Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 6
Alhamdulillahhirobbilalamin,
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita semua berupa ilmu dan amal. Berkat
rahmat dan karunianya pula, penulis dapat menyelesaikan makalah pengantar studi
pendidikan agama islam yang InsyaAllah tepat pada waktunya yang berjudul “Ruang
Lingkup Ajaran Islam”
Makalah ini berisikan tentang pembelajaran Ruang Lingkup Ajaran Islam akan
kami bahas secara lebih dalam , karena selain kita perlu memahami dan mengerti apa
ituPengertian Akhlak, Ruang Lingkup Akhlak, dan Ukhuwah Islamiyah
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah untuk
kedepannya. Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari makalah ini, kita dapat menambah
pengetahuan mengenai Ruang Lingkup Ajaran Islam.
1 Maret 2020
Penulis
DAFTAR ISI
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………
14
3.2 Saran…………………………………………………………………………….……
15
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Artinya : “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
1
Drs. H. Miswar, MA., dkk, AKHLAK TASAWUF: Membangun Karakter Islami, hlm. 1.
2
Drs. H. Miswar, MA., dkk, AKHLAK TASAWUF: Membangun Karakter Islami, hlm, 2.
2. Di dalam kitab al-Mu’jam al-Wasit, defenisi akhlak dikemukakan sebagai berikut:
Artinya : “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah
macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimabangan”
3. Imam al-Ghazali (yang dikenal sebagai al-Hujjatul Islam) dalam bukunya Ihya’
Ululum al-Din seperti yang dikemukakan oleh Hamzah Yakub mengemukakan
bahwa akhlak itu ialah kebiasaan jiwa yang tetap yang terdapat dalam diri manusia
yang dengan mudah dan tak perlu berpikir menumbuhkan perbuatan-perbuatan dan
tingkah laku manusia. Apabila lahir tingkah laku yang indah dan terpuji maka
dinamakan akhlak yang baik, dan apabila yang lahir itu tingkah laku yang keji,
dinamakan akhlak yang buruk (Hamzam Yakub, 1982: 92).
4. Dalam Ensiklopedia Pendidikan dikemukakan bahwa akhlak ialah budi pekerti,
watak, kesusilaan (kesadaran etik dan moral) yaitu kelakuan baik yang merupakan
akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap Khaliqnya dan terhadap sesamanya.
(Soegarda Poebakawatja,1976: 9)
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang
dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya yang selalu ada padanya.
Sifat itu dapat lahir berupa perbuaan baik, disebut akhlak yang mulia, atau
berbuatan buruk disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.
(Asmaran, 1992: 1)3
Bila diperhatikan arti perkataan akhlak secara bahasa dan pengertian secara
istilah seperti yang dikemukakan di atas sepertinya ada perbedaan, dimana secara
3
Drs. H. Miswar, MA., dkk, AKHLAK TASAWUF: Membangun Karakter Islami, hlm, 3.
bahasa arti kata “akhlak” itu menyangkut aspek perbuatan atau tingkah laku
sedangkan secara istilah para ahli mengemukakan akhlak itu sebagai sifat jiwa atau
hati atau bathin. Untuk meluruskan perbedaan itu, al-Ghazali mengemukakan
bahwa tingkah laku seseorang itu adalah lukisan bathinnya, artinya sifat yang
tumbuh di hati manusia akan memancar kepada perilaku atau tingkah lakunya.4
Jadi dapat dipahami bahwa para ahli dalam memberikan pengertian akhlak
secara istilah tersebut lebih menitik beratkan pandangan mereka pada aspek apa
yang mendasari lahirnya perbuatan, yaitu sifat yang tertannam dalam bathin
manusia. Tetapi selanjutnya al-Ghazali mengatakan bahwa kita tidak dapat melihat
pada dasar-dasar jiwa ini, yang dapat dilihat hanyalah bekasnya yaitu kelakuan,
tingkah laku atau perbuatan yang ditumbuhkannya. Jadi seperti dikemukakan
Asmaran As (199: 3), pada hakikatnya khuluk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu
kondisi atau sifat yang yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian
hingga dari situ timbullah berbadai macam perbuatan dengan cara spontan dan
mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi
tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal
pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang lahir
kelakuan buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela.5
Al-khulq disebut sebagai kondisi atau sifat yang telah meresap dan terpatri
dalam jiwa, karena seandainya ada seseorang yang mendermakan hartanya dalam
keadaan yang jarang sekali untuk suatu hajat dan secara tiba-tiba, maka bukanlah
orang yang demikian ini disebut orang yang dermawan sebagai pantulan dari
kepribadiannya.
Juga disyaratkan, suatu perbuatan dapat dinilai baik jika timbulnya
perbuatan itu dengan mudah sebagai suatu kebiasaan tanpa memerlukan pemikiran.
Sebab seandainya ada seseorang yang memaksa dirinya untuk mendermakan
hartanya atau memaksa hatinya untuk berdiam di waktu timbul sesuatu yang
menyebabkan kemarahan dan hal itu diusahakan dengan sungguh-sungguh dan
4
Drs. H. Miswar, MA., dkk, AKHLAK TASAWUF: Membangun Karakter Islami, hlm, 4.
5
Drs. H. Miswar, MA., dkk, AKHLAK TASAWUF: Membangun Karakter Islami, hlm, 4.
dipikir-pikir terlebih dahulu, maka bukanlah orang yang semacam ini disebut
sebagai orang yang dermawan.
Perkataan “akhlak” berkaitan erat dengan perkataan “khalqun” yang berarti
kejadian, serta erat pula hubungannya dengan kata “khaaliqun” yang berarti
pencipta dan juga dengan kata “makhluqun” yang berarti diciptakan. Para ulama
merumuskan artian “akhlak” dimaksudkan sebagai media yang memungkinkan
adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluq atau sebaliknya dan hubungan
baik antar sesama makhluk (Hamzah Yakub,1982: 11). Artinya melalui akhlak,
tentunya akhlak yang baik akan terbangun hubungan yang baik antara manusia
dengan Sang Pencipta (Allah Swt) dan antar sesama manusia termasuk lingkungan
alam sekitar sebagai sesama makhluk Allah Swt.6 Hal ini sejalan dengan firman
Allah Swt dalam al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 112 yang berbunyi:
Artinya : “Allah akan melimpahkan laknat kepada mereka dimana saja berada,
kecuali mereka yang senantiasa menjaga hubungan baik dengan Allah dan menjaga
hubungan baik kepada sesama manusia”.
Itulah sebabnya salah satu fungsi dan tugas kerasulan Muhammad Saw
adalah untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak umat manusia. Dijelas
dalam sabdanya yang berbunyi:
6
Drs. H. Miswar, MA., dkk, AKHLAK TASAWUF: Membangun Karakter Islami, hlm, 5.
Sebagai penyempurna akhlak manusia maka Muhammad SAW telah
memperlihatkan dalam perilakunya akhlak yang mulia dan agung, seperti
dikemukakan dalam Al-Qur’an surat Al-Qalam ayat 4:7
َوإِنَّكَ َع ِظيم ُخلُق لَعَلَى
7
Referensi: https://tafsirweb.com/11092-surat-al-qalam-ayat-4.html
8
Drs. H. Miswar, MA., dkk, AKHLAK TASAWUF: Membangun Karakter Islami, hlm, 7.
9
Dr. H. Badrudin, M.Ag., AKHLAK TASAWUF, hlm, 37.
kepada peraturan Allah. Hal ini menunjukkan kepada sifat manusia
sebagai hamba. Kewajiban manusia terhadap Allah SWT diantaranya
dengan ibadah shalat, dzikir, dan do’a. Kewajiban keluarga kita terhadap
Allah, adalah dengan mendidik mereka, anak dan isteri agar dapat
mengenal Allah dan mampu berkomunikasi dan berdialog dengan Allah.
Kewajiban harta kita dengan Allah yaitu harta yang kita peroleh adalah
harta yang halal dan mampu menunjang ibadah kita kepada Allah serta
membelanjakan harta itu dijalan Allah.
10
Dr. H. Badrudin, M.Ag., AKHLAK TASAWUF, hlm, 39.
11
Dr. H. Badrudin, M.Ag., AKHLAK TASAWUF, hlm, 39.
karena bukan kehendak dan tidak dapat dijaga sebelumnya, maka ia bukan
dari pokok persoalan akhlak.12
a. Ta’aruh yaitu saling kenal mengenal (QS.49 : 13) antara lain mengenal nama,
fisik, tempat tinggal, pekerjaan, hobi dan keluarga.
b. Tafahum, saling memahami yaitu saling, memahami kondisi mental, sifat
karakter dan lain lain
c. Ta’awun, saling tolong menolong dalam suka dan duka
dalammeninghkatkan ketakwaan
d. Takaful, saling mendukung program dalam rangka menegakkan tali
persaudaraan yang berlandaskan iman dan takwa.
12
Dr. H. Badrudin, M.Ag., AKHLAK TASAWUF, hlm, 40.
13
Dr. H. Fuady Anwar, M.Ag, dkk. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi, hlm, 122.
14
Dr. H. Fuady Anwar, M.Ag, dkk. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi, hlm,123.
Membina persaudaraan muslim:15
a. Taat kepada allah dan rasulnya (QS.4 : 59)
b. Tolong menolong dan kasih sayang ( QS.58 : 2)
c. Menjaga persaudara dengan cara :
-tidak berselisih (QS. 3 : 105 )
-tidak berpecah belah dalam golongan(QS. 30 : 31-32 )
Jenis-jenis ukhuwah:16
1. Ukhuwah islamiyah. Artinya persaudaraan sesama umat islam.
Persaudaraan ini meliputi seluruh negara yang ada orang islamnya.
Artinya selama seseorang adalah orang muslim walaupun berada
dinegara amerika dan eropa mereka tetap bersaudara begitupun dengan
negara lainnya.
2. Ukhuwah wadhaniay. Artinya persaudaraan sesame satu bangsa atau
negara persaudaraan ini terjadi karena kita satu wilayah. Artinya sesame
satu negara adalah saudara ,baik beragama islam ataupun bukan. Mereka
juga dalah saudara kita, karna sama-sama sati bangsa (Indonesia)
15
Dr. H. Fuady Anwar, M.Ag, dkk. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi, hlm,123.
16
Ali Ridho, JURNAL INTERNALISASI NILAI PENDIDIKAN UKHUWAH ISLAMIYAH, MENUJU PERDAMAIAN
(SHULHU) DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL PERSPEKTIF HADIS, VOL.01 NO. 02 Juli-Desember 2017,
Hlm, 169.
3. Ukhuwah basyariah artinya persaudaaarn sesame manusia, meliputi
seluruh negara dan semua agam,a yang di pelik hal ini karan kita sama-
sama makhluk ciptaan alalh awt. Hidup di dunia ini tidak bias sendiri-
sendiri kita saling membutuhkan 1 sama lain. Karna itu jauhkan rasa dan
sifat hidup yang hanya mementingkan keuntungan sendiri, sehingga
mengorbankan kepentingan orang lain. Agama islam sangat mencela
sifat diri sendiri . islam menanamkan rasa ukhuwah basyariah serta
menuntun umatnya bahwa kehidupan ini bukan hanya untuk diri sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bila disimpulkan arti dari akhlak secara bahasa dan pengertian secara
istilah seperti yang telah dikemukakan, secara bahasa arti kata “akhlak”
itu menyangkut aspek perbuatan atau tingkah laku sedangkan secara
istilah para ahli mengemukakan akhlak itu sebagai sifat jiwa atau hati
atau bathin. Untuk meluruskan perbedaan itu, Al-Ghazali
mengemukakan bahwa tingkah laku seseorang itu adalah lukisan
bathinnya, artinya sifat yang tumbuh di hati manusia akan memancar
kepada perilaku atau tingkah lakunya.
Adapun ruang lingkup Akhlak terbagi dalam beberapa bagian,
yaitu:
1) Akhlak terhadap Khaliq
Allah SWT adalah Al-Khaliq (Maha pencipta) dan manusia adalah
makhluk (yang diciptakan). Manusia wajib tunduk kepada peraturan
Allah. Hal ini menunjukkan kepada sifat manusia sebagai hamba.
Kewajiban manusia terhadap Allah SWT diantaranya dengan ibadah
shalat, dzikir, dan do’a.
2) Akhlak terhadap Makhluk
Akhlak terhadap makhluk terbagi menjadi beberapa bagian:
(1) Akhlak terhadap diri sendiri.
(2) Akhlak terhadap ibu dan bapak.
(3)bersikap terhadap alam, binatang, tumbuh-tumbuhan, kepada yang
ghaib, dan semesta alam;
(4) Berakhlak terhadap sesama yang beragama Islam, dan antara orang
Islam dengan non-Islam; dan
(5) Bergaul dengan orang yang lebih tua umurnya, dengan orang yang
selevel (sepadan umur, kedudukan, dan tingkatannya), dan dengan orang
yang lebih rendah umurnya
Dan dapat disimpulkan juga ukhuwah artinya persaudaraan , dan
islamiyah maksudnya persaudaraan sesama umat islam. Ukhuwah ini di
dorong oleh kekuatan iman dan spiritual dan melahirkan perasaan dan
kasih sayang. Ukhuwah islamiyah adalah sifat yang menyatu dengan
iman dan takwa. Tidak ada ukhuwah tanpa iman, dan tidan ada iman
tanpa ukhuwah.
3.2 Saran
Dengan keterbatasan pemikiran dan sumber materi yang menjadi acuan
dalam pembuatan makalah ini, maka kami harapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Daftar Pustaka
Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid. (2010). Ilmu Akhlak, Bandung: Pