: PENGGEMUKAN KELINCI MUDA UNTUK PRODUKSI FRYER
DENGAN KEPADATAN KANDANG YANG BERBEDA
(Fattening of the Young Rabbits for Fryer Production
with Different Stocking Density)
SKRIPSI
NINA KURNIAWATI
JURUSAN ILMU PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2001Kanye heoil ini hapersenbahhan untah yang terrayang Bapak, Mama Cha,
Mama buck, Mang Adang Vers, A Rahay, A Hef,
Eva dan GaueRINGKASAN
Nina Kurniawati. D01496026. 2001. Penggemukan Kelinci Muda untuk Produksi
Fryer dengan Kepadatan Kandang yang Berbeda. Skripsi, Jurusan Ilmu Produksi
rernak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama: Dr, Drh, H. Rachmat Herman, MVSe.
Pembimbing Anggota Ir. Maman Duldjaman, MS
Kelinci muda hasil penggemukan merupakan salah satu sumber protein hewani
Penggemukan kelinci mada dengan tingkat kepadatan kandang yang berbeda akan
mempengaruhi pertumbuhannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari
pertumbuhan, konsumsi bahan kering, konversi pakan dan lama penggemukan dengan
tingkat kepadatan kandang yang berbeda.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Ruminansie Kecil,
Fekultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, dimulai sejak tanggal 20 Februari sampai
dengan tanggal 15 Juli 2000. Temak yang digunakan adalah kelinci sapihan berumur
sekitar delapan minggu sebanyak 16 ekor dengan bobot hidup sekitar 630 — 1310
gram dengan rataan 966,875 + 231,840 gram yang ditempatkan dalam lima_buah
kandang secara acak, Perlakuan | (Pi) sebanyak 2 ekor/kandang (4 ekor/m?) dan
perlakuan (P2) sebanyak 4 ekor/kandang (8 ekor/m*), Perlakuan | terditi atas dua
ulangan dan perlakuan 2 terdiri atas tiga ulangan
Peubah yang diukur adalah bobot awal, pertambahan bobot hidup, konsumsi bahan
kering per hari, konversi pakan, bobot akhir dan lama penggemukan, Rancangan
penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Pengaruh
perlakuan dipelajari dengan Analisis Kovarian (Peragam),
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan kandang baik Pl (4 ekor/m?)
maupun P2 (8 ekor/m*) tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot hidup,
konsumsi bahan kering pakan, Konversi pakan dan bobot akhir. Oleh karena itu dengan
pemeliharaan kelinci sebanyak (8 ekor/m?) dapat meningkatkan keefisienan penggunaan
kandang sehingga menguntungkan untuk mengurangi biaya produksi, akan tetapi waktu
untuk mencapai bobot potong pada P2 (8 ekar/m?) lebih panjang yaitu rata-rata 92 hari.SUMMARY
Nina Kurniawati, D01496026. 2001. Fattening of the Young Rabbits for Fryer
Production with Different Stocking Density. Thesis. Technology of Animal
Production Study Program. Faculty of Animal Husbandry. Bogor Agricultural
University,
Major Advisor —_: Dr. Drh. H. Rachmat Herman, MVSe.
Member Advisor: Ir. Maman Duldjaman, MS.
Young rabbits from fattening production are one of animal protein resource
Fattening the young rabbits with different stocking density will effect individual growth,
The main objective of this study is to study growth, dry matter intake, feed conversion
and period of fattening with different stocking density.
This research was conducted in Small Ruminant Laboratory of Animal Production
Science, Faculty of Animal Husbandry, Bogor Agricultural University A total of 16
weanling rabbits weighed 630 — 1310 gram with average weight 966,875 + 231,840
gram were used in this study, Weanlings were placed randomly in two pen treatments,
whereas P1 (4 rabbits/m’) or pen stocked with 2 rabbits consist of two replications and
P2 (8 rabbits /m*) or pen stocked with 4 rabbits which consist of three replications.
