihitung menggunakan persamaan (8.4-5.c (SNI –
2002)). Karena ditentukan berdasarkan tekuk torsi lateral maka:
Cb f y
fc = ≤ fy (8.4-6.a (SNI – 2002))
2
1.19(240)
fc = = 142.28 MPa < fy = 240 MPa.
2
Selanjutnya, oleh persamaan (8.4-5.c (SNI – 2002)):
2 2
λ 
 = 142.28
127.03 
f cr = f c  r  = 27.70 MPa.
 λG   287.94 
Koefisien balok pelat berdinding penuh, Kg sekarang dapat ditentukan dengan persamaan (8.4-2 (SNI –
2002)).

 ar   h 2550   3.33   2000 2550 


Kg = 1−   −  = 1−   − = 0.837 .
1200 + 300a r   t w f cr  1200 + 300(3.33)   10 27.70 
Nilai faktor – faktor yang telah diperoleh sejak langkah (a) s/d (b) di atas akan disubstitusikan ke
persamaan (8.4-1 (SNI – 2002)) untuk menentukan Mfwp. Persamaan yang disebutkan terakhir ini
merumuskan:

M fwp = K g Sf cr (8.4-1 (SNI – 2002))

maka:

M fwp = 0.837(1.854 E 7)27.70 = 429.85 E 6 Nmm.


Mfwp = 429.85 kNm (8)
Sekarang, karena semua argumen untuk persamaan (4) yaitu My, Mbckl, Mltb dan Mfwp telah berhasil
ditentukan, yang masing – masing dinyatakan oleh hasil hitung (5), (6), (7) dan (8), kuat momen nominal
lentur penampang, Mn, dapatlah dihitung. Substitusikan nilai – nilai argumen tersebut ke dalam
persamaan (4) memberikan:
Mn = min(My; Mbck;; Mltb; Mfwp) = min(4449.6; 4760; 641; 429.85) = 429.85 kNm
Dengan demikian maka
φ Mn = 0.9(429.85) = 386.87 kNm (9)

Analisa interaksi geser – lentur pelat-badan sekarang dapat dilakukan dengan mensubstitusikan
persamaan (1), (2), (3), dan (9) ke dalam persamaan (8.9-2 (SNI - 2002)). Persamaan (8.9-2 (SNI –
2002)) memberikan:

Mu V 2400 400
+ 0.625 u ≤ 1.375 ⇒ + 0.625 = 6.81 > 1.375 , (10)
φM n φVn 386.87 409
tidak memenuh syarat.
Ternyata pelat-badan tidak memenuhi persyaratan interaksi lentur-geser. Profil balok pelat-badan akan
diusulkan ulang dengan perkuatan agar dapat memenuhi limit-state – limit state ini.
Komentar 1-1

Kelemahan struktural pelat-badan balok A-B dapat dengan mudah difahami jika kondisi struktural
balok tersebut diteliti dari hal kuat tekuknya. Mahasiswa teknik sipil yang sudah cukup mempelajari
ihwal kuat tekuk komponen – komponen struktur baja akan dapat dengan mudah melihat bahwa
pelat-badan balok ini memiliki panjang a yang jauh melebihi tinggi h dan tebal tw-nya. Rasio a/h
pelat-badan tersebut adalah 10 dan rasio h/tw adalah 200. Pelat badan sangat langsing, dan ini adalah

10
Struktur Baja 2 Contoh Desain Pelat Badan

suatu hal yang mungkin membuat pelat badan lemah terhadap tekuk.

1.7. Mengusulkan Ulang Profil (Usulan-2)


Usulan desain akan diajukan lagi (usulan-2) dan berdasarkan Komentar 1-1, usaha perkuatan akan
dicoba ditempuh dengan memperkecil a. Di setiap 4000 mm sejak perletakannya dipasang pelat pengaku
vertikal (vertical web-stiffener) di depan dan belakang badan sehingga panjang pelat-badan, a, berkurang
dari 20000 mm menjadi 4000 mm, dan pelat badan, dengan demikian, menjadi lebih kuat terhadap tekuk
geser. Idealisasi struktur dan pembebanan serta rinci penampang pelat badan usulan-2 ini ditunjukkan
masing-masing dalam Gambar 1-6 dan Gambar 1-7.
Perhatikan bahwa dengan cara memasangnya demikian, pelat pengaku vertikal terpasang tepat pada
setiap penampang tempat aplikasi gaya terpusat 200 kN. Dengan terpasang seperti ini, pelat – pelat
pengaku vertikal ini sekaligus berfungsi sebagai ‘pengaku penumpu beban’ (lihat butir 8.11 SNI – 2002),
yang pada perencanaan ini akan pula ditinjau.
Dengan pemasangan pelat pengaku vertikal seperti cara di atas, pada balok A-B sekarang terdapat lima
pelat badan yaitu pelat-badan AC, pelat-badan CD, pelat-badan DE, pelat-badan EF dan pelat-badan FB,
yang masing – masing memiliki panjang a = 4000 mm, tinggi h = 2000 mm dan tebal tw = 10 mm. Data
dimensi dan kekuatan bahan pelat badan balok A-B usulan-2 ditunjukkan Tabel 1-3. Penambahan pelat
pengaku vertikal pada badan tidak mengubah sifat-sifat mekanis-dimensional dari, baik penampang balok
maupun penampang pelat.

Gambar 1-6. Idealisasi Struktur dan Idealisasi Pembebanan Pelat Badan Balok A-B.

Gambar 1-7. Rinci Penampang Pelat Badan Balok A-B yang menunjukkan Pelat Pengaku Vertikal

11
Struktur Baja 2 Contoh Desain Pelat Badan

Tabel 1-3. Data Dimensi Pelat-Badan Balok A-B Usulan-2

Pelat-Badan 2000 x 10 Kekuatan Material: fy = 240 MPa

a H tw A Ix Iy ix (mm) iy Sx Sy
(mm) (mm) (mm) (mm2) (mm4) (mm4) (mm) (mm3) (mm3)
4000 2000 10 20000 6.667E9 359.07 577.36 0.134 6.667E6 71.81

1.8. Menghitung Beban Total


Sejak beban sendiri profil diabaikan, beban total adalah sama seperti beban yang telah dideskripsikan
dalam bagian 1.3 di atas.

1.9. Menganalisa Struktur


1.9.1. Distribusi Gaya – Gaya Dalam sepanjang Gelagar melintang
Penambahan pelat pengaku vertikal pada badan profil tidak mengubah distribusi gaya – gaya dalam
sepanjang balok. Distribusi gaya geser Vu dan momen lentur Mu balok usulan-2 ini sama seperti hasil
analisa pada bagian 1.6.1. Gambar 1-8 menunjukkan distribusi gaya geser Vu dan momen lentur Mu
sepanjang pelat – pelat badan usulan-2.

Gambar 1-8. Distribusi Gaya Geser Vu dan Momen Lentur Mu pada Pelat – Pelat-Badan Usulan-2
Seperti untuk usulan-1, pelat – pelat-badan pada usulan-2 ini juga akan didesain terhadap interaksi
geser-lentur, kuat tumpu dan kuat tekuk dukung pelat, karena terbebani momen lentur dan gaya geser
secara serentak, seperti terlihat pada Gambar 1-8. Distribusi gaya geser dan momen lentur menunjukkan

12
Struktur Baja 2 Contoh Desain Pelat Badan

pula bahwa pembebanan maksimum, dan dengan demikian pembebanan yang menentukan, terjadi di
dua pelat badan, yaitu pada pelat badan AB dan FB yang dibebani geser maksimum dan pada pelat
badan DE yang dibebani momen lentur maksimum. Karena itu setiap pelat ini akan dianalisa dan
didesain secara terpisah.
1.9.2. Analisa terhadap Interaksi Geser-Lentur Pelat-Badan AC dan FB
Persamaan 8.9-2 (SNI-2002) untuk analisa interaksi geser-lentur pelat-badan adalah:

Mu V
+ 0.625 u ≤ 1.375 (8.9-2 (SNI-2002))
φM n φVn

1. Menentukan Vu.
Analisa struktur pada bagian 1.9.1 menunjukkan bahwa beban geser maksimum pelat-badan ini adalah
400 kN. Maka

Vu = 400 kN (11)

