1, Juni 2016
Mulyadi
Panti Sosial Bina Grahita Nipotowe Palu
mulyadi6450@gmail.com
Abstract
Grief is the physical, psychological, social, and spiritual reactions to a significant loss in a person’s
life. This study aims to obtain empirical description and analysis of the techniques of client centered
therapy technique to give resolve of clients who have grieving in SLBN A Kota Bandung.
The research method used in this study is Single Subject Design (SSD) N = 1. This study uses a
model of multiple cross design variables. Data collection techniques used were observation,
interview and documentation. The data source used is the primary data source and secondary data
source. Test the validity of using a statistical test with the formula of Pearson's product moment
correlation and reliability testing using Chronbach Alpha technique. The results of this study were
analyzed using the technique of quantitative analysis using the formula 2 standard deviations.
The results showed that the applied client centered therapy technique can be used to give solve the
grieving of respondent, including the ability to implement aspects of psychological, physical and
social. Interventions performed using an individual approach.
Abstrak
Grief adalah reaksi fisik, psikologis, sosial, dan spiritual terhadap kehilangan di dalam kehidupan
manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran empirik dan analisis terhadap tehnik
client centered therapy untuk memberikan menyelesaian masalah grieving yang dialami oleh klien
di SLBN A Kota Bandung.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Single Subject Design (SSD)
N = 1. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara,
dan studi dokumentasi. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data
sekunder. Uji validitas menggunakan test statistik dengan formula dari Parson’s dan uji relialibilitas
menggunakan Chronbach Alpha technique. Hasil dari penelitian ini dianalisis dengan menggunakan
teknik analisis kuantitatif menggunakan rumus 2 standar deviasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknik client centered therapy dapat digunakan
untuk mengurangi dan menghilangkan grieving yang dialami oleh responden, yang mencakup
kemampuan dalam aspek psikologi, fisik, dan sosial. Intervensi yang digunakan merupakan
pendekatan individual.
16
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016
17
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016
dilakukan pada klien yang berada pada tahap perubahan signifikan tapi hasilnya belum
prekontemplasi dan kontemplasi, tapi prinsip maksimal. Oleh karena itu peneliti akan
dan keterampilan wawancara sangat penting melakukan penelitian lebih lanjut tentang
pada semua tahap. Wawancara motivasional penerapan teknik client centered therapy
merupakan teknik pekerjaan sosial dalam mengatasi griefing pada “KK” di SLBN
berdasarkan pendekatan humanisme A Kota Bandung.
eksistensial, dimana mengutamakan klien
sebagai pusat dari tindakan pekerjaan sosial. Rumusan Masalah Penelitian
Teknik client centered therapy dirasa sangat Ruang Lingkup dan Keterbatasan
ideal untuk diaplikasikan pada responden yang Penelitian
mengalami grieving seperti “KK” yang
sehingga, peneliti tertarik untuk melakukan Penelitian ini merupakan tindak lanjut dari
penelitian lanjutan terhadap “KK”. Hal ini hasil kegiatan praktikum yang telah dilakukan
dikarenakan walaupun sudah dilakukan terhadap responden disabilitas visual yang
intervensi dan sudah memperoleh beberapa mengalami grieving dengan menggunakan
18
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016
client centered therapy. Client centered proses hubungan terapi/ pertolongan pekerja
therapy merupakan satu bentuk terapi untuk sosial harus tulus, pintar, dan mampu
menangani masalah responden yang telah merefleksikan apa yang dilakukan dan
dilakukan untuk mengatasi grieving. Ruang dikatakan oleh klien, menghormati kondisi
lingkup penelitian ini lebih difokuskan pada klien secara positif, dan memberikan rasa
kondisi grieving responden “KK” yang belum empati terhadap klien.
mengalami perubahan sesuai dengan rumusan
masalah. Dalam proses penyembuhan/ perawatan klien,
pekerja sosial harus melakukan beberapa hal,
Tinjauan Pendekatan Humanisme dan yaitu Centring, artinya pekerja sosial harus
Client Centered Therapy siap untuk terlibat dalam permasalahan-
permasalahan klien dan kemudian mampu
memahami dan aktif melakukan kontak
Manusia dan eksistensinya merupakan pola- terhadap klien. Visualisation, artinya
pola kehidupan yang dapat dilihat. Sementara memberikan gambaran terhadap klien bahwa
dalam arti filosofi yang spesifik, teori sesuatu itu pasti terjadi dan melalui proses
pekerjaan sosial tentang model-model serta menghindari proses eksplorasi diri yang
latihan/praktik dengan berbagai bentuknya terus menerus. Action, yaitu pekerja sosial
bertujuan supaya manusia bisa hidup harus bertindak terbuka, karena klien merasa
berkelompok secara baik. bahwa keamanan yang terjaga tidak selalu
penting bagi dirinya.
Dalam model-model latihan ini, secara umum
membahas tentang kehidupan manusia yang Model client centered therapy atau terapi
mencoba memberikan respon/ tanggapan berpusat pribadi dikembangkan oleh Carl R.
terhadap apa yang mereka alami di dunia. Para Rogers. Sebagai hampiran keilmuan
pekerja sosial mencoba membantu mereka merupakan cabang dari psikologi humanistik
dalam mendapatkan keterampilan sehingga yang menekankan model fenomenologis.
mereka bisa menggali dirinya sendiri, dan Konseling person-centered mula-mula
secara personal mereka bisa berperan serta dikembangkan pada 1940an sebagai reaksi
dalam lingkungannya dan bisa menerima terhadap konseling psikoanalitik. Semula
tentang sesuatu apa saja yang mempengaruhi- dikenal sebagai model nondirektif, kemudian
nya. diubah menjadi client-centered.
Beberapa tokoh/penulis terkenal yang Carl R. Rogers mengembangkan terapi client-
membahas tentang sistem latihan model-model centered sebagai reaksi terhadap apa yang
manusia dan eksistensinya dalam pekerjaan disebutnya keterbatasan-keterbatasan men-
sosial. Sebagai contoh pandangan Laing dasar dari psikoanalisis. Terapis berfugsi
tentang kesehatan mental, Rogers tentang terutama sebagai penunjang pertumbuhan
pusat terapi bagi kliennya. Brandon dan Keefe pribadi seseorang dengan jalan membantunya
tentang sistem-sistemnya seperti dengan dalam menemukan kesanggupan-kesanggupan
meditasi dan pusat terapi Gestalt oleh Peris untuk memecahkan masalah-masalah.
Ethal (1973). Krill, seorang penulis dalam Pendekatan client centered ini menaruh
pekerjaan soosial mengemukakan model- kepercayaan yang besar pada kesanggupan
model latihan yang diambil dari pemikiran- seseorang untuk mengikuti jalan terapi dan
pemikiran manusia dan eksistennsinya beserta menemukan arahnya sendiri.
contoh-contoh pendekatannya.
Ciri-Ciri Teknik Client Centered dari Rogers,
Ada beberapa hal yang bagi pekerja sosial jika
yaitu Klien dapat bertanggungjawab, memiliki
ingin diterima oleh kliennya, yaitu genuine
kesanggupan dalam memecahkan masalah dan
and congruent, artinya dalam melakukan
memilih perilaku yang dianggap pantas bagi
19
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016
dirinya. Menekankan dunia fenomenal klien. Konsep tentang diri dalam proses pemenjadian
Dengan empati dan pemahaman terhadap merupakan lawan dari konsep diri sebagai
klien, terapis memfokuskan pada persepsi diri produk. Walaupun klien boleh jadi menjalani
klien dan persepsi klien terhadap dunia. terapi untuk mencari sejenis formula guna
membangun keadaan berhasil dan berbahagia,
Prinsip-prinsip psikoterapi berdasarkan bahwa tapi mereka menjadi sadar bahwa
hasrat kematangan psikologis manusia itu pertumbuhan adalah suatu proses yang
berakar pada manusia sendiri. Psikoterapi itu berkesinambungan. Para klien dalam terapi
bersifat konstrukstif dimana dampak berada dalam proses pengujian persepsi-
psikoteraputik terjadi karena hubungan persepsi dan kepercayaan-kepercayaannya
konselor dan klien. Karena hal ini tidak dapat serta membuka diri bagi pengalaman-
dilakukan sendirian (klien). Efektifitas pengalaman baru, bahkan beberapa revisi.