Individual traits recorded were initial and final body weight and gain, daily dry
matter intake, feed conversion and period of fattening, This research was conducted in
Randomized Complete Design (RAL). Obtained was estimated by the Covarian
Analysis
The result for Pl VS P2 comparisons show no significant differences in gain of
weight, dry matter intake and conversion. However, rearing rabbits in P2 could increase
efficiency in pen rearing system, thus lessen productional cost, Nevertheless average
time needed for rabbits in P2 to obtain finisher weight is longer (92 days)PENGGEMUKAN KELINCI MUDA UNTUK PRODUKSI FRYER
DENGAN KEPADATAN KANDANG YANG BERBEDA
(Fattening of the Young Rabbits for Fryer Production
with Different Stocking Density)
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
Oleh
NINA KURNIAWATI
01496026
JURUSAN ILMU PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2001PENGGEMUKAN KELINCI MUDA UNTUK PRODUKSI FRYER
DENGAN KEPADATAN KANDANG YANG BERBEDA
(Fattening of the Young Rabbits for Fryer Production
with Different Stocking Density)
Oleh :
NINA KURNIAWATI
101496026
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 8 Juni 2001
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
SQ] Mem
Dr. Drh. H. Rachmat Herman, MVSe Ir. Mjman Duldjaman, MS.
Ketua Jurusan imu Produksi Ternak Dekan
Fakultas Peternakan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor Institut Pertanian Bogor
maby
——— 7 :
Dr. Ir. Rarah Ratih A.M., DEA Prof. Dr- Ir, H. Soedarmadi H.,MSeRIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 22 Desember 1977 di Bandung, Jawa Barat,
sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak F, Fachrudin dan Ibu
Eha.
Tahun 1984, penulis masuk SD Negeri Galuh XXI Ciamis, Pada tahun 1990
melanjutkan studi ke SMP Negeri Baregbeg, Ciamis dan pada tahun 1993
melanjutkan ke SMA Negeri 2 Ciamis dan lulus pada tahun 1996.
Pada tahun 1996, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan memilih Jurusan Iimu Produksi Ternak,
Program Studi Teknologi Produksi Ternak.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti kegiatan organisasi
Poultry Club (HIMAPROTER) selaku bendahara periode kepengurusan 1998 — 1999,
Untuk mendapatkan gelar Sarjana Peternakan, penulis menyelesaikan tugas akhir
cengan melakukan penelitian yang berjudul “Penggemukan Kelinci Muda untuk
Produksi Fryer dengan Kepadatan Kandang yang Berbeda “,PRAKATA
Assalamuataikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnnya kepada Dr. Drh. H. Rachmat Herman, MVSc sebagai pembimbing utama
dan Ir. Maman Duldjaman, MS sebagai pembimbing anggota yang telah memberikan
bimbingen dan arahannya selama penelitian, sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan. Terima kasih juga kepada Ir, Bambang Pangestu, MS sebagai dosen
penilai seminar, Dr. Ir. H. Tantan R. Wiradarya, MSc, dan Ir. Didid Diapari, MS
sebagai penguji ujian sidang yang telah memberikan kritik dan saran kepada
penulis serta Ir. Salundik, MSi sebagai panitia ujian sidang.
Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
ada di Pondok Kemuning, dan TPT — 33 atas kebersamaannya serta semua pihak
yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu,
Assalarnuataikum Wr. Wo.
Wassalam
Penulis,DAFTAR ISI
RINGKASAN ......
SUMMARY
RIWAYAT HIDUP
PRAKATA,
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL.
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Potensi Ternak Kelinci
Pertumbuban......
Kebutuhan Zat Makanan untuk Pertumbuhen.
Kepadatan Kandang,
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Materi
Terak
Kandang dan Peralatan.
Pakan,
Halaman
ii
iy
u
14
14
18Metode
Persiapan Kandang
Perlakuan
Peubah yang Diamnati
Rancangan Percobaan......