2. Menentukan φVn .
Berkonsultasi ke Tabel 6.4-2 (SNI 2002) memberikan φ = 0.9.

Limit-State Kuat Geser Penampang Pelat-Badan


Dengan mengkonsultasikan dimensi pelat-badan ke persamaan 8.8-2.a (SNI 2002):

h k E
  ≤ 1.10 n (8.8-2.a (SNI-2002))
 tw  fy

5 5
kn = 5 + 2
= 5+ 2
= 6.25
a  4000 
   
h  2000 
h 2000
= = 200
tw 10

kn E 6.25(200000)
1.10 = 1.10 = 79.38
fy 240

h kn E
Ternyata tidak lebih kecil atau sama dengan 1.10 yang berarti tekuk geser terjadi sebelum
tw fy
kuat geser penampang pelat dapat dikerahkan. Kuat geser pelat-badan ditentukan oleh kuat tekuk
gesernya.
Limit-State Kuat Tekuk Geser Pelat-Badan.
Untuk menghitung kuat tekuk geser pelat-badan, dimensi pelat dikonsultasikan ke persamaan 8.8-2.b
dan 8.8-2.c (SNI-2002).

kn E  h  k E
1.10 ≤   ≤ 1.37 n (8.8-2.b(SNI-2002))
fy  tw  fy

kn E  h 
1.37 ≤   (8.8-2.c(SNI-2002))
fy  tw 

13
Struktur Baja 2 Contoh Desain Pelat Badan

kn E 6.25(200000) h
Karena 1.37 = 1.37 = 98.87 maka memenuhi persamaan 8.8-2.c di atas,
fy 240 tw
yang berarti kuat tekuk geser Vn dihitung menggunakan persamaan 8.8-5.a (SNI-2002).

0.9 Aw k n E
Vn = 2
(8.8-5.a (SNI-2002))
h
 
 tw 
Maka:
0.9(2000(10))6.25(200000)
Vn = = 562500 _ N
200 2
sehingga:

φVn = 0.9(112900000) = 506250 _ N = 506.23 kN (12)

3. Menentukan Mu.
Analisa struktur pada bagian 1.9.1 menujukkan bahwa beban momen lentur maksimum pada pelat-badan
ini adalah 1600 kNm. Maka
Mu = 1600 kNm (13)

4. Menentukan φM n
Kuat lentur penampang balok yang disyaratkan butir 8.9.3 (SNI – 2002) akan dipakai karena pelat-badan
selain memikul geser juga memikul sebahagian momen lentur. Butir ini mensyaratkan bahwa kuat lentur
penampang balok, Mn, ditentukan berdasarkan persamaan berikut ini:
Mn = min(My; Mbckl; Mltb; Mfwp) (14)
Seperti sudah disiratkan di atas, penambahan pelat pengaku vertikal tidak mengubah sifat – sifat
mekanis-dimensional baik penampang balok maupun penampang pelat-badannya. Parameter –
parameter yang menentukan kuat nominal penampang balok, dengan demikian, tidak berubah, maka
besar argumen – argumen persamaan (14) adalah sama seperti yang telah dinyatakan dalam persamaan
– persamaan (5), (6), (7) dan (8) naskah ini.
Kuat lentur penampang balok, Mn, dengan demikian, adalah sama seperti yang dinyatakan persamaan
(10) sehingga:
φ Mn = 0.9(429.85) = 386.87 kNm (15)

Analisa interaksi geser – lentur pelat-badan oleh persamaan (8.9-2 (SNI – 2002)) memberikan:

Mu V
+ 0.625 u ≤ 1.375
φM n φVn
1600 400
+ 0.625 = 4.62 > 1.375 (16)
386.87 506.23
belum memenuhi syarat.
Profil usulan-2 belum cukup kuat. Profil balok pelat-badan akan diusulkan ulang.
Komentar 1-2

Jika hasil hitung (16) dibandingkan dengan hasil hitung (10) jelaslah bahwa pemasangan pelat
pengaku vertikal pada usulan-2 ini tidak secara signifikan memperkuat pelat-badan yang sedang
didesain. Juga dapat dilihat bahwa perkuatan dengan pemasangan pelat pengaku vertikal, hanya
meningkatkan kuat geser pelat-badan, yaitu dari φVn = 409 kN (hasil hitung (2)) menjadi φVn =

