Anda di halaman 1dari 25

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................1
BAB I......................................................................................................................................2
PENDAHULUAN..................................................................................................................2
A. Latar belakang masalah................................................................................................2
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................................4
A. Pengertian Dalil............................................................................................................4
C. Keistimewaan Al-quran................................................................................................7
D. Kehujahaan Al-quran...................................................................................................9
E. Segi-segi kemukjizatan Al Quran...............................................................................14
BAB III.................................................................................................................................23
PENUTUP............................................................................................................................23
A. Kesimpulan................................................................................................................23
B. Saran..........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................25

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Pada bab sebelumnya telah dijelaskan tentang definisi ushul fiqih
dan istimdad dalam ushul fiqih. Yang mana pengertian ushul fiqih
secara terminologi yaitu ilmu tentang kaidah-kaidah dan pembahasan-
pembahasan yang dapat mengantarkan kepada hukum-hukum syara’
mengenai perbuatan manusia dari dalil-dalilnya yang rinci. Sedangkan
istimdad itu sendiri adalah pengambilan dari suatu hukum yang dalam
kaitannya dengan ilmu ushul fiqih.
Dalam makalah kelompok kami ini, akan membahas tentang
adanya sumber dan dalil hukum-hukum Islam yakni pengertian
sumber dan dalil serta kehujahhan dan kemukjizatan al-quran,
sumber dan dalil hukum Islam yang meliputi Alquran, As-Sunnah,
dan Ra’yu (Ijtihad) yang terdiri dari ijma, qias, ‘urf, istishab, syar’u
man qablana, dan mazab shahabi. Dan penjelasan tentang kehujahaan
al-quran, keistimewaan al-quran .

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dalil?
2. Apa saja yang termasuk dalil secara umum?

2
3. Bagaimana tentang kehujahan al-quran?
4. Apa saja yang termasuk dalam keistimewaan al-quran

C. Tujuan Masalah
1. Untu mengetahui tentang definisi dalil
2. Dapat membedakan dalil secara umum
3. Mengetahui tentang kehujahhan Al-quran
4. Mengetahui keistimewaan Al-Quran

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dalil
Pengertian dalil dalam Bahasa arab adalah yang menunjukan pada
sesuatu, baik bersifat indrawi maupun maknawi, baik ataupun buruk. Adapun
pengertian dalil menurut istilah para ahl ilmu ushul fiqih adalah sesuatu yang
dijadikan sebagai dalil terhadap hukum syara yang berkenaaan dengan
perbuatan manusia dengan didasarkan pada pandangan yang benar
mengenainya, baik secara pasti atau dugaan yang kuat. Sedangkan istilah
seperti dalil-dalil hukum, pokok-pokok hukum, sumber-sumber hukum islam
merupakan beberapa lafal yang memiliki arti yang sama.
Sebagian ahli ilmu ushul fiqih mendefinisikan dalil sebagai sesuatu
yang digunakan sebagai hukum syara yang berkenaan dengan perbuatan
manusia secara pasti (qath’i). sedangkan sesuatu yang digunakan senagai
hukum syara dengan jalan duaan kuat, maka disebut tanda dan bukan dalil.
Akan tetapi, yang terkenal di kalangn ushul, pengertian dalil menurut istilah
adalah sesuatu yang aripada nya diambil hukum syara yang berkenaan dengan
perbuatan manusa secara mutlak, baik dengan jalan qathí ataupun dengan
jalan zhanni.oleh karna itulah, mereka membagi dalil menjadi dua bagian
yaitu, dalil yang dalalahnya qathi dan dalil yang dalalahnya zhanni.

B. Dalil secara Umum


Berdasarkan penelitian yang diperoleh kepastian, baheasannya dalil-
dalil syariyah yang menjadi sumber pengambilan hukum-hukum yang
berkenaan dengan perbuatan manusia kembali pada empat sumber yaitu Al-
Qur’an, Sunnah, ijma’, qiyas. Keempat dalil tersebut telah disepakati oleh
jumhur umat islam untuk dupergunakan sebagai dalil. Selanjutnya dalam

4
mempergunakan alil terebut mereka juga sependapat bahwa dalil-dalil itu
mempunyai urutan sebagai berikut. Al-Quran, sunnah, ijma, dan qiyas. Hal ini
apabila terjadi sesiatu peristiwa, maka pertama kali yang harus dilihat adalah
Al-qur’an, apabila ditemukan hukum di dalamnya maka hukum itu
dilaksanakan. Namun jika hukumnya tidak ditemukan, maka hukum itu sunah
kemudian jika hukumnya ditemukan maka hukum itu dilaksanakan.akan
tetapi, jika tidak ditemukan hukumnya dalam as-sunnah itu maka harus dilihat
apakah para mujtahid dalam suatu maa pernah berijma mengenai hukumnya
atau tidak. Lantas jika ditemukan, maka hukum itu dilaksanakkan dan jika
tidak ditemukan maka seseorang harus berijtihad untk menghasilkan
hukumnya dengn cara mengkiaskan pada hukum yang telah ada naskhnya.
Adapun bukti penggunaan dalil tersebut diatas ialah firman Allah
sebagai berikut:
“wahai orang-orang yang beriman taatilahnAllah dan taatilah Rasul
(muhammad) dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu.
Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalilah
kepada Allah, kepada Al-quran dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman
kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya.” Q.s An-nisa :59

Perintah mentaati Allah dan rasulnya merupakan perintah untuk


mengikuti Al-quran dan sunnah. Sedangkan perintah untuk mengikuti ulil
amri diantara kaum muslimin merupakan perintah untuk mengikuti hukum-
hukum yang telah disepakati di kalangan para mujtahid, karena mereka adalah
ulil amri kaum muslimin dalam persyariatan hukum. Sementara perintah
untuk mengembalikan kasus-kasus yang diperselisihkan diantara umat islam
pada Allah dan Rasul, merupakan perintah untuk mengikuti qiyas kerika tidak
ada naskh dan tidak ada ijma. Hal ini berarti, qiyas merupakan upaya untk
mengembalikan kasus yang diperselisihkan hukumnya kepada Allah dan

5
Rasul. Dengan kata lain qiyas adalah menyamkan kejadian yang tidak ada
naskh hukumnya dengan kejadian yang ada naskh hukumnya berenaan dengan
suatu hukum yang ada nakhnya, dikarenakan adany persamaan ilat hukum
pada keduanya. Dengan demikian ayat diatas menjadi dalil wajibnya
mengikuti dalil keemat tersebut.

Adapun petunjuk penggunaan keempat dalil tersebut sesuai dengan


urutannya ialah berdasarkan hadits yang diriwaatkan oleh al baghawi dari
muaz bin jabal

“bahwsaannya rasulullah SAW ketika memutus muaz ke Yaman, beliau


bersabda bagaimanakah engkau memberi putusan apabila suatu putusan di
hadapkan kepadamu. Muaz menjawab saya akan memberikan utusan
berdasarkan kitab Allah. Beliau berabsda jka kamu tidak menemukan kitab
Allah? Dia menjawab maka berdasarkan sunah rasulullah beliau bersabda
jika kamu tidak menemukan dalam sunnah rasulullah? Ia menjawab akan
berijtihad dngan pendapatku, dan saya tidak akan gegabah (maksudya saya
tidak akan semauku sendirian dalam berijtihad). Perawi berkata: kemudian
Rasululah SAW menepuk-nepuk dada Muaz seraya berkata segala puji bagi
Allah yang teah memberi taufiq kepada utusan rasululah terhadap sesuatu
yang diridahi oleh rasulullah.

Dalam hadits yang lain al Bagawi meriwayatkan dari Maimun bin


Mahran ra. Bahasannya ia berkata:

“Abu Bakar apabia didatangi orang-orang yang bersengketa maka ia melihat


ke dalam kita Allah, kemudia jika ia menemuka di dalammnya hukum yang
akan dia utuskan diantara mereka, diputuskan diantara mereka, maka dia pu
memutuskannya dengan hukum itu. Lalu jika huku itu tidak ada, di dalam
kitan Allah dan ia menetahui sunnah raulullah. Maka ia mengumpulkan
tokoh-tokoh umat silam dan orang-orang terkemuka dari mereka untuk diajak

6
bermusyawarah. Emudian jika terjadi keseoakatan oendpat diantara mereka
mengenai perkara itu, maka ia memeutuskan berdasarkan kesepakatan itu
drmikian pula umar RA juga senantiasa mengerjakannya. “

Kedua hadits di atas kebanyakan para sahabat dan tokoh orang-orang


islam menyetujui kesepakatan hadits tersebut sebagai dalil dan tidak
ditemukan adanya orang yang menentang urutannya. Disamping itu, selain
keempat dalil tersebut ada beberapa dalil lain yang tidak disepakati jumhur
kaum muslimin untuk menjadikan sebagian dalil. Bahkan diantara mereka ada
yang mempergunaannya sebagai dalil bagi hukum syara, dan sebagian lagi
ada yang menolaknya. Dari dalil masyhur yang diperselisihkan kedudukannya
sebagai dalil ada 6 yaitu: istihsan, mashlahah mursalah, istishaq, urf, mazhab
shahabi, dan syariat kaum sebelum kita. Dengan demikian jumlah dalil
syar’iyyah ada 10 empat diantaranya disepakati oleh jumhur kaum muslimin
sebagai dalil, dan 6 lagi masih diperselisihkan, dan berikut ini rincian bahasan
menganai dalil secara keseluruhan.

C. Keistimewaan Al-quran

Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkannya melalui perantara


malaikat jibril kedalam hati Rasulullah dengan lafal berbahasa Arab dan
maknanya yang benar, sebagai hujjah kerasulannya, menjadi undang-undang
bagi manusia yang mengikuti petunjuknya dan menjadi sarana pendekatan diri
yang bernilai ibadah dengan membacanya.

Al-Quran adalah sesuatu yang dihimpun Antara lembaran mushaf yang


dimulai dari surat al-fatihah dan ditutup dengan surah An-nas yang kita terima
secara mutwattir, baik melalui lisan maupun tulisan dari generasi ke generasi
dan tetap terpelihara dari perubhan dan penggantian apapun. Dan ini dibuktikan
oleh firman Allah di dalam Al-Qur’an. “

7
“ sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-quran, dan pasti kami (pula)
yang memelihara )” Q.s Al-hijr : 9

Diantara kesitimewaan Al-Quran adalah bahwa lafal dan maknanya berasal


dari Allah. Lafal Al-Qur’an berbahasa arab itulah yang diturunkan oleh Allah
ke dalam hati rasulnya. Sedangkan rasul tiada lain hanya membacakan dan
menyampaikannya. Dari keistimewaan Al-Quran maka dapat dikembangkan
hal-hal sebagai berikut.