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Umum
Pertambahan Bobot Hidup.
Konsumsi Pakan
Konversi Pakan.....
Bobot Akhir dan Lama Penggemukan,
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan......
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN se
15
15
16
v7
v7
18
20
23
24
25
26
26
27
30DAFTAR TABEL
‘Nomor
Teks
1, Komposisi Kimia Daging dari Berbagai Jenis Ternak.
2. Kebutuhan Zat Makanan untuk Kelinci Muda
3. Persentase Kandungan Zat Makanan Ransum Ayam Broiler Finisher
PT. Welgro Feedmill Indonesia
4, Data Hasil Pengamatan secara Keseluruhan,
5. Ratan Bobot Awal, Bobot Akhir dan PBHHerian
6. Analisis Kovarian PBHHarian (Y), Konsumsi dan Konversi Pakan (Y)
terhadap Bobot Awal (X) yang Sama
7. Ratean Konsumsi Bahan Kering Pakan selama Penggemukan.
8. Rataen Konversi Pakan selama Penggemukan
Halaman
15
wldDAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
1. Contoh Perhitungan Analisis Kovarian PBHHarian (Y) terhadap
Bobot Awal (X) yang Sama 30
2. Analisis Kovatian PBHHarian (Y) terhadap Bobot Awal (X)
yang Sama 31
3. Analisis Kovarian Konsumsi Bahan Kering Pakan (Y) teidap
Bobot Awal (X) yang Sama. 33
4, Analisis Kovarian Konversi Pakan (¥) tezhadap Bobot Awal 0)
yang sama verses 34
3. Analisis Kovarian Bobot Akhit “) ‘ead Bobot Awal (X)
yang Sama rh 35PENDAHULUAN
Latar Belakang
Krisis moneter di Indonesia sampai saat ini belum berakhir sehingga akan
berdampak pada perkembangan perekonomian, khususnya penyediaan pangan. Oleh
karena itu untuk menghadapi kekurangan penyediaan bahan makanan akibat
pertambahan penduduk yang semakin meningkat, maka perlu adanya peningkatan
produksi pangan sebagai sumber gizi bagi keluarga yang perlu ditunjang dengan
pengetahuan yang cukup bagi peternak
Salah satu usaha untuk meningkatkan sumber gizi keluarga sebagai pemenuhan
kebutuhan sumber protein hewani adalah kelinci, Hewan ini berukuran keeil, mampu
berkembang biak dengan cepat, dapat memanfaatkan bahan pakan dari berbagai jenis
hijauan, sisa dapur dan hasil sampingan produk pertanian, Temak ini juga dipilih
sebagai penghasil daging bagi keluarga karena mudah dalam pemeliharaannya, tidak
menimbulkan bau, tidak ribut, mudah dalam pemberian pakan dan kualitas dagingnya
ccukup baik.
Pemeliharaan kelinci mempunyai potensi yang baik walaupun tidak lepas dari
berbagai hambatan, terutama penyakit. Produksi karkas kelinci muda sapihan (fryer)
hasil penggemukan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan kebutuhan
protein hewani dengan tujuan agar dalam waktu yang singkat sudah dapat disembelih
atau dijual, Dalam proses penggemukan dengan tingkat kepadatan kandang yang,
berbeda akan mempengaruhi pertumbuhannya.TUSUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan, Kkonsumsi bahan
kering, konversi pakan, bobot akhir dan lama penggemukan dengan tingkat kepadatan
kandang yang berbeda.TINJAUAN PUSTAKA
Potensi Ternak
Kelinci (Oryetolagus cuniculus) merupakan hewan mamalia dengan potenst
penghasil daging yang baik, Produksinya di beberapa negara telah berkembang
menjadi industri ternak yang besar (Cheeke ef al, 1982). Di Spanyol misalnya,
produksi dagingnya mencapai 110 juta kg per tahun yang sama jumlahnya dengan
produksi daging domba (De Blas ef al,, 1983). Hewan ini juge dapat berkembang
biak dengan cepat, mudah dipelihara, tidak membutuhkan biaya yang besar
(Rismunandar, 1981) sebagai sumber protein, bahan untuk kerajinan tangan maupun
industri (Rismunandar dan Sarwono, 1981).