terapeutik didasarkan pada sifat-sifat
ketulusan, kehangatan, penerimaan nonposesif Proses-proses yang terjadi dalam terapi
dan empati yang akurat. Pendekatan ini dengan menggunakan pendekatan Client
bukanlah suatu sekumpulan teknik ataupun Centered adalah sebagai berikut:
dogma. Tetapi berakar pada sekumpulan sikap Terapi memusatkan pada pengalaman
dan kepercayaan dimana dalam proses terapi, individual. Terapi berupaya meminimalisir
peneliti dan klien memperlihatkan rasa diri terancam, dan memaksimalkan dan
kemanusiawiannya dan partisipasi dalam serta menopang eksplorasi diri. Perubahan
pengalaman pertumbuhan. perilaku datang melalui pemanfaatan potensi
individu untuk menilai pengalamannya,
Terdapat beberapa tujuan pendekatan terapi membuatnya untuk memperjelas dan men-
Client Centered yaitu Keterbukaan pada dapat tilikan pearasaan yang mengarah pada
Pengalaman, sebagai lawan dari kebertahanan, pertumbuhan.
keterbukaan pada pengalamam menyiratkan
menjadi lebih sadar terhadap kenyataan Melalui penerimaan terhadap klien, peneliti
sebagaimana kenyataan itu hadir diluar membantu untuk menyatakan, mengkaji dan
dirinya. Tujuan yang kedua adalah memadukan pengalaman-pengalaman
Kepercayaan pada Organisme Sendiri. Salah sebelumnya kedalam konsep diri. Dengan
satu tujuan terapi adalah membantu klien redefinisi, pengalaman, individu mencapai
dalam membangun rasa percaya terhadap diri penerimaan diri dan menerima orang lain dan
sendiri. Dengan meningkatnya keterbukaan menjadi orang yang berkembang penuh.
klien terhadap pengalaman-pengalamannya Wawancara merupakan alat utama dalam
sendiri, kepercayaan kilen kepada dirinya terapi untuk menumbuhkan hubungan timbal
sendiripun mulai timbul. balik.
20
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016
an pekerjaan, berpindah rumah atau tempat sebagai bentuk pengalihan perhatian. Tanda-
tinggal, atau karena penyakit tertentu. tanda yang paling besar terjadi jika seseorang
Grief bisa sangat rumit, yang mempengaruhi mengalami grieving juga terjadi pada keadaan
kehidupan individu dengan cara yang mungkin emosional atau psikologis. Beberapa
tidak diharapkan pada keadaan fisik, mental diantaranya, yaitu menjadi pelupa,
dan emosional. Efeknya bisa bertahan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi,
bertahun-tahun, terutama jika individu tersebut keasyikan dengan pikiran orang yang sudah
belum menemukan cara yang efektif untuk meninggal, bermimpi tentang orang yang
berdamai dengan kehilangannya. sudah meninggal, halusinasi pendengaran atau
penglihatan, memiliki rasa kehadiran orang
Grief tidak bisa dihindari dalam kehidupan yang sudah meninggal, syok, marah,
setiap orang. Walaupun rasa sakit dari kebingungan, tidak percaya, cemas, lekas
kerugian yang signifikan mungkin tidak marah, depresi, kesepian, panik, merasa
pernah sepenuhnya hilang, tetapi proses grief/ bersalah, dan resistensi untuk kembali ke
berduka yang efektif dapat memungkinkan normal.
individu untuk bergerak melalui masa Reaksi-reaksi diatas memiliki keterkaitan.
berkabung bukan menjadi terperangkap dalam Menurut Albert Ellis (1962) Pada saat kita
perasaan intens depresi, rasa bersalah atau berada dalam keadaan emosi maka akan
kesedihan. terjadi perubahan pada tubuh/ fisiologis.
Indikatornya antara lain, galvanic skin
Grieving diekspresikan dengan berbagai cara, response, yaitu pada waktu emosi terangsang,
dan setiap individu mempunyai pengalaman ada perubahan listrik pada kulit yang dapat
yang berbeda dalam mengekspresikannya dilihat. Elektrode ditempelkan pada kulit
(Paul Klodniski, 2004). Beberapa reaksi dari (misal telapak tangan) yang dihubungkan
grieving datang dan pergi dalam waktu yang dengan galvanometer. GSR ini merupakan
singkat, sementara beberapa diantaranya indikator peka dari perubahan dalam keadaan
bertahan untuk waktu yang lama. Beberapa emosional.
berpengaruh sangat kuat namun beberapa
diantaranya juga pengaruhnya ringan-ringan Perubahan lain yang terjadi adalah perubahan
saja. tekanan darah dan perubahan dalam distribusi
darah pada saat emosi, misalnya muka merah
Tanda-tanda grieving dapat dilihat dari karena marah. Terjadi perubahan karena
beberapa aspek seperti terjadi pada aspek fisik, pembuluh darah di kulit membesar dan
perilaku, dan emosional. Pada aspek fisik ditemukan lebih banyak darah di permukaan
terjadi sesak napas, perut yang tidak nyaman, kulit. Sebaliknya terjadi pada waktu seorang
sakit tenggorokan, mati rasa, kelelahan, sakit berada dalam kondisi ketakutan.
kepala, mendesah, kehilangan berat badan, Perubahan lain yang terjadi sebagai akibat
pusing, jantung berdetak keras, rasa reaksi emosional yaitu perubahan pada denyut
kekosongan, penyakit umum seperti pilek dan jantung, nafas, respon pupil mata, sekresi air
flu, gejala fisik yang sama dengan orang-orang liur muncul pada waktu perangsangan
yang meninggal. emosional, ketegangan otot dan tremor,
gerakan usus, misalnya rangsangan emosional
Reaksi kedua yang terjadi akibat grieving dapat mengakibatkan diare.
adalah reaksi yang terjadi pada perubahan
perilaku. Beberapa tanda yang terjadi yaitu Tahapan Proses Grieving
tiba-tiba kehilangan atau peningkatan gairah
seksual dan nafsu makan, gangguan tidur,
Grieving bukanlah hal yang statis. Reaksi
gelisah, ketidakmampuan untuk duduk,
kehilangan akan berubah seiring waktu, selain
menarik diri dari teman, situasi sosial, berhenti
itu, grieving adalah proses yang sehat dan
bekerja, melakukan kegiatan fisik berlebih
normal. Ahli grieving sering menggambarkan
21
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016
grieving dalam tahap, atau pola perubahan dari sudah mulai bergerak ke berkembangnya
waktu ke waktu. keasadaran.
Proses kehilangan terdiri dari berbagai macam
proses, diantaranya: Sedangkan, menurut Kubler Ross (1969)
terdapat 5 tahapan proses kehilangan:
1. Stressor internal atau eksternal – gangguan
dan kehilangan – individu berfikir positif – 1. Denial (mengingkari)
kompensasi positif terhadap kegiatan yang Reaksi pertama individu yang mengalami
dilakukan – perbaikan – mampu kehilangan adalah syok, tidak percaya atau
beradaptasi dan merasa nyaman. menolak kenyataan bahwa kehilangan itu
terjadi, dengan mengatakan “Tidak, saya
2. Stressor internal atau eksternal – gangguan tidak percaya bahwa itu terjadi”, ”itu tidak
dan kehilangan – individu berfikir negatif – mungkin”. Bagi individu atau keluarga
tidak berdaya – marah dan berperilaku yang mengalami penyakit terminal, akan
agresif – diekspresikan ke dalam diri (tidak terus menerus mencari informasi tambahan.
diungkapkan) – muncul gejala sakit fisik. Reaksi fisik yang terjadi pada fase
pengingkaran adalah letih, lemah, pucat,
3. Stressor internal atau eksternal – gangguan mual, diare, gangguan pernafasan, detak
dan kehilangan – individu berfikir negatif– jantung cepat, menangis gelisah, tidak tahu
tidak berdaya – marah dan berlaku agresif – harus berbuat apa. Reaksi tersebut diatas
diekspresikan ke luar diri individu – cepat berakhir dalam waktu beberapa menit
berperilaku konstruktif – perbaikan – sampai beberapa tahun.
mampu beradaptasi dan merasa
kenyamanan. 2. Anger (marah)
Sadar kenyataan kehilangan proyeksi pada
4. Stressor internal atau eksternal – gangguan orang sekitar tertentu, diri sendiri dan
dan kehilangan – individu berfikir negatif– obyek Fase ini dimulai dengan timbulnya
tidak berdaya – marah dan berlaku agresif – kesadaran akan kenyataan terjadinya
diekspresikan keluar diri individu – kehilangan. Individu menunjukkan
berperilaku destruktif – perasaan bersalah – perasaan yang meningkat yang sering
ketidakberdayaan. diproyeksikan kepada orang yang ada di
lingkungannya, orang tertentu atau
5. Inti dari kemampuan seseorang agar dapat ditujukan kepada dirinya sendiri. Tidak
bertahan terhadap kehilangan adalah jarang ia menunjukkan perilaku agresif,
pemberian makna (personal meaning) yang bicara kasar, menolak pengobatan, dan
baik terhadap kehilangan (husnudzon) dan menuduh dokter dan perawat yang tidak
kompensasi yang positif (konstruktif). becus. Respon fisik yang sering terjadi pada
fase ini antara lain, muka merah, nadi
Fase kehilangan menurut Engel: cepat, gelisah, susah tidur, tangan
Pada fase ini individu menyangkal realitas mengepal.
kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk
tidak bergerak atau menerawang tanpa tujuan. 3. Bergaining (tawar menawar)
Reaksi fisik dapat berupa pingsan, diare, Apabila individu telah mampu
keringat berlebih. Pada fase kedua ini individu mengungkapkan rasa marahnya secara
mulai merasa kehilangan secara tiba-tiba dan sensitif, maka ia akan maju ke fase tawar
mungkin mengalami keputusasaan secara menawar dengan memohon kemurahan
mendadak terjadi marah, bersalah, frustasi dan Tuhan. Respon ini sering dinyatakan
depresi. Fase realistis kehilangan. Individu dengan kata-kata ”kalau saja kejadian itu
sudah mulai mengenali hidup, marah dan bisa ditunda maka saya akan sering
depresi, sudah mulai menghilang dan indivudu berdoa”. Apabila proses berduka ini
22
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016
dialami oleh keluarga maka pernyataannya dapat berlangsung dari jam ke minggu, dan
sebagai berikut sering dijumpai ”kalau yang biasanya terjadi sekitar waktu upacara
sakit bukan anak saya”. berkabung dan pengumpulan keluarga dan
teman-teman.
4. Depression (bersedih yang mendalam)
Individu pada fase ini sering menunjukkan 2. Acute mourning
sikap antara lain menarik diri, tidak mudah Tahap ini dimulai ketika individu mengakui
bicara, kadang-kadang bersikap sebagai kehilangan. Ini melibatkan perasaan intens,
pasien yang sangat baik dan menurut, atau umumnya dalam gelombang periodik
dengan ungkapan yang menyatakan ketidaknyamanan emosional dan fisik.
keputusasaan, perasaan tidak berharga. Perasaan ini dapat mencakup panik, rasa
Gejala fisik yang sering diperlihatkan bersalah, sedih, marah dan kesepian.
adalah menolak makanan, susah tidur, letih, Individu dapat menarik diri dari teman dan
dorongan libido menurun. keluarga dan menjadi sangat menyakitkan
dengan hanya memikirkan kehilangan yang
5. Acceptance (menerima) telah dialami. Tahap ini dapat berlangsung
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi beberapa bulan.
perasaan kehilangan. Pikiran selalu terpusat
kepada objek atau orang lain akan mulai 3. Restitution
berkurang, atau hilang, individu telah Restitusi secara bertahap menggantikan
menerima kenyataan kehilangan yang tahap sebelumnya, seperti berdamai dengan
dialaminya, gambaran objek atau orang lain kehilangan yang telah dialami. Ini
yang hilang mulai dilepaskan dan secara menandai kembali ke kesejahteraan dan
bertahap perhatian beralih pada objek yang kemampuan untuk terus hidup. Individu
baru. Fase menerima ini biasanya mulai mengalihkan perhatian kembali ke
dinyatakan dengan kata-kata seperti ”saya dunia di sekitarnya.
betul-betul menyayangi baju saya yang
hilang tapi baju baru saya manis juga”, atau Tinjauan Pekerjaan Sosial Klinis dengan
“apa yang dapat saya lakukan supaya saya Disabilitas
cepat sembuh”.
Apabila individu sudah dapat memulai Praktik pekerjaan sosial klinis adalah
fase-fase tersebut dan masuk pada fase pendekatan berbasis sistem yang
damai atau fase penerimaan maka dia akan mengintegrasikan metode yang telah
dapat mengakhiri proses berduka dan divalidasi secara empiris dan kerangka
mengatasi perasaan kehilangan secara kerja (framework) yang eklektik. Orientasi
tuntas. Tapi apabila individu tetap berada berbasis sistem untuk memahami dan
pada salah satu fase dan tidak sampai pada memecahkan masalah tetapi juga
fase penerimaan, jika mengalami mengintegrasikan teknik lanjutan dalam
kehilangan lagi maka akan sulit baginya psikodinamika, kognitif dan perilaku
masuk pada fase penerimaan. (Lambert Maquire, 2002).
Salah satu model yang paling jelas dari Pendekatan klinis (mikro) merujuk pada
kehilangan dan berkabung adalah berikut ini berbagai keahlian dan keterampilan pekerja
yang dikembangkan oleh para ahli grieving, sosial dalam mengatasi masalah yang
DeVaul dan Zisook (Paul Klodniski, 2004) dihadapi oleh individu. Penekanan
pemberdayaan dilakukan terhadap klien
1. Shock secara individu melalui bimbingan,
Tahap ini dapat mencakup perubahan konseling, stress management, crisis
tingkat kepercayaan dan penolakan, intervention. Tujuan utamanya adalah
perasaan menjadi mati rasa dan lumpuh. Ini membimbing atau melatih klien dalam
23
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016
24
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016
Penelitian ini menggunakan pendekatan Single Subject Design (SSD) relevan dengan
kuantitatif dengan memakai disain subyek praktik pekerjaan sosial karena dalam
tunggal (Single Subject Design) dimana N=1. pelaksanaannya menunjukkan adanya tiga
Menurut Cozby (2009 : 32) desain proses dalam praktik pekerjaan sosial, yaitu:
eksperimental kasus tunggal secara tradisional asesmen, intervensi, dan evaluasi. Single
dulu disebut dengan desain subyek tunggal, Subject Design (SSD) minimal harus memiliki
tapi sekarang istilah-istilah yang digunakan tiga komponen yaitu: pengukuran yang
adalah kasus tunggal dan partisipan tunggal. berulang-ulang, fase baseline, dan fase
Selanjutnya dalam penelitian ini digunakan intervensi, seperti yang dikatakan oleh Engel
istilah subyek tunggal. & Schuut (2012 : 208), yaitu: As a social work
research tool, this type of design minimally
Penelitian dengan Single Subject Design, atau has three components: (a) repeated
dikenal dengan SSD, merupakan metode measurement, (b) baseline phase, and (c)
evaluasi yang banyak digunakan dalam treatment phase.
praktek pekerjaan sosial dalam seting Dalam Single Subject Design (SSD)
pelayanan langsung yang ditujukan untuk pengukuran perlu dilakukan secara berulang-
mengevaluasi perubahan perilaku klien setalah ulang baik sebelum intervensi maupun selama
diberikan intervensi dalam kurun waktu yang intervensi. Ada kalanya karena suatu alasan
ditentukan. Perbandingan tidak dilakukan krisis yang memerlukan intervensi secara
antar individu dalam kelompok tetapi cepat, seorang terapis dapat menggunakan
dibandingkan pada subyek yang sama dalam pengukuran preintervention berupa catatan
kondisi yang berbeda. Cozby (2009 : 328) pribadi subyek, riwayat subyek dengan
mengatakan bahwa dalam sebuah desain menanyakannya pada orang yang kompeten,
subyek tunggal, perilaku si subyek diukur catatan pribadi klien dan lain-lain. Fase
sepanjang waktu selama satu periode kendali Baseline merupakan status subyek terhadap
basis (baseline). Manipulasi itu kemudian target perilaku yang hendak dicapai sebelum
diperkenalkan selama suatu periode perlakuan, pelaksanaan intervensi. Fase Treatment
dan perilaku si subyek terus diteliti. Suatu merupakan periode waktu selama intervensi
perubahan pada perilaku si subyek dari diimplementasikan.
periode basis hingga periode pertakuan
25
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016
1. Client centered therapy terapi yang Dalam penelitian ini digunakan validitas isi
digunakan pada klien KK untuk mengatasi (Content Validity) yaitu sejauhmana butir tes
masalah griefing yang dialaminya mencakup keseluruhan indikator kompetensi
yang dikembangkan dan materi atau bahan
2. Griefing adalah perasaan berduka yang yang ingin diukur. Validitas ini disebut juga
dialami oleh KK setelah dia mengalami validitas muka, yaitu: face validity is simply
kehilangan penglihatan yang ditentukan the opinion of someone who has looked over
dengan menggunakan alat ukur griefing the instrument that is appears to measure what
is says it measures (Vonk, dkk, 2007 : 41).