1. Makna-makna yang diilhamkan Allah kepada rasulnya, namun lafal-


lafalnya tidak dia turunkan kepadanya, tapi rasul sendiri yang
mengungkapkan redksinya maka tidaklah termasuk Al-Qur’an,
meskipun hukum-hukum Al-Qur’an tetap berlaku padanya. Ia
dikatagorikan sebagai hadits-hadits rasul demikian pula hadits qudsi
yaitu hadits yang disabdakan rasul bsebuherkenaan dengan sesuatu
yang diriwayatkannya, dari tuhannya. Maka ia juga tidak termasuk Al-
Quran dan hukum-hukumnya tidak berlaku. Ia tidak setingkat dengan
Al-Quran dari aspek kehujjahannya. Tidak sah pula melakukan sholat
dengan membacanya pun tidak dinilai ibadah.
2. Menafsirkan sebuah surat atau ayat Al-Quran, dengan lafal arab yang
merupakan sinonim bagi lafal-lafal Al-Qur’an yang menunjukan
pengertian yang ditunjuk oleh lafal Al-Qur’an tidaklah dianggap Al-
Quran meskipun penafsiran itu sesuai dengan dalalah sesuatu yang
ditafsiri, karena sebenarnya Al-Quran merupakan lafal-lafal berbahasa
arab khusus yang diturunkan dari sisi Allah SWT.
3. Penerjemah sebuah surah atau ayat ke dalam Bahasa asing yang bukan
Bahasa arab tidak dianggap sebagai al-aquran. Meskipun dalam
pengalihan Bahasa itu benar-benar dipelihara ketelitiannya dan
kesempurnaan dengan yang diterjemahkannya dari segi dalalahnya
karena sesungguhnya Al-Quran berbahasa arab khusus yang diturunkan

8
dari sisi Allah SWT. Jika sekiaranya penafsirannya itu dianggap
sempurna lantaran dilakukan oleh ulama yang terpercaya
keagamaannya, pengetahuannya, amanah dan kecerdasan. Maka boleh
dianggap bahwa penerjemahan ini merupakan penjelasan pengertian
Al-Quran dan sebagai referensi mengenai maknanya. Akan tetapi, ia
tidaklah dianggap sebagai Al-Quran, dan hukum Al-Quran tidak
berlaku padanya. Oleh karena itu, bentuk redaksi dan keumuman lafal-
lafalnya serta kemutlakannya tidak bisa dijadikan hujjah krena lafal-
lafal dan susunan redaksinya bukan merupakan lafal Al-Qur’an. Tidak
sah pula melakukan sholat dengan membaca terjemahnya dan
membacanya tidak dianggap sebagai ibadah. Kesitimewaan Al-Quran
ialah bahwa diriwayatkannya secara mutawattir, maksudnya melalui
cara periwayatan yang mendatangkan pengetahuan dan kepastian
karena otensitas periwayatan. Dari keistimewaan ini muncul masalah
furu’ atau cabang bahwa sebagian qiroat yang diriwayatkannya tidak
dengan cara mutawattir, sebagaimana dikatakan sebagian sahabat
membaca demikian maka tidaklah termasuk dari Al-Quran dan hukum-
hukumnya tidak Berlaku padanya.

D. Kehujahaan Al-quran

Dalil bahwa al-quran adalah hujjah bagi umat manusia dan hukum-hukum
nya merupakan undang-undang yang wajib mereka ikuti, adalah : alquran dari
sisi Allah dan disampaikan kepada merek dari Allah melalu cara yag pasti,
tidak ada keraguan mengenai kebeanarannya. sedangkan bukti bahwa Al-
quran itu dari sisi Allah adalah kemukjizatannya dalam melemahkan umat
manusia untuk mendatangkan semisala al-quran .
1. Makana I’jaz dan Rukunnya.

9
I’jaz menurut Bahasa arab berarti menghubungkn sifat lemah dan
menetapkannya kepada orang lain. Dikatakan :
“seorang melelmahkan sauadaranya, maksudnya apabila ia menetapkan
kemampuannya terhadap sesuatu. Al-Quran melumpuhkan manusia,
berarti menetapkan ketidak mampuan mereka untuk mendatangkan
semisal al-quran.

I’jaz, maksudnya menetapkan ketdakmampuan orang lain, tida akan


terealisir kecuali apabila tiga hal terpenuhi, yaitu :
a. Adanya tantangan, maksudnya permintaan untuk beradu, saling
menjatuhkan, dan berlwanan.
b. Adanya motivasi yang mendorong penantang untuk mengajukan
tantangan dan perlawanan.
c. Tidak ada penghalang yang menghalangi dari perlawanan ini.

Apabila seorang olahragawan mengaku bahwa dirinya, adalah seorang


pahlwan kejuaaraan pada slaah satu cabang olah raga, dan
pengakuannya itu ditentang oleh seorang olahraga lainnya. Kemudian
orang yang mengaku pahlwan menantang orang yang menentangnya
dan memintanya untuk bertanding dengnyaa atau mendatangkan orang
yang bersedia bertanding dengannya. Lalu penantang yang sanga
berambisi untuk membatalakan pengakuannya tadi, tidak maju untuk
menandinginya atau tidak mendatangkan eseorang untuk bertanding,
padahal ia tidak berhalangan sakit dan tidak mempunyai halangan lain
yang mencegahnya untuk mengikuti pertandingan. Maka hal itu adalah
pengakuan kelemahan dirinya dan sekaligus menenrima pengakuan
itu.