14
Struktur Baja 2 Contoh Desain Pelat Badan

506.23 kN (hasil hitung (12)), sedangkan kuat lentur penampang balok-badan, φM n , sama sekali
tidak ditingkatkan.
Hal ini dapatlah difahami dan dijelaskan sebagai berkut. Pelat pengaku vertikal, pada pelat-badan
dengan rasio h/tw yang besar seperti ini, hanya memperkuat pelat terhadap tekuk/lipat horizontal
yang ditimbulkan gaya geser dan tidak terhadap tekuk/lipat vertikal yang ditimbulkan pembeban
lentur-tekan. Pelat pengaku vertikal akan berfungsi sama seperti sengkang pada balok beton
bertulang, yang lebih utama meningkatkan kuat geser balok, dan bukan kuat lenturnya.
Perkuatan pelat-badan terhadap tekuk vertikal yang ditimbulkan beban lentur adalah dengan cara
memasang pelat pengaku horizontal. Pelat pengaku horizontal akan memperkuat pelat-badan
terhadap tekuk vertikal yang disebabkan pembeban lentur tekan. Hal ini dapat difahami dengan cara
membandingkan dengan balok beton bertulang. Pelat pengkau horizontal berfungsi seperti tulangan
memanjang pada balok beton bertulang yang meningkatkan kuat lentur balok.

Mu
Perhatikan juga bahwa rasio suku lentur, , untuk desain usulan pertama (lihat hasil hitung (10))
φM n
2400 V
adalah = 6.20 yang sangat lebih besar daripada 1.0 sedangkan rasio suku gesernya, u ,
386.87 φVn
400
adalah = 0.98 yang lebih kecil daripada 1.0. Ini sebenarnya telah menyatakan bahwa pelat-
409
badan sangat kuat terhadap geser tetapi sangat lemah terhadap lentur. Maka perkuatan yang
diusulkan dalam usulan-2 haruslah perkuatan lentur yaitu pemasangan pelat pengaku horizontal dan
bukan pengaku vertikal (perkuatan geser). Perencana struktur yang berpengalaman, dengan melihat
hasil hitung (10) seperti ini akan langsung mengusulkan pemasangan pelat pengaku horizontal (untuk
penguatan lentur) dan tidak membuang waktu dengan mempertimbangkan usulan perkuatan dengan
pengaku vertikal (untuk penguatan geser).
Pengerjaan dalam naskah ini sengaja ‘membuang waktu’ dengan mempertimbangkan usulan
perkuatan dangan pelat pengaku vertikal, untuk maksud pendidikan bagi calon perencana struktur
(partisipan kuliah Struktur Baja-2). Dengan cara ini partisipan hendak diberitahu bahwa angka-angka
hasil hitungan memilliki makna, demikian pula rumusan – rumusan perencanaannya; dan bahwa
kecermatan melihat dan menilai angka – angka hasil hitungan diperlukan dalam suatu perencanaan
kekuatan struktur.
Selain itu, sangat tingginya rasio suku lentur pada hasil hitung (10) menyatakan bahwa balok A-B,
dan dengan demikian pelat-badannya, adalah sangat lemah terhadap lentur. Selain pemasangan
pengaku horizontal, balok juga harus sungguh-sungguh diperkuat terhadap lentur. Salah satu opsi
untuk ini adalah dengan mempertebal pelat-pelat sayap.

1.10. Mengusulkan Ulang Profil (Usulan-3)


Usulan desain diajukan lagi (usulan-3) dengan penambahan pelat pengaku horizontal dua buah sebelah-
menyebelah badan pelat dan penebalan pelat-pelat sayap dengan memasang pelat 300 x 30 di atas
dan bawah dengan mengeling ke pelat sayap mula. Perkuatan balok A-B usulan-3 ini dijelaskan Gambar
1-10(a). Pelat-badan usulan ini ditunjukkan Gambar 1-9(a), dan rinci penampangnya ditunjukkan Gambar
1-10(b).
Oleh penambahan pelat pengaku horizontal, pada balok A-B sekarang terdapat 15 pelat-badan yang
masing-masing memiliki panjang a = 4000 mm, tinggi h = 666.7 mm dan tebal tw = 10 mm. Pemasangan
pelat pengaku horizontal dan penambahan pelat pada sayap mengubah sifat-sifat mekanis-dimensional
dari baik penampang Gelagar melintang maupun penampang pelat-badannya. Data dimensi dan sifat-
sifat mekanis-dimensional penampang balok A-B usulan ini ditampilkan Tabel 1-4 dan data dimensi dan
sifat-sifat mekanis-dimensional penampang pelat-badannya ditampilkan Tabel 1-5.

1.11. Menghitung Beban Total


Sejak beban sendiri profil diabaikan, beban total adalah sama seperti beban yang telah dideskripsikan
pada bagian 1.3 di atas.