Populasi dan Teknik Sampel
Instrumen yang digunakan, yaitu skala
Sampel dalam penelitian ini menggunakan grieving yang bertujuan untuk mengetahui
subyek tunggal dimana perilaku setelah diberi tingkat grieving atau kehilangan yang dialami
perlakuan dibandingkan dengan perilaku oleh klien. Aspek-aspek yang diukur antara
sebelum diberi pelakuan (baseline). Subyek lain: pengaruh grieving terhadap aspek
dalam penelitian ini adalah “KK” yang berusia psikologis, fisik, dan sosial.
25 tahun, seorang klien yang bersekolah di
SLBN A Kota Bandung, mengalami griefing Jenis dan Sumber Data
setelah kemampuan indera penglihatannya Sumber data yang digunakan dalam penelitian
hilang. Penelitian ini hanya akan ini adalah sumber data primer yaitu data yang
menggunakan satu subjek, mengingat sifat diperoleh secara langsung dari responden
penelitian ini adalah rinci dan komprehensif penelitian, yaitu klien “KK” melalui
sehingga sangat membutuhkan kehadiran dan wawancara, kusioner, observasi terutama
pengamatan yang intensif dari penulis. terhadap penerapan client centered therapy
dalam mengatasi grieving di SLBN A Kota
Instrumen Penelitian Bandung. Sumber data sekunder adalah data
yang diperoleh secara tidak langsung dari
1. Instrumen grieving responden penelitian, tetapi data diperoleh dari
Instrumen grieving bertujuan untuk hasil studi dokumentasi. Data tersebut yang
mengetahui tingkat grieving atau berhubungan dengan penerapan client
kehilangan yang dialami oleh klien. Aspek- centered therapy dalam mengatasi grieving di
aspek yang diukur antara lain: pengaruh SLBN A Kota Bandung seperti data tertulis,
grieving terhadap aspek psikologis, fisik, dokumen, photo, data statistik dan literatur-
dan sosial. literatur yang berhubungan dengan penelitian.
26
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016
27
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016
bersama teman-temannya, responden tidak juga tampak tidak seceria siswa-siswa lain
peduli dengan pendidikannya, sehingga yang sebagian besar merupakan siswa dengan
pendidikan responden terputus di salah satu kemampuan melihat yang kurang atau bahkan
SMK di Majalaya, Kabupaten Bandung. tidak melihat sama sekali, yang didapat dari
lahir. Aktivitas belajar responden di kelas juga
Awal Maret 2013 responden mengalami termasuk pasif. Responden hanya menjawab
pengurangan kemampuan melihat yang seperlunya jika diajak berbicara baik oleh guru
akhirnya hilang total di bulan April 2013. Saat maupun dengan teman-temannya.
itu responden kembali ke orangtuanya, tapi
berselang beberapa hari responden diantar ke Kegiatan responden di asrama sehari-hari
kakeknya di Karawang Jawa Barat karena hanya diisi dengan berdiam diri di kamar.
orangtua responden tidak bisa merawat Responden hanya sesekali terlihat keluar dari
responden dengan baik. kamar untuk mengambil makanan dan ke
kamar kecil. Interaksi dengan penghuni
Responden memperoleh informasi dari radio asrama lain hanya terbatas pada teman
bahwa ada sekolah yang bisa menampung sekamar saja. Responden tidak pernah terlihat
orang-orang dengan keterbatasan kemampuan mengunjungi kamar lain.
penglihatan di Bandung. Sehingga responden
meminta kepada kakeknya agar diantar ke Menurut penuturan responden saat
sekolah tersebut. Responden merasa, bahwa wawancara, responden sangat sedih dengan
dirinya telah menyusahkan kakeknya yang keadaannya sekarang. Tidak bisa melihat,
merawat dan memenuhi kebutuhan dia selama tergantung kepada orang lain, aktivitas
ini. Responden berharap dengan bersekolah terbatas, dan yang paling menyakitkan adalah
dan tinggal jauh dari kakeknya bisa kehilangan orang-orang terdekat yang tidak
mengurangi beban hidup dari kakeknya. mau merawat orang seperti klien. Sering
responden merasa bahwa Tuhan sangat tidak
Saat tiba di SLBN A Kota Bandung, adil terhadap dirinya.
