Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL

TERAPI BERMAIN PLASTISIN

Pada Anak Di Ruang Marwah Anak Di RS Haji Surabaya

Tugas Kelompok Praktek Keperawatan Anak

Program Pendidikan Profesi Ners

Disusun Oleh :

Rizaldy Achmad K (20151660089)

Anatasya Irma S (20151660007)

Reni Apriliyana (20141660114)

PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan makalah “Terapi Bermain Plastisin ” tepat pada waktunya.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca.
Dalam proses penyusunan makalah asuhan keperawatan, penyusun
mengalami banyak permasalahan. Namun berkat arahan dan dukungan dari
berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusun menyadari makalah ini masih belum sempurna baik dari isi
maupun sistematika penulisannya, maka dari itu penyusun berterima kasih apabila
ada kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan
seperjuangan khususnya Program Studi Ilmu Keperawatan nantinya.

Surabaya, 09 September 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan

anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit,

aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan

kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai

perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih,

dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang

dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan

rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari

ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan

anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan

relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.

Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat

melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,

mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap

stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak

seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti

pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit.

Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya,

kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh

emosinya, perasaannya dan pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah

kesenangan dimana dengan kesenangan ini mereka mengenal segala sesuatu


yang ada disekitarnya sehingga anak yang mendapat kesempatan cukup untuk

bermain juga akan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk mengenal

sekitarnya sehingga ia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah

berteman, kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa

kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain.

Permainan plastisin terpilih sebagai terapi bermain pada anak karena

dengan melakukannya anak dapat meningkatkan motorik halus dan juga dapat

membuat anak merasa senang.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,

mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain

dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu :

a. Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya

b. Mengekspresikan perasaannya selam menjalani perawat.

c. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan

d. Beradaptasi dengan lingkungan

e. Mempererat hubungan antara perawat dan anak


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Bermain

2.1.2 Pengertian Bermain

Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional

dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena

dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri

dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal

waktu, jarak, serta suara.

2.1.2 Tujuan Bermain

Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun

mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan

stimulus dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga

anak akan selau mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan

fisik, emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi

anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif.

2.1.3 Fungsi Bermain

Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-

motorik, perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan

kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain

sebagai terapi.
1. Perkembangan Sensoris – Motorik

Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan

komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting

untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang

digunakan untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-

motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang

banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun

halus.

2. Perkembangan Intelektual

Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap

segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal

warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain

pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak

bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat

memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya melalui

eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak

menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin

sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih

kemampuan intelektualnya.

3. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan

lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan

menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk

mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari


hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar

berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar

tentang nilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama

pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler

dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas

sosialnya dilingkungan keluarga.

4. Perkembangan Kreativitas

Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan

mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang

dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba

untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan

memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk

semakin berkembang.

5. Perkembangan Kesadaran Diri

Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur

mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya

dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya

dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah

lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan

temannya sehingga temannya menangis, anak akan belajar

mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini

penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika,

terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak

positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain.


6. Perkembangan Moral

Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari

orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan

mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga

dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan

aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan

bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan

mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab

atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan

teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat

permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk

bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya.

Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler dan

prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk mengembangkan

nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu,

penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan

aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau

benar/salah.

2.1.4 Kategori Bermain

Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara

bermain aktif dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain

aktif kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri,

sedangkan bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain.


1. Bermain aktif

a. Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)

Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat

permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-

ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-

kadang berusaha membongkar.

b. Bermain konstruksi (construction play)

Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok

menjadi rumah-rumahan. Dll.

c. Bermain drama (dramatik play)

Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan

saudara-saudaranya atau dengan teman-temannya

d. Bermain bola, tali, dan sebagainya

2. Bermain pasif

Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan

mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah

bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan

keletihannya.Contohnya:

a. Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah

b. Mendengarkan cerita atau musik

c. Menonton televisi, Dll


2.1.5 Hal-hal yang Harus Diperhatikan

a. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan

anak.

b. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.

c. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum

meningkat pada keterampilan yang lebih majemuk.

d. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin

bermain. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau

sedikit.