15
Struktur Baja 2 Contoh Desain Pelat Badan

1.12. Menganalisa Struktur


1.12.1. Distribusi Gaya – Gaya Dalam sepanang Gelagar melintang
Penambahan pelat pengaku horizontal dan pelat sayap tidak mengubah distribusi gaya – gaya dalam.
Distribusi gaya geser Vu dan momen lentur Mu hasil analisa struktur atas balok A-B usulan-3 ditunjukkan
masing – masing dalam Gambar 1-9(b) dan Gambar 1-9(c).
Tabel 1-4. Data Dimensi Penampang Profil I 2040 x 300 x 10 x 20 Balok A-B Usulan-3 ( dengan Pelat
Pengaku Horizontal)
I 2040 x 300 x 10 x 50 Kekuatan Material: fy = 240 MPa
4
B H tf tw r A Ix (mm ) Iy ix iy Sx Sy Zx
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm2) (mm4) (mm) (mm) (mm3) (mm3) (mm3)
300 2100 50 10 18 61600 3.91E10 3.16E8 796.71 71.62 37.24E6 2.11E6 44.75E6

Tabel 1-5. Data Dimensi Pelat-Badan Balok A-B Usulan-3

Pelat-Badan 666.7 x 10 Kekuatan Material: fy = 240 MPa

a h tw A Ix Iy ix iy Sx Sy
(mm) (mm) (mm) (mm2) (mm4) (mm4) (mm) (mm) (mm3) (mm3)
4000 666.7 10 6667 2.47E8 55.56E3 192.48 2.87 0.740E6 11.11E3

Gambar 1-9. Idealisasi Struktur dan Distribusi Gaya – Gaya Dalam Pelat Badan Balok A-B Usulan-3

16
Struktur Baja 2 Contoh Desain Pelat Badan

Sama seperti sebelumnya, pembebanan maksimum terjadi pada pelat-pelat badan pada bentang pelat
AC dan FB yang dibebani geser maksimum dan pelat-pelat badan bentang DE yang dibebani momen
lentur maksimum. Di setiap bentang-pelat, pembebanan tidak menyebabkan salah satu pelat lebih kritis
dari pelat yang lain. Maka untuk setiap bentang-pelat, cukup satu pelat dianalisa yang mewakili pelat-
pelat lain pada bentang tersebut.
1.12.2. Analisa terhadap Interaksi Geser-Lentur Pelat-Badan AC1 dan FB1
Persamaan 8.9-2 (SNI-2002) untuk analisa interaksi geser-lentur pelat-badan adalah:

Mu V
+ 0.625 u ≤ 1.375 (8.9-2 (SNI-2002))
φM n φVn

1. Menentukan Vu.
Analisa struktur pada bagian 1.12.1 menunjukkan bahwa beban geser maksimum pelat-badan ini adalah
400 kN. Maka

Vu = 400 kN (11)

Gambar 1-10. Rinci Penampang Balok A-B dan Pelat Badan Usulan-3. (Pelat pengaku vertikal dan
simbol perletakan tepi atas dan bawah pelat-badan pada pelat sayap tidak ditampakkan)

2. Menentukan φVn .
Berkonsultasi ke Tabel 6.4-2 (SNI 2002) memberikan φ = 0.9.

Limit-State Kuat Geser Penampang Pelat-Badan


Dengan mengkonsultasikan dimensi pelat-badan ke persamaan 8.8-2.a (SNI 2002):

h k E
  ≤ 1.10 n (8.8-2.a (SNI-2002))
 tw  fy

17
Struktur Baja 2 Contoh Desain Pelat Badan

5 5
kn = 5 + 2
= 5+ 2
= 5.14
a  4000 
   
h  666.7 
h 666.7
= = 66.67
tw 10

kn E 5.14(200000)
1.10 = 1.10 = 71.99
fy 240

h kn E
Ternyata tidak lebih kecil atau sama dengan 1.10 yang berarti kuat geser penampang pelat
tw fy
dapat dikerahkan. Kuat geser pelat-badan, dengan demikian, ditentukan oleh kuat geser penampang
pelat-badan menurut persamaan (8.8-3.a (SNI – 2002)):

Vn = 0.6 f y Aw (8.8-3.a (SNI – 2002))

yang menghasilkan:

Vn = 0.6(240)20000 = 2880000 N.
sehingga:

φVn = 0.9(2880000) = 2592000 _ N = 2592 kN (17)

