Mengapa UKM Garmen Di Kabupaten Klaten Mampu Berta-Dikonversi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 20

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan p-ISSN 2548 – 298X

Akreditasi No. 32a/E/KPT/2017 e-ISSN 2548 – 5024


DOI: 10.24034/j25485024.y2017.v1.i4.3662

MENGAPA UKM GARMEN DI KABUPATEN KLATEN MAMPU BERTAHAN


DI TENGAH PERSAINGAN PASAR BEBAS?

Tulus Haryono
tulus_fe_uns@yahoo.com
Siti Khoiriyah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
Rum Handayani
Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Sebelas Maret, Surakarta,
Indonesia Rara Sugiarti
Pusat Studi Pariwisata Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia

ABSTRACT

This study aims to investigate the determinants of Small and Medium Enterprises (SME) can be survive in this
free trade era. Using purposive sampling, 100 small medium enterprises are involved as respondent. Descriptive
statistic analysis is employed to analyze the research problem. The results indicate that 7P’s have significant
effect as a SME’s strategy. The 7P’s strategies represents product, price, place, promotion, people, process, and
philosophy. Meanwhile, policy and partner has no significant effect. The results of this study hold important
implications for both practitioners and academics. The empirical findings from this study are expected to benefit
the continued development of the garment market in Klaten. Possible implications of these results for firms’
marketing strategies and directions for future research are also discussed.

Key words: 7P’s strategy, policy, partner

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi penentu kebertahanan hidup UKM industri garmen di
Kabupaten Klaten di era pasar bebas ini. Dengan menggunakan metoda purposive sampling, 100 UKM garmen
dilibatkan dalam penelitian ini sebagai responden penelitian. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwasanya
strategi 7P’s menjadi penentu atau faktor pendukung mengapa UKM industri garmen di Klaten mampu
bertahan di tengah persaingan pasar bebas ini. Strategi 7P’s yang dimaksud meliputi product, price, place,
promotion, people, philosophy, dan process. Lebih lanjut indicator 7P’s tersebut adalah kemudahan mendapat
bahan baku dan menjangkau pasar, penentuan harga yang setara dengan pesaing, adanya efisiensi biaya karena
tidak di- perlukannya pabrik atau tempat khusus usaha, biaya makan dan lembur yang ditanggung UKM, serta
hubungan yang baik antara pekerja dan pengusaha menjadi ikatan emosi tersendiri. Adanya filosofi membantu
sesama, misi sosial, tidak berorientasi profit menjadi faktor keunikan UKM garmen di Klaten. Putting out
system yang mengedepankan fleksibilitas waktu juga secara empiris terbukti menjadi faktor pendukung utama.
Peran UKM sebagai pendukung akselerasi pembangunan ekonomi daerah juga didiskusikan dalam artikel ini.

Kata kunci: strategi 7P, kebijakan, partner

PENDAHULUAN dikarenakan pangsa pasar yang terbuka


Industri sandang merupakan salah satu luas. Industri sandang memiliki captive
jenis industri yang memerlukan kreatifitas market yang besar. Hal ini dikarenakan
tinggi dalam rangka menghasilkan produk sandang merupakan salah satu kebutuhan
akhir untuk memenuhi kebutuhan pasar. dasar setiap manusia hidup. Kabupaten
Bisnis sandang sangat menjanjikan. Hal ini Klaten merupakan salah satu daerah yang