Al-quran telah sempurna dalam menjawab semua tantangan,


sekalipun terdapat motvasi bagi orang yang memnantang untuk

10
melawannya, dan tidak ada suatu penghalang bagi mereka. Kendati
demikian, mereka tidak sanggup melawannya dan mendatangkan
semisal al-quran . Adapun tantangan itu pernah disabdakan oleh
Rasullah Saw kepada manusia :

“ sesungguhnya aku adalah Rasullah, dan bukti bahwa aku Rasullah


saw adalah Al-Quran ini yang kubacakan padamu, arena
sesungguhnya aku menerima wahyu dari gusti Allah. “

Kemudian ketika mereka mengingkari pengakuannya, maka


beliau bersabda kepada mereka :

“apabila kamu dalam keraguan bahwasanya al-quuran adalah dari


sisi Allah dan terbesit dipikiranmu adalah bahwa dia adalah buatan
manusia, maka buatlah olehmu yang sepadan al-quran atau sepuluh
surat seperti al-quran atau bahkan slaah satu surat yang sepada
denganya. Beliau menantang dan menuntut perlawanan terhadap
mereka denga dialek yang menyakitkan, Bahasa yang kasar, dan
ungkapan yang sinis dan bisa melemahka keteguhan dan menarik
permusuhan. Belaiu bersumpah bahwa mereka tidak dapat
mendatangkan yang sepadan dengan al-quran tidak akan pernah bisa
mengerjakan, tidak akan menjawab hujjah al-quran dan tidak akan
membuat yang sepadan dengannya. Allah swt berfirman :

“ katakanlah Muhammad, datangakanlah olehmu sebuah kitab dari


sisi Allah swt yang kitab itu lebih memberi petunjuk dari pada
keduanya (taurat dan al-quran ), niscaya aku mengikutinya, jika kamu
orang yang benar.” Maka jika mereka tidak menjawab ( tantanganmu
) , maka ketahuilah bahwa mereka hanyalah mengikuti keinginan
mereka” Qs. Al-qhasah : 49-50

Allah swt berirman :

11
“katakanlah ,”sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk
membuat yang serupa (dengan) al-quran ini , mereka tidaka akan
mebuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu
sama lain.”qs. al-araf: 88

Allah swt berfirman :

“bahkan mereka mengatakan “dia (Muhammad) telah membuat al-


quran datangkanlah sepuluh surah semisal dengannya (al-quran)
yang dan dibuat-buat dan ajaklah siapa saja diantara kamu sanggup
selain Allah, jika kamu orang=orang yang benar “Qs.Hud : 13

Allah swt berfirman :

“dan jika kamu meragukan alquran dan kami turunkan kepada hamba
kami (Muhammad), maka buatlah satu surat semisal dengannya dan
ajakalah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang
yang bena. Jika kau tidak mampu membuatnya, dan (pasti), tidak akan
mampu, maka takutlah kamu akan api neraka yang bahan bakarnya
manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir. “ qs. Al-
baqarah:23-24

Dan Allah SWT berfirman:

“Ataukah merka berkata ia (Muhammad) mereka-merekanya. Tidak


merekalah yang tidak beriman. Maka cobalah mereka membuat yang
semisal dengannya (Al-Qur’an) jia merekaorang-orang yang benar.
(QS.At-Thur/52:33-34).

Adapun bentuk perlawanan Rasulullah terhadap orang yang


mengingkarui kemukjizatannya Al-Quran, tidak perlu penjelasan lagi.
Karna rasulullah SAW mengaku bahwa ia adalah utusan Allah, dating
kepada mereka dengan membawa agama yang membinasakan agama

12
dan traadisi nenek moyang mereka, membodohkan akal pikiran
mereka, menghina berhala, dan mengemukakan hujjh atas seruannya
bahwasannya al-quran itu dari sisi allah, serta menatang mereka untik
mendatangkan yang semisal dengan al-quran. Oleh karena itu, hal
yang paling merekabutuhkan dan yang paling menjadi obsesi mereka
adalah mendatangkan yang semisal dengan Al-Quran, baik seluruhnya
atau sebagian untuk menyangkalbahwa Al-Quran itu dari sisi Allah
dan untuk mematahkan hujjah Muhammad bahwa dia adalah
rasulullah.

Dengan cara ini, mereka dapat mendolong tuhan-tuhn mereka,


memprttahankan agama mereka, dan menghindari berbagai bahaya
pertempuran. Sedangkan factor yang mendorong mereka untuk
mementang kemukjizatan Al-Quran adalah Karena Al-Quran
diturunkan dalam Bahasa arab. Lafal-lafalnya terdiri dari huruf arab
hijaiyah, redaksinya menggunakan tata Bahasa arab sementara mereka
dalah ahli bayan dan diantara mereka juga terdapat tkoh-tokoh ilmu
balaghoh. Medan perlomban mereka penuh dengan penyair, para
oratoe, dan orang-orang yang fasih dalam berbagai seni retorika.
Semua ini merupakan tinjauan dari aspek lafalnya. Adapun dari aspek
makanawiyah maka syair, pidato, kata mutiara, dan diskusi sebnarnya
menunjukan baha mereka itu berotak cemerlang mempunyaipndangan
yang jauh terghadap berbagai persoalan dan mepunyai pengalam
dalam berbagai percobaan. AL-Quran telah menyerukan kepada
mereka supaya mereka yang menentang kemukjizatan meminta
bantuan kepada siapa saja yang dikehendaki agar dapat
menyempurnakan kekurangan yang melengkapi jumlah mereka.
Diantara mereka yaitu terdapat para peramal dan ahli kitab.