Manfaat yang berarti dari daging kelinci terlihat pada komposisi karkas yang
rendah akan lem, Kolesterol dan garam (Farrell dan Rabatjo, 1984), selain itu juga
kalorinya tinggi (Templeton, 1968), Oleh Karena itu, untuk mencapai keberhasilan
dari pengembangan ternak ini maka harus dilakukan peningkatan mutu genetik, baik
melalui seleksi maupun persilangan dengan bibit unggul ( Owen, 1976). Salah satu
faktor penunjang bagi pengembangannya yaitu mampu memanfaatkan bahan sisa
sayur dari dapur, limbah pertanian dan hasil ikutan pabrik seperti dedak dan bungkil
kelapa.
Pengembangan usaha ternak kelinci di Indonesia mulai tampak meskipun belum
adanya peningkatan secara berarti, Sebagian besar peternak memanfaatkannya untuk
dipotong guna memenuhi kebutuban akan protein hewani, Bangse kelinci yang
banyak dipelihara adalah Kelinci impor, seperti New Zealand White, Angora danFlemish Giant, Kelinci pedaging ini dapat mencapai bobot potong dua kg pada umur
delapan minggu dengan tingkat pertumbuhan sebesar 40 gram per hari dan hasil
karkasnya antara 50-60 % dari bobot hidup (Rao ef al., 1977).
Kelinci mempunyai beberapa Keunggulan sebagai penghasil daging. Menurut
Cheeke (1980) potensi biologisnya adalah dapat diberi banyak hijauan dan sedikit
biji-bijian yang tidak bersaing dengan manusia, keefisienan dari paken tetap tinggi
walaupun ransumnya berhijauan tinggi, derajat keragaman genetiknya antar dan
dalam bangsanya tinggi, dapat dipelihara baik dalam skala kecil maupun skala besar
dan laju pertumbubannya cepat, Hewan ini mempunyai kemampuan untuk hidup
dalam habitat sangat berbeda mulai dari padang pasir hingga daerah subtropis, akan
tetapi berkembang biak paling baik di daerah beriklim sedang (Smith dan
Mangkoewidjojo, 1988)
Pada pemeliharaan selama periode pertumbuhan yang cepat antara penyapihan
sampai pemotongen, Kelinci harus mendapatkan pakan yang cukup. Farrell dan
Raharjo (1984) menyatakan bahwa hewan ini mampu mencapai bobot lebih dari dua
kg pada umur delapan minggu, dengan keefisienan penggunaan pakan yang baik
‘walaupun menggunakan ransum dengan kedar hijauan yang tinggi. Di negara Bropa ,
kelinei secara intensif dipelihara untuk produksi daging. Hewan ini dipelibara dalam
Kandang secara individu pada induk atau kelompok yang berubah-ubah ukurannya
pada anak sapihan. Kelinci muda biasanya disapih pada umur 32 hari (& 2 hari) dan
digemukkan sampai umur 10 minggu dengan bobot hidup yang dicapai sekitar
2,3 - 2,5 kg (Morisse dan Maurice, 1996).Karkas kelinci muda hasil penggemukan dikenal dengan nama fryer.