552
Mengapa UKM Garmen Di Kabupaten Klaten... – Haryono, Khoiriyah, Handayani, 553
Sugiarti
memiliki potensi industri garmen berbasis 2021 berubah menjadi Peraturan Daerah
masyarakat. Industri ini melibatkan masya- (Perda) RPJMD Kabupaten Klaten 2016-2021
rakat setempat sebagai tenaga kerja dan (Kabarklaten.com). Kuatnya potensi pari-
pihak-pihak yang terlibat secara langsung wisata di Kabupaten Klaten ini tentunya
dalam proses produksi garmen dari hulu bersinergi dan menguntungkan pula bagi
sampai hilir. Tercatat pada tahun 2013 industri garmen. Selain memenuhi kebutuh-
terdapat dua belas sentra industri garmen an dasar sandang, hasil produk industri
dengan 420 unit usaha yang garmen juga ditawarkan sebagai oleh-oleh
mempekerjakan bagi wisatawan baik domestik maupun
3.133 orang tenaga kerja (Klaten, Kabupaten mancanegara.
Klaten Dalam Angka Tahun 2013, 2014). Di tengah maraknya persaingan bebas
Dari unit usaha yang ada tersebut ini, berbagai upaya dan strategi dikemas
mayoritas masuk kategori UKM (Usaha oleh para pelaku usaha, tidak terkecuali
Kecil Me- nengah). Data ini menunjukkan pelaku usaha kecil menengah (UKM). Hasil
peran UKM yang sangat optimal dalam riset (Sediono et al., 2016) menunjukkan pe-
mendukung pembangunan ekonomi ran Information, Communication, and Techno-
Kabupaten Klaten. Peran aktif UKM logy (ICT) sebagai media strategi yang
ditunjukkan dalam me- ngatasi efektif sebagai upaya UKM menghadapi
pengangguran, meningkatkan pen- pasar bebas. Pengembangan website yang
dapatan rumah tangga, dan tentunya meng- memadai digunakan sebagai media atau
gerakkan roda perekonomian daerah sarana untuk memasarkan produknya di
Klaten. Kabupaten Klaten dalam lingkup pasar domestik maupun mancanegara.
Pe- merintah Provinsi Jawa Tengah Website yang di- kembangkan tidak hanya
merupakan salah satu dari 35 memuat profile UKM, spesifikasi produk,
kabupaten/kota yang mempunyai nilai namun juga me- nampilkan proses produksi
strategis dan memiliki peranan yang dan digunakan sebagai media
sangat penting dalam proses pertumbuhan pemberdayaan komunitas masyarakat
wilayah di Jawa Tengah. Wilayah sebagai tenaga kerja intinya.
Kabupaten Klaten terletak di jalur yang Sementara hasil penelitian (Erdil dan
sangat strategis, karena berbatasan Özdemir, 2016) memaparkan keefektifan
langsung dengan Daerah Istimewa Yogya- strategi marketing mix menjadi penentu
karta (DIY). Kabupaten Klaten dalam ling- kesuksesan sebuah UKM di pasar luar
kup Pemerintah Provinsi Jawa Tengah me- negeri. Penyampaian produk yang unik dan
rupakan salah satu dari 35 kabupaten/kota berkualitas, penetapan harga yang kompe-
yang mempunyai nilai strategis dan me- titif, dikomunikasikan melalui berbagai
miliki peranan yang sangat penting dalam media dan keikutsertaan dalam berbagai
proses pertumbuhan wilayah di Jawa pameran, serta pendistribusian tepat waktu
Tengah. Wilayah Kabupaten Klaten terletak tepat jumlah dan tepat spesifikasi menjadi
di jalur yang sangat strategis, karena ber- rekomendasi (Erdil dan Özdemir, 2016) bagi
batasan langsung dengan Daerah Istimewa UKM yang akan memasuki pasar bebas.
Yogyakarta. Beberapa penelitian mengenai industri gar-
Kabupaten Klaten juga merupakan men sudah pernah dilakukan juga antara
wilayah yang memiliki peran dan potensi lain penelitian (Nawangpalupi et al., 2012)
dalam dunia pariwisata. Pengembangan mengenai industri garmen dengan fokus
pariwisata budaya seperti keberadaan be- pada segmentasi kesadaran lingkungan. Ha-
berapa candi museum, makam pahlawan, sil penelitian menunjukkan bahwa masya-
desa wisata, dan lain-lain. Selain potensi rakat industri garmen belum banyak yang
pariwisata budaya, Klaten juga potensial menciptakan industri garmen ramah lingku-
dalam pariwisata alam dan pariwisata ngan. Sementara (Ekawardhana dan Prapti-
buatan. Hal ini sebagaimana tertuang dalam ningsih, 2013) meneliti tentang pengelolaan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kabupaten Klaten 2016-
(manajemen) bisnis garmen di Surabaya. bantuan modal serta dukungan sarana
Hasil penelitian menunjukkan bahwa indus- prasarana telah banyak digulirkan. Tidak
tri garmen tersebut hanya memperhatikan terkecuali peran dunia swasta dan dunia
masalah produksi, sedangkan masalah pendidikan dalam pengembangan UKM di
SDM, modal kerja rantai pasok, dan Indonesia. Paper ini memfokuskan pada
investasi belum mendapatkan perhatian. upaya untuk menginvestigasi penentu ke-
Penelitian (International Labour suksesan UKM industri garmen di Kabu-
Organization, 2015) menggarisbawahi paten Klaten dalam menghadapi pasar
lapangan kerja yang sa- ngat kuat di sektor bebas.
industri garmen, yakni sebanyak 40 juta
orang. Penelitian tersebut mencakup lokasi TINJAUAN TEORETIS
yang sangat luas, yakni dalam konteks Asia Industri Garmen sebagai Bagian dari
dengan menekankan pada pentingnya daya Industri Kreatif
saing dan produkti- vitas. Industri garmen yang menghasilkan
Sementara (Yuliasih, 2014) meneliti produk pakaian jadi merupakan salah satu
tentang pengendalian kualitas produk pada bagian subsektor industri kreatif.
industri garmen. Pelaksanaan pengendalian Selengkap- nya empat belas subsektor
kualitas pada perusahaan garmen yang industri kreatif meliputi periklanan,
diteliti dilakukan melalui tiga tahapan yaitu penerbitan dan per- cetakan, TV dan radio,
pengendalian bahan baku, proses produksi, film, video dan foto- grafi, musik, seni
dan produkjadi yang dilakukan secara pertunjukan, arsitektur, desain, fesyen,
manual tanpa bantuan alat atau mesin. kerajinan, pasar barang seni, permainan
Pengendalian kualitas pada perusahaan ter- interaktif, layanan komputer dan piranti
sebut belum efektif sehingga belum mampu lunak, dan penelitian dan pengem- bangan.
mengendalikan tingkat kerusakan produk Industri kreatif menurut Kemen- terian
bad cover. Hal ini dapat dilihat dari titik-titik Perdagangan didefinisikan sebagai industri
dalam p-chat yang berada di luar batas yang berasal dari pemanfaatan kreativitas,
kendali Upper Control Limit (UCL) dan ketrampilan, serta bakat individu untuk
Lower Control Limit (LCL). Penyebab menciptakan kesejahteraan serta lapangan
kerusakan atau kecacatan produk adalah pekerjaan dengan menghasilkan dan
bahan baku, manusia, metode, dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta
lingkungan. Upaya yang dilakukan individu tersebut. Sementara menurut
perusahaan untuk meng- atasi kendala (Coney et al., 2001), sub sektor industri
pengendalian kualitas produk garmen kreatif terdiri dari lima belas, satu tambahan
adalah: (1) memberi arahan lebih baik yang dimasukkan adalah industri kuliner.
kepada para pagawai yang terlibat dalam Di Indonesia, industri kreatif cukup
proses produksi, (2) memilih bahan baku berperan dalam pembangunan ekonomi
yang berkualitas baik, (3) melakukan nasional. Menurut data Departemen
tindakan perbaikan terhadap produk rusak Perdagangan, industri kreatif pada tahun
yang masih bisa diperbaiki. 2006 me- nyumbang Rp 104,4 triliyun atau
Beberapa rujukan menunjukkan peran rata-rata 4,75% terhadap PDB Nasional
efektif sektor riil UKM dalam pembangunan selama 2002- 2006. Tiga subsektor yang
ekonomi suatu daerah maupun secara memberi kontri- busi paling besar nasional
makro. Peran yang dimaksudkan meliputi adalah fashion (30%), kerajinan (23%), dan
pengentasan kemiskinan, mengatasi pe- periklanan (18%) (Sudayat, 2015). Selain itu,
ngangguran, sampai peran UKM dalam sektor ini mampu menyerap 4,5 juta tenaga
mendukung akselerasi pembangunan suatu kerja dengan tingkat pertumbuhan sebesar
daerah. Dukungan pemerintah juga telah 17,6% pada 2006, namun industri kreatif
dioptimalkan dalam pengembangan dan baru memberi kontribusi ekspor sebesar 7%.
pemberdayaan UKM. Melalui regulasi dan Hal ini jauh lebih kecil jika dibandingkan
dengan negara
Korea Selatan, Ingris, Singapura dan lain- paten dan karya cipta anak bangsa. Kelima
lain yang rata-rata sudah diatas 30%. Peran adalah pemerintah akan membentuk Indo-
pemerintah Indonesia terhadap perkemba- nesia creative council yang akan menjadi
ngan industri kreatif dinilai masih kurang jembatan untuk menyediakan fasilitas bagi
optimal. Hal ini dkarenakan pemerintah para pelaku industri kreatif. Adanya lem-
belum menjadikannya sebagai sumber pen- baga resmi yang dibentuk pemerintah
dapatan negara yang penting. Pemerintah untuk menaungi dan mengembangkan
masih lebih memfokuskan pada sektor kreativitas anak bangsa diharapkan bisa
manufaktur, fiskal, dan agrobisnis. lebih terarah dan terasah. Upaya terakhir
yang diupaya- kan pemerintah dalam
Upaya Pemerintah dalam rangka mengem- bangkan industri kreatif
Mengembangkan Industri Kreatif adalah pemerintah akan menyelenggarakan
Enam upaya pemerintah dalam me- lomba Indonesia Creative Idol yang
ngembangkan industri kreatif di Indonesia bertujuan melestarikan dan
adalah: (1) menyiapkan insentif untuk me- mengembangkan industri kreatif.
macu pertumbuhan industri kreatif berbasis
budaya. Upaya ini mencakup: perlindungan Langkah-Langkah Pengembangan Industri
produk budaya, pajak, kemudahan mem- Kreatif
peroleh dana pengembangan, fasilitas pe- Dalam pengembangan industri kreatif
masaran dan promosi, hingga pertumbuhan terdapat lima pilar yang perlu terus di-
pasar domestik dan internasional. Insentif perkuat sehingga industri kreatif dapat
ini diharapkan mampu menjadi daya tarik tumbuh dan berkembang mencapai visi dan
atau stimulus bagi pelaku industri kreatif misi ekonomi kreatif Indonesia. Kelima pilar