responden langsung ditempatkan sesuai
dengan minat dari responden, yaitu Implementasi Teknik Client Centered
ditempatkan di kelas X musik. Responden Therapy dalam Mengatasi Grieving yang
memiliki hobi menyanyi, terutama lagu-lagu Dialami oleh Subyek “KK”
beraliran rock. Selama bersekolah di SLBN A
Kota Bandung, responden tinggal di asrama 1. Tahap Persiapan
murai PSBN Wiyataguna Bandung, bersama
dengan siswa-siswa lainnya. a. Menentukan Target Kondisi yang akan
diukur untuk menilai grieving yang
Perubahan kemampuan melihat responden dialami oleh responden. Target kondisi
sangat mempengaruhi hidup responden, yang akan dinilai adalah:
terutama kemandirian dalam melakukan
kegiatan hidup sehari-hari. Responden tidak 1) Kondisi fisik sehubungan dengan
jarang meminta bantuan kepada teman- kehilangan kemampuan penglihatan
temannya yang memiliki kemampuan melihat yang dialami oleh responden,
lebih baik dari responden. Jatuh, menabrak 2) Kondisi psikologis sehubungan
dinding, badan tersangkut, adalah hal-hal yang dengan kehilangan kemampuan
akrab dengan kehidupan responden sejak penglihatan yang dialami oleh
mengalami penurunan kemampuan melihat. responden,
3) Kondisi sosial sehubungan dengan
Responden sering terlihat murung dan diam di kehilangan kemampuan penglihatan
kelasnya. Saat siswa lain istirahat, terkadang yang dialami oleh responden.
responden menyendiri di kelas. Responden
28
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016
29
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016
60
50
40
30 baseline
20 intervensi
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
30
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016
16
14
12
10
8 baseline
6 intervensi
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
31
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016
50
40
30
baseline
20 intervensi
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
32
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016
33
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016
120
100
80
60 preintervention
post intervention
40
20
0
level Grieving "KK"
34
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016
35
PEKSOS: Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial Vol.15 No.1, Juni 2016
Beberapa teori dan praktik pekerjaan yang 2. Penguasaan dan pelaksanaan empati kepada
bersifat dasar tetap menjadi kebutuhan mutlak responden harus tepat sasaran dan tepat
dalam teknik terapi ini. Hal inilah yang waktu. Agar responden tidak merasa sia-sia
mendasari peneliti untuk memberikan mengikuti jalannya sesi-sesi terapi.
beberapa rekomendasi jika pada waktu
mendatang ada penelitian serupa, untuk 3. Keterampilan mendengarkan harus sangat
melakukan dan menguasai beberapa teknik dikuasai oleh peneliti. Dalam hal ini
dan keterampilan seperti terurai berikut: pelaksanaan teknik client centered therapy
lebih banyak ditekankan pada komunikasi
1. Kemampuan berkomunikasi asertif dan responden. peneliti hanya berperan sebagai
menjalin relasi sangat penting dikuasai. pendengar efektif dan pengatur jalannya
Responden dengan grieving akan sangat terapi. Dengan pengusaan keterampilan ini
sulit menjalin relasi terutama dengan maka hal-hal yang disampaikan oleh
orang-orang baru dikenal. responden tidak ada yang terbuang, bahkan
dapat menjadi bahan untuk mengembang-
kan pencarian informasi baru.
Daftar Pustaka
Carl R. Rogers. 2012. On Becoming a Person, Pandangan Seorang Terapis tentang Psikoterapi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Cetakan Kelima. Bandung:
Refika Aditama
Hohman, Melinda. 2012. Motivational Interviewing in Social Work Practice. New York: The
Guilford Publication, Inc.
Klodniski, Paul. 2004. Loss and Grief, Coping with the Death of a Loved One and with Other
Losses Related to Huntington Disease. Ontario, Kanada: New Directions Publishing
Corp.
Rando, Therese A. 1984. Grief, Dying and Death — Clinical Interventions for Caregivers. New
York: Research Press Company
Shefor, Bradford W., dkk. 2000. Technicques and Guidelines for Social Work Practice Fifth Edition.
USA: Allyn and Bacon A Pearson Education Company
36