13
Adapun jika ditinjau dari aspek waktu yang dapat
melumpuhkan para penetang kemukjizatan Al-Quran, Al-Quran yaitu
kemukjizatan Al-Quran tidak diturunkan secara utuh, sehingga merka
dapat berlasan bahwa waktu mereka miliki tidak cukup untk
mengadakan perlawanan. Akan tetapi, Al-Quran diturunkan al-quran
diturunkan secara terpisah, yaitu dalam jangka waktu 23 tahun.
Antaranya turunnya ayat satu dengan yang lain terdapat waktu yang
cukup lama yang dapat digunakan mereka untuk menandingi dan
membuat sepadannya., kalua sekiranya dalam jangkaun kemampuan
mereka .

Oleh karena itu tidak ada keraguan lagi bahwa dalam jumlah
ayat Ak-Quran dengan perantara lisan Rasul-nya, Allah swt.telah
menentang manusia untuk mendatangkan serupa dengan Al-quran.
Mereka dengan mabisi dan segala faktor yang mendorongnya untuk
mendatangkan yang serupa dengan al-quran , tetaapi tetap saja mereka
tidak bisa membuat serupa dengan Al-quran.

Jika sekiranya mereka bisa mendapatkan yang semisal dengan


al-quran sebagai tandingannya, niscaya mereka dapat menyelamatkan
tuhan-tuhan mereka, menyanggah hujjah orang yang mentertawakan
mereka dan selamat dari peperangan, dan pertempuran selama
beberapa tahun. Keterpaksaan mereka untuk berperang yaitu sebagai
ganti tidak bisa menandingi kemukjizatan al-quran, dan kesepakatan
untuk membunuh Rasullah sebagai ganti dari kesepakatan mereka
karena mereka tidak bisa mendatangkan yang semisal dengan Al-
quran. Hal tersebut merupakan suatu pengakuan
tentangvketidakmampuan mereka untuk menandingi al-quran dan
sekaligus menerima bahwa al-quran jauh diatas jangkauan kemampuan

14
manusia, serta sebagai dalil bahwa Al-quran adalah berasal dari sisis
Allah swt.

E. Segi-segi kemukjizatan Al Quran

Para ulama sepakat, bahwa al-quran tidak melemahkan manusia untuk


mendatangkan semisalnya hanya dari satu aspek tertentu saja. Akan tetapi, ia
melemahkan mereka dari berbagai aspek yang cukup banyak, baik lafzhiyyah.
Maknawiyyah, maupun ruhiyyah. Semuanya saling menopang dan bersatu,
sehingga melemahkan manusia untuk melawannya.

Para ulama juga sepakat bahwa sampai sekarang, akal tidak mampu untuk
menjangkau seluruh aspek kemukjizatan al-quran dan membatasinya dalam
beberapa segi yang terhitung numlahnya. Bahwasanya akal, ketika semakin
bertambah merenungkan ayat-ayat al-quran, mengadakan pengkajian secara
ilmiah tentang rahasia-rahasia alam dan hukumnya, dan menampilkan berbagai
keajaiaban makhluk hidup dan makhluk yang mati, maka akan semakin jelas pula
berbagai aspek kemukjizatan al-quran. Hal tersebut sekaligus membuktikan
bahwa al-quran berasal dari sisi Allah.

Adapun beberapa aspek kemukjizatan Al Quran yang dicapai oleh akal adalah
sebagai berikut.

1. Keserasian struktur redaksi, makna, hokum dan teorinya.

Al Quran terdiri dari 6000 ayat yang diungkapkan dengan struktur bahasa
yang beraneka ragam dan gaya bahasa yang bermcam-macam serta dengan
beberap pokok pembahasan yang berbilang pula, yaitu i`tiqodiyyah, khuluqiyyah,
dan tasyri`iyyah ia juga menetapkan berbagai teori, baik sifat kosmologis,
sosiologis maupun psikologis di dalam susunan redaksinya Anda tidak akan
menemukan kontradiksi antara sebagian ayat dengan sebagian lain. Tidak ada
bahasa yang bernilai sastra tinggi sementara ayat yang lainnya tidak bernilai sastra

15
sama sekali. Tidak ada pula, lafal yang satu fasikh sedangkan yang lainnya tidak
fasih. Anda juga tidak akan menemukan

Sebgaian tidak akan menemukan makna yang bertentangan dengan makna


yang laoin, tidak ditemukan pula hokum yang kontradiksi dengan hokum yang
lain nya. Suatu prinsip merobohkan prinsip lainnya, atau suatu tujuan tidak sesuai
dengan tujuan yang lainnya. Sebagaimana tidak ditemukan pertentangan ai
atntara berbgai ungkapan gaya bahsa dan lafal-lfalnya, maka tidak pula
ditemukan pertentangan antara berbagai makna dan hokum-hukumnya, tidak pula
antara berbagi prinsip dengan prinsip lainnya.

Jika sekiranya Al Quran itu datang dari selain Allah baik secara sendiri-
sendiri ataupun kelompok , niscaya tidak akan terlepas dari kontradiksi antara
sebagian susunan bahasanya dengan sebagian yang lain. Atau pertentangan
antara sebagian maknanya dengan sebagian makna yang lain. Karena akal
manusia, kendali telah matang dan sempurna tidaklah mungkin untuk membuat
6.000 ayat dalam kurun waktu 23 tahun , dimana satu ayat denga yat tang lain
sama dalam tingkat ketinggian sastranya dan tidak pula da kontradiksi antara satu
ayat dengan ayat lain mengenai makna yang dikandungnya.

