Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Didukung
Gedung Bursa Efek Indonesia, Tower II Lantai 1, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53,
Jakarta Selatan 12190 | Telp (021) 515 2318
www.ticmi.co.id
0
Modul Pengetahuan Tentang Efek WPPE | Edisi 2016
Modul WPPE | PTE
DAFTAR ISI
II.2. Obligasi.......................................................................................... 5
UU No. 8/1995 tentang Pasar Modal (UUPM), menyebutkan bahwa Pasar Modal
merupakan wadah untuk melakukan transaksi perdagangan berbagai instrumen
keuangan jangka panjang, seperti:surat utang (obligasi), ekuitas (saham), reksa
dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya.
Transaksi jual beli efek pasar modal dilakukan di Bursa Efek, yaitu pihak yang
menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan
penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek
diantara mereka.
Berdasarkan UUPM, Efek adalah surat berharga berbentuk surat pengakuan utang,
surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan,
kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap bentuk derivatif
atas efek.
II.1. SAHAM
Merupakan jenis efek yang paling sering dipergunakan oleh emiten untuk memperoleh
dana dari masyarakat dan juga merupakan jenis yang paling populer di Pasar Modal.
1) Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan
berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah
mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal
ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham
tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham
tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang
berhak mendapatkan dividen.
2) Capital Gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain
terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.
Misalnya Investor membeli saham ABC dengan harga per saham Rp 3.000
kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500 per saham yang berarti pemodal
tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang
dijualnya.
3) Saham Bonus
Saham Bonus adalah saham yang dibagikan secara cuma-cuma kepada para
pemegang saham, sesuai dengan proporsi kepemilikan sahamnya.Bonus saham
yang dibagikan, diambil dari agio saham. Agio saham adalah selisih antara harga
jual saham terhadap harga nominalnya saat penawaran umum dipasar perdana.
1) Capital Loss
Merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu suatu kondisi dimana investor
menjual saham lebih rendah dari harga beli. Misalnya saham PT. XYZ yang di beli
dengan harga Rp 2.000,- per saham, kemudian harga saham tersebut terus
mengalami penurunan hingga mencapai Rp 1.400,- per saham.
Karena takut harga saham tersebut akan terus turun, investor menjual pada harga
Rp 1.400,- tersebut sehingga mengalami kerugian sebesar Rp 600,- per saham.
2) Risiko Kebangkrutan
Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan, atau
perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham
mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi
(dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil
penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara
proporsional kepada seluruh pemegang saham.Namun jika tidak terdapat sisa
kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari
likuidasi tersebut.
ataupun sebaliknya akibat tidak adanya investor yang ingin menjualnya karena
saham dianggap sangat berharga.
4) Risiko Delisting
Risiko jika saham perusahaan dikeluarkan dari papan perdagangan diBursa Efek
(delist). Suatu saham perusahaan akandi-delistingkarena kinerja perusahaan yang
buruk, seperti: kerugian besar dan/atau tidak membagikan deviden selama
beberapa tahun berturut-turut dan berbagai kondisi lainnya seperti pelanggaran
terhadap peraturan pencatatan di bursa. Adapula perusahaan yang keluar dari
bursa dengan tujuan Go Private, tidak akan merugikan investor karena perusahaan
masih tetap beroperasi dan dapat melakukan pembelian kembali saham-saham yg
diterbitkan kepada publik (Buy Back).
5) Risiko Suspending
Jika suatu saham disuspend atau diberhentikan perdagangannya oleh otoritas
bursa efek, maka investor tidak dapat melakukan perdagangan hingga status
suspend dicabut. Suspend dapat berlangsung dalam waktu singkat misalnya dalam
1 sesi perdagangan, 1 hari perdagangan namun dapat pula berlangsung dalam
kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal yang dapat menyebabkan
suspending adalah jika:
Suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa,
Suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya
Berbagai kondisi lainnya yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan
sementara perdagangan saham tersebut untuk dimintakan konfirmasi lainnya.
Sedemikian hingga informasi yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang
spekulasi
Saham likuid
Saham yang dapat segera dikonversi menjadi uang, artinya ketika ingin dijual segera
ada yang membeli, dan harganya relatif stabil. Dengan kata lain saham likuid adalah
saham yang sering diperdagangkan. Bursa Efek Indonesia memiliki daftar saham
LQ45 yang terdiri dari 45 saham yang memiliki likuiditas yang tinggi, dengan
mempertimbangkan kapitalisasi pasarnya. Berdasarkan buku panduan Indeks Harga
Saham BEI, kriteria pemilihan saham yang termasuk dalam daftar saham LQ45 adalah
sebagai berikut:
Undervalued stock
Saham dikatakan undervalued jika nilai pasarnya (market value) lebih rendah
daripada nilai bukunya (book value). Dengan kata lain, harganya lebih rendah
daripada nilai intrinsiknya.
