Anda di halaman 1dari 18

INOVASI DI TEMPAT KERJA

Tugas ini untuk memenuhi persyaratan mata kuliah

Psikologi Industri dan Organisasi “Perilaku Kerja”

Dosen Pembimbing :

Farida Hanum Siregar, S.Psi. M.Psi

Disusun oleh :

Kelompok 10

Mei Dwi Zahrani 16.860.0034

Ichsan Chintia Ratu 16.860.0088

Cut Ratna Sari 16.860.0290

Widya Wulandari 16.860.0074

Aisya Fauziah 16.860.0018

Siti Ramadhani Hrp. 16.860.0097

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MEDAN AREA

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat-Nya sehingga Makalah ini dapat Kami selesaikan tepat pada
waktunya. Kami berterima kasih kepada Ibu Farida Hanum Siregar, S.Psi. M.Psi.
dosen mata kuliah Psikologi Perilaku Kerja yang telah memberikan kepercayaan
kepada Kami untuk menyelesaikan tugas ini. Tidak lupa Kami ucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah berkontribusi dengan menyumbangkan materi
maupun pikirannya.

Dengan adanya Makalah ini, Kami berharap dapat berguna bagi pembaca.
Kami juga menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, maka
dari itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak agar
makalah ini bisa menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah yang sederhana ini
dapat dengan mudah dimengerti dan dapat di pahami maknanya.

Medan, 15 Januari 2020

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah. ..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Inovasi .......................................................................................3
2.2 Fungsi Inovasi .............................................................................................3
2.3 Unsur-unsur Inovasi ....................................................................................4
2.4 Sumber Inovasi ...........................................................................................8
2.5 Prinsip Inovasi .............................................................................................9
2.6 Membangun Kapabilitas Inovasi...............................................................11

BAB III PENUTUP


3.1Kesimpulan ................................................................................................13
3.2 Saran .........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Inovasi adalah keberhasilan sosial dan ekonomi berkat diperkenalkannya
atau ditemukannya cara-cara baru atau kombinasi baru dari caracara lama
dalam mentransformasi input menjadi output sedemikian rupa sehingga
berhasil menciptakan perubahan besar dalam hubungan antara nilai guna atau
nilai manfaat, setidaknya yang dipersepsikan oleh konsumen dan/atau
pengguna) dan nilai moneter atau harga. Perekonomian yang berdaya inovasi
mampu menghasilkan nilai tambah yang unik dan substansial bagi masyarakat
dan pada gilirannya berimbas positif kepada pelaku-pelaku perekonomian dan
seluruh perekonomian. Dewasa ini, dengan sistem perekonomian yang sangat
terbuka maka dampak daya-daya inovasi dan keberhasilan inovasi suatu
perekonomian akan berimbas pada perekonomian lain. Terdapat beberapa hal
penting dalam artikel-artikel terbaru Harvard Business Review. Pertama,
pentingnya inovasi pada dunia dewasa ini dan masa mendatang; proses
penciptaan nilai seharusnya dilakukan dengan lebih banyak melibatkan
konsumen/pengguna sebagai kontributor.Kedua, kreativitas harus menjadi
preokupasi manajemen puncak dalam memimpin bisnis dewasa ini dan masa
mendatang serta organisasi membutuhkan pergeseran gaya memimpin dan
mengelola (inovasi dibangun dengan kreativitas sebagai salah satu
pilar).Ketiga, praktis manajemen perlu dirancang sebagai praktik profesional
dengan kode etik yang menunjang profesi manajer dalam proses penciptaan
nilai tidak saja bagi organisasi tetapi juga bagi masyarakat. Menurut Munroe,
inovasi adalah konsep yang luas . Ada inovasi dengan huruf “i” kecil dan
inovasi dengan huruf “I” besar. Inovasi dengan “I” besar melibatkan hal-hal
seperti membangun internet , internal combustion engine dan bar code. Pada
sisi lain inovasi juga mencakup perbaikan kecil dan terus menerus yang
membantu untuk menjalani hidup dengan lebih baik. Kecenderungan
meningkatnya praktek-praktek inovasi pada organisasi-organisasi dewasa ini
dan pada masa mendatang banyak dipicu utamanya perubahan kondisi
lingkungan eksternal, mulai perubahan kondisi lingkungan umum dan global (
demografi, sosial budaya, ekonomi, politik-hukum, teknologi, iklim bumi)
hingga perubahan lingkungan persaingan bisnis . Picuan eksternal saja tidak
cukup untuk membuat organisasi dan individu berinovasi. Organisasi dan
individu perlu memperlengkapi diri dengan perangkat-perangkat penunjang
inovasi, baik yang berwujud maupun yang nirwujud. Pemimpin dan
kepemimpinan menjadi faktor penting, tidak ada inovasi tanpa kepemimpinan.
Selain itu, kreativitas dari dalam organisasi menjadi faktor pemicu keduanya
munculnya inovasi. Kreativitas menjadi salah satu faktor yang memungkinkan
ditemukannya ide baru, pengembangan baru hingga cara baru diseminasi

