Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

Orang yang sehat jiwanya adalah orang yang: merasa sehat dan bahagia, mampu

menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya (yaitu

dapat berempati dan tidak bersikap negative terhadap orang atau kelompok lain yang

berbeda), dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.1

Psikosis adalah gangguan jiwa yang memiliki prvalensi kecil dibandingkan

gangguan jiwa lainnya tetapi mempunyai beban penyakit yang cukup tinggi. Psikosis

merupakan gangguan jiwa yang termasuk dalam standar pelayanan minimal (SPM)

yang ditetapkan pada PERMENKES nomer 4 tahun 2019. Prevalensi psikosis perlu

dinilai untuk perencanaan kesehatan agar pemerintah dapat memperkirakan program

serta anggaran kesehatan yang baik dibidang kesehatan jiwa.2

Menurut Riskesdes prevalensi psikosis pada penduduk Indonesia secara

Nasional, per provinsi dan melihat sebaran psikosis antara perkotaan dan perdesaan.

Analisis ini merupakan analisis lanjut. Riskesdes dilaksanakan di 34 Provinsi, 514

Kabupaten dan Kota pada bulan Juli 2018.2 Jumlah blok sensus 29,824 dengan respon

rate 99,41% dan hasil prevalensi psikosis lebih tinggi di pedesaan dibandingkan di

perkotaan. Pada prevalensi psikosis provinsi yang memiliki kedudukan tertinggi adalah

Provinsi DI Yogyakarta, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Provinsi Jawa timur sendiri

memiliki nilai prevalensi psikosis, dimana sebaran di perkotaan sebesar 0,19% dan

perdesaan sebesar 0,18%, sehingga dapat terlihat bahwa prevalensi psikosis antara

perkotaan dan perdesaan memiliki nilai yang tidak jauh berbeda.2 Hasil dari analisis

tersebut dapar digunakan untuk perencanaan program kesehatan jiwa khususnya pada

tingkat nasional dan provinsi.

Dengan melihat hal tersebut, diharapkan dokter dapat berperan dalam

pencegahan, deteksi dini, terapi maupun rehabilitasi dari gangguan psikotik ini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Gangguan psikotik akut dan sementara adalah suatu perubahan dari keadaan

tanpa gejala psikotik ke keadaan psikosis yang jelas abnormal dalam periode 2

minggu atau kurang tanpa diketahui untuk berapa lama gangguan ini akan

berlangsung. Pembatasan waktu, biasanya dalam waktu 1-3 bulan dapat terjadi

remisi sempurna dan hanya sebagian kecil yang menetap.3

2.2 Epidemiologi

Menurut Riskesdes prevalensi psikosis pada penduduk Indonesia secara

Nasional, per provinsi dan melihat sebaran psikosis antara perkotaan dan perdesaan.

Analisis ini merupakan analisis lanjut. Riskesdes dilaksanakan di 34 Provinsi, 514

Kabupaten dan Kota pada bulan Juli 2018. Jumlah blok sensus 29,824 dengan

respon rate 99,41% dan hasil prevalensi psikosis lebih tinggi di pedesaan

dibandingkan di perkotaan. Pada prevalensi psikosis provinsi yang memiliki

kedudukan tertinggi adalah Provinsi DI Yogyakarta, Bali, dan Nusa Tenggara

Barat. Provinsi Jawa timur sendiri memiliki nilai prevalensi psikosis, dimana

sebaran di perkotaan sebesar 0,19% dan perdesaan sebesar 0,18%, sehingga dapat

terlihat bahwa prevalensi psikosis antara perkotaan dan perdesaan memiliki nilai

yang tidak jauh berbeda. Hasil dari analisis tersebut dapar digunakan untuk

perencanaan program kesehatan jiwa khususnya pada tingkat nasional dan

provinsi.2
2.3 Etiologi

Faktor psikodinamik yang harus diperhatikan di dalam kelompok gangguan

psikotik ini adalah stresor pencetus dan lingkungan interpersonal. Dalam

mengambil riwayat penyakit dan memeriksa pasien, klinisi harus memperhatikan

tiap perubahan atau stres pada lingkungan interpersonal pasien.Pasien rentan

terhadap kebutuhan psikosis untuk mempertahankan jarak interpersonal tertentu.