Berdasarkan peraturan pemerintah USA, USDA (1964) mendefinisikan fryer sebagai
karkas kelinct muda yang memiliki bobot tidak kurang dari 0,7 kg dan tidak lebih
dari 1,6 kg serta berumur kurang dari 12 minggu. Bobot karkas tersebut diperoleh
dari kelinei yang memiliki bobot hidup kira-kira 1,36 kg sampai 2,70 kg (Gillespie,
1996 ; USDA,1964 ; Herman, 1989). Menurut ARBA (1998), fryer’ didefinisikan
sebagai karkas kelinci muda yang empuk, berisi, dengan bobot hidup rata-rata sekitar
2,3 kg (5 Ib) dan umur tidak boleh lebih dari 12 minggu. Fryer ini akan mencapai
bobot hidup rata-rata per minggu sekitar 0,1kg (1/4 Ib) dengan rasio konversi
pakan adalah 4; 1 (4 Ibs atau 1,8 kg pakan pellet untuk memproduksi 1 lbs atau 0,45
kg daging).
Rismunandar (1981) menyatakan, hasil utama dari kelinci adalah daging, selain
kulit dan bulu. Dagingnya berserat halus seperti daging ayam, bergizi tinggi dan
lezat. Kadar proteinnya tinggi, kadar lemaknya rendah dan kalorinya tinggi
(Templeton, 1968), Pete ef al. (1980) menyatakan, bahwa daging kelinci kadar
lemaknya sedikit, yaitu sekitar 7,4 % sehingga biaya per satuan pertambahan bobot
lebih rendah. Komposisi kimia daging dari berbagai ternak terdapat pada Tabel 1Tabel 1. Komposisi Kimia Daging dari Berbagai Ternak
Daging Protein Lemak Kadar Air Energi
Temnak %) (%) %) (MIKG)
Kelinci 20,8 10,2 67,9 7,3
Ayam 20,0 11,0 67,5 15
Anak Sapi 18,8 14,0 66,0 84
Kalkun. 20,1 22,0 58,3 10,9
Sapi 16,3 28,0 55,0 13,3
Domba 15,7 27,7 55,8 13,1
Babi 119 45,0 42,0 18,9
‘Sumber. Shaver dalam Farrell dan Raharjo (1984)
Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan peningkatan bobot hidup sejak konsepsi sampai hewan
tersebut dewasa. Lajunya paling cepat dimulai sejak lahir sampai dengan massa
pubertas dan setelah itu, kecepatannya berkurang (Lovett, 1986).
Proses pertumbuhan ada dua aspek penting yang berkaitan erat, yaitu pertambahan
massa tubuh per satuan waktu yang disebut pertumbuhan dan perubahan bentuk serta
komposisi tubuh hewan sebagai akibat dari adanya perubahan relatif yang berbeda
antara komponen tubuh yang disebut pertumbuhan-perkembangan (Hammond, 1960).
Seperti hewan menyusui lainnya, kelinci mengalami pertambuhan sejak dalam
kandungan (prenatal) dan setelah lahir (postnatal). Menurut Lang (1981), embrio
kelinci mengalami pertumbuhan yang sangat cepat, sejak awal pembuahan dan
secara kontinu kecepatannya tinggi hingga anak kelinci berumur 10 — 12 minggu.
Foetus yang berumur 16 hari setelah pembuahan mempunyai bobot 11 gram dan
bobot ini bertambah menjadi 60 gram saat dilahirkan. Kurva pertumbuhan mulai
6datar. Menurut Ensminger ef al. (1990), pertumbuhan kelinci membutubkan energi
metabolisme 2400 kkal, lemak 3 %, protein kasar 15% dan serat kasar 14 %,
Titus dan Fritz (1971) menyatakan, laju pertumbuhan dipengaruhi oleh spesies,
individu, jenis kelamin, umur hewan, pemberian ransum yang cukup dan jumlah
rangum yang dikonsumsi. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan
kelinci lepas sapih adalah faktor genetik, subu lingkungan, stres sosial, kemampuan
beradaptasi dengan lingkungan dan jumlah pakan (Hafez dan Dyer, 1969 ; Lebas ef
al, 1986)
Selama periode pertumbuhan, sejak penyapihan hingga pemotongan (Lebas ef
al,, 1986), merupakan fase yang paling efisien dalam mengkonversikan pakan untuk
mencapai bobot hidup yang diinginkan, Oleh karena itu, bila pakan yang disajikan
jumlah kandungan protein, vitamin dan mineralnya mencukupi, hewan akan menjadi
gemuk (Sugeng, 1993).