1
barang atau jasa yang dihasilkan. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dilihat
keterkaitan yang erat antara kreativitas dengan inovasi. Sebagaimana yang
dijelaskan West, M.A. bahwa kreativitas merupakan pengembangan ide-ide
baru sedangkan inovasi adalah proses penerapan ide-ide tersebut secara aktual
ke dalam praktek. Hal tersebut berarti adanya inovasi harus dimulai terlebih
dahulu dari kreativitas. Oleh karena itu dalam tulisan ini berusaha
memaparkan beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam rangka
mengembangkan kreatifitas dalam organisasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu inovasi?
2. Apa fungsi inovasi?
3. Apa saja unsure-unsur inovasi?
4. Darimana sumber-sumber inovasi?
5. Apa prinsip inovasi?
6. Bagaimana membangun kapabilitas inovasi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu inovasi.
2. Untuk mengetahui fungsi inovasi.
3. Untuk mengetahui unsure-unsur inovasi.
4. Untuk mengetahui sumber-sumber inovasi.
5. Untuk mengatuhi prinsip inovasi.
6. Untuk mengetahui cara membangun kapabilitas inovasi.

2
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Inovasi


Inovasi bisa didenifisikan sebagai ”proses” tertentu seorang dengan
melalui pendayagunaan pemikiran, kemampuan imajinasi, berbagai stimulant
dan individu yang mengelilinginya yang berusaha meghasilkan produk baru,
baik bagi dirinnya sendiri atau pun bagi lingkungannya.”Terdapat beberapa
syarat inovasi sebagaimana yang diuraikan di bawah ini. Pertama, produk baru
ini harus bermanfaat bagi masyarakat lingkungannya. Kedua, sifat baru pada
produk ini merupakan sesuatu yang relatif, sehingga produk yang dihasilkan itu
bisa jadi merupakan sesuatu yang baru bagi seseorang meski tidak baru bagi
yang lain, dan bisa jadi produk yang dihasilkan itu merupakan sesuatu yang
baru baik bagi dirinnya maupun bagi orang lain. Pada kedua kondisi ini,
produk baru ini bisa dikategorikan sebagai suatu inovasi. Ketiga, di samping
harus memiliki sifat baru, produk ini juga harus memiliki fungsi dan manfaat
yang bisa menutupi kebutuhan tertentu yang dirasakan oleh individu atau pun
kelompok, juga memaparkan adanya pendapat lain yang mengatakan bahwa
inovasi adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Yakni
pendayagunaan kemampuan dan keahlian dalam melakukan atau pun
mengembangkan karya tertentu. Inovasi ini menuntut adannya kekuatan
imajinasi dalam mengantisipasi berbagai situasi. Berpikir inovatif adalah
proses yang melahirkan solusi atau gagasan di luar bingkai pengetahuan yang
sudah dimaklumi bersama (bingkai konservatif),baik ditinjau dari pengetahuan
individu yang berpikir atau dari pengetahuan yang dominan di lingkungannya.
Berpikir inovatif ini bertujuan memunculkan gagasan–gagasan baru yang
dalam prosesnya harus terpenuhi empat aspek fundamental, yaitu: 1) sensivitas
yang tinggi terhadap berbagai permasalahan yang mungkin saja tidak sampai
mengusik sensivitas kebanyakan orang biasa; 2) Produktivitas yang tinggi,
yakni kemampuan untuk menghasilkan jawaban sebanyak mungkin untuk satu
pertanyaan; 3) Elasitivitas yang tinggi, yakni kemampuan menghasilkan
pemikiran variatif sebanyak mungkin; 4) Orisinalitas yang tinggi, yakni
kemampuan menghasilkan gagasan yang unik dan baru yang belum pernah
dikenalnya.

2.2 Fungsi Inovasi


1. Meningkatkan kualitas produk dan pelayanan yang sudah ada sehingga
produk tersebut memiliki keunggulan dan manfaat dari lebih dari
sebelumnya.
2. Inovasi memiliki tujuan untuk mengurangi biaya tenaga kerja. Contohnya
adalah sebuah usaha yang sebelumnya menggunakan banyak tenaga kerja
kemudian mereka berinovasi menggunakan mesin untuk membantu proses
produksi.

3
3. Tujuan inovasi adalah untuk menciptakan pasar baru dengan cara
membuka dan memulai usaha yang baru.
4. Dengan inovasi juga dapat memperluas jangkauan produk yang tentunya
juga sangat bermanfaat bagi konsumen.
5. Melakukan inovasi juga dapat mengurangi kerusakan lingkungan seperti
penggunakan bahan bakar fosil untuk menjalankan mesin kemudian
inovasi dilakukan untuk mengganti bahan bakar fosil tersebut.
6. Mengganti produk atau jasa yang telah ada misalkan teknologi handphone
yang terus berkembang hingga saat ini. Dengan inovasi-inovasi baru maka
penggunaan handphone tidak hanya di gunakan untuk menelpon atau sms.
Tapi sudah berkembang dan dapat di gunakan untuk kebutuhan lainnya.

2.3 Unsur-unsur Inovasi


a. Kreativitas
Menurut Munandar (1998), kreativitas dapat dipahami sebagai sifat
pribadi seseorang invividu (dan bukan merupakan sifat social yang
dihayati masyarakat) yang tercermin dai kemampiannya untuk
menciptakan sesuatu yang baru. Hal senada juga diungkapkan oleh
Selo Somardjan (dalam Munandar, 1988). Ia mengatakan bahwa suatu
kreativitas dimulai dengan adanya kemampuan individu untuk dapat
berbuat lebih baik lagi.

Rogers (dalam Stenberg 1999) menjelaskan mengenai kreativitas,


bahwa kreativitas akan terbangun jika mempunyai tiga kondisi, yaitu :
1). Keterbukaan terhadap pengalaman, 2). Kemampuan untuk
membaca situasi sesuai dengan ukuran pribadi, 3). Kemampuan untuk
berinovasi. Ketika ketiga hal ini dimiliki oleh seseorang maka
kreativitas dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan yang mendukung
akan menghasilkan daya kreatif. Ini artinya kreativitas mempunyai
pendukung ekstern dan intern untuk menghasilkan sebuah inovasi.

Menurut Sternberg (2011) kerja kreatif merupakan aplikasi dari


bekerjanya kemampuan analitis, sintesis, dan praktis (Sternberg.
2011). Kemampuan sintesis adalah ide yang mendukung ide baru,
kemampuan analitik adalah kemampuan berpikir kritis, lalu
kemampuan praktis adalah kemampuan untuk menerjemahkan ide-ide
yang melindungi abstrak. Sescorang yang berkemampuan sintesis
mampu menemukan ide-ide yang inovatif, namun jika tidak memiliki
kemamp lalu orang tersebut tidak dapat memasarkan inovasinya. Bagi
yang praktis, berkemampuan analitis saja, ia mampu mengritik dan
mendukung ide-ide orang lain, namun ia jarang menghasilkan ide
kreatifnya sendiri, membantah, kemampuan tersebut-analitis, sisntesis,
praktis-harus seimbang agar dapat berkembang.

Kreativitas yang seringkali didekatkan maknanya dengan inovasi,


kiranya perlu penjabaran lebih lanjut mengenai pendekatan dalam
memahami konsep kreatif dan inovatif.

4
Robert J. Sternberg dalam bukunya “Wishdom, Intellegence, and
Creativity” menjelaskan latar belakang penelitian dan pemahaman
mengenai kreativitas, yaitu:
Pertama, pendekatan mistik memahami bahwa kreativitas berhubungan
dengan yang Ilahiah. Kreativitas dianggap mengisi sebuah bejana
kosong yang kemudian individu yang kreatif mampu menuangkannya
menjadi gagasan-gagasan sehingga mampu menghasilkan sebuah
produk (Sternberg, 2003).

Kedua, pendekatan pragmatis menjelaskan kreativitas berdasarkan


bidang praktis. Pendekatan ini utamanya mengembangkan kreativitas
dengan menguji validitas konsep dalam bidang praktis. Menurut De
Bono (2015) pendukung utama dari kreativitas adalah lateral thinking-
melihat sesuatu secara menyeluruh dan dari berbagai sudut pandang.

Menurut Osborn (1979) berdasarkan sebuah percobaan kepada


agen periklanan dan para pekerjanya bahwa pengungkapan pikiran
untuk mencari solusi lebih baik daripada mengkritik karena dianggap
menghambat kreativitas. Kemudian Gordon (1961) mengembangkan
metode sintesis dengan menggunakan analogi-analogi yang mampu
menstimulasi munculnya perbedaan sudut pandang. Lalu Adams
(1974) dan von Oech (1983) (dalam Sternberg,2003) mengusulkan
bahwa orang yang sering mempunyai pemikiran yang salah yang nanti
akan mempengaruhi fungsi kreatif. Misalnya, orang percaya bahwa
pendapatnya paling benar. Menutup kepercayaan dan tidak mau
mengidentifikasi lebih jauh lagi akan membatasi kreativitasnya. Von
Oech (dalam Sternberg,2003) mengusulkan bahwa kita perlu
mengadopsi cara kerja para petualang, pekerja seni, hakim, dan prajurit
yang mampu mengembangkan produktivitas kreativitasnya.

b. Tantangan
Tantangan terbesar justru terletak pada upaya menggerakkan
seluruh karyawan yang notabene adalah pelaku aktivitas inovasi itu
sendiri, dan untuk memahami pentingnya berinovasi bagi
kelangsungan dan keunggulan perusahaan.

Kita mungkin pernah mendengar cerita klasik mengenai jam


produksi Swiss. Hingga tahun 1968, Swiss masih mendominasi pasar
jam tangan dunia, dengan pangsa pasar mencapai 90% dalam nilai
uang. Pembuat jam Swiss juga sangat inovatif selama 60 tahun
terakhir. Mereka menemukan jarum detik, menemukan teknologi yang
membuat jam semakin akurat, meluncurkan desain jam analog baru.

Namun di tahun itu penjualan jam merosot tajam, tidak hanya


secara nasional, namun juga secara global. Pangsa pasar turun drastis
hingga kurang dari 20%. Selama dua tahun berikutnya, 50.000 dari
62.000 pembuat jam Swiss kehilangan pekerjaan. Dunia sedang
dilanda demam jam digital yang dipopulerkan oleh pembuat jam

5
Jepang, ironisnya, teknologi jam digital ditemukan oleh para ilmuwan
Swiss dari Research Institute di Neuchâtel, Swiss. Penemuan baru
tersebut sebelumnya ditolak oleh pembuat jam Swiss sehingga
akhirnya dipamerkan di World Watch Congress. Resistensi akan
sesuatu yang baru seringkali menjadi penghambat terbesar dalam
berinovasi.

Sangat menarik menelusuri apakah karakter nasional suatu negara


dapat mempengaruhi kemampuan negara tersebut dalam berinovasi.
Nilai-nilai dan norma yang berlaku secara umum di suatu negara bisa
jadi mendukung pengembangan ide-ide baru dan menghasilkan
terobosan-terobosan dalam beraktivitas atau dalam berbisnis, atau bisa
jadi justru menghambat munculnya perubahan-perubahan ke arah yang
lebih baik.

Studi ternyata menunjukkan bahwa budaya nasional berperan


penting dalam menentukan tingkat inovasi suatu negara. Riset
mendalam dari Scott Shane, seorang profesor dari The Wharton
School, University of Pennsylvania, dengan mengambil data dari 33
negara selama kurun waktu lima tahun (1975-1980) menunjukkan
bahwa tingkat inovasi berkaitan erat dengan nilai-nilai budaya suatu
bangsa.

Bangsa yang cenderung menerima ketidakpastian, cenderung


individualis dalam kaitannya dengan kebebasan dan otoritas, serta
memiliki pandangan bahwa masyarakat tidak terkelas-kelas
berdasarkan ras, gender, kekayaan, dst., akan lebih mentolerir
perubahan-perubahan, mendukung proses pengembangan produk baru
dan menjadi lebih inovatif.

Sejalan dengan budaya nasional yang berpotensi mendukung atau


menghambat inovasi, dalam skala mikro, nilai-nilai atau budaya dalam
organisasi dapat mendukung kemampuan perusahaan dalam
berinovasi.

Studi Meta-Analysis terhadap 6.341 perusahaan oleh Büschgens


dkk. (2013) menunjukkan bahwa perusahaan yang inovatif adalah
perusahaan yang fokus pada pembinaan hubungan eksternal dan
berorientasi pada fleksibilitas (atau disebut sebagai developmental
culture). Artinya, perusahaan-perusahaan ini mengutamakan kolaborasi
dengan pemasok, konsumen, atau stakeholder lainnya, ketimbang
hanya berfokus pada pembinaan internal perusahaan.