2.1.6 Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia

1. Usia 0 – 12 bulan

Tujuannya adalah :

a. Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya

mengisap, menggenggam.

b. Melatih kerjasama mata dan tangan.

c. Melatih kerjasama mata dan telinga.

d. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.

e. Melatih mengenal sumber asal suara.

f. Melatih kepekaan perabaan.

g. Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.

Alat permainan yang dianjurkan :


a. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau

dipegang.

b. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.

c. Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.

d. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.

e. Alat permainan berupa selimut dan boneka.

2. Usia 1-2 Tahun

Tujuannya adalah :

a. Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.

b. Memperkenalkan sumber suara.

c. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.

d. Melatih imajinasinya.

e. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam

bentuk kegiatan yang menarik.

Alat permainan yang dianjurkan:

a. Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.

b. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.

c. Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal:

cangkir yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember,

waskom, air), balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku

bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil berwarna.

3. Usia 2– 3 Tahun

Tujuannya adalah :

a. Menyalurkan emosi atau perasaan anak.


b. Mengembangkan keterampilan berbahasa.

c. Melatih motorik halus dan kasar.

d. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung,

mengenal dan membedakan warna).

e. Melatih kerjasama mata dan tangan.

f. Melatih daya imajinansi.

g. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.

Alat permainan yang dianjurkan :

a. Alat-alat untuk menggambar.

b. Lilin yang dapat dibentuk

c. Pasel (puzzel) sederhana.

d. Manik-manik ukuran besar.

e. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang

berbeda.

f. Bola.

4. Usia 3-6 Tahun

Tujuannya adalah :

a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.

b. Mengembangkan kemampuan berbahasa.

c. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah,

mengurangi.

d. Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain

pura-pura (sandiwara).

e. Membedakan benda dengan permukaan.


f. Menumbuhkan sportivitas.

g. Mengembangkan kepercayaan diri.

h. Mengembangkan kreativitas.

i. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat,

lari, dll).

j. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik

halus dan kasar.

k. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan

orang diluar rumahnya.

l. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan,

misal : pengertian mengenai terapung dan tenggelam.

m. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.

Alat permainan yang dianjurkan :

a. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah

anak-anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat,

gunting, air, dll.

b. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain

diluar rumah.

2.1.7 Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain

a. Tahap perkembangan anak

aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitu harus sesuai

dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena


pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan

perkembangan anak.

b. Status kesehatan anak

untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi bukan berarti

anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit.

c. Jenis kelamin anak

semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau

anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi,

kreativitas dan kemampuan sosial anak. Akan tetapi, permainan

adalah salah satu alat untuk membantu anak mengenal identitas

diri.

d. Lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak

dan kreativitas anak dalam bermain.

e. Alat dan jenis permainan yang cocok, harus sesuai dengan tahap

tumbuh kembang anak.

2.1.8 Tahap Perkembangan Bermain

1. Tahap eksplorasi

Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain

2. Tahap permainan

Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap

permainan

3. Tahap bermain sungguhan

Anak sudah ikut dalam permainan


4. Tahap melamun

Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan

berikutnya.

2.1.9 BERMAIN DI RUMAH SAKIT

 TUJUAN :

1. Melanjutkan tugas kembang selama perawatan

2. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang

tepat

3. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat

 PRINSIP :

1. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana

2. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis

3. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien

4. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien

5. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak

6. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan

 UPAYA PERAWATAN DLM PELAKSANAAN BERMAIN

1. Lakukan saat tindakan keperawatan

2. Sengaja mencari kesempatan khusus

 BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

1. Alat bermain

2. Tempat bermain
 PELAKSANAAN BERMAIN DI RS DIPENGARUHI OLEH :

1. Faktor pendukung

Pengetahuan perawat,fasilitas kebijakan RS,kerjasama Tim dan

keluarga

2. Faktor penghambat

Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain.

 HAMBATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia

2. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan

3. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu

yang bersamaan.

Antisipasi hambatan

1. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama

2. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain

3. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-

lahan

4. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap

permainan

5. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga

kesehatan lainnya.
BAB III

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit

Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain Anak Usia 2-3 tahun

Tujuan : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak

Hari / Tanggal : Rabu, 09 Oktober 2019

Jam / Durasi : 15.00 WIB

Tempat Bermain : Ruang anak Marwah 2C RSUHaji Surabaya

A. Peserta

1. Anak usia

2. Tidak mempunyai keterbatasan fisik

3. Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga

4. Pasien kooperatif

5. Peserta Anak usia minimal 3 orang didampingi keluarga

B. Sarana dan Media

Sarana :
1. Ruangan tempat bermain

2. Tikar untuk duduk

Media : Plastisin

C. Pengorganisasian

Jumlah leader 1 orang, fasilitator 1 orang dan 1 orang observer dengan

susunan sebagai berikut :

1. Leader : Rizaldy Achmad K

2. Co-Leader : Reni Apriliyana

3. Observer : Anatasya Irma S

4. Fasilitator : Anatasya Irma S

D. Pembagian Tugas

1. Peran Leader

a. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan

jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien

termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya

b. Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah

atau mendominasi

c. Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah

pencapaian tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota

untuk terlibat dalam kegiatan


2. Peran Fasilitator

a. Mempertahankan kehadiran peserta

b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta

c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari

luar maupun dari dalam kelompok

3. Peran Observer

a. Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy

b. Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan

c. Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy

d. Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi

E. Setting Tempat

Keterangan :

= Pemateri = Fasilitator

= Observer = Notulen = Peserta Penyuluhan


F. Susunan Kegiatan

No Waktu Therapy Anak

1. 5 Menit Pembukaan : 1. Menjawab salam

1. Co-leader membuka dan 2. Mendengaran

mengucapkan salam 3. Mendengarkan

2. Memperkenalkan diri dan 4. Mendengarkan

anggota yang lain dan saling

3. Memperkenalan berkenalan

pembimbing 5. Mendengarkan

4. Memperkenalkan anak satu 6. Medengarkan

persatu dan anak saling

berkenalan dengan

temannya

5. Kontra waktu dengan anak

6. Mempersilahkan leader

2. 20 Menit Kegiatan bermain : 1. Mendengarkan

1. Leader menjelasan cara 2. Menjawab

permainan plastisin pertanyaan


2. Menanyakan pada anak, 3. Menerima

anak mau bermain atau permainan

tidak 4. Bermain

3. Membagikan permainan 5. Mengungkapkan

4. Leader, co-leader, dan perasaan

fasilitator memotivasi anak

5. Fasilitator mengobservasi

anak

6. Menanyakan perasaan anak

3. 5 menit Penutup : 1. Selesai bermain

1. Leader menghentikan 2. Mengungkapkan

permainan perasaan

2. Menanyakan perasaan 3. Mendengarkan

anak 4. Senang

3. Menyampaikan hasil 5. Mengungapkan

permainan perasaan

4. Memberikan hadiah 6. Mendengarkan

kepada anak yang cepat 7. Menjawab salam

bisa menebak suatu bentuk

5. Membagikan

souvenir/kenang-kenangan

pada semua anak yang

bermain

6. Menanyakan perasaan
anak

7. Co-leader menutup acara

8. Mengucapkan salam

G. Evaluasi

1. Evaluasi struktur yang diharapkan

a. Alat-alat yang digunakan lengkap

b. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana

2. Evaluasi proses yang diharapkan

a. Terapi dapat berjalan dengan lancar

b. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik

c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi

d. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai

tugasnya.