Overvalued stock
Berlawanan dengan undervalued stock, overvalued stock adalah saham yang nilai
pasarnya (market value) lebih tinggi daripada nilai bukunya (book value).
II.2. Obligasi
Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat
dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar
imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu
yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.
Government Bonds
Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.
Municipal Bond
Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untut membiayai proyek-proyek
yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility).
Foreign Bonds
Diterbitkan oleh badan hukum asing di pasar domestik dalam mata uang lokal.
contoh: Bank Mandiri menerbitkan obligasi di Amerika dalam mata uang dolar (Yankee
Bond). Istilah lain: Bulldog bond (Inggris), Samurai bond (Jepang), Matador bond
(Spanyol), Komodo bond (Indonesia).
Eurobonds
Didenominasikan dalam mata uang dolar atau mata uang lain dan dijual di luar
negara asal mata uang tersebut. Contoh: Bank Mandiri menawarkan obligasi dalam
mata uang Yen di negara selain Jepang.
Exchangeable Bonds
Obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menukar saham
perusahaan ke dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
Callable Bonds
Obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli kembali obligasi pada
harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut. v
Putable Bonds
Obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengharuskan emiten untuk
membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
b. Mortgage Bonds
Obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan agunan hipotik
atas properti atau asset tetap.
Karakteristik Obligasi
1) Memiliki Nilai Nominal (Face Value):
Nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada
saat obligasi tersebut jatuh tempo.
Bagi investor
a) Alternatif investasi yang aman
b) Berpotensi mendapatkan capital gain
c) Kedudukan investor obligasi lebih senior dibandingkan saham
d) Mendapatkan kupon secara periodik dan pelunasan pokok diakhir umur obligasi.
e) Memperoleh penghasilan secara periodik dalam jangka waktu yang panjang.
f) Memperoleh yield yang lebih tinggi dibandingkan instrumen jangka pendek,
misalnya deposito
2) Capital Gain
Sebelum jatuh tempo biasanya obligasi diperdagangkan di pasar sekunder,
sehingga investor mempunyai kesempatan untuk memperoleh capital gain.
Capital gain juga dapat diperoleh jika investor membeli obligasi dengan diskon
yaitu dengan nilai lebih rendah dari nilai nominalnya, kemudian pada saat jatuh
tempo ia akan memperoleh pembayaran senilai dengan harga nominal.
Peringkat Obligasi
Untuk menentukan kualitas dan risiko dari sebuah obligasi, maka investor dapat
menggunakan peringkat atau rating obligasi. Semakin tinggi rating-nya, semakin
aman pula obligasi tersebut. Sebaliknya, semakin rendah peringkatnya, semakin
tinggi risikonya. Untuk lebih mudah dalam menyeleksi obligasi, investor bisa
memanfaatkan peringkat atau rating obligasi yang dikeluarkan oleh perusahaan
pemeringkat atau rating agency.
Di pasar internasional, ada beberapa lembaga pemeringkat yang selalu menjadi acuan
pelaku pasar, yakni Moody's, Standard & Poors (S&P), dan Fitch Rating. Sedangkan
lembaga pemeringkat lokal di Indonesia adalah Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah perbandingan antara ETF dengan reksa dana
saham dan saham.
DIRE adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan kembali pada aset real estat, aset yang
berkaitan dengan real estat atau kas dan setara kas, dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Minimal 50% dari Nilai Aktiva Bersih diinvestasikan pada aset real estat
2. Minimal 80% dari Nilai Aktiva Bersih diinvestasikan pada aset real estat dan aset
yang berkaitan dengan real estate, dengan tetap memperhatikan ketentuan pada
poin 1 di atas
3. Maksimal 20% dari NAB diinvestasikan pada kas dan setara kas
4. Dilarang berinvestasi pada tanah kosong atau property yang masih dalam tahap
pembangunan
Karakteristik DIRE
Investasi dilakukan pada aset Real Estate, yaitu tanah secara fisik termasuk
bangunan yang ada di atasnya
Memiliki pendapatan yang relatif stabil
Aset yang berkaitan dengan real estat adalah efek perusahaan real estat
yang tercatat di Bursa Efek dan atau diterbitkan oleh perusahaan real estat
Aset yang menjadi portofolio dana investasi real estat berbentuk KIK harus
memiliki hukum yang kuat, sah dan mudah ditransaksikan
Seluruh atau sebagian besar Pendapatan (minimal 90% dari laba bersih)
wajib didistribusikan kepada investor
EBA merupakan salah satu bentuk efek pendapatan tetap (fixed income) yang
memberikan imbal hasil rutin seperti obligasi pada umumnya. Di pasar modal
internasional, EBA dikenal dengan istilah Asset Backed Securities (ABS).
Karena yang diagunkan merupakan aset-aset yang tidak likuid, maka EBA
membutuhkan proses yang dinamakan sekuritisasi agar aset tersebut menjadi likuid.
Ada beberapa prinsip sekuritisasi yang perlu diperhatikan:
True sale
Terjadinya jual putus (true sale) aset keuangan dari kreditur asal kepada
investor. Aset keuangan tersebut dikeluarkan (derecognized) dari neraca
kreditur asal, sehingga transaksi sekuritisasi sering dinamakan juga off-
balance sheet financing.
Bankruptcy remoteness
Merupakan perlindungan bagi investor dimana aset keuangan yang menjadi
underlying EBA tidak dapat dikenakan sita umum sebagai akibat dari adanya
pernyataan pailit.
Terdapat setidaknya dua jenis EBA yaitu EBA berbentuk Kontrak Investasi Kolektif
(KIK) dan EBA berbentuk Surat Partisipasi (SP), dimana perbedaannya dapat dilihat
pada proses penerbitan & transaksi EBA berikut.
II.7. DERIVATIF
Efek derivatif merupakan Efek turunan dari Efek “utama” baik yang bersifat
penyertaan maupun utang. Efek turunan dapat berarti turunan langsung dari Efek
“utama” maupun turunan selanjutnya. Derivatif merupakan kontrak atau perjanjian
yang nilai atau peluang keuntungannya terkait dengan kinerja aset lain. Aset lain ini
disebut sebagai underlying assets.
Dalam pengertian yang lebih khusus, derivatif merupakan kontrak finansial antara 2
(dua) atau lebih pihak-pihak guna memenuhi janji untuk membeli atau menjual
assets/commodities yang dijadikan sebagai obyek yang diperdagangkan pada waktu
dan harga yang merupakan kesepakatan bersama antara pihak penjual dan pihak
pembeli. Adapun nilai di masa mendatang dari obyek yang diperdagangkan tersebut
sangat dipengaruhi oleh instrumen induknya yang ada di spot market.
Instrument derivatif yang terdapat di Bursa Efek adalah derivatif keuangan (financial
derivative). Derivatif keuangan merupakan instrumen derivatif, di mana variabel-
variabel yang mendasarinya adalah instrumen-instrumen keuangan, yang dapat
berupa saham, obligasi, indeks saham, indeks obligasi, mata uang (currency), tingkat
suku bunga dan instrumen-instrumen keuangan lainnya.
Instrumen-instrumen derivatif sering digunakan oleh para pelaku pasar (pemodal dan
perusahaan efek) sebagai sarana untuk melakukan lindung nilai (hedging) atas
portofolio yang mereka miliki.
Futures
Futures adalah kontrak untuk membeli atau menjual suatu efek (dapat berupa indeks,
saham, obligasi, dll) di masa mendatang dengan harga dan waktu yang telah
disepakati. Index futures misalnya, merupakan kontrak berjangka yang
menggunakan underlying berupa indeks saham. Salah satu aplikasi konsep futures
yang sudah lama digunakan di Indonesia adalah sistem ijon, dimana penjual membuat
kesepakatan kepada pembeli untuk menjual produk dalam harga tertentu di waktu
yang telah ditentukan, berapapun harga pasar yang berlaku saat itu. Untung/ruginya
penjual maupun pembeli akan diketahui ketika mereka mengetahui harga tersebut
nantinya. Futures memiliki karakteristik yang mirip dengan forward, namun salah satu
perbedaannya adalah futures diperdagangkan di bursa efek, sehingga transaksinya
melibatkan banyak pihak.
Keuntungan futures:
• Leveraging
Dengan modal terbatas, mampu menghasilkan potensi keuntungan yang sama
bahkan lebih besar daripada investasi pada saham.
Dalam index futures, pembeli futures harus memperhatikan harga indeks yang
berlaku saat itu, harga indeks yang diprediksi, margin awal, dan harga penyelesaian
harian (HPH) yang ditetapkan di akhir hari. Marjin awal akan dikembalikan ketika
pembeli menjual futuresnya. Marjin awal yang ditetapkan BEI untuk LQ45 futures
adalah sebesar adalah 4% x harga indeks x Rp500.000 x jumlah kontrak.