Berkenaan dengan aspek kemukjizatan inilah, maka Allah memberikan petunjuk


dalam firman-Nya:

” maka tidaklah mereka menghayati (mendalam ) Al-quran? Sekiranya


(Al-quran) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang
bertentangan didalamnya.” Qs.Nur:82

Tidak ditemukannya pertentangan gaya bahasa antara sebagian ayat


dengan sebagian ayat yang lainnya, at5au pernedaan uslub berbagai ayat dalam
tingkat nilai sastranya penyebabnya bukanlah berasal dari perbedaan uslub ayat-
ayat tersebut. Kan tetapi hal itu timbul dari perbedaan topic ayat itu mengatur
dan menjelaskan iddah (masa tunggu) bgai isti yang diceraikan atau bagian ahli

16
waris dari harta peninggalan, pengelolaan shadaqah, atau hokum-hukum lainnya
maka kesemuanya ini bukanlah dalam bidang gaya bahas yang penyampainnya
memberikan kesan dan pengaruh dalam hati. Akan tetapi, yang memberikan
kesan dan pengaruh adalah lafal-lafal yang detil secara tertentu.

Apabila ayat-ayat topic tersebut membodohkan penyembah patung


berhala menjelasakan banjir topasn mengemukakan dalil kekuasaan Allah,
mengingtakan nikmat-nikmat Allah kepada para hamba-Nya, atau menakut-
nakuti mereka dengan kedahsyatan hari kiamat, makasemuanya itu merupaakn
gaya bahsa penyampaian yang memberikan kesan dalam hati, dan menyentuh
persaan. Pengunaan lafal-lafal tertentu, dimana situasi dan kondisi menuntut
penggunaan retorika tidalkah termasuk pramasastra. Karena pramasastra atau tata
bahasa adalah kessesuiain antara perkataan dengan situasi dan kondisi yang ada,
dan tentunya setiap kondisi mempunyai ungkapan gaya bahasanya sendiri.

Kontradiksi lahiriyyh yang terdapat diantara makna yang terkandung oleh


sebagian ayat denga ayat yang lainnya, maka para ahli tafsir menhelaskna
bahwasanya hal itu bukanlah suatu kontradiksi kecuali bagi orang yang tidak
memusatkan perhatiannya pda hal itu. Sedangkan bagi orang yang memusatkan
perhatiannya maka jelaslha bahwasanya hal itu bukanlkah suatu kontradiksi.

Diantara contoh kasus diatas adalah firman Allah swt:

“ kebajikan apapun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan
apapun yang menimpamu, itu dari kesalahan dirimu sendiri. “ Q.s An-nisa: 79

Dan firman Allah swt :’

“… katakanalah semuanya dating dari sisi Allah “

Serta firman Allah swt. Lainnya:

17
“ dan hendak jika kami membinasakan suatu negeri, maka kami perintahkann
kepada orang yang hidup mewah di negeri itu ( agar mentaati Allah ), tetapi bila
mereka melakukan kedurhakaan didalamnya (negeri) itu, maka sepantasnya
berlakulah terhadap perkataan (hukuman kami), kemudian kami binasakan sama
sekali negeri itu “ Q.s. Al-isra:16

Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Allah tidaklah memerintahkan


keburukan dan kejahatan. Maka setiap ayat-ayat Al Quran yang pada zahirnya
kontradiksi , akan tetapi, setelah diadakan pengkajian, ternyata serasi dan
harmonis, tidak ada kontradiksi di dalamnya. Jika sekirnya Al Quran itu dari
selain Allah niscaya mereka akan menemukan banyak pertentangan di dalamnya.

2. Kesesuaian ayat Al Quran dengan teori ilmiah yang dikemukakan ilmu


pengetahuan

Al Quran diturunkan oleh Allah swt kepada Rasul-Nya untuk menjadi


hujjah baginya dan mejadi undang-undang bagi umat manusisa. Jadi, tujuan
prinsipilnya bukanlah menetapkan teori-teori ilmiah dalam penciptaan langit dan
bumi, penciptaan manusia, pergerakan bintang-bintang dan benda-benda alam
lainnya. Akan tetapi, hal itu hanyalan dalam kapasitas sebagai dalil wujudnya
Allah dan keesan-Nya mempertingatkan manusia terhadap berbagai kenikmatan-
kenikmatan-Nya dan tujuan-tujuan yang lain.

Al-Quran dengan ayat, yang terkandung di dalamnya menujukkan adanya


hokum-hukum alam dan bebagai ketentuan natural dimana ilmu pengetahuan
modern pada setiap masa menyingkapkan bukti-buktinya, sekaligus menujukkan
bahwa ayat yang menerangkan hal tersebut datang dari Allah swt karena
sesungguhnya manusia tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, dan tidak
pula mencapai halkikat-hakikatnya. Istidlal mereka hanya pada aspkr lahiriyah
saja. Maka setiap kali penelitian ilmiah membuktikan adanya hokum alam

18
tertentu dan ternyata hal tersebut telah jauh dijelaskan oleh Al Quran maka
menjadi bukti baru bahwasanya Al Quran itu adalah datang dari sisi Allah.