Menurut USDA (1964), anak akan tumbuh lebih cepat selama masih berada di
dalam kandang bersama induknya sampai berumur delapan minggu. Selama dalam
proses pertumbuhan, ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor
genetik, pemberian pakan, suhu dan lingkungan (Sugeng, 1993, Smith dan
Mangkoewidjojo,1988; Templeton, 1968).Kebutuhan Zat Makanan untuk Pertumbuhan
Kelinci termasuk hewan herbivora yang mempunyai kemampuan mencerna serat
kasar yang tinggi, Selain itu juga dapat mengkonsumsi biji-bijian, hay dan pekan
tersebut diperoleh dari tanaman atau dalam bentuk pellet (NRC, 1977). Bahan pakan
yang, sering diberikan pada ternak ini adalah hijauan, terutama rerumputan. Pilihan
bahan utamanya tergantung pada tersedianya bahan-bahan pakan di tempat usaha
petemakan dilaksanakan (Subroto, 1980 ; Sarwono, 1981). Hasil_penelitian
Sudaryanto (1984), hijauan yang paling baik untuk dikonsumsi oleh kelinci adalah
hijauan ketela rambat dan rumput lapangan Karena mempunyai palatabilitas yang
tinggi
Tujuan pemberian pakan adalah untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan
dalam memproduksi daging, kulit dan bulu (Templeton, 1968). Pemberiannya harus
memperhatikan jumlah pakan yang tersedia dan kualitasnya, Menurut Smith dan
Mangkoewidjojo (1988), kualitas pakan merupakan faktor penting yang
mempengaruhi kemampuennya untuk mencapai kemampuan genetik untuk
pertumbuhan, pembiaken, umur produktif maupun reaksi terhadap_ perlakuan.
Apebila teak tersebut diberikan ransum yang berkualitas balk, maka
pertumbubannya akan lebih cepat dan dapat mencapai bobot hidup tertentu pada
‘umur yang lebih awal.
Banyaknya pakan yang diberikan pada kelinci tergantung pada bobot hidupnya.
Menurut Templeton (1968) kebutuhan bahan kering ransum per ekor per hari untuk
ternak yang sedang tumbuh atau induk sedang menyusui dan betina atau jantandewasa adalah 6,7 dan 5,8 %dari bobot hidupnya. Kebutuhan pakannya tergantung
pada zat mekanan, bahan makanan serta tujuan pemeliharaannya. Kebutuhan zat
makanan untuk kelinci yang sedang tumbuh terdapat pada Tabel 2
‘Tabel 2. Kebutuhan Zat Makanan Kelinci Muda
Zat Makanan| Sumber
qa (2) 8) (4)
a=
Protein 12-15 16 16 16-20
Lemak 2-35 2 3 5-10
Serat Kasar 20-27 10-12 14 10-20
Abu 5-65 3
‘Sumber 1). Templeton (1968)
2), NRC (1977)
3). Lebas ef al. (1986)
4), Smith dan Mangkoewidjojo (1988)
Pemberian pakan pada seekor ternak harus diperhitungkan jumlah pakan yang
iberikan, Jumlah pemberian ransum dapat diperkirakan berdasarkan kebutuhan
bahan Kering (Sutardi, 1981), Pakan tersebut harus mengandung karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral (Wahyu, 1978).
Konversi pakan merupakan perbandingan entara jumlah pakan yang dikonsumsi
untuk menghasilkan 1 kg bobot hidup. Rata-rata konversi pakan untuk produksi
daging kelinci adalah 3 : 1 (3 kg pakan untuk 1 kg bobot hidup). Hal ini akan
berkurang dengan bertambahnya umur, terutama setelah umur 10 minggu.