Seringkali, pelanggaran batas pasien oleh orang lain dapat menciptakan stres yang

melanda yang menyebabkan dekompensasi.4 Teori psikodinamika telah menyadari

adanya mekanisme menghadapi (coping mechanism) yang tidak adekuat dan

kemungkinan adanya tujuan sekunder pada pasien dengan gejala psikotik.5

Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada

pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau

psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres

berat, seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan,

sakit parah, kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat

memicu psikosis reaktif singkat.4,5

2.4 Kriteria Diagnosis

Menurut PPDGJ III, kriteria diagnostik untuk gangguan psikotik akut dan sementara
adalah sebagai berikut. 6

 Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang diberikan


untuk ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas yang dipakai ialah :
(a) Onset akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejala-gejala
psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan
dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode prodromal yang gejalanya
sering tidak jelas) sebagai ciri khas yang menentukan seluruh kelompok;
(b) Adanya sindrom yang khas (berupa “polimorfik” = beraneka-ragam dan
berubah cepat, atau “schizophrenia-like” = gejala skizofrenik yang khas);
(c) Adanya stress akut yang berkaitan (tidak selalu ada, sehingga dispesifikasi
dengan karakter ke 5; x.0=Tanpa penyerta stress akut; x1=Dengan penyerta
stress akut). Kesulitan atau problem yang berkepanjangan tidak boleh
dimasukkan sebagai sumber stress dalam konteks ini;
(d) Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung;
 Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria episode manik
(F30.-) atau Episode depresif (F32.,), walaupun perubahan emosional dan gejala-
gejala afektif individual dapat menonjol dari waktu ke waktu.
 Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis, delirium, atau demensia. Tidak
merupakan intoksikasi akibat penggunaan alkohol atau obat-obatan.

Diagnosis banding

1. Psikotik epilepsy
Psikotik epilepsy memunculkan gejala mirip skizofrenia dan seringkali
muncul akut yaitu 24 jam setelah onset kejang atau sering disebut post-ictal
psychosis. Umumnya muncul pada pasien dengan epilepsy lobus temporal.
Gejala psikosis yang sering muncul yaitu adanya paranoid, halusinasi dan ada
perubahan afek. Pasien seringkali agresif dengan melakukan kekerasan. Gejala
psikosis bisa bertahan 9-10 hari.7

2. Gangguan mental perilaku akibat penggunaan zat tertentu


Penggunaan zat seperti amfetamin, halusinogen, kokain, barbiturat,
belladonna alkaloid, alcohol halusinosis. Psikosis yang dipicu oleh pemakaian
zat contoh kokain, timbul pada hampir 50% pengguna. Gejala predominannya
yaitu halusinasi dan delusi. Halusinasi auditorik yang umumnya muncul. Dapat
pula ditemukan sensasi seperti serangga merayap di bawah kulit. Psikosis yang
dipicu oleh pemakaian halusinogen dapat memunculkan gejala yang menyerupai
reaksi panik akut yang kadang dapat menghasilkan gejala psikotik. Gangguan
psikosis yang dipicu oeh konsumsi ganja biasanya memunculkan ide paranoid
sementara. Lain halnya lagi, kurang lbeih sekitar 3% pengguna alkohol berat
mengalami halusinasi pendengaran atau waham paranoid. Halusinasi pedengaran
biasanya berupa suara yang seringklai tidak terstruktur. Suara tersebut bisa
secara khas memfitnah, mencela, ataupun mengancam. Halusinasi tersebut
biasanya berlangsung kurang drai 1 minggu.8

3. Gangguan psikotik residual atau onset lambat 6


Mengacu pada PPDGJ III, onset dari gangguan ini biasanya secara
lnagsung berkaitan dengan pengunaan alcohol atau zat psikoaktif dan telah
berlangsung melampaui janga waktu khasiat zat psikoaktif.

Manifestasi Klinis
Pada psikotik akut dan sementara ditandai oleh munculnya gejala psikosis.
Psikosis didefinisikan sebagai suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa
kenyataan (“sense of reality”). Psikosis ditandai dengan terganggunya pola
hidup perasaan (afek dan emosi), proses berpikir, psikomotorik dan kemauan
sehingga tidak sesuai dengan kenyataan. 9
Berikut ini rincian tanda-tanda psikosis :
a. Gangguan Pikiran
- Gangguan proses pikir
Gangguan proses pikir yang muncul yaitu asosiasi longgar, jika parah
berupa inkoherensi. Lainnya dapat berupa neologisme, mutisme,
blocking.9,10
- Gangguan isi pikir
Gangguan isi pikir dapat berupa waham. Waham merupakan suatu
kepercayaan palsu yang menetap yang tidak sesuai dengan fakta dan
kepercayaan.9,10
b. Gangguan Persepsi
Gangguan persepsi yang muncul pada psikosis yaitu halusinasi. Halusinasi
yang paling seirng ditemui berupa halusinasi pendengaran dalam bentuk
suara manusia, bunyi barang atau, siulan.9,10
c. Gangguan afek
Psikosis bisa memunculkan afek tumpul atau datar, afek tidak serasi atau
afek labil. 9,10
d. Gangguan psikomotor
Gejala psikomotor yang dapat muncul yaitu perilaku aneh dan tidak sesuai
berupa perilaku agresif, reaksi terhadap lingkungan berkurang atau tidak ada
sama sekali, mempertahankan postur aneh, atau menentang/melakukan
perilaku yang berlawanan dengan apa yang disuruh. 9,10

2.5 Klasifikasi 6
Gangguan Psikotik Polimorfik Akut tanpa Gejala Skizofrenia (F23.0)
 Untuk diagnosis pasti harus memenuhi :
(a) Onset harus akut (dari suatu keadaan nonpsikotik sampai keadaan psikotik
yang jelas dalam kurun waktu 2 minggu atau kurang);
(b) Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham yang berubah dalam jenis
dan intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama;
(c) Harus ada keadaan emosional yang sama beraneka ragamnya;
(d) Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam, tidak satupun dari gejala itu ada
secara cukup konsisten dapat memenuhi kriteria skizofrenia (F20.-) atau
episode manik (F30.-) atau episode depresif (F32.-)

Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala Skizofrenia (F23.1)


 Memenuhi kriteria (a), (b), dan (c) diatas yang khas untuk gangguan piskotik
polimorfik akut (F23.0);
 Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia
(F20.-) yang harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak munculnya
gambaran klinis psikotik itu secara jelas;
 Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan maka
diagnosis harus diubah menjadi skizofrenia (F20.-)

Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia Akut (F23.2)


 Untuk diagnosis pasti harus memenuhi :
(a) Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari suatu keadaan
nonpsikotik menjadi keadaan yang jelas psikotik);
(b) Gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus sudah
ada untuk sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran klinis yang
jelas psikotik;
(c) Kriteria untuk psikosis polmorfik akut tidak terpenuhi
 Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk kurun waktu lebih dari 1 bulan
lamanya, maka diagnosis harus diubah menjadi skizofrenia (F20.-)
Gangguan Psikotik Akut Lainnya dengan Predominan Waham (F23.3)
 Untuk diagnosis pasti harus memenuhi :
(a) Onset gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari suatu keadaan
nonpsikotik menjadi keadaan yang jelas psikotik);
(b) Gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus sudah
ada untuk sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran klinis yang
jelas psikotik;
(c) Baik kriteria untuk skizofrenia (F20.-) maupun untuk gangguan psikosis
polimorfik akut (F23.-)tidak terpenuhi
 Kalau waham-waham menetap untuk lebih dari 3 bulan lamanya, maka
diagnosis harsu diagnosis diubah menjadi Gangguan Waham Menetap (F22.-).
Apabila hanya halusinasi yang menetap untuk lebih dari 3 bulan lamanya, maka
diagnosis harus diubah menjadi Gangguan Psikotik Nonorganik Lainnya (F28).

Gangguan Psikotik Akut dan Sementara Lainnya (F23.8)


Gangguan psikotik akut lain yang tidak dapat diklasifikasi ke dalam kategori
manapun dalam F23.

Gangguan Psikotik Akut dan Sementara YTT (F23.9)


2.6 Tatalaksana

1. Farmakoterapi

Terapi utama untuk psikotik akut dan sementara adalah antipsikotik dan obat

antiansietas seperti golongan benzodiazepine. Pemberian obat antipsikotik dapat

mempertimbangkan dari gejala yang muncul apakah gejala yang cenderung

ditunjukan oleh pasien adalah gejala positif atau kah gejala negatif. Obat antipsikotik

yang dapat digunakan terutama untuk gejala positif adalah antipsikotik tipikal

misalnya :

a. Haloperidol 2-5 mg dapat diberikan 1 hingga 3 kali sehari

b. Chlorpromazine 100-200 dapat diberikan 1 sampai 3 kali sehari


Dosis yang diberikan harus dimulai dari dosis yang kecil untuk mengurangi

efeksamping yang mungkin akan muncul dengan pemberian dosis tinggi, walaupun

beberapa pasien mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi. Peberian obat

antiansietas dapat dipertimbangkan untuk diberikan bersamaan dengan obat

neuroleptika untuk mengendalikan keluhan agitasi akut. Obat anti ansietas yang

dapat digunakan misalnya Lorazepam 1-2 mg dan dapat diberikan 1 hingga 3 kali

sehari. Pemberian obat antipsikotik dapat diberikan sekurang-kurangnya selama 3

bulan walaupun gejala sudah menghilang.

2. Psikoterapi

Psikoterapi individual, kelompok dan keluarga mengatasi stressor dan episode

psikotik untuk mengembalikan harga diri dan kepercayaan. Psikoterapi pada pasien

dan keluarga dapat dengan cara :

a. Bantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan dengan pengobatan

psikiatrik antara lain : hak pasien, kewajiban dan tanggung jawab keluarga dalam

pengobatan pasien

b. Dampingi pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak dengan

stressor

c. Motivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari-hari setelah gejala membaik

d. Bantu keluarga untuk mengatasi stigma yang mungkin muncul di masyarakat

2.7 Prognosis

Perjalanan penyakit gangguan psikotik akut dan sementara adalah kurang dari satu

bulan. Pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik akut dan sementara memiliki

prognosis yang baik. Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa hari.

Kadang-kadang, gejala depresif mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh diri adalah

suatu keprihatinan pada fase psikotik maupun fase depresif pascapsikotik. Sejumlah
indikator telah dihubungkan dengan prognosis yang baik. Pasien dengan ciri-ciri

tersebut memiliki kemungkinan kecil untuk kemudian menderita skizofrenia atau suatu

gangguan mood.

Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik singkat

1. Penyesuaian premorbid yang baik

2. Sedikit trait schizoid pramorbid

3. Stressor pencetus yang berat

4. Onset gejala mendadak

5. Gejala afektif

6. Konfusi selama psikosis

7. Sedikit penumpulan afektif

8. Gejala singkat

9. Tidak ada riwayat keluarga yang skizofrenik


BAB III

KESIMPULAN

Gangguan psikotik akut adalah semua kondisi yang menunjukan adanya hedaya

yang berat dalam daya nilai realitas, baik dalam perilaku individu saat ini maupun

dalam perjalanan penyakitnya. Diagnosis psikotik akut dapat ditegakkan jika onset

penyakitnya akut yaitu dalam masa 2 minggu atau kurang, dapat berupa gejala yang

beragam dan dapat berubah secara cepat atau gejala skizofrenik yang khas, adanya

stress akut yang berkaitan dan gangguan berlangsung tanpa diketahui berapa lama

perjalanan penyakitnya dan tidak adanya penyebab organik. Penatalaksanaan yang dapat

dilakukan pada pasien dengan psikotik akut adalah terapi farmakologis dengan

pemberian antipsikotik dan anti ansietas. Selain terapi farmakologi dapat diberikan

psikoterapi baik pada pasien maupun pada orang-orang yang terdekat dengan pasien

seperti keluarga maupun teman pasien. Prognosis pasien dengan psikotik akut umumnya

baik jika onsetnya yang akut dan terapi yang diberikan segera mungkin.

Anda mungkin juga menyukai