Dikombinasikan dengan orientasi fleksibilitas, dimana perusahaan


lebih mengutamakan pertumbuhan, kreativitas, dan kemampuan
beradaptasi, perusahaan-perusahaan ini cenderung menjadi lebih
dinamis dan selalu berupaya bertransformasi.

6
Kombinasi yang kurang kondusif bagi aktivitas inovasi, menurut
Büschgens dkk. adalah kombinasi nilai-nilai organisasi yang
menekankan pada kontrol dan berorientasi pada internal perusahaan
(atau disebut sebagai hierarchical culture).

Perusahaan ini mengutamakan pada pembinaan internal untuk


mencapai konsistensi, stabilitas, serta formalitas. Para karyawan di
perusahaan ini cenderung dievaluasi berdasarkan ketaatan mereka pada
prosedur, sementara para manajer dan pimpinan perusahaan cenderung
mengutamakan fungsi monitor untuk menjamin kesesuaian dengan
peraturan yang telah dibakukan. Perusahaan cenderung lebih rigid atau
kaku dalam keseluruhan aktivitas bisnisnya sehingga bisa jadi tanpa
disadari menjadi lebih resisten terhadap sesuatu yang berbeda atau
baru.

Dengan konsumen yang semakin kritis dan persaingan bisnis yang


semakin ketat, perusahaan Indonesia perlu meningkatkan daya
saingnya dengan terus berinovasi, dan artinya membangun kultur yang
mendukung proses inovasi.

Karyawan perlu didorong untuk ‘nyaman’ dan terbiasa dengan


perubahan-perubahaan yang bertujuan demi perbaikan organisasi.
Pimpinan perusahaan juga perlu senantiasa mengevaluasi, apakah
mereka terbuka pada gagasan-gagasan perubahan, atau justru
mempertahankan business as usual? Seluruh sistem pendukung (sistem
remunerasi, sistem pengembangan karyawan, sistem penilaian kinerja).

c. Keberanian
setiap resiko besar itu layak kita ambil jika hal itu memberikan
peluang kita melahirkan inovasi yang berdampak luas atau
revolusioner. Oleh karenanya, inovasi bukan hanya butuh
kewirausahaan, tapi juga butuh kesabaran, pengorbanan, dan
keberanian.

Pemimpin-pemimpin yang berani mengambil resiko itu sedang


pergi dari kerumunan orang untuk bersaing dengan lebih sedikit orang
yang sama-sama punya keberanian yang besar dan pemimpin-
pemimpin yang bersabar itu sedang pergi dari kerumunan orang untuk
bersaing dengan lebih sedikit orang yang sama-sama punya kesabaran
yang panjang. Itulah prinsip dasar innovative leadership style.

Innovative Leadership Style adalah filosofi dan cara yang


mengkombinasikan leadership style yang berbeda untuk
mempengaruhi karyawan dan menciptakan ekosistem di organisasi
sehingga dapat memproduksi ide, produk, dan layanan yang inovatif.

7
2.4 Sumber Inovasi
a. The Unexpected (kondisi yang tidak diharapkan)
Sumber inovasi yang pertama adalah kejadian yang tidak diharapkan.
Hal ini terjadi pada perusahaan The Botol Sosro yang saat ini menuai
kesuksesan luar biasa namun awalnya mendapat banyak tantangan
dimasyarakat. Konsistensi The Botol Sosro melakukan inovasi telah
menjadikannya sebagai pempimpin pasar produk minuman teh dalam
kemasan. Meski saat ini telah bermunculan banyak pesaing baru,
perusahaan tersebut mampu menjaga kesuksesan berkat inovasi dari
awal buruk yang tidak diharapkan.

b. The In congruency (Kesenjangan)


Sumber inovasi wirausaha yang kedua adalah kesenjangan antara
pengharapan dan kenyataan dilapangan. Contoh inovasi sukses dalam
hal ini adalah hadirnya produk wajan penggorengan anti lengket
Teflon. Para ibu rumah tangga melakukan aktifitas memasak didapur
setiap hari. Sayangnya, meski setiap hari mereka menggunakan
penggorengan namun tetap memiliki masalah yang sama, yaitu
makanan mereka lengket diwajan. Kehadiran Teflon mampu
menjawab kekecewaan ibu rumah tangga tersebut.