3. Menentukan Mu.
Analisa struktur pada bagian 1.12.1 menunjukkan bahwa beban momen lentur maksimum pada pelat-
badan adalah 1600 kNm. Maka
Mu = 1600 kNm (18)

4. Menentukan φM n .

Untuk interaksi geser-lentur faktor resistensi φ untuk lentur adalah 0.9 dan Mn ditentukan berdasarkan:

Mn = min(My; Mbckl; Mltb; Mfwp) (19)


Limit-State: Kuat Lentur Penampang Balok
(i) Kuat lentur penampang balok terhadap leleh batas bawah My.
S = Sx = 37.24 E6 mm4 (lihat Tabel 1-4)Tabel 1-1
fy = 240 MPa (Tabel 1-4)
maka
My = fyS
= 240(37.24 E6) = 8.94 E9 Nmm = 8937.6 kNm.
My = 8937.6 kNm (20)
Limit-State: Kuat Lentur Tekuk Penampang Balok
(ii) Kuat lentur nominal penampang balok terhadap pengaruh tekuk lokal, Mbckl.
b 300 170 170
λ= = = 6 ; dan λ p = = = 10.97
t 50 fy 240
Untuk pelat-badan yang dilas ke pelat-sayap (Tabel 7.5-1 (SNI – 2002)), fr adalah 115 MPa, memberikan:

18
Struktur Baja 2 Contoh Desain Pelat Badan

370 370
λr = = = 33
f y − fr 240 − 115
Konsultasi angka – angka kelangsingan yang telah diperoleh ini ke butir 8.2.2, 8.2.4 dan 8.2.5 (SNI –
2002) menyatakan bahwa λ < λp yang berarti penampang balok adalah penampang kompak.
Selanjutnya, dengan
Z = Zx = 44.75 E6 (lihat Tabel 1-1)
yang memberikan:
Mp = min(fyZ; 1.5My) = min(240(44.75 E6); 1.5(8.95 E9))
= min(1.074 E10; 1.34 E10)
= 1.074 E10 Nmm,
dan atas kenyataan bahwa penampang balok adalah penampang kompak maka kuat lentur penampang
terhadap pengaruh tekuk lokal akan dihitung berdasarkan persamaan (8.2-1.a (SNI – 2002)). Persamaan
8.2-1.b (SNI – 2002) memberikan:

M bckl = M p (8.2-1.b (SNI – 2002))

M bckl = 1.074 E10 Nmm


sehingga:
Mbckl = 19740 kNm (21)
(iii) Kuat lentur nominal penampang balok terhadap pengaruh tekuk lateral, Mltb.
Bentang fisis balok L adalah 20000 mm. Konsultasi dimensi dan mutu baja bahan balok ke Tabel 8.3-2
(SNI – 2002) untuk hal “Profil-I dan kanal ganda” memberikan panjang bentang plastis:

E
L p = 1.76ry
fy
Dengan ry = iy = 71.62 mm (lihat Tabel 1-4),

200000
L p = 1.76(71.62) = 3639 mm.
240
Untuk panjang bentang minimum untuk tekuk-puntir-lateral Lr, modulus geser
G = 80000 MPa,
konstanta puntir lengkung1

hcp2 I y (2000 + 25 + 25) 2 3.16 E8


Iw = = = 3.32 E14 mm6
4 4
dan konstanta puntir torsi

J=
1
3
( 1
) ( )
2b f t 3f + hcp t w3 = 2(300)50 3 + 2050(10) 3 = 2.57 E 7 mm4
3
memberikan (lihat Tabel 8.3-2 (SNI – 2002)):

π EGJA π 200000(80000)2.57 E 7(61600)


X1 = = = 9494
S 2 37.24 E 6 2
dan

1
Lihat Tabel A2 pada Salmon, C.G., Johnson, J.E., Wira., Struktur Baja Desain dan Perilaku Jilid 2., Erlangga
– Jakarta., 1986, juga untuk konstanta puntir torsi J.