sekaligus melindungi budaya Indonesia ekonomi kreatif tersebut dapat dijabarkan
yang memang kita kaya akan hal tersebut, sebagai berikut; (1) Industri. Industri me-
(2) membuat roadmap industri kreatif yang rupakan bagian dari kegiatan masyarakat
melibatkan berbagai departemen dan kala- yang terkait dengan produksi, distribusi,
ngan. Dengan adanya roadmap ini diharap- pertukaran, serta konsumsi produk atau
kan perkembangan dan pemberdayaan jasa dari sebuah negara atau area tertentu.
industri kretif terarah dan berkesinambu- Pilar industri ini dimasukkan ke dalam
ngan sehingga hasilnya dapat lebih optimal, model pengembangan ekonomi kreatif,
(3) membuat program komprehensif untuk berdasar- kan pada pendekatan (Coney et
menggerakkan industri kreatif melalui pen- al., 2001) yang mengatakan kreatifitas saja
didikan, pengembangan SDM, desain, tidak bisa dihitung, yang bisa dihitung
mutu, dan pengembangan pasar. Berbagai adalah produk kreatif. Produk kreatif
literatur menyampaikan bahwa beberapa adalah hasil suatu kreativitas dikalikan
kendala yang dihadapi industri kreatif dan dengan transaksi. Ini mengindikasikan
UKM adalah kualitas SDM, permodalan, adanya faktor kreasi dan originalisasi yang
pemasar- an, dan kualitas produk. Dengan memiliki potensi kapital dan atau yang
kebijakan pemerintah ini diharapkan diproduksi sedemikian rupa untuk
mampu meng- atasi permasalahan yang dikomersialisasikan; (2) Teknologi. Teknologi
ada. Upaya ke- empat pengembangan dapat didefinisikan sebagai suatu entitas
industri kreatif yang dicanangkan baik material dan non material yang
pemerintah adalah memberi perlindungan merupakan aplikasi penciptaan dan proses
hukum dan insentif bagi karya industri mental atau fiisik untuk mencapai nilai
kreatif (HKI, paten, dan lain-lain). tertentu. Dengan demikian teknologi bukan
Kreatifitas perlu dilindungi pemerintah. hanya mesin ataupun alat bantu yang sifat-
Seiring kecanggihan teknologi informasi, nya berwujud, namun termasuk didalam-
klaim karya pihak lain sangatlah mudah. nya kumpulan teknik atau metoda atau
Untuk itu pemerintah harus melindungi aktivitas yang membentuk dan mengubah
budaya; (3) Resources. Sumber daya yang
dimaksudkan disini adalah input yang pada penerapan hasil-hasilnya. Dalam kon-
dibutuhkan dalam proses penciptaan nilai teks industri kreatif, cendekiawan men-
tambah selain ide ataupun kreativitas yang cakup budayawan, seniman, punakawan,
dimiliki sumber daya insani yang merupa- begawan, para pendidik di lembaga pen-
kan landasan dari industri kreatif ini. didikan, para pelopor di paguyuban, pade-
Sumber daya meliputi sumber daya alam pokan, sanggar budaya dan seni, individu
atau ketersediaan lahan yang menjadi input atau kelompok studi dan peneliti, penulis
penunjang dalam dalam industri kreatif; (4) dan tokoh-tokoh lainnya dibidang seni,
Institution. Institution dalam pilar pe- budaya (nilai, filsafat) dan ilmu
ngembangan industri kreatiif dapat di- pengetahuan yang terkait dengan
definisikan sebagai tatanan sosial dimana pengembangan industri kreatif. Melalui
termasuk didalamnya adalah kebiasaan, peran Tri Dharma Perguruan Tinggi, (peran
nor- ma, adat, aturan, serta hukum yang pendidikan, penelitian, dan pengabdian
berlaku. Tatanan sosial ini dapat bersifat pada masyarakat) para cende- kiawan
informal, contohnya sistem nilai, adat berperan sebagai agen yang me-
istiadat, norma. Sedangkan tatanan sosial nyebarluaskan dan mengimplementasikan
yang bersifat for- mal berupa peraturan ilmu pengetahuan, seni dan teknologi, serta
perundang-unda- ngan; (5) Financial sebagai agen pembentuk nilai-nilai yang
intermediary. Lembaga intermediary konstruktif bagi pengembangan industri
keuangan adalah lembaga yang berperaan kreatif dalam masyarakat; (2) Business (Bis-
menyalurkan pendanaan kepada pelaku nis). Bila ditilik secara ekonomi bisnis (di-
industri yang membutuhkan, baik dalam sebut juga perusahaan) adalah suatu entitas
bentuk modal/ekuitas maupun organisasi yang dikenali secara legal, dan
pinjaman/kredit. sengaja diciptakan untuk menyediakan
barang-barang baik berupa produk dan jasa
Triple Helix kepada konsumen. Bisnis pada umumnya
Bangunan industri kreatif ini dipayungi dimiliki oleh swasta dan dibentuk untuk
oleh hubungan antara cendekiawan (intelec- menghasilkan profit dan meningkatkan ke-
tuals), bisnis (business), dan pemerintah makmuran para pemiliknya. Peran bisnis
(goverment) yang disebut sebagai Triple Helix dalam hal ini berupa pencipta dan pem-
yang merupakan aktor utama penggerak bentuk komunitas dan enterpreneur kreatif;
lahirnya kreativitas, ide, ilmu pengetahuan (3) Government (Pemerintah). Didefinisikan
dan teknologi yang vital bagi tumbuhnya sebagai sebuah organisasi yang memiliki
industri kreatif. Hubungan yang erat, saling otoritas untuk mengelola suatu negara, se-
menunjang dan bersimbiosis mutualisme bagai suatu kesatuan politik, atau aparat/
antara ketiga aktor tersebut dalam alat negara yang memiliki badan yang
kaitannya dengan landasan dan pilar-pilar mampu memfungsikan dan menggunakan
model industri kretaif akan menghasilkan otoritas/kekuasaan. Dengan ini pemerintah
industri kreatif yang berdiri kokoh dan memiliki kekuasaan untuk membuat dan
berke- sinambungan. (1) Intelectuals menerapkan hukum serta undang-undang
(Cendekia- wan). Adalah orang-orang yang di wilayah tertentu. Peran utama
dalam per- hatian utamanya mencari pemerintah dalam hal ini sebagai
kepuasan dalam mengolah seni, illmu katalisator, fasilitator, dan advokasi. Juga
pengetahuan atas renungan metafisika, dan sebagai regulator yang menghasilkan
bukan hendak mencari tujuan praktis serta kebijakan yang berkaitan dengan people,
para moralis yang dalam sikap pandang industri, institusi, intermedi- asi, sember
dan kegiatannya merupakan perlawanan daya dan teknologi. Selain itu pemerintah
terhadap realisme massa. Mereka adalah juga dapat berperan sebagai investor dan
parailmuwan, filsuf, seeniman, ahli penciptaan urbant planet yang menciptakan
metafisika yang menemukan kepuasan iklim kondusif bagi perkemba- ngan
dalam penerapan ilmu, bukan kreativitas anak bangsa.
Bisnis Konveksi adalah ratu” ikuti trens yang sedang di-
Salah satu usaha yang tak pernah lesu gemari dan modivikasilah untuk membuat
dan selalu bisa bertahan dari berbagai produk anda lebih menarik.
kondisi ekonomi bangsa adalah usaha
konveksi. Hal ini karena pakaian yang
Faktor Pendukung Bisnis Konveksi di
notabene merupakan produk luaran Surakarta
industri konveksi merupakan salah satu
Haryono et al. 2014 mengidentifikasi
kebutuhan pokok manusia. Usaha konveksi beberapa faktor pendukung bisnis konveksi
mirip dengan industri garmen, namun di wilayah Surakarta adalah: (1) Minat
menurut pendapat beberapa pengusaha, pembeli cukup tinggi. Pertumbuhan bisnis
usaha kon- veksi sedikit berbeda dengan konveksi batik antara lain disebabkan oleh
usaha garment. Pada usaha garment minat pembeli yang cukup tinggi. Hal ini
(contohnya pakaian kantoran) masing- dikarenakan dengan adanya baju jadi orang
masing kelompok kerja mengerjakan sub bisa secara cepat atau instan mendapatkan
bagian tertentu. Ada tim kerja yang khusus pakaian yang diinginkan. Baju batik yang
membuat kerahnya, ada yang khusus dijual di berbagai outlet menunjukkan
mengukur dan memotong kain, ada bagian adanya banyak pilihan atau banyak variasi,
yang spesial menjahit (merakit), dan ada baik dalam hal bahan tektil, warna, motif,
kelompok yang bertugas pada bagian akhir model, ukuran, maupun harga; (2)
(merapikan/menyeterika), sedangkan pada Kebijakan pemerintah setempat agar
usaha konveksi, setiap orang (tim) bertugas mengenakan baju batik. Pemerintah Kota
menyelesaikan secara menyeluruh yang Surakarta khususnya telah mengeluarkan
disebut dengan istilah CMT (Cutting, kebijakan yang ber- kaitan dengan upaya
Making, Trimming) yaitu mulai dari revitalisasi aset budaya lokal berupa batik.
memotong/mengukur, membuat, dan Dalam keseluruhan rangkaian kebijakan
merapikan. pembangunan Kota Surakarta telah
Beberapa hal penting yang harus dicanangkan fokus pem- bangunan yaitu
diperhatikan dalam bisnis konveksi adalah pada product management, brand and
(www.kerjausaha.com): (1) Penentuan jenis promotion management, dan custo- mer
usaha konveksi; apakah anda akan management; (3) Kebijakan sekolah yang
membuat khusus baju anak. Dewasa, mewajibkan para siswa untuk mengenakan
wanita, dan lain- lain. Sesuaikanlah dengan baju batik. Kebijakan Pemerintah Kota Sura-
target konsumen yang berpotensi karta melalui Dinas Pendidikan, Pemuda
mendatangkan keuntungan di wilayah dan Olah Raga mencanangkan program
anda; (2) Persiapkan modal usaha. revitalisasi batik dengan mewajibkan para
Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan, siswa sekolah di wilayah Kota Surakarta
misalkan mesin jahit, sewa tempat, beli untuk mengenakan seragam batik pada hari
bahan konveksi (kain, benang, kancing. tertentu. Terlepas dari kekurangan yang ada
Gunting dan lain-lain), peralatan lainnya, secara substansi pada dasarnya kebijakan
biaya transpor dan lain-lain; (3) Ciptakan dan program ini memberi kontribusi positif
ide kreatif. Contoh kaos Dagadu Jogja, Joger terhadap perkembangan batik di wilayah
Bali dan lain-lain. Ide kreatif dalam hal tersebut; (4) Keberadaan industri batik di
model dan pola akan menjadikan anda wilayah Surakarta. Konveksi juga
sukses dan memiliki brand bagus bahkan digunakan untuk menarik pembeli agar
menjadi trendsetter di wilayah anda; sekaligus menjahitkan di tempat dimana
(4) Persiapkan pemasaran. Bisa melalui pembeli membeli bahan berupa kain batik.
teman, keluarga, penyebaran pamflet, ber- Selama ini terdapat juga penjahitan tanpa
iklan di berbagai media, ataupun melalui biaya (gratis) apabila kain yang dijahitkan
jejaring sosial yang sekarang sedang marak; dibeli di tempat itu juga. Industri batik
(5) Mengelola usaha. Kelolalah bisnis anda berperan sebagai supplier bahan baku bagi
secara profesional. Ingat prinsip “mutu perusahaan atau
UKM konveksi batik. Sebagai contoh: Dinas UMKM, yaitu “melakukan kajian dan ope-
Koperasi dan UMKM Kota Surakarta me- rasionalisasi pengembangan model lembaga
ngadakan pelatihan untuk pembuatan batik. intermediasi UMKM” (Klaten, Kabupaten
Hal ini setidaknya merupakan perhatian Klaten Dalam Angka Tahun 2013., 2014); (6)
dan komitmen pemerintah setempat untuk Kebijakan Pemerintah untuk merevitalisasi
men- dukung revitalisasi batik dan secara batik. Pemerintah Kota Surakarta telah
tidak langsung juga menunjang mengimplementasi kebijakan berkaitan
kontinyuitas supply bahan baku bagi dengan revitalisasi batik sebagai identitas
konveksi batik. Selain menyelenggarakan budaya daerah dengan cara melakukan
pelatihan pem- buatan batik Dinas Koperasi kegiatan-kegiatan terkait. Sebagai contoh:
dan UMKM Kota Surakarta juga Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surakarta
menyelenggarakan pelatihan pembuatan mengadakan pelatihan pembuatan batik
cap untuk membuat batik cap; (5) Kebijakan mulai proses awal hingga akhir. Hal ini
Pemerintah untuk mengembangkan usaha setidaknya merupakan perhatian dan
kecil dan menengah. Secara khusus Dinas komit- men pemerintah setempat untuk
Koperasi dan UMKM Kota Surakarta telah men- dukung revitalisasi batik dan secara
menyusun strategi untuk tidak langsung juga menunjang
mengimplementasi kebijakan pem- kontinyuitas supply bahan baku bagi bisnis
berdayaan UMKM secara sistimatis, konsis- konveksi batik. Selain menyelenggarakan
ten, dan berkesinambungan pada masa pelatihan pem- buatan batik Dinas Koperasi
mendatang. dan UMKM Kota Surakarta juga
Upaya yang dilakukan oleh Dinas menyelenggarakan pelatihan pembuatan
Koperasi dan UMKM Kota Surakarta adalah cap untuk membuat batik cap.
meningkatkan akses terhadap pasar, modal,
informasi dan teknologi, penataan dan Kendala Usaha Konveksi
penguatan kelembagaan koperasi dan Usaha konveksi di Indonesia masih
UMKM untuk memperkuat posisi transaksi menghadapi beberapa kendala yang harus
dalam persaingan pasar, membangun ke- diatasi. Kendala-kendala yang
mitraan, meningkatkan sumber daya manu- dimaksudkan adalah: (1) Mutu produk
sia agar dapat bekerja secara profesionalitas tekstil dan pakaian jadi di Indonesia masih
dan kompetitif, serta mengkaji ulang pe- belum mampu me- nembus pasar global. Di
rangkat perundangan yang bisa memberi era pasar bebas ini, kesempatan produk
situasi kondusif bagi pengembangan Indonesia untuk di- ekspor terbuka lebar,
UMKM agar dapat mendukung penyerapan namun tuntutan mutu atau kualitas produk
tenaga kerja, peningkatan kontribusi bagi yang tinggi seringkali belum mampu
pendapat- an daerah, serta pembentukan dipenuhi produk kita; (2) Adanya serbuan
karakter dan identitas daerah. Sasaran produk murah dari negara- negara tetangga.
kebijakan peme- rintah berkaitan dengan Sebagaimana kita ketahui tekstil dari negeri
UMKM adalah meningkatkan akses Cina telah membanjiri pasar domestik. Para
permodalan tanpa agunan bagi pelaku konsumen mendapat banyak pilihan akan
UMKM, menumbuhkan penggerak kegiatan produk konveksi yang murah dengan
ekonomi di tingkat kelurahan yang kualitas yang bersaing. Hal ini dikarenakan
terintegrasi ke dalam jaringan kelembagaan negara China memiliki teknik dan proses
di tingkat kecamatan dan kota, serta produksi yang lebih efisien; (3) Masih kalah
mengembangkan ruang dan daya dukung dengan merk inter- nasional. Brand atau
ekspansi usaha (Surakarta, 2013). merk menjadi salah satu pertimbangan
Selain Dinas Koperasi dan UMKM, konsumen dalam menentu- kan keputusan
badan Perencanaan Pembangunan Daerah pembelian. Merk-merk pro- duk yang sudah
(BAPPEDA) Kota Surakarta juga memiliki mapan di pasaran sering kali memiliki
kebijakan terkait dengan pengembangan preferensi yang lebih tinggi di
benak konsumen (Sondoh et al., 2007); (4) jaminan, khususnya kepada para pengusaha
Perubahan yang cepat dalam tren busana konveksi batik. Jaminan yang dapat di-
terkadang membuat para pengusaha kon- berikan antara lain: (a) Jaminan untuk
veksi/garment bisa mengalami kerugian stabilitas pengadaan bahan baku, (b)
karena terlambat memasuki pasar, semen- Jaminan untuk stabilitas harga bahan baku,
tara kepopuleran produk tersebut sudah (c) Jaminan untuk stabilitas harga jual, (d)
mulai memudar di mata konsumen; (5) Jaminan untuk menghilangkan persaingan
Peraturan tata niaga dalam pembagian usaha yang tidak sehat.
kuota ekspor konveksi menurut beberapa Namun demikian, hingga saat ini di
produ- sen masih belum bagus. Kota Surakarta belum terbentuk suatu
Selain kelima kendala di atas, hasil lembaga yang mewadahi seluruh
penelitian (Haryono et al., 2014) menunjuk- pengusaha konveksi batik. Dengan
kan beberapa hal yang menghambat per- demikian masing- masing pengusaha
kembangan bisnis konveksi batik di Sura- berjalan sendiri-sendiri. Hal ini dapat
karta adalah sebagai berikut: (1) Kesulitan berakibat pada ketiadaan standar upah
mendapatkan tenaga kerja. Meskipun jum- tenaga kerja serta standar harga produk.
lah angkatan kerja di wilayah Surakarta Setiap pengusaha memiliki kebebasan
cukup besar namun pada kenyataannya untuk menetapkan harga jual produk
tidak mudah untuk mencari tenaga kerja konveksinya. Iklim persaingan bis- nis yang
yang bersedia bekerja di bidang pembuatan cukup ketat saat ini ditopang oleh ketiadaan
baju jadi. Pada umumnya anak-anak muda lembaga atau paguyuban yang menaungi
angkatan kerja banyak yang tidak tertarik seluruh pengusaha konveksi dapat
untuk bekerja di bidang konveksi, termasuk menimbulkan terjadinya persaingan usaha
konveksi batik; (2) Kenaikan harga bahan yang tidak sehat; (5) Kurangnya
baku. Kenaikan harga bahan baku me- perlindungan dari pemerintah terhadap
rupakan salah hal yang menyebabkan ke- ekspor, termasuk ekspor baju batik, utama-
naikan biaya produksi dan akhirnya ber- nya bagi para produsen.
pengaruh pada perkembangan bisnis kon- Meskipun Pemerintah Kota Surakarta
veksi batik. Selama ini pengalaman me- melalui Dinas Koperasi dan UMKM dan
nunjukkan bahwa dari waktu ke waktu BAPPEDA telah memiliki kebijakan untuk
selalu terjadi kenaikan bahan baku sehingga memfasilitasi pengembangan UMKM, na-
para pengusaha konveksi harus dapat mun pengusaha konveksi batik, khususnya
mencari strategi agar harga penjualan pengusaha yang telah melakukan ekspor
produk konveksi batik tidak meningkat produk konveksi batik merasa belum
terlampau tajam; (3) Biaya produksi tinggi. mendapatkan perlindungan dari
Selain harga bahan baku yang selalu me- pemerintah terhadap usahanya, utamanya
ningkat dari waktu ke waktu, para pekerja jaminan keselamatan transaksi keuangan
juga selalu menuntut kenaikan upah kerja. dengan mitra usaha di luar negeri.
Kedua hal tersebut menuntut pebisnis
konveksi batik untuk menaikkan harga jual. Strategi Menghadapi Pasar Bebas
Tingginya biaya produksi sebagai akibat Product
kenaikan bahan baku dan upah tenaga kerja Produk didefinisi sebagai segala
serta keadaan dimana para pembeli tidak sesuatu yang dapat ditawarkan dan
memahami situasi tersebut membuat bisnis dipasarkan kepada konsumen untuk
konveksi batik terhambat perkembangan- memenuhi ke- butuhan dan keinginannya
nya; (4) Belum ada kelembagaan. Pada (Kotler, 2000). Dalam industri garmen
dasarnya keberadaan lembaga baik berupa produk yang di- hasilkan UKM adalah
paguyuban, asosiasi, kelompok, atau bentuk pakaian atau sandang. Di era pasar bebas ini
lainnya berperan untuk memberi beberapa tuntutan kualitas produk sangatlah tinggi.
Untuk menghasil- kan produk yang
bermutu tinggi diperlukan
ketersediaan bahan baku yang baik pula. baik dalam maupun luar negeri terbuka luas
Kelangsungan hidup sebuah perusahaan bagi para pelaku usaha, namun karena
tidak hanya ditentukan oleh kemampuan faktor tertentu, banyak UKM masih men-
nya menghasilkan produk berkualitas yang dapat kendala untuk melayani pasar luar
ditopang oleh kemudahan mendapat bahan negeri. Beberapa kendala yang dihadapi
bakunya, namun juga kemudahan para UKM antara lain karena faktor kualitas
memasar- kan produknya di pasaran. produk, prosedur ekspor, kuota, kendala
tarif dan pajak, serta komunikasi, dan
Price beberapa kendala lain. Dalam paper ini
Harga menunjukkan nilai suatu faktor place diukur dengan kemudahan
produk. Para pengusaha dapat menetapkan UKM menjangkau pasar yang akan dilayani
harga produknya dengan menggunakan dan persepsi UKM akan perlunya ke-
berbagai metoda (Kotler, 2000). Harga beradaan tempat usaha secara khusus.
menunjukkan kualitas produk. Banyak
konsumen mem- pertimbangkan harga Promotion
dalam keputusan pembeliannya (Zeithaml, Promotion merupakan sarana yang
1988). Mereka cenderung akan digunakan perusahaan dalam upaya untuk
membandingkan harga dari satu pemasar menginformasi, membujuk, dan mengingat-
dengan pemasar lain untuk mendapat hasil kan konsumen baik konsumen langsung
yang paling optimal (Assael, 1998). Seorang atau tidak langsung tentang produk dan
pemasar atau pengusaha harus merek yang mereka jual (Kotler, 2000).
memasukkan unsur-unsur biaya yang Berbagai pilihan strategi promosi yang
ditanggung selama proses produksi dan dapat dipilih dalam mengkomunikasi
proses memasarkan produk ke dalam harga produknya adalah: periklanan, personal
akhir yang ditetapkan. Banyak UKM kita selling, promosi penjualan, humas,
hanya memasukkan biaya bahan baku saja penjualan langsung, pameran, dan lain-lain.
dalam menetapkan harga jual produknya. Saat ini para UKM kita masih
Hal ini dikarenakan UKM Indonesia mayo- mengedepankan komunikasi dari mulut ke
ritas tidak memiliki tempat usaha tersendiri mulut dari para konsumennya (word of
melainkan terpadu dengan rumah tinggal. mouth) sebagai media promosinya. Dengan
Mereka juga mempekerjakan anggota pelayanan yang baik dan harga yang
keluarga inti, dimana kesemua itu pada kompetitif, para pembeli merasa puas dan
akhirnya tidak menjadi komponen biaya kecenderungannya mereka akan gethok tular
yang dipertimbangkan dalam penentuan kepada rekan-rekannya.
harga produk (Haryono et al., 2014). Sebagai wujud konkrit dukungan
pemerintah kepada pengembangan UKM,
Place kini pemerintah telah memberi regulasi
Place atau saluran distribusi dan lokasi yang berpihak pada UKM dan
usaha menjadi salah satu komponen utama penyederhanaan birokrasi, serta
marketing mix. Place didefinisikan sebagai memfasilitasi berbagai ke- giatan pameran,
serangkaian organisasi yang saling ter- pembinaan dan pen- dampingan,
gantung yang terlibat dalam proses untuk penyediaan gedung dan sarana- sarana
menjadikan suatu produk atau jasa siap publikasi serta pameran produk yang
untuk digunakan atau dikonsumsi. Atau dihasilkan UKM Indonesia.
Aliran dan jaringan kerja yang terdiri atas
agensi dan lembaga yang bersama-sama People
melakukan kegiatan yang diperlukan untuk SDM merupakan sumber keunggulan
menghubungkan produsen dengan konsu- daya saing yang tak lekang oleh panas, tak
men dalam menyelesaikan tugas pemasaran lapuk oleh hujan. SDM merupakan aset bagi
(Kotler, 2000). Di era pasar bebass ini, pasar sebuah perusahaan dan menjadi modal
keunggulan bersaing (Dessler, 2000). Tekno-
logi produk dan proses produksi makin dan di Indonesia pada umumnya adalah
lama makin berkurang peran pentingnya pemberdayaan masyarakat sekitar dan ada-
sebagai sumber keunggulan daya saing nya fleksibilitas waktu bekerja. Pekerjaan
(competitive advantage). dibawa pulang oleh para pekerja. Dengan
People/participant adalah semua pelaku batasan waktu dan ketentuan sistem peng-
yang turut ambil bagian dalam penyajian upahan berbasis borongan sering menjadi
jasa/delivery jasa dan dalam hal ini mem- pilihan UKM garmen di Kabupaten Klaten.
pengaruhi persepsi pembeli. Termasuk Sitem proses produksi seperti ini dikenal
dalam elemen ini adalah personel perusaha- dengan sebutan putting out system (Sediono
an, pelanggan, dan pelanggan lain dalam et al., 2016). Selain karena UKM tidak
lingkungan jasa (Bitner et al., 1994). People memiliki tempat produksi khusus yang
merupakan aset utama dalam industri jasa, terpisah dengan rumah tinggal, pemilihan
terlebih lagi people yang merupakan karya- putting out system dalam proses produksi
wan dengan performance tinggi. Karyawan dinilai lebih efisien dan menguntungkan
berkinerja tinggi menghasilkan konsumen kedua belah pihak, para karyawan tidak
puas dan loyal. Kemampuan atau know- terikat waktu dan bisa menyelesaikan
ledge (pengetahuan) yang baik, akan pekerjaan rumah tangga dan tugas lainnya.
menjadi kompetensi dasar dalam internal
perusaha- an dan pencitraan yang baik di Phylosophy
luar. Pandangan dan prinsip yang dipegang
Faktor penting lainnnya dalam people para pelaku UKM Garmen di Kabupaten
adalah attitude dan motivation dari karyawan Klaten adalah misi sosial, membantu
dalam sebuah industri. Tidak sedikit konsu- sesama, dan keuntungan bukanlah prioritas
men membeli suatu produk karena mem- utama. Melalui usaha garmen atau konveksi
pertimbangkan attitude, skills, appearance, yang dimiliki ditujukan untuk menambah
dan motivation staf atau karyawan yang me- sau- dara, ajang membantu sesama, dan me-
layani. Salah satu kendala uyang dihadapi nolong sesama. Persepsi pelaku UKM
UKM sehingga cukup sulit berkembang garmen Kabupaten Klaten akan lebih me-
adalah kualitas SDM yang masih relatif mentingkan manfaat sosial daripada man-
rendah. Tugas dan tanggung jawab pe- faat ekonomis. Filosofi tuno sak tak bathi
merintah adalah memberikan training and sanak yang artinya biarpun rugi sedikit
development agar mampu bersaing di era namun mendapatkan keuntungan non
pasar bebas ini. Untuk itu memiliki ke- materi yang berupa tambah saudara.
trampilan khusus untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan menjadi kebutuhan yang Policy
sangat mendesak bagi para UKM. Keunikan Era pasar bebas yang kini berlaku
UKM di kabupaten Klaten dan di Indonesia menuntut UKM untuk siap. Kreativitas dan
pada umumnya adalah adanya hubungan selalu berinovasi merupakan salah satu
interpersonal antara pemilik dan karyawan. kunci menghadapi era pasar bebas. Pe-
Para pelaku usaha selalu memberdayakan ningkatan kualitas produk garmen dengan
para tetangga dan saudara sebagai tenaga desain yang unik dan khas, memper-
kerjanya. Hal ini berdampak pada pola tahankan standar kualitas atau mutu
hubungan dan komunikasi yang dekat dan produk mutlak diperlukan agar bertahan
hangat bahkan akhirnya bisa berdampak hidup. Persaingan yang semakin ketat
pada kurangnya profesinalitas diantara karena terbukanya pasar didalam dan luar
pengusaha dan karyawannya. negeri telah membuat pembinaan dan
pengemba- ngan UKM dinilai sangat
Process mendesak agar UKM kian mandiri. Dengan
Ciri khusus UKM garmen yang ber- kemandirian UKM dan semakin kuatnya
kembang di kabupaten Klaten khususnya posisi UKM,
diharapkan dapat meningkatkan multiplier Klaten sebagai responden penelitian. Krite-
effect dalam bidang pembukaan lapangan ria sampel yang ditentukan adalah umur
kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, usaha, jumlah aset, pasar yang dilayani, dan
peningkatan perekonomian dan pembangu- rata-rata jumlah unit yang terjual.
nan daerah. Dengan demikian kesejahteraan Metode pengumpulan data dilakukan
masyarakat secara umum dapat meningkat. dengan metode indepth interview terhadap
Adanya peraturan daerah atau kebijakan pemilik UKM. Peneliti menggunakan pan-
lain yang mendukung UKM tentunya men- duan wawancara terstruktur yang memuat
jadi bagian yang baik sebagai upaya pe- sembilan variabel yang diduga menjadi
ngembangan dan mendukung faktor pendukung atau penentu UKM
kelangsungan hidup UKM. Tidak terkecuali industri garmen di kabupaten Klaten mam-
UKM garmen di kabupaten Klaten. pu bertahan di tengah persaingan pasar
bebas. Prediktor atau pengukuran dari
Partner masing-masing variabel tersaji pada tabel 1.
Sebagaimana disampaikan beberapa Sembilan variabel tersebut meliputi
literatur dan hasil penelitian empiris, be- product, price, place, promotion, people, philo-
berapa kendala yang dihadapi UKM Indo- sophy, process, policy, dan partner. Semua
nesia adalah masalah permodalan, pemasar- jawaban dari pertanyaan diukur dalam lima
an, kualitas SDM, dan kurang profesional skor dengan menggunakan skala ordinal 5
dalam penanganan produk dan laporan poin Likert. Jawaban ”sangat setuju” diberi
keuangan. Dukungan pihak ketiga dalam skor 5, Jawaban ”setuju” diberi skor 4,
mengembangkan usaha dan dukungan ”netral” diberi skor 3,”tidak setuju” diberi
bimbingan teknis dari lembaga lain serta skor 2, dan jawaban ”sangat tidak setuju”
dukungan permodalan dari pihak lain diberi skor 1. Unit analisis menunjukkan
menjadi hal yang dinantikan UKM untuk jenis satuan data yang dianalisis. Unit
lebih mandiri dan bertahan hidup di tengah analisis penelitian ini adalah perusahaan.
gempuran persaingan di era pasar bebas ini. Artinya responden penelitian yang menjadi
sampel mewakili UKM bisnis garmen yang
METODE PENELITIAN dijalankan. Untuk menguji model, peneliti
Penelitian ini dilakukan di kluster menggunakan analisis statistik deskriptif.
industri garmen di kabupaten Klaten.
Pengambilan lokasi penelitian di Kabupaten HASIL DAN PEMBAHASAN
Klaten dikarenakan Klaten memiliki be- Berdasarkan analisis statistik deskriptif
berapa sentra atau klaster industri berbasis atas 100 tanggapan responden terpilih, tabel
masyarakat. Industri garmen merupakan 2 berikut menunjukkan persentase tang-
salah satu industri unggulan di Kabupaten gapan setiap item pertanyaan yang diajukan.
Klaten yang bertahan di tengah persaingan
era pasar bebas ini. Dengan demikian 1. Produk
penting kiranya diteliti secara empiris faktor Variabel pertama yang diduga menjadi
apa saja yang menentukan kebertahanan faktor pendukung dan penentu kelangsu-
hidup para UKM pelaku industri garmen di ngan UKM industri garmen di kabupaten
Kabupaten Klaten ini. Klaten adalah variabel produk. Produk
Metode penelitian ini menggunakan disini bukan menunjukkan produk apa
pendekatan kuantitatif yang dilengkapi dan yang dihasilkan, melainkan kemudahan
dipertajam dengan pendekatan kualitatif. UKM mendapat bahan baku dan
Dengan menggunakan metoda purposive kemudahan menjual produk yang
sampling, penelitian ini melibatkan 100 UKM dihasilkan kepada konsumennya. Bahan
bisnis garmen yang beroperasi di baku menjadi penentu kontinuitas suatu
Kabupaten usaha.
Tabel 1
Definisi Operasional Variabel

Variabel Jumlah Pengukuran/Prediktor/indikator


Indikator
Product 2 1. Kemudahan mendapatkan bahan baku
2. Kemudahan menjual produk yang dihasilkan
Price 2 1. Persepsi responden atas penetapan harga jual yang tidak
berbeda dengan pesaing
2. Responden memahami komponen biaya yang ditanggung
sehingga dipertimbangkan dalam penetapan harganya

Place 2 1. Kemudahan menjangkau pasar


2. Persepsi responden akan perlunya keberadaan tempat
usaha secara khusus

Promotion 2 1. Kebutuhan media promosi dalam memasarkan pasar


2. Persepsi responden atas keefektifan komunikasi WOM dari
konsumen
People 3 1. Hubungan interpersonal antara pemilik dan karyawan
2. Kebutuhan ketrampilan khusus untuk menyelesaikan
pekerjaan
3. Persepsi responden akan pentingnya memprioritaskan
tetangga sekitar sebagai karyawannya

Philosophy 2 1. Persepsi responden akan lebih pentingnya manfaat sosial


daripada manfaat ekonomis
2. Persepsi responden akan lebih pentingnya menolong
sesama daripada mengejar keuntungan
Process 3 1. Pendapat mengijinkan karyawan membawa pulang
pekerjaannya
2. Pendapat tidak mengharuskan karyawan bekerja di pabrik
3. Penerapan sistem kerja yang fleksibel
Policy 2 1. Dukungan Pemda yang dirasakan UKM
2. Adanya Perda yang mendukung kemajuan industri garmen
Partner 3 1. Dukungan pihak ketiga dalam mengembangkan usaha
2. Dukungan bimbingan teknis dari lembaga lain
3. Dukungan permodalan dari pihak lain

Sumber: Data yang Diolah (2017)

Garmen merupakan industri manu seragam sekolah, jaket, pakaian olah raga,
faktur yang mengolah bahan baku menjadi dan lain-lain. Para UKM menjual rata-rata
barang jadi. Para UKM garmen di Kabu- di kawasan pulau Jawa, Bali, DKI, dan DIY.
paten Klaten mendapat bahan baku dari Namun beberapa UKM memasarkan
Bandung dan daerah sekitar. Sementara produknya sampai pulau Sumatra dan
produk yang dihasilkan berupa kaos, Papua.
Tabel 2
Tanggapan Responden atas Variabel Produk
Produk
Respon Kemudahan Mendapat Bahan Baku Kemudahan Menjual Produk
Jumlah % Jumlah %
STS 0 0% 0 0%
TS 2 2% 0 0%
N 5 5% 1 1%
S 59 59% 22 22%
SS 34 34% 77 77%
Total 100 100% 100 100%
Sumber: Data yang Diolah (2017)

Berdasarkan Tabel 2, dapat disimpul- konsumen yang dilayani adalah pelanggan


kan mayoritas UKM garmen di kabupaten tetap yang tersebar di pulau Jawa, Sumatra,
Klaten memiliki kemudahan dalam men Kalimantan, Sulawesi, bahkan sampai
dapat bahan baku (59%) dan sangat mudah Papua.
memasarkan produknya (77%). Sejalan
dengan temuan (Erdil dan Özdemir, 2016), 2. Price
UKM di Turkey mampu menembus pasar di Harga merupakan nilai dari suatu
luar negeri karena kualitas produk yang produk. Harga yang ditetapkan oleh UKM
baik. Hasil ini mengindikasi bahwa para mengikuti harga pasar. Mereka menetapkan
UKM garmen dan konveksi di Kabupaten harga dengan mempertimbangkan biaya
Klaten mampu bertahan hidup di tengah produksi yang dikeluarkan (Handoko, 1997;
persaingan ketat di pasar bebas ini karena Kotler, 2000). Kesadaran para UKM tentang
terjaganya kebutuhan bahan baku sehingga tidak adanya perbedaan harga jual yang
proses produksi dapat berjalan teratur. signifikan dan pemahaman mereka akan
Hasil indepth interview menunjukkan item-item biaya produksi menjadi indikator
bahwasanya hubungan baik yang terjalin variabel price atau harga.
antara suppier- pengusaha dan pengusaha- Tabel 3 berikut menunjukkan
konsumen serta adanya trust kedua belah tanggapan 100 UKM atas variabel harga
pihak menjadi kunci terjaganya pasokan yang diduga menjadi faktor penentu
kebutuhan bahan baku dan pemasaran kemampuan ber- tahan hidup di tengah
produk jadinya. Para responden juga persaingan pasar bebas.
menyampaikan bahwasanya

Tabel 3
Tanggapan Responden atas Variabel Price

Price
Respon Persepsi Terhadap Harga Pesaing Mengetahui Komponen Biaya
Jumlah % Jumlah %
STS 0 0% 0 0%
TS 0 0% 0 0%
N 0 0% 85 85%
S 8 8% 15 15%
SS 92 92% 0 0%
Total 100 100% 100 100%
Sumber: Data yang Diolah (2017)
Tabel 3 menunjukkan bahwasanya para dengan pesaingnya. Hal ini dikarenakan
UKM garmen di Kabupaten Klaten dalam aspek harga menjadi salah satu pertimba-
menentukan harga jual produknya selalu ngan utama para pembeli. Jika harganya
mengikuti harga pasar dan tidak terlalu terlalu mahal tentunya akan ditinggalkan
berbeda dengan pesaing. Hal ini dikarena- pembeli.
kan produk-produk yang dihasilkan antar
UKM sejenis sehingga mereka juga tidak 3. Place
memiliki keleluasaan dalam menentukan Place atau biasa diartikan sebagai
harganya tak ubahnya dalam pasar per- saluran distribusi yang digunakan pemasar
saingan sempurna. Ini ditunjukkan dari atau lokasi usaha. Place juga menunjukkan
nilai persentase jawaban responden yang kemudahan dan cara perusahaan men-
mutlak 92% menyatakan sangat setuju distribusi produk sampai ke tangan konsu-
bahwasanya harganya tidaklah berbeda mennya (Kotler, 2000). Banyak perusahaan
dengan UKM lain. Hasil analisis juga memutuskan mendirikan perusahaan men-
menunjukkan bahwasanya para UKM dekati bahan baku dan ada pula sebagian
garmen di Klaten tidak begitu tahu tentang mendekati pasar. Kemudahan menjangkau
komponen biaya yang ditanggung secara pasar dan perlunya keberadaan tempat
detail. Pada umum- nya, mereka produksi merupakan ukuran variabel place
menetapkan harga hanya dengan dalam penelitian ini.
mempertimbangkan biaya bahan baku saja. Tabel 4 menunjukkan hasil penelitian
Sementara mereka tidak memper- ini membuktikan bahwasanya para UKM
timbangkan upah gaji yang ditanggung tidak merasa pentingnya keberadaan
karena mempekerjakan adik, anak atau tempat usaha secara khusus. Usaha yang
anggota keluarga lainnya. Demikian juga dijalankan menyatu dengan tempat tinggal
dengan biaya simpan, listrik, dan lain-lain. dan pe- kerjaan dibawa pulang oleh
Hasil ini mendukung riset (Haryono et karyawan (memotong dan menjahit). 94%
al., 2014) dimana UKM kebanyakan tidak responden juga menilai sangat mudah
memahami dan mempertimbangkan kom- menjangkau pasar sasaran. Karena kualitas
ponen biaya produksi yang seharusnya produk, harga yang terjangkau, dan layanan
ditanggung. Demikian juga dengan pe- yang baik, para konsumen setia pada UKM
netapan harga jualnya. Para UKM me- tersebut.
netapkan harga yang tidak berbeda jauh

Tabel 4
Tanggapan Responden atas Variabel Place

Place

Respon Kemudahan Menjangkau Perlunya Keberadaan Tempat


Pasar Usaha
Jumlah % Jumlah %
STS 0 0% 39 39%
TS 0 0% 60 60%
N 0 0% 1 1%
S 6 6% 0 0%
SS 94 94% 0 0%
Total 100 100% 100 100%
Sumber: Data yang Diolah (2017)
4. Promotion memerlukan media khusus dalam mem-
Promotion merupakan media komuni promosikan produknya karena merasa
kasi antara perusahaan dengan konsumen- komunikasi gethok tular atau word of mouth
nya. Melalui promosi juga para pengusaha yang selama ini dilakukan sudah cukup
menawarkan produknya kepada konsumen untuk digunakan sebagai media promosi.
sasarannya. Kebutuhan media promosi Mereka lebih mengedepankan layanan,
secara khusus dan efektivitas komunikasi kemudahan membayar, kualitas produk
word of mouth atau gethok tular menjadi yang terjaga dan harga yang terjangkau. Hal
indikator pengukuran variabel keempat tersebut akan memuaskan konsumennya
dalam penelitian ini. Hasil analisis dan tanpa diminta konsumen akan me-
deskriptif (Tabel 5) menunjukkan lakukan positive word of mouth kepada orang
bahwasanya para UKM garmen di Klaten lain.
merasa tidak

Tabel 5
Tanggapan Responden atas Variabel Promotion

Promotion
Respon Kebutuhan Media
Promosi Efektifitas WOM
Jumlah % Jumlah %
STS 44 44% 0 0%
TS 55 55% 0 0%
N 1 1% 0 0%
S 0 0% 34 34%
SS 0 0% 66 66%
Total 100 100% 100 100%

5. People
SDM atau karyawan merupakan salah karyawannya adalah tetangga, hubungan
satu kunci kesuksesan sebuah perusahaan.
SDM adalah aset perusahaan (Dessler,
2000). Hasil indepth interview (Tabel 6)
menunjuk- kan UKM garmen mayoritas
mempekerja- kan karyawan wanita,
hubungan baik sangat terjaga, pekerjaan
yang dilakukan tidak membutuhkan
ketrampilan khusus, dan para pengusaha di
Klaten memiliki misi sosial dengan
mempekerjakan para tetang- ganya. Mereka
berharap keberadaan UKM di Klaten
mampu membuka lapangan kerja baru dan
menggerakkan perekonomian daerah.
Para pengusaha mempersepsikan pe-
kerjaan yang dilakukan karyawan ini adalah
pekerjaan berulang dan produk massal,
sehingga hanya memerlukan ketelatenan
dan keseriusan saja. Mengingat mayoritas
baik tentunya menjadi prioritas utama.
Tidak ada konsep majikan dan bawahan,
hubungan interpersonal yang egaliter men-
jadi perekat dan menentukan loyalitas
karyawan pada UKM tersebut.

6. Philosophy
Tak ubahnya filosofi yang dipegang
orang Jawa; tuno sak tak bathi sanak yang
artinya kurang lebih para palaku bisnis
garmen di Klaten tidak mengedepankan
keuntungan semata. Mereka lebih ber-
orientasi manfaat sosial; bisa membantu
sesama. Hal ini ditunjukkan lebih dari 70%
responden menjawab Sangat setuju bahwa-
sanya dalam menjalankan bisnisnya ber-
orientasi menolong sesama (Tabel 7). Hal
ini dapat dipahami karena para pelaku
UKM garmen mempekerjakan para
tetangganya
dan sebagaimana disampaikan peneliti- dapat kemanfaatan ekonomi, melainkan
peneliti sebelumnya bahwasanya UKM manfaat sosial, keuntungan otomatis akan
cenderung dikelola kurang profesional. mengikuti.
Mereka berusaha tidak semata-mata men-

Tabel 6
Tanggapan Responden atas Variabel People

People
Respon Hubungan Prioritas Penduduk
Interpersonal Kebutuhan Skill Sekitar
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
STS 0 0% 51 51% 0 0%
TS 0 0% 49 49% 0 0%
N 0 0% 0 0% 0 0%
S 26 26% 0 0% 16 16%
SS 74 74% 0 0% 84 84%
Total 100 100% 100 100% 100 100%

Sumber: Data yang Diolah (2017)

Tabel 7
Tanggapan Responden atas Variabel Philosophy

Philosophy
Respon Prioritas Manfaat Mengedepankan Menolong
Sosial Sesama
Jumlah % Jumlah %
STS 0 0% 0 0%
TS 0 0% 0 0%
N 0 0% 5 5%
S 31 31% 25 25%
SS 69 69% 70 70%
Total 100 100% 100 100%

Sumber: Data yang Diolah (2017)

7. Process pekerja tetap mampu menjalankan


Sediono et al., 2016 mengemukakan put- kewajibannya di rumah (Hendrayati dan
ting out system sebagai sistem produksi yang Gaffar, 2016). Sistem upah borongan juga
mengedepankan fleksibilitas waktu bagi menjadi daya tarik bagi para pekerjanya.
para pekerjanya. Dikarenakan para UKM Putting out system menjadi keuntungan
garmen di Klaten mayoritas tersendiri bagi para pelaku usaha. Hal ini
mempekerjakan para wanita yang tinggal di dikarenakan adanya efisiensi biaya
daerah sekitar, tidak memiliki tempat usaha produksi yang diterima. Para pengusaha
khusus, maka para UKM cenderung tidak harus menanggung biaya makan
mengijinkan para karyawannya membawa karyawan, mereka juga tidak perlu
pekerjaan pulang ke rumah. Hal ini menjadi mengalokasi biaya khusus untuk
sebuah keuntu- ngan bagi karyawan karena pergudangan, biaya listrik, dan lain-lain.
fleksibilitas kerja yang tinggi. Sebagai ibu Hasil analisis deskriptif atas variabel process
rumah tangga, para tersaji pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8
Tanggapan Responden atas Variabel Process
Process
Mengijinkan Tidak Harus
Respon Membawa Pulang Menyelesaikan Tugas di Fleksibilitas
Pekerjaan Pabrik Waktu Kerja
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
STS 0 0% 0 0% 0 0%
TS 0 0% 0 0% 0 0%
N 0 0% 0 0% 0 0%
S 12 12% 11 11% 11 11%
SS 88 88% 89 89% 89 89%
Total 100 100% 100 100% 100 100%

Sumber: Data yang Diolah (2017)

8. Policy Hal ini tentunya menjadi masukan bagi


Policy disini diartikan sebagai para regulator, bahwasanya peran peme-
dukungan regulasi dari pemerintah atas rintah daerah maupun pusat perlu di-
kemajuan UKM di daerahnya. Hasil optimalkan dalam mendukung perkemba-
penelitian me- nunjukkan para UKM pelaku ngan UKM di daerah. Triple Helix
usaha bisnis garmen di Klaten tidak menunjuk- kan diperlukan kerjasama yang
merasakan peran pemerintah daerah secara efektif antara pemerintah, kaum intelektual
signifikan. Ke- berhasilannya bertahan dan pelaku bisnis untuk mengembangkan
hidup di tengah persaingan pasar bebas ini UKM di tengah persaingan pasar bebas ini.
lebih pada keberhasilan diri bukan karena Tabel 9 menunjukkan hasil analisis
dukungan regulasi yang memihak UKM deskriptif atas 100 responden pada variabel
(Tabel 9). policy.

Tabel 9
Tanggapan Responden atas Variabel Policy

Policy
Respon Dukungan Pemda Dukungan Perda
Jumlah % Jumlah %
STS 46 46% 42 42%
TS 52 52% 45 45%
N 2 2% 8 8%
S 0 0% 5 5%
SS 0 0% 0 0%
Total 100 100% 100 100%
Sumber: Data yang Diolah (2017)

9. Partner dirasa pengaruhnya secara optimal oleh


Partner atau mitra usaha menjadi faktor UKM garmen di kabupaten Klaten (Tabel
terakhir yang diuji dalam penelitian ini. 10). Para UKM masih merasa jalan sendiri
Hasil uji menunjukkan dukungan pihak dan belum mendapat bantuan dari pihak-
ketiga, dukungan bimbingan teknis atau pihak terkait baik pemerintah, BUMN,
pelatihan serta dukungan modal belumlah swasta, LSM atau pihak lain terkait.
Tabel 10
Tanggapan Responden atas Variabel Partner

Partner
Respon Dukungan Pihak Dukungan Dukungan
Ketiga Bimtek Modal
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
STS 60 60% 64 64% 82 82%
TS 25 25% 27 27% 15 15%
N 14 14% 7 7% 2 2%
S 1 1% 2 2% 1 1%
SS 0 0% 0 0% 0 0%
Total 100 100% 100 100% 100 100%
Sumber: Data yang Diolah (2017)

SIMPULAN DAN SARAN untuk kemajuan UKM di Klaten dalam


Faktor pendukung dan pendukung rangka mendukung akselerasi pembangu-
kesuksesan UKM industri garmen di Klaten nan ekonomi kabupaten Klaten.
dalam memasuki pasar bebas adalah 7P’s
strategy yang berupa product, price, place, DAFTAR PUSTAKA
promotion, people, philosophy, dan process. Hal Assael, H. 1998. Consumer Behavior and
ini ditunjukkan dengan kemudahan UKM Marketing Action. Ohio: South-Western
dalam mendapat bahan baku dan ke- College Publishing.
mudahan dalam menjangkau pasar, tidak Bitner, M. J., Boom, B. H., and Mohr, L. A.
adanya perbedaan penentuan harga dengan 1994. Critical service encounters: The
pesaing, adanya efisiensi biaya yang di- employee's viewpoint. Journal of Market-
sebabkan karena tidak diperlukannya ing 58(4): 95–106.
pabrik atau tempat khusus usaha, biaya Dessler, G. 2000. Human Resource Mana-
makan dan lembur yang ditanggung, serta gement. New Jersey: Pearson Education,
hubungan intrepersonal yang baik antara Inc.
pekerja dan pengusaha menumbuhkan Ekawardhana, W. A., and Praptiningsih., M.
ikatan emosional diantara pekerja dan 2013. Pengelolaan dan pengembangan
pengusaha. Adanya filosofi tuno sak tak bathi bisnis. Jurnal Agora 1(1).
sanak dan putting out system menjadi faktor Erdil, T. S., and Özdemir, O. 2016. The
keunikan UKM garmen di Klaten. Determinants of Relationship Between
Berdasarkan hasil kajian yang dilaku- Marketing Mix Strategy and Drivers of
kan terhadap tanggapan para pelaku usaha Export Performance in Foreign Markes:
industri garmen di Kabupaten Klaten, para An Application on Turkish Clothing
UKM belum merasakan pengaruh yang Industry. 12th International Strategic
signifikan atas peran aktif dari government Management Conference, ISMC: 546–556.
dan business, baik dalam hal regulasi atau Antalya, Turkey,: Procedia - Social and
kebijakan maupun bantuan modal, bimbi- Behavioral Sciences 235.
ngan teknis, training, dan sejenisnya. Sinergi Handoko, H. 1997. Manajemen. BPFE UGM.
antara ABCG (Academission, Business, Com- Yogyakarta.
munity, dan Government) sangatlah diperlu- Haryono, T., Handayani, R., and Khoiriyah,
kan dalam menghadapi era pasar bebas ini. S. 2014. Akselerasi Bisnis Konveksi Batik
Untuk itu penting kiranya peran Melalui Pengembangan Manajemen Indus-
pemerintah dan dunia swasta lebih tri Kreatif Untuk Mendukung Percepatan
dioptimalkan lagi
Pembanguna, laporan Penelitian Prioritas Organization., I. 2015. Pertumbuhan Ekspor
Nasional Masterplan Percepatan Dan Per- dan Lapangan Kerja Yang Kuat di Sektor
luasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
Garmen dan Alas Kaki di Asia. Bangkok:
2011–2025. Universitas Sebelas Maret.
Catatan Penelitian Sektor Garmen Edisi
Surakarta.
I.
Hendrayati, H., and Gaffar, V. 2016. Inno-
Sediono, E. T., Mahatma, and Hunga, A. I.
vation and Marketing Performance of
2016. Strengthening Batik Home-
Womenpreneur in Fashion Industry in
workers through ICT based Fair Trade.
Indonesia. 3rd Global Conference on
Internetworking Indonesia Journal 8(2).
Business and Social Science - 2015: 299-
Sondoh, S. L., Omar, M. W., Wahid, N. A.,
306. Kuala Lumpur Malaysia: Social and Ismail, I. 2007. The Effect Of Brand
and Behavioral Sciences.
Image On Overall Satisfaction And
Howkins. 2001. Consumer Behavior: Building
Loyalty Intention In The Context Of
Market Strategy. Boston: Irwin/Mc Graw
Color Cosmetics. Asian Academy of
Hill.
Management Journal 12(1): 83–107.
Klaten, B. K. 2014. Kabupaten Klaten Dalam
Sudayat, I. 2015. Sukses Membangun. Industri
Angka Tahun 2013. Klaten: Badan Pe-
Kreatif 101 Inspirasi Pilihan. Keren. Smart
rencanaan Pembangunan Daerah.
Pustaka. Yogyakarta.
Klaten, B. K. 2014. Kabupaten Klaten Dalam
Surakarta, D. K. 2013. Kajian UMKM di Kota
Angka Tahun 2013. Klaten: Badan Pe-
Surakarta. Surakarta: Pemkot Surakarta.
rencanaan Pembangunan Daerah.
Yuliasih, K. N. 2014. Analisis pengendalian
Kotler, P. 2000. Marketing Management.
kualitas produk pada perusahaan garmen Warna
McGraw Hill. New York.
Sari. Singaraja: Universitas Pen-
Nawangpalupi, C. 2012. Identifikasi dan didikan Ganesha.
segmentasi kesadaran lingkungan industri
Zeithaml, A. V. 1988. Consumer Perceptions
kecil di bidang garmen dan kaos kaki.
of Price, Quality, and Value: A Means-
Bandung: Universitas Katolik Parah-
End Model and Synthesis of Evidence.
yangan. Journal of Retailing 52: 2–22.

Anda mungkin juga menyukai