Anda di halaman 1dari 13

TUTORIAL IN CLINIC DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

RESIKO BUNUH DIRI PADA Tn.S DI RUANG RAJAWALI


RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT

PROPOSAL

Dadang Sadikin 214119011


Lisa Sevia Geby 214119004
Nisrina Nuraini 214119013
Tifa Thiara Nisrina 214119048
Windi Wulan Anzani 214119080
Rina 214119107

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT melimpahkan rahmat dan
kasih sayang-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik
sesuai dengan yang diharapkan. Terimakasih kepada teman-teman yang telah
ikut membantu dan bekerjasama selama proses penulisan laporan ini dan tak
lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan waktu dan kesempatan, sehingga kami dapat menyempurnakan
makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam kesempatan ini
kami telah menyusun sebuah laporan “Tuorial In Clinic dengan Diagnosa
Keperawatan Resiko Bunu Diri pada Tn. S Di Ruang Rajawali Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Jawa Barat”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih perlu mendapatkan
bimbingan, kekurangan baik dari segi isi maupun penulisan. Maka dari itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi memperbaiki
makalah selanjutnya. Semoga apa yang telah kami sampaikan dalam makalah ini
bisa mengandung banyak manfaat khususnya bagi kami yang masih dalam
tahap belajar, dan umumnya bagi semua pembaca.

Cimahi, 6 Desember 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................ii

Daftar Isi............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan............................................................................................................ 1

D. Metode Punulisan..........................................................................................1

BAB II PEMBAHAAN

A. Skenario Kasus..............................................................................................3

B. Pertanyaan.....................................................................................................3

C. Jawaban........................................................................................................ 4

D. Analisa Kasus................................................................................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bunuh diri merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami


resiko untuk menyakiti diri sendiri yang dapat mengakibatkan mengancam
nyawa. Bunuh diri juga dapat dikatakan sebagai prilaku dekstruktif disi
sendiri, yang jika dicegah dapat mengarah pada kematian. Prilaku
dekstruktif diri yang mencangkup setiap bentuk aktivitas bunuh diri,
niatnya adalah kematian serta individu menyadari hal ini sebagai sesuatu
yang diinginkan.

B. Rumusan Masalah
1. Masalah apa yang dialami oleh pasien tersebut?
2. Apa saja faktor predisposisi dan presipitasi pada masalah tersebut?
3. Manifestasi klinis apa saja yang dapat terjadi pada masalah di atas?
4. Penatalaksanaan medis apa saja yang dapat diberikan pada kondisi
pasien tersebut?
5. Tindakan keperawatan apa yang dapat dilakukan pada kondisi pasien
tersebut?

C. Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui konsep dari resiko bunuh diri :


a. Masalah pada pasien.
b. Faktor predisposisi dan presipitasi.
c. Manifestasi klinis.
d. Penatalaksanaan medis.
e. Tindakan keperawatan.

D. Metode Penulisan

1. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu suatu pengumpulan yang diperoleh
dengan cara penelusuran buku – buku tentang tata tulis karya ilmiah
untuk memperoleh ketentuan – ketentuan dasar terhadap materi
yang akan dibahas.

2. Pencarian Internet
Penacarian internet yaitu penelusuran dari berbagai macam
alamat website yang mengenai tentang tata tulis karya ilmiah yang
ada di dalam internet untuk memperoleh materi yang akan dibahas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Skenario Kasus

Tangal 28 Desember 2019 Tn. S datang ke ruangan Rajawali dari


IGD dengan tana-tanda : terdapat luka di leher dengan panjang kurang
lebih 10cm, warna merah muda, kulit terkelupas. Pasien diam, rambut
gondrong, kuku panjang, dan bingung. Menurut keluarga pasien dibawa
ke RSJ karena selalu mencoba bunuh diri setelah putus dengan pacarnya
1 minggu yang lalu. Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan luka
tersebut karena ada yang menyuruhnya untuk melukai dengan arit dan
kuku, selain itu terdapat suara yang selalu menyuruhnya untuk menusuk-
nusukkan sendok ke lehernya, juga membenturkan kepala ke dinding.
Pertanyaan :
1. Masalah apa yang dialami oleh pasien tersebut?
2. Apa saja faktor predisposisi dan presipitasi pada masalah tersebut?
3. Manisfetasi apa saja yang dapat terjadi pada masalah di atas?
4. Penatalaksanaan apa saja yang dapat diberikan pada kondisi pasien
tersebut?
5. Tindakan keperawatan apa yang dapat dilakukan pada kondisi pasien
tersebut?