Keuntungan ekonomi yang baik adalah sangat penting untuk produksi ternak tersebut
sehingga waktu untuk mencapai bobot potong lebih pendek (Church, 1991).Meskipun kelinci Kurang mampu mencerna serat kasar dengan efisien, namun
temyata serat kasar merupakan zat gizi dalam paken yang paling esensial untuk
kehidupannya. Jika pakan yang mengandung serat tinggi diberikan pada Kelinci
muda pada saat beranak pertama, akan menurunkan bahan-bahan kimia dan energi
dalam tubuh pada saat akhir laktasi (Xiccato ef al., 1999)
Protein sangat diperlukan untuk semua ternak bagi pertumbubannya. Jumlahnya
tergantung pada proses-proses fisiologis dari ternak pada saat tersebut. Asam-asam
amino essensial harus disediakan dalam ransum sesuai dengan kebutuhan (Parakkasi,
1983). Kebutuhan asam amino essensial yang terkandung dalam protein pada ransum
sekitar 15 — 16 % dan 17 ~ 18 % asam amino essensial yang seimbang untuk kelinci
yang sedang tumbuh (Lebas ef ai., 1986).
Pada kelinci penggunaan konsentrat yang mengandung protein hewani nyata
dapat meningkatkan laju pertumbuhan dibandingkan tanpa pemberian konsentrat
Terdapat kecenderungan bahwa, pada semua konsentrat semakin tinggi kendungan
proteinnya maka semakin tinggi pula laju pertumbubannya, masing-masing 14
g/ckor/hari untuk konsentrat 14 %, 16 g/ekor/hari untuk konsentrat 18 % dan 19
glckor/bari untuk Konsentrat 22 %, Keefisienan penggunaan ransum yang
mengandung protein tinggi lebih efisien dibandingkan dengan ransum yang
mengandung protein rendah (Soeharsono, 1979).
Cheeke ef al, (1982) menyatakan, ada dua cara pemberian pakan, yaitu secara ad
libitum dan pemberian paken terbatas, Pada fase pertumbuhan pemberian pakan
dilakukan secara ad libitum yang berupa biji-bijian dan rumput kering atau konsentrat
10(Lebas ef al. 1986). Menurut Templeton (1968), pemberian ransum untuk kelinci
dapat diberikan hijauan sebesar 65 % dan konsentrat sebesar 35 % dari ransum.
Kepadatan Kandang
Produksi kelinci merupakan suatu sistem pemeliharaan yang lebih intensif
daripada jenis ternak lain dalam produksi peternakan, Suatu percobaan untuk
mengurangi permintaan jumlah tenage Kerja, Pusat Penelitian Kelinci melakukan
penelitian tentang kemungkinan adanya peningkatan pemasaran ternak tersebut pada
kandang yang luas. Oleh Karena itu, dilakukan penggemukan kelinci secara
berkelompok pada kandang yang Iuas untuk mengurangi biaya tenaga Kerja dan
memperbaiki efisiensi secara keseluruhan (Harris ef al, 1981), Tingginya kepadatan
kandang aken mempengeruhi performa dan menambah jumlah kemetian, Hal ini
tergantung pada jumlah temaknya per kandang (Prawirodigdo ef al., 1985).
Kelinci lepas sapih biasanya dipelihara dalam kandang kelompok, akan tetapi
pada batas tertentu akan meningkatkan mortalitas (Sartika dan Raharjo, 1990)
Kandang penyapihan pada teak tersebut tidak dapat ditetapkan ukurannya.