Pada 23 Januari, Pak Jimmi membeli 1 kontrak LQ45 futures ketika indeks LQ45
berada di angka 752,55 karena diprediksi harga indeks akan naik. HPH pada saat itu
adalah 753,55. Pada 24 Januari, berapa profit/loss yang dihasilkan apabila indeks
berada di level 758,55?
23 Jan
Margin awal: (4% x 752,55 x Rp500.000,00 x 1 kontrak) = Rp15.051.000
HPH (profit): (753,55 – 752,55) x Rp500.000,00 = Rp500.000,00
24 Jan
Trading profit: Profit HPH + (758,55 – 753,55) x Rp500.000,00 = Rp3.000.000,00
Total profit: Marjin awal + trading profit
Rp15.051.000 + Rp3.000.000 = Rp18.031.000
CONTOH SOAL
Pada 24 April, Bu Grace membeli 1 kontrak LQ45 futures ketika indeks LQ45 berada
di angka 800 karena diprediksi harga indeks akan naik. HPH pada saat itu adalah 801.
Pada 25 April, berapa profit/loss yang dihasilkan apabila indeks berada di level 805?
Jawaban
24 Apr
Margin awal: (4% x 800 x Rp500.000,00 x 1 kontrak) = Rp16.000.000
HPH (profit): (801 – 800) x Rp500.000,00 = Rp500.000,00
25 Apr
Trading profit: Profit HPH + (805-801) x Rp500.000,00 = Rp2.500.000
Total profit: Marjin awal + trading profit
Rp16.000.000 + Rp2.500.000 = Rp18.500.000
Options
Options adalah kontrak resmi yang memberikan Hak (tanpa adanya kewajiban) untuk
membeli atau menjual sebuah asset pada harga tertentu yang ditetapkan (strike
price) dalam jangka waktu tertentu. Biaya penjualan/pembelian dari options dari
tersebut dikenal dengan istilah premium.
Jenis Opsi:
a) Call Option memberikan hak (bukan kewajiban) kepada pemegang opsi
(taker) untuk membeli sejumlah tertentu dari sebuah instrumen yang
menjadi dasar kontrak tersebut.
b) Put Option memberikan hak (bukan kewajiban) kepada pemegang opsi
(taker) untuk menjual sejumlah tertentu dari sebuah instrumen yang
menjadi dasar kontrak tersebut.
Options diperdagangkan dengan dua metode, yaitu American style dan European
Style. American style memberikan kesempatan kepada pemegang options (taker)
untuk meng-exercise haknya setiap saat hingga waktu jatuh tempo. Sedangkan
European style hanya memberikan kesempatan kepada taker untuk meng-exercise
haknya pada saat waktu jatuh tempo.
Pak Banyu membeli call options saham ASII (1 kontrak = 10.000 saham) dengan
jatuh tempo dengan harga pelaksanaan Rp6.000, ditransaksikan pada harga Rp120
per saham. Premium yang dibayarkan sebesar Rp1.200.000 (Rp120 x 10.000 saham).
Pak Banyu dapat atau tidak melaksanakan haknya, tergantung pada harga ASII di
pasar spot.
Dalam hal harga spot ASII Rp6.000 atau lebih rendah, maka sebaiknya
pembeli call tidak melaksanakan (exercise) hak sampai dengan jatuh tempo.
Jika harga spot ASII Rp6.120, pembeli call dapat melaksanakan haknya pada
strike price Rp6,000 dan menjualnya di pasar spot pada harga Rp6.120, maka
profit yang diperoleh pembeli call sebesar Rp0 : (Rp6.120 - Rp6.000) x 10.000)
– Rp1.200.000 (premium yang dibayarkan).
Jika harga spot ASII Rp6.240, pembeli call dapat melaksanakan haknya pada
strike price Rp6.000 dan menjualnya di pasar spot pada harga Rp6.240, maka
profit yang diperoleh pembeli call sebesar Rp1.200.000 : (Rp6.240 – Rp6.000)
x 10.000) – Rp1.200.000 (premium yang dibayarkan).
Jika harga spot ASII Rp10.000, pembeli call dapat melaksanakan haknya pada
strike price Rp6.000 dan menjualnya di pasar spot pada harga Rp10.000, maka
profit yang diperoleh pembeli call sebesar Rp38.800.000 : (Rp10.000 –
Rp6.000) x 10.000) – Rp1.200.000 (premium yang dibayarkan).
CONTOH SOAL
Bu Heidy membeli call options saham BNBR dengan jatuh tempo dengan harga
pelaksanaan Rp5.000, ditransaksikan pada harga Rp100 per saham. Premium yang
dibayarkan sebesar Rp1.000.000 (Rp100 x 10.000 saham). Berapakah
keuntungan/kerugian yang diterima apabila harga BNBR yang berlaku pada saat itu
adalah Rp5.500?