19
Struktur Baja 2 Contoh Desain Pelat Badan

2 2
 S  Iw  37.24 E 6  3.32 E14
X 2 = 4  = 4  = 1.38E − 3 .
 GJ  I y  80000(2.57 E 7)  3.16 E8
Kemudian, dengan
fL = fy – fr = 240 – 115 = 125 MPa,
Lr dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut (lihat Tabel 8.3-2 (SNI – 2002)):

X   9494 
Lr = ry  1  1 + 1 + X 2 f L2 = 71.62   1 + 1 + 0.00138(125) 2 = 13044 mm.
 fL   125 
Hasil konsultasi L, Lp dan Lr ke butir 8.3.3, 8.3.4 dan 8.3.5 menyatakan bahwa L > Lr. Balok, dengan
demikian, termasuk berbentang panjang maka Mltb ditentukan oleh persamaan (8.3-2.c (SNI – 2002)).
persamaan 8.3-2.c untuk balok berbentang panjang memberikan:

M ltb = M cr ≤ M p
Selanjutnya,

12.5M max
Cb = ≤ 2 .3 (8.3-1 (SNI – 2002))
2.5M max + 3 M A + 4 M B + 3M C
12.5(2400 E 6)
Cb = = 1.19 < 2.3
2.5(2400 E 6) + 3(1600 E 6) + 4(2400 E 6) + 3(1600 E 6)
Tabel 8.3-1, untuk hal ‘profil I dan kanal ganda’ memberikan Mcr sebagai:
2
π  πE 
M cr = Cb EI y GJ +   I yIw
L  L 
2
π  π 200000 
M cr = 1.19 200000(3.16 E8)80000(2.57 E 7) +   3.16 E 8(3.32 E14)
20000  20000 
= 2.86 E9 Nmm < Mp = 1.074 E10 Nmm
Maka:
Mltb = 2.86 E9 Nmm = 2860 kNm (22)
(iv) Kuat lentur nominal pelat berdinding penuh, Mfwp.
Butir 8.4 (SNI – 2002) menyiratkan bahwa Mfwp akan ditinjau jika h/tw > λr. Untuk kuat nominal pelat
berdinding penuh, angka kelangsingan akan dihitung berdasarkan panjang bentang.
Jika dihitung berdasarkan panjang bentang (pers. 8.4-4.b (SNI – 2002)),

E 200000
λr = 4.40 = 4.40 = 127.03
fy 240

666.7
(h/tw) adalah = 66.67 , lebih kecil daripada λr = 127.03 mm, maka kuat lentur nominal balok A-B
10
sebagai balok berdinding penuh tidak akan ditinjau1.
Substitusi hasil hitung (20), (21) dan (22) ke dalam persamaan (19) memberikan kuat nominal lentur
penampang balok A-B usulan-3:
Mn = min(My; Mbck;; Mltb;) = min(8937.6; 19740; 2860) = 2860 kNm

1
Kehadiaran pelat pengaku horizontal di badan balok telah mengakibatkan balok A-B beralih karakteristik dari
balok dengan pelat badan berdinding penuh menjadi bukan balok dengan pelat badan berdinding penuh.

20
Struktur Baja 2 Contoh Desain Pelat Badan

Maka:
φ Mn = 0.9(2860) = 2574 kNm (23)

Dengan memperhatikan hasil hitung (11), (17), (18) dan (23), analisa interaksi geser – lentur untuk pelat-
badan usulan-3 memberikan:

Mu V
+ 0.625 u ≤ 1.375
φM n φVn
1600 400
+ 0.625 = 0.72 < 1.375 , (24)
2574 2592
memenuhi persamaan (8.9-2 (SNI-2002)).
Pelat-badan pada balok A-B dengan profil usulan-3 cukup kuat terhadap interaksi geser-lentur.
Komentar 1-3

Nyatalah bahwa penambahan pelat pengaku horizontal pada pelat-badan dan penebalan pelat-pelat
sayap balok memperkuatnya terhadap lentur.

1.12.3. Analisa terhadap Kuat Tumpu Pelat-Badan AC1 dan FB1.


Setelah dipastikan cukup kuat terhadap interaksi geser lentur, desain terhadap kuat tumpu adalah yang
harus dilakukan berikutnya. Persamaan LRFD yang disajikan SNI - 2002 untuk kuat tumpu pelat-badan
adalah:

Ru ≤ φRb (8.10-1 (SNI – 2002))

1. Menentukan Ru
Gambar 1-9(a) menunjukkan bahwa untuk pada tepi atas masing-masing pelat AC1 dan FB1 bekerja
gaya tumpu Ru sebesar 200 kN. Maka
Ru = 200 kN (25)