B. Pertanyaan
1. Masalah apa yang dialami oleh pasien tersebut?
2. Apa saja faktor predisposisi dan presipitasi pada masalah tersebut?
3. Manifestasi apa saja yang dapat terjadi pada masalah di atas?
4. Penatalaksanaan medis apa saja yang dapat diberikan pada kondisi
pasien tersebut?
5. Tindakan keperawatan apa yang dapat dilakukan pada kondisi pasien
tersebut?

C. Jawaban

1. Resiko bunuh diri (all)


2. Faktor predisposisi pada resiko bunuh diri diantaranya: herediter,
biologis, psikologis, ekonomi, dan sosial kultural. Menurut (Suart,
2013) faktor predisposisi yang dapat terjadi pada penderita skizofrenia
diantaranya:

a. Biologi: genetic, neurobiology, ketidakseimbangan neurotransmitter


(peningkatan dopamine), perkembangan otak dan teori virus.

b. Psikologis: kegagalan memenuhi tugas perkembangan psikososial


dan ketidakharmonisan keluarga dapat meningkatkan resiko
skizofrenia. Stressor sosiokultural, stress yang menumpuk dapat
menunjang terhadap awitan skizofrenia dan gangguan psikotik
lainnya.

c. Ekonomi: status ekonomi rendah sangat mempengaruhi kehidupan


seseorang. Beberapa ahli tidak mempertimbangkan kemiskinan
sebagai faktor resiko tetapi faktor yang menyertainya beratnggung
jawab atas timbulnya ganguan kesehatan. Himpitan ekonomi
memicu orang menjadi rentan dan terjadi berbagai peristiwa yang
menyebabkan gangguan jiwa, jadi penyebab gangguan jiwa bukan
sekedar stressor psikososial melainkan juga stressor ekonomi, dua
stressor ini kait mengait, makin membuat persoalan yang sudah
kompleks menjadi lebih kompleks.

d. Lingkungan: faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi terjadinya


skizofrenia diantaranya kekurangan gizi selama kehamilan, masalah
dalam proses kelahiran, stress pada kondisi lingkungan dan stigma
(penyebab kekambuhan pasien skizofrenia)

Faktor presipitasi pada resiko bunuh diri di atas diantaranya: pencetus


putus dengan pacar.

3. Manifestasi pada resiko bunuh diri dintaranya : aktif mencoba bunuh


diri (melukai leher dengan arit, menggaruk leher degan kuku, menusuk
leher menggunakan sedok serta membenturkan kepala pada dinding).
Mempunyai ide untuk bunuh diri, mengungkapkan keinginan untuk
mati, merasa bersalah, memiliki riwayat percobaan bunuh diri, status
perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan), latar belakang
keluarga, menjadi perilaku kekerasan saat kecil, memiliki perilaku yang
mencurigakan (Fitria, 2009).

4. Penatalaksanaan medis yang dapat digunakan pada penderita resiko


bunuh diri: lodomer, lorazepam, Electro Convulsive Therapy (ECT)
dapat diberikan jika tidak ada perubahan prilaku setelah diberikan
terapi farmakologi.

a. Farmakologi Antipsikotik terbagi dalam jenis tipikal (generasi lama)


dan atipikal (generasi baru). Jenis antipsikotik tipikal diantaranya
chlorpromazine, fluphenazine, haloperidol. Sementara jenis
antipsikotik atipikal diantaranya aripiprazole, clozapine, olanzapine.
Pemberian terapi farmakologi harus sesuai dengan resep dokter.

3. Tindakan pekerawatan yang dapat dilakukan pada pasien resiko


bunuh diri: jauhkan pasien dari barang-barang berbahaya yang dapat
mencelakai dirinya seperti (sendok, garpuh, gelas kaca, pensil,
pulpen serta benda tajam lainnya).

Menurut Fitria (2009) komunikasi terapeutik dengan cara memberikan


SP kepada pasien diantaranya:

SP I

a. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien

b. Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien

c. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri

d. Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri

SP II

a. Mengidentifikasi aspek positif pasien


b. Mendrong pasien untuk befikir positif terhadap dirinya

c. Mendorong pasien untuk menghargai diri sendii sebagai individu


yang berharga.