Sesungguhnya aspek kemukjizatan Al Quran telah ditunjukkan oleh Allah


swt melaui firman-Nya:

“ katakanalah bagaimana pendapatmu jika (al-quran) itu dating dari sisi Allah,
kemudian kamu mengingkarinya. Siapakah yang lebih sesat daripada orang
yang selalu berada dalam penyimpangan yang jauh (dari kebenaran) kami akan
memperhatikan kepada mereka tanda-tanda kebesaran kami di segenap penjuru
pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka nahwa al-quran adalah
benar. Tidak cukupkah bagi kamu bahwa tuhanmu menjadi saksi atas segala
sesuatu. : “ Q.S fussilat 22-23

Diantara ayat-ayat lain yang mengemukakan dalil atau kekuasaan Allah


dan memalingkannpndangan kepada berkas-berkas-Nya adalahfirman Allah swt
dalam surah An-Naml:

“ dan engkau akan melihat gunung-gunung yang kau kira tetap di tempatnya,
padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan . (itulah ciptaan Allah yang mencipta
sempurna dengan segala sesuatu.

Dan firman Allah swt:

“dan kami meniupkan angina untuk mengawinkan”Qs. Al-hijr: 22

Juga firman Allah swt :

“ dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahaui bahwa langit, dan bumi
keduanya dahulu menyatu, kemudain kami pisahkan antara keduanya dan kami
jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air Qs. Al-anbiya 30 “

Selanjutnya firman Allah swt:

19
“dia memberikan dua laut yang mengalir dan bumi keduanya dahulu menyatu,
kemudian kami pisahkan antara keduanya dan kami jadikan segala sesuatu yang
tidak dilampaui oleh masing-masing” Q.s Al-anbiya 19-20

Dan firman Allah swt:

“dan sungguh kami telah menciptakan manusia dari sari pati (berasal) dari
tanah. Kemudian kami menjadikan air mani (yang disimpan) dalam tempat
kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan sesuatu yang melekat,lalu
sesuatu yang melekat itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging
kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang- belulang itu kami bungkus dengan
dsging. Kemudian, kami menjadikan makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci
Allah, pencipta yang paling baik” Qs/\. Al-mu’minun 12-14.

Sebagian peneliti belum puas hanya dengan meneliti ayat-ayat Al Quran


sesuai dengan berbagai teori dan hokum-hukum alam saja. Argument mereka
adalah, bahwasanya dalalah Al Quran menujukkan pada suatu ketetapan dan
keteguhan. Sedangkan teori-teoriilmiah seringkali berubah-ubah dan berganti.
Terkadsang penelitian tebaru menyingkapkan kekeliruan teori konvensional.
Akan tetapi, penulis (bukuini) tidak sependapat dengan argument tersebut karena
menagsirkan ayat-ayat Al Q uran dengan hokum-hukum alam yang diungkapkan
oleh imu pengetahuan hanyalah suatu upaya memahami ayat dari salah satu
aspek dari sekian banyak aspek ilmu pengetahuan. Hal ini buka berarti bahwa
makna ayat tersebut hanya dapat dipahami melalui satun aspek saja. Maka
terdapatkesalahan suatu teori, jelas pula kesalahan memahami ayat itu
berdasarkan aspek tersebut dan bukan nmerupakan kesalahan ayat itu sendiri.
Sebagaimana sebuah hokum yang dipahami dari sebuah ayat dan ternyata salah
dalam pemahamannya hal tersebut menujukkan metode yang dipakai salah bukan
ayatnya yang salah.

20
3. Pemberitahuan Al Quran terhadap berbagai peristiwa yang hnanya diketahui
oleh Allah Yang Maha Mengetahui terhadap hal-hal yang gaib.

Al-Quran telah meberitahukan mengenai kejadian-kejadian pada masa


mendatang yang tidak ada seorang pun yang dapat mengetahuinya sebagaimana
firman Allah swt:

“Alif lam mim. Bangsa romawi telah dikalahkan, di negeri yang terdekat dan
mereka setelah kekalahannya itu akan menang , dalam beberapa tahun(lagi).”
Q/s Ar-rum1-4

Dan firman Allah swt:

“.. bahwa kamu akan pasti memasuki masjidil haram, jika Allah menghendaki
dalam keadaan aman” Q.s Ar-rum: 1-4

Al-Q uran telah menceritakan beberap kisah tentang bangsa-bangsa kuno


seperti kaum `Ad dan Samud padahal mereka tidak meninggalkan suatu
peradaban maupun tanda-tanda yang menunjukkan kabar mereka. Ini merupakan
bukti bahwa Al Quran itu datang dari sisi Allah yang mana sesuatu yang
tersembunyi di masa sekarang, masa lalu, dan masa mendatang tidaklah
tersembunyi dari sisi Allah Berkenaan dengan aspek kemukjizatan tersewbut,
Allah swt. Memberikan petunjuk melaui firman-Nya :

“ itulah sebagian dari berita gaib-gaib yang kami wahyukan kepadamu


(muhammad) tidak pernah engkau mengetahuinya dan tidak pula kaum mu
sebelum ini “ Q.s Hud. 49

4. Kefasihan lafal Al-Quran kesempurnaan redaksinya dan pengaruhnya yang


kuat.

Di dalam Al-Quran tidak terdapat lafal yang tidak enak untuk di dengar
atau tidak sesuai dengan ayat yang disebutkan sebelum atau sesudahnya. Susunan

21
redaksi sastranya berada pada tingkat tertinggi dan kesesuainnya dengan tuntutan
situasi dan kondisi. Hal ini akan jelas bagi orang yang mempunyai dzauq `Arabi
(kedalaman pengetahusn bahasa Arab) mngenai tasybih (perumpamaan) di dalam
Al Quran peribahasanya, argumentasinya, perdebatannya, dan dalam menetapkan
aqidah yang benar, serta menjelakkan pelaku kebatila atau dalsam setiap makna
yang diungkap dan tujuan yang hendak dicapainya.