2. Menetukan φRb

Butir 8.10.1 (SNI – 2002) tentang kuat tumpu menyatakan bahwa φ ditentukan dengan berkonsultasi ke
Tabel 6.4-2 (SNI – 2002). Untuk hal ‘komponen struktur yang memikul lentur dengan pelat-badan pada
tumpuan’ tabel 6.4-2 memberikan φ = 0.9. Kuat tumpu, Rb suatu pelat badan yang dinyatakan butir
tersebut adalah
Rb = min(Ry; Rbuckl; Rlb; Rfb) (26)
dengan Ry adalah kuat leleh pelat-badan (butir 8.10.3 (SNI – 2002)), Rbuckl adalah kuat tekuk dukung
pelat-badan (butir 8.10.4 (SNI – 2002)), Rlb adalah kuat tekuk lateral pelat-badan (butir 8.10.5 (SNI –
2002)) dan Rfb adalah kuat tekuk lentur pelat badan (butir 8.10.6 (SNI – 2002)).
Limit-State Kekuatan Leleh Penampang
(a) Menghitung Ry
Untuk
k = tf + r = 50 + 18 = 68 mm,
N = k = 68 mm,
dan jarak beban terpusat terhadap ujung balok a = 4000 mm lebih besar daripada tinggi balok d = H =
2100 mm, Ry ditentukan dengan menggunakan persamaan (8.10-3.a (SNI – 2002)):

R y = (5k + N ) f y t w (8.10-3.a (SNI – 2002))

Maka:

21
Struktur Baja 2 Contoh Desain Pelat Badan

R y = (5(68) + 68)240(10) = 979200 N = 979.20 kN (27)

Limit-State Kekuatan terhadap Tekuk


(b) Menghitung Rbckl.
Beban terpusat 200 kN diaplikasi pada jarak 4000 mm dari ujung balok yang lebih besar daripada H/2 =
1050 mm, maka persamaan (8.10-4.a (SNI – 2002)) dipakai untuk menghitung Rbckl. Persamaan ini
memberikan:

 1.5
 Ef t
 N  t 
= 0.79t w2 1 + 3  w   y f
Rbuckl (8.10-4.a (SNI – 2002))
  H  t f 
  tw
 
  68  10   200000(240)(50)
1.5

Rbuckl = 0.79(10) 1 + 3
2
   = 1234496.54 N.
  2100  50   10
Rbckl = 1234.5 kN (28)
(c) Menghitung Rlb.
Pelat sayap balok A-B tidak dikekang terhadap rotasi. Kemudian

 666.7  20000 
(h/tw)(L/bf) =    = 4444.67 > 2.3,
 10  300 
Karena (h/tw)(L/bf) > 2.3 maka Rlb tidak dihitung (lihat butir 8.10.5 (SNI – 2002)).
(d) Menghitung Rfb.
Persamaan (8.10-6 (SNI – 2002)) memberikan:

24.08t w3
R fb = Ef y (8.10-6 (SNI – 2002))
h
maka

24.08(10) 3
R fb = 200000(240) = 250234 N
666.7
Rfb = 250.23 kN (29)
Sekarang, karena semua argumen persamaan (26) telah ditentukan sejak langkah (a) s/d (d), kuat tumpu
pelat-badan Rb adalah:
Rb = min(979.20; 1234.5; 250.23) = 250.23 kN (30)
sehingga,

φRb = 0.9(250.23) = 225.21 kN (31)

Substitusi hasil hitung (25) dan (31) ke dalam persamaan LRFD (8.10-1 (SNI – 2002)) memberikan:

Ru ≤ φRb
200 < 225.21 (32)
memenuhi persamaan (8.10-1 (SNI – 2002)).
Desain pelat-badan cukup kuat terhadap beban tekan tumpu.
1.12.4. Analisa terhadap Interaksi Geser-Lentur Pelat-Badan DE1
Komentar 1-4

Analisa interaksi geser-lentur pelat-badan DE1 tidak dikerjakan dalam naskah ini. Pengerjaannya
diberikan kepada partisipan untuk diselesaikan sebagai soal latihan, setelah mempelajari pengerjaan

22
Struktur Baja 2 Contoh Desain Pelat Badan

desain di atas.

1.12.5. Analisa terhadap Kuat Tumpu Pelat-Badan DE1


Komentar 1-5

Pengerjaan bagian inipun tidak dilakukan dalam naskah ini dan diberikan kepada partisipan untuk
mengerjakannya sebagai latihan soal.

23

Anda mungkin juga menyukai