c. Innovation Based on Process Need (Inovasi Didasarkan kebutuhan


terhadap proses)
Jenis ini terjadi bila terdapat permintaan khusus terhadap para
wirausaha untuk menciptakan inovasi tertentu karena terdapat
kebutuhan khusus. Contoh jenis inovasi ini adalah kopi tanpa kafein
yang dilatarbelakangi oleh kebutuhan konsumen penyuka minuman
kopi yang tidak mengharapkan kandungan kafein didalam
minumannya. Contoh lain Inovasi yang didasaran pada kebutuhan
adalah adanya sepeda motor matic untuk memenuhi kebutuhan para
wanita pekerja yang mengharapkan memiliki alat transportasi untuk
mendukung aktifitas mereka bekerja.

d. Change in Industry or Market Structure (Perubahan dalam industry


atau struktur pasar)
Pasar dan industry selalu berkembang secara struktur, desain dan
defenisi sejalan dengan kemajuan jaman. Sifat dasar wirausaha kreatif
adalah peka terhadap perubahan.Contoh inovasi yang didasarkan oleh
perubahan industry dan pasar adalah hadirnya kertas daur ulang akibat
meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan produk-
produk yang ramah lingkungan. Contoh berikutnya adalah inovasi
pakaian batik Jajaka Ivan Gunawan yang memanfaatkan trend
pengguaan kain batik sebagai pakaian santai sekaligus usaha
melestarikan kebudayaan nusantara.

8
e. Demografis
Demografi masyarakat disuatu Negara terus berkembang sesuai
dengan kemajuan jaman. Contoh inovasi produk dan layanan yang
didasarkan pada perubahan demografi adalah adanya pemukiman
penduduk yang menggunakan konsep rekresi untuk menjawab
kebutuhan memiliki tempat tinggal sekaligus tempat berlibur yang
mudah dijangkau. Contoh inovasi berikutnya adalah adanya layanan
ojek online yang mampu memberikan solusi cepat berpergian.

f. Changes in Perception, Mood and Meaning (Perubahan dalam


Persepsi, Suasana dan Makna)
Persepsi berhubungan dengan pola piker dan cara pandang masyarakat
mengenai suatu hal.Contoh mudah dalam hal inovasi karena perubahan
persepsi adalah adanya pusat kebugaran atau fitness center dan senam
aerobic dikota dan kabupaten di seluruh Indonesia. Masyarakat
beranggapan bahwa memiliki tubuh sehat dan bentuk tubuh yang
bagus mampu memberikan banyak manfaat dalam hidup dan
kesuksesan bekerja. Persepsi ini tidak dibentuk oleh perusahaan namun
hadir dan memiliki arti tersendiri dalam pergaulan masyarakat.

g. New Knowledge (Pengetahuan Baru)


Terdapat beberapa perinsip yang mendasari kreasi dan pengembangan
suatu produk dan layanan jasa.Penemuan-penemuan terkini merupakan
salah satu konsep pengetahuan dasar yang dapat menghasilkan inovasi
pemikiran baru, metode baru dan pengetahuan baru. Contoh inovasi
yang bersumber dari konsep pengetahuan dasar adalah hadirnya
telepon genggam menggunakan sistem operasi android. Ponsel intar
android saat ini menjadi standar dasar bagi pengebangan beragam
applikasi canggih, menarik dan bermanfaat bagi konsumen.

2.5 Prinsip Inovasi


Prinsip-prinsip inovasi terbagi menjadi :
a. Prinsip Keharusan
1) Keharusan Menganalisis Peluang
Semua sumber peluang inovasi harus dianalisis secara sistematis.
Tujuannya adalah mencari peluang yang benar-benar sesuai dengan
inovasi yang akan dilakukan.
2) Keharusan Memperluas Wawasan
Hal ini sudah sering dikemukakan sebelumnya, bahwa semakin
banyak hal0hal baru yang kita dapati, semakin mudah bagi kita untuk
mencari gagasan inovatif. Memperluas wawasan dapt dilakukan
dengan cara lebih banyak membaca, melihat, mendengar, dan
merasakan.