Untuk mebuktikan hal tersebut kita cukup dengan kesaksian para


cendekiawan yang memushui A Quran dan pengakiuan musuh-musuh Al quran
yang ahli ilmu bayan dan balaghah. Imam Az-Zamakhsyarin dalam kitab
tafsirnya Al Kasysyaf dan Imam Abdul Qahir dalam daua kitabnya Dalailul
I`jaz dan Asrarul Balagahah telah menulis dalam penjelasan yang cukup banyak
mengenai segi kefasihan dan balagahah ayat-ayat Al Quran

Adapun kuatnya pengaruh Al Quran terhadap jiwa dan penguasannya


secara psikologis terhadap hati, makahal ini dirasakan setiap orang yang sadar
dan mempunyai perasaan. Untuk mebuktikan hal tersebut, cukup bagi kita yaitu
ketika kita mendengarkannya tidak pernah bosan, dan kebaharuannya tidak
using. Al Walid bin Al Mughirah salahs eorang musuh Rasulullah saw yang
paling keras berkata:

“ Sesungguhnya Al-quran mengandung suatu kemanisan, mengandung


keindahan. Dibawahnya terdapat suatu yang menyuburkan , dan diatasnya
terdapat sesuatu yang berbuah. Ini bukanlah perkataan manusia”

Dari perkataan yang dikemukakan oleh Al Walid diatas menunjukkan


bahwa kebenaran adalah apayang disaksikan oleh apara lawan. Penbgakuannya
terhadap kemujizatan Al Quran menujukkan suatu kebenaran.

22
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Pengertian dalil dalam Bahasa arab adalah yang menunjukan pada sesuatu,
baik bersifat indrawi maupun maknawi, baik ataupun buruk. Adapun
pengertian dalil menurut istilah para ahl ilmu ushul fiqih adalah sesuatu yang
dijadikan sebagai dalil terhadap hukum syara yang berkenaaan dengan
perbuatan manusia dengan didasarkan pada pandangan yang benar
mengenainya baik secara pasti atau dugaan yang kuat
2. Dalil-dalil syariyah yang menjadi sumber pengambilan hukum-hukum yang
berkenaan dengan perbuatan manusia kembali pada empat sumber yaitu Al-
Qur’an, Sunnah, ijma’, qiyas. Keempat dalil tersebut telah disepakati oleh
jumhur umat islam untuk dupergunakan sebagai dalil.
3. Dari dalil masyhur yang diperselisihkan kedudukannya sebagai dalil ada 6
yaitu: istihsan, mashlahah mursalah, istishaq, urf, mazhab shahabi, dan syariat
kaum sebelum kita. Dengan demikian jumlah dalil syar’iyyah ada 10 empat
diantaranya disepakati oleh jumhur kaum muslimin sebagai dalil, dan 6 lagi
masih diperselisihkan, dan berikut ini rincian bahasan menganai dalil secara
keseluruhan.
4. Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkannya melalui perantara malaikat
jibril kedalam hati Rasulullah dengan lafal berbahasa Arab dan maknanya
yang benar, sebagai hujjah kerasulannya, menjadi undang-undang bagi

23
manusia yang mengikuti petunjuknya dan menjadi sarana pendekatan diri
yang bernilai ibadah dengan membacanya.
5. Dalil bahwa al-quran adalah hujjah bagi umat manusia dan hukum-hukum nya
merupakan undang-undang yang wajib mereka ikuti, adalah : alquran dari sisi
Allah dan disampaikan kepada merek dari Allah melalu cara yag pasti, tidak
ada keraguan mengenai kebeanarannya.
6. I’jaz menurut Bahasa arab berarti menghubungkn sifat lemah dan
menetapkannya kepada orang lain/
I’jaz, maksudnya menetapkan ketdakmampuan orang lain, tida akan
terealisir kecuali apabila tiga hal terpenuhi, yaitu :
d. Adanya tantangan, maksudnya permintaan untuk beradu, saling
menjatuhkan, dan berlwanan.
e. Adanya motivasi yang mendorong penantang untuk mengajukan
tantangan dan perlawanan.
f. Tidak ada penghalang yang menghalangi dari perlawanan ini.
7. Adapun beberapa aspek kemukjizatan Al Quran yang dicapai oleh akal adalah
sebagai berikut.

a . Keserasian struktur redaksi, makna, hokum dan teorinya.

b. Kesesuaian ayat Al Quran dengan teori ilmiah yang dikemukakan ilmu


pengetahuan.

c. Pemberitahuan Al Quran terhadap berbagai peristiwa yang hnanya diketahui


oleh Allah Yang Maha Mengetahui terhadap hal-hal yang gaib

Kefasihan lafal Al-Quran kesempurnaan redaksinya dan pengaruhnya yang kuat.

B. Saran

Penulis menyarankan kepada semua pembaca untuk mempelajari dan


memahami tentang ilmu Fiqih. Dengan mempelajari hal ini dharapkan

24
mahasiswa-mahasiswi dalam menyampaikan tentang filsafat tersebut dengan
mudah dan dapat dipahami dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Wahab,abdul khalaf.2014. Ilmu Ushul fiqh. Dina Utama. Semarang

25

Anda mungkin juga menyukai