3. Evaluasi hasil yang diharapkan

a. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan

satu bentuk buah maupun sayuran.

b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik

c. Anak merasa senang

d. Anak tidak takut lagi dengan perawat

e. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai

f. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan

aktifitas bermain

g.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan

pengalaman traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan

ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai

faktor diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan control, dan

akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan

menimbulkan berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak,

memukul, menyepak, tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan

yang diberikan.

Bermain adalah salah satu bagian dari kehidupan anak dan salah satu

alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi

menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering

disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan

rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam

menghadapi stress. Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak

yang mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social

anak tersebut, Salah satunya adalah bermain plastisin.

4.2 Saran

1. Orang tua

Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak

agar anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang

tepat dapat menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat dari
permainan tersebut. Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga

harus tetap diperhatikan.

2. Rumah Sakit

Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat

meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi

dengan menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan.

3. Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi

dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap

tumbuh kembang anak. Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka

anak dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun dirumah

sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Anggani, Sudono, Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia
Dini. 2004. Grafindo: Jakarta

Nelson, Ilmu Kesehatan Anak. 1999. EGC: Jakarta

Donna L. Wong, Pedoman Klinis Keperawatan Anak. 2004. EGC: Jakarta

Widyasari. 2009. Http:// www. Terapibermain.wordpress.com

Suswati, Alifatin. 2003. Http://www. Pengaruh bermain terhadap pemasangan


infus pada anak. Wordpress.com
Lampiran

LEMBAR OBSERVASI PELAKSAAN TERAPI BERMAIN

No Aspek yang dinilai Ya Tidak


I Struktur Terapi Bermain
1. Persiapan media terapi bermain
1. Plastisin
2. Kelengkapan jumlah mahasiswa
a. Leader (1)
b. Co-Leader (1)
c. Fasilitator (1)
d. Observer (1)
II Proses Terapi Bermain
1. Pembukaan Leader :
a. Membuka acara terapi bermain dengan mengucapkan
salam
b. Memperkenalkan diri dan anggota
c. Memperkenalkan pembimbing
d. Menperkenalan peserta
e. Menjelaskan kontrak waktu
f. Menjelaskan permainan yang akan dilakukan dan
tujuan permainan
g. Memberikan contoh kepada peserta cara membuat
suatu bentuk dari permainan plastisin
h. Memimpin jalannya permainan dari awal sampai
akhir
2. Pelaksanaan
Co-leader :
a. Membantu leader menjelaskan cara bermain kepada
peserta
b. Membantu leader memberikan contoh kepada peserta
cara membuat suatu bentuk dari permainan plastisin
c. Memberikan kesempatan pada peserta untuk ikut
memulai permainan
d. Mengatur watu permainan
Fasilitator
a. Mengarahkan peserta untuk bermain
b. Memotivasi peserta dalam menyelesaikan permainan
c. Membantu leader dalam mengkondisikan peserta agar
fokus pada jalannya permainan
d. Pelaksanaan terapi berlangsung tepat waktu
3. Evaluasi : Observer
a. Memberikan check list pada lembar evaluasi
kemajuan peserta
b. Memberikan penilaian kemampuan anak berdasaran
kriteria di lembar evaluasi kemajuan
4. Terminasi :
a. Memberikan reward kepada peserta terbaik oleh
leader dan fasilitator
b. Leader mengucapkan terima kasih
III Hasil Terapi Bermain
1. Peserta Terapi Bermain :
a. Peserta terapi bermain antusias mengikuti kegiatan
terapi bermain
b. Peserta mengikuti terapi bermain sampai dengan
selesai
c. Anak mampu menyelesaikan setidaknya 2 hasil karya
bentuk dari plastisin dalam waktu yang telah
ditentukan
DAFTAR HADIR PESERTA SAP TERAPI
BERMAIN PLASTISIN
NO NAMA PESERTA KAMAR ALAMAT TTD
Lampiran

DOKUMENTASI TERAPI BERMAIN PLASTISIN

Anda mungkin juga menyukai