9
3) Keharusan Untuk Bertindak Efektif
Sebuah inovasi harus bersifat efektif, dalam artian sesuai dengan
kebutuhan. Syarat bagi keefektifan sebuah inovasi adalh
kesederhanaan. Sebuah inovasi yang efektif akan menimbulkan
penyakit seperti, "hal ini sebenarnya sederhana , mengapa tidak
berpikir sebelumnya?’
4) Keharusan Untuk Tidak Berpikir Muluk
Memiliki impian yang bagus, hal ini merupakan sumber inspirasi
untuk melakukan sebuah inovasi, tetapi cobalah mulai dari hal-hal
yang kecil.

b. Prinsip Larangan
1) Larangan Untuk Berlaga Pintar
Jangan melaukan hal yang melebihi kemampuan yang dimiliki. Setiap
orang mempunyai keterbatasan. Adalah suatu hal yang mustahil untuk
melakukan hal yang tidak mampu dilakukan , akibatnya adalah
KEGAGALAN.
2) Larangan Untuk Rakus
ada suatu ungkapan bijak "berlakulah fokus, jangan rakus".
Maksudnya adalah tidak melakukan pekerjaan yang banyak sekaligus.
Tetaplah fokus pada tema inovasi yang telah dipilih. Semakin kita
menjauh dari tema tesebut, akan semakin menyebar pekerjaan yang
dilakukan dan ini juga akan mengakibatkan terjadinya KEGAGALAN.
3) Larangan Untuk Berpikir Terlalu Jauh ke Depan
Jangan coba berpikir atau berkata 20 tahun lagi hal ini akan sangat
dibutuhkan masyarakat. Sebagai gantinya, berpikirlah saat ini,orang
sangat memerlukan hal yang sedang saya buat.

c. Mengembangkan Cara Berpikir Inovatif


Pada dasarnya setiap orang memiliki kemampuan untuk berpikir scara
inovatif. Namun sayangnya kemampuan ini hanya berkembang dalam diiri
oranag-orang tertentu saja, yaitu orang-orang yang berkemauan keras
untuk mengembangkan kemampuannya tersebut menjadi suatu
keberhasilan. Untuk mengembangkan cara berpikir inovatif ini, dapat
dilakukan dengan cara berikut:
1) Biasakan Memilki Mimpi
Jangan menghabiskan waktu dan energi hanya untuk memikirkan
masalah-masalah kehidupan sehari-hari. sisakanlah tempat pada
pikiran untuk membuat mimpi-mimpi besar yang mungkin bagi orang
lain dianggap mustahil. Catatla mimpi-mimpi dan tangkaplah peluang
yang memungkinkan mimpi tersebut terwujud.
2) Perkayalah Sumber Ide
Memperkaya diri dengan bacaan dan pengalaman akan membantu
membangun mimpi-mimpi besar. Bangkitkanlah ketertarikan dan
keingintahuan pada hal-hal baru yang semula tidak menarik minat,
misalnya menyaksikan acara televisi yang belum pernah disaksikan
sebelumnya atau membaca dan bertanya tentang subjek yang baru.

10
d. Biasakan Diri Menerima Perbedaan dan Perubahan
Jadikanlah perbedaan pendapat sebagai suatu fasilitas untuk memperkaya
wawasan, bukannya suatu pertandingan untuk memenangkan pendapt
yang kita yakini. perbanyak diskusi mengenai hal-hal yang ingin
diketahui.
1) Tumbuhkan Sikap Empat
Dengan berempati , kita memahami apa yang dipikirkan dan rasakan
oleh orang lain. Cobalah untuk menjadi pendengar yang baik saat
teman menceritakan masalahnya.

2.6 Membangun Kapabilitas Inovasi


Kapabilitas inovasi itu patut dikembangkan bagi semua perusahaan bisa
dilakukan dengan melihat sejumlah variabel yang mempengaruhinya, yaitu
visi dan strategi, kepemimpinan, kompetensi, intelijen perusahaan
(pemahaman pasar dan pesaing), kreativitas dan ide, struktur organisasi,
sistem dalam organisasi, budaya organisasi, teknologi, dan manajemen risiko.
MEA adalah sebuah keniscayaan yang harus dihadapi 10 negara ASEAN.

“Lalu apakah produk kita sejauh ini punya daya saing? ada banyak produk
industri yang sudah berdaya saing karena inovasinya. Tapi, potensi itu belum
dilihat sebagai modal bagi kesiapan menuju MEA.

Dalam hal menciptakan iklim perusahaan yang inovatif, sekiranya semua


pihak bisa melihat bagaimana sejumlah korporasi yang bergerak di bidang
teknologi informasi merestrukturisasi organisasi di internal mereka.
Kenyataan tersebut dapat disaksikan, misalnya pada Yahoo, Facebook,
Google, dan Microsoft.

Sejumlah perusahaan raksasa tersebut bukan hanya melakukan


restrukturisasi organisasi, melainkan juga mengonsep suasana kantornya agar
semua karyawan merasa nyaman bekerja dan mudah menemukan ide juga
inovasi yang kreatif setiap saat. Sehingga, terkadang publik menjumpai bahwa
sebuah produk handphone, misalnya, seri terbaru belum habis di pasaran, lalu
tak butuh waktu lama keluar seri yang paling baru lagi. “Kita tidak bisa
merealisasikan ide itu sendirian dalam sebuah perusahaan, tapi harus lewat
sistem, tanpa ada sistem yang kuat maka ide itu tidak akan berjalan,”.

Saat ini, untuk melakukan kapabilitas inovasi sebuah perusahaan akan


menghadapi sejumlah tantangan, yaitu terkait dengan era kolaborasi (co-
creation, coideation, crowdsourching , dan open innovation ), meningkatnya
tuntutan pasar, ketergantungan inovasi satu dengan yang lain, serta
perkembangan teknologi. Di era MEA nanti, sudah pasti produk yang bisa
melahirkan inovasi-inovasi baru yang akan mudah diterima konsumen lintas
negara. Kebebasan pasar akan mendorong setiap produk untuk saling
berkompetisi, sayangnya dalam prinsip berbisnis hampir tak ada konsumen
yang idealis dengan hanya akan membeli produk- produk dalam negerinya
saja. Sebab pada dasarnya sifat konsumen akan tertarik dengan barang-barang
yang berkualitas, inovatif, dan punya daya saing tinggi.

11
BAB III
PENUTUP

12
3.1 Kesimpulan
Berbicara tentang bisnis tidak lepas dari inovasi, inspirasi dan peluang .
Dalam berwirausaha dibutuhkan ketiga point tersebut. Dengan inovasi, terjadi
kedinamisan selera konsumen dan membantu kita untuk memanage kembali
bidang-bidang yang dianggap perlu untuk perbaikan sebagai hasil dari inovasi.
Ada beberapa macam inovasi yang bisa dilakukan tapi keberhasilan suatu inovasi
tentunya tidak lepas dari proses inovasi itu sendiri.

Kreativitas dibutuh kan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan


karena apabila tidak ada kretivitas dalam perusahaan maka pastinya suatu saat
perusahaan tersebut akan tenggelam dan punah.untuk menjaga hal tersebut agar
tidak terjadi maka perlu di perhatikan faktor-faktor berikut:motivasi,kondisi
kerja,kemandirian dan iklim dalam sebuah organisasi. Proses kreativitas
organisasi,dimulai dari sebuah ide, dan kemudian ide ini secara
otomatis ditransformasi menjadi sebuah kegiatan inovatif.agar ide dan gagasan
yang datang dari berbagai macam ini dapat diimplementasikan dalam bentuk
manfaat praktis adapan tahap tahap pengembangan kreativitas adalah :
1. Tahapan kemunculan sebuah ide
2. Tahapan pelaksanaan sebuah ide
3. Pembaruan sebuah ide.

Kreativitas dan inovasi bagi organisasi adalah sebuah kebutuhan yang sangat
fital, karena kreativitas menjadi tulang punggung bagi kelangsungan hidup suatu
organisasi.Kreativitas dan inovasi dibutuhkan organisasi untuk
perubahan lingkungan yang terus meningkat dengan cepat, dalam bidang
teknologi, dalam standar produk, dan juga dalam persaingan.Untuk kepentingan
itu, maka organisasi perlu menggali kreativitas organisasi
yang tersembunyi.Adapun yang terpenting dalam kreativitas organisasi adalah
agaimana mengembangkan suatu suasana atau keadaan agar kreativitas
organisasi dapat tumbuh dan berkembang dengan subur.

3.2 Saran
1. Agar organisasi mempertimbangkan factor-faktor yang mampu mendorong
karyawan supaya membangun kreativitas diri mereka untuk kemajuan
perusahaan.
2. Agar organisasi memberi apresiasi kepada karyawan yang memiliki
sumbangan ide supaya selanjutnya mereka termotivasi terus dalam
meningkatkan kemajuan perusahaan
3. Agar perusahaan mampu menjaga kondisi internal dan eksternal; perusahaan
sehingga mampu melahirkan sebuah kreativitas dan mampu mendorong
organisasi dalam mengikuti perubahan zaman

13
DAFTAR PUSTAKA

Riyanti, BPD. 2019. Kreativitas dan Inovasi di Tempat Kerja. Jakarta:


Grafindo

14
ZUHAL. 2010. Knowledge & Innovation (Platform Kekuatan Daya Saing).
Jakarta: Gramedia

15

Anda mungkin juga menyukai