SP III

a. Mengidentifikasi mekanisme koping yang diterapkan oleh pasien

b. Menilai pola koping yang biasa dilakukan

c. Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif

d. Mendorong pasien memilih pola koping yang konstruktif

e. Menganjurkan pasien menerapkan pola koping yang konstruktif


dalam kegiatan harian

SP IV

a. Membuat rancana masa depan yang realistis bersama pasien

b. Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang


realistis

c. Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka


meraih masa depan yang realistis.

D. Analisa Kasus

Tanggal 28 desember 2019 Tn. S usia 32 Tahun datang ke IGD RSJ


Prov. Jabar dan di tempatkan di ruang Rajawali pada pukul 13.00.
Menurut keluarga klien dibawa ke RS karena 3 bulan terakhir klien
berperilaku aneh, sering melamun, bicara sendiri, dan berusaha melukai
dirinya sendiri (leher) dengan arit dan sendok. Luka pada leher berwarna
kemerahan, kulit terkelupas dengan panjang luka 10 cm. Klien
berpenampilan kotor, rambut panjang dan kotor, tampak bingung saat
berkomunikasi. Setahun yang lalu klien merasa terpukul karena
kehilangan ayahnya. Saat di kaji, klien mengatakan 2 minggu yang lalu
klien mengalami kegagalan dalam bercinta dan diputuskan oleh pacarnya
sehingga klien merasa tidak ada gunanya lagi untuk hidup. Klien juga
mengatakan mendengar bisikan yang menyuruhnya untuk menggaruk
lehernya dan membenturkan kepalanya ke tembok. Hasil pemeriksaan
TTV : TD 130/90 mmHg, HR : 110x/menit, RR : 21x/menit, T : 36,4ºC.
Tindakan yang dilakukan pertama kali yaitu restrain karena klien
berusaha untuk melukai dirinya sendiri. Klien mendapatkan terapi obat
lodomer 1 ml/IM, diazepam 2 ml/IM, Haloperidol 1,5 mg/oral. Setelah
dilakukan perawatan selama 7 hari diruangan kondisi klien tidak
mengalami perubahan yang signifikan sehingga dilakukan tindakan ECT
sesuai advice dokter. Setelah dilakukan tindakan ECT kondisi klien
mengalami perubahan seperti sudah dapat mengontrol dorongan
halusinasinya untuk tidak melukai dirinya sendiri dan mampu berinteraksi
dengan yang lain di ruangan.

Analisa kasus di atas :

1. Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri

2. Faktor Predisposisi : Setahun yang lalu klien merasa terpukul karena


kehilangan ayahnya.

3. Faktor Presipitasi : 2 minggu yang lalu klien mengalami kegagalan


dalam bercinta dan diputuskan oleh pacarnya.

4. Manifestasi klinis : berperilaku aneh, sering melamun, bicara sendiri,


berusaha melukai dirinya sendiri (leher) dengan arit dan sendok, luka
pada leher berwarna kemerahan, kulit terkelupas dengan panjang
luka 10 cm, berpenampilan kotor, rambut panjang dan kotor, tampak
bingung saat berkomunikasi.

5. Terapi farmakologi dan Non farmakologi : lodomer 1 ml/IM, diazepam


2 ml/IM, Haloperidol 1,5 mg/oral, ECT.

6. Tindakan keperawatan : Restrain, observasi TTV, latih SP 1 Resiko


Bunuh Diri dan SP 1 Halusinasi, menganjurkan istirahat.
7. Respon klien : klien dapat mengontrol dorongan halusinasinya untuk
tidak melukai dirinya sendiri dan mampu berinteraksi dengan yang
lain di ruangan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Resiko bunuh diri adalah suatu upaya seseorang menyakiti diri


sendiri untuk mengakhiri kehidupannya yang di sebabkan oleh faktor
predisposisi yaitu biologi, psikologis, ekonomi serta lingkungan dan faktor
presipitasi yang bisa bermacam-macam seperti pada kasus di atas yaitu
gagalnya membina hubungan percintaan. Dalam hal ini tindakan yang
dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko bunuh diri pada pasien
di atas adalah memberikan terafi farmakologi dan mengajarkan cara
untuk mengendalikan dorongan untuk bunih diri.
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Lapoan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaantindakan Keperawatan (LP & SP) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Stuart, G. W. (2013). Principles and practice of psychiatric nursing (10th ed.). St


Louis, Missouri: Elsever Mosby

17

Anda mungkin juga menyukai