Kepadatan kandang yang maksimum adalah 6 ekor/m®, Jika kepadatan kandang
ditambah tanpa mengurangi performa dan menambah angka mortalitas, maka
peternak akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi (Maertens dan De Groote,
1984)
Pada kelinci New Zealand White yang mempunyai tujuan utama untuk produksi
daging yang dipelibara sampai umur < 2,5 bulan, menunjukkan kepadatan kandang
Wyang menunjang penampilan produksi temak terbaik adalah 14,4 ekor/m? atau sekitar
10 ekor/0,7m? dengan pertambahan bobot hidup sebesar 40,5 g/ekor/hati dan konversi
pakan sebesar 2,7 (Prawirodigdo er a/,, 1985). Pada Kelinci Rex, dengan tujuan
utamanya adalah untuk produksi kulit bulu, Kelinci sapihan pada masa grower,
sebaiknya kelinci dikandangkan secara berkelompok dengan kepadatan kandang
sebesar 13,34 ekor/m* agar tidak terlalu banyak kerusakan bulu yang terjadi sebelum
akhirnya dikandangkan secara individu pada umur 3 — 3,5 bulan (Sartika dan
Raharjo,1990). Kesejahteraan ternak akan bertambah baik jika kepadatan kandang
tidak melebihi bobot 40 kg/m? (16 ekor/m?) (Morrise dan Maurice, 1996).
Menurut Maertens dan De Groote (1984), kepadatan kandang sebesar 11,6; 15,4;
19,3 dan 23,2 ekor/m?, dengan konsumsi pakan masing-masing 102,5; 98,2; 99,4 dan
97.1 gram dengan kepadatan terus bertambah naik. Hal ini terlihat bahwa semakin
padatnya teak di dalam kandang yang disebabkan oleh keterbatasan tingkah laku
termak, sehingga konsumsi pakan semakin berkurang,
Kandang sebesar 0,37 m* cukup untuk seekor kelinci sedangkan luasan kandang
sebesar 0,93 m? cukup untuk seekor induk beserta anak-anaknya (Smith dan
Mangkoewidjojo, 1988). Kendang untuk ternak ini mempunyai ukuran panjang
80-100 cm, Iebar 60-70 cm dan tinggi 50-60 cm, biasanya digunakan untuk
penggemukan sebanyak 5-6 ekor dengan bobot hidup 2,5- 2,8 kg (Lebas ef al.,
1986)
Kelinci yang digemukkan untuk dipotong sebelum mencapai dewasa kelamin
mempunyai pengaruh yang besar terhadap tingkah laku seksual Karena akan terjadi
perkelahian yang Ivar biasa dan berpengaruh terhadap pertumbuhan apabila temak
12tersebut dicampur dalam satu kandang tanpa masalah besar (Morrise dan Maurice,
1996). Ketentuan untuk ruangan yang harus dibatasi pada sistem penggemukan
untuk mencegah ternak dari upaya melarikan diri dengan jerek yang lebih jauh dan
perkelahian, sebaiknya ternak ini ditempatkan dalam lingkungan yang alami (Bigler
dan Oester, 1996).
3MATERI DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Ruminansia
Keeil, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dimulai sejak tanggal 20
Februari sampai dengan tanggal 15 Juli 2000.
Materi
Ternak
Kelinei yang digunakan adalah kelinci sapihan berumur sekitar delapan minggu
sebanyak 16 ekor terdiri dari 12 ekor jantan dan 4 ekor betina dengan bobot hidup
berkisar antara 630-1310 gram dengan rataan 966,875 + 231,840 gram yang
ditempatkan dalam lima buah kandang yang dipilih secara acak, Ternak ini diperoleh
dari Laboratorium Imu Produksi Ternak Ruminansia Kecil yang dipelihara dengan
perlakuan pakan sama dan dielokasikan ke dalam dua perlakuan kepadatan kandang,
yaitu perlakuan 1 (P1) 4 ekor/m® dan perlakuan 2 (P2) 8 ekor/m? atau 2 dan 4
ekor/kandang. P1 terdiri atas dua ulangan dan P2 terdiri atas tige ulangan.
Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan sebanyak lima buah, terbuat dari Kayu dan kewat
dengan ukuran panjang 80 cm, lebar 60cm dan tinggi $0 em, Setiap kandang
dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum dari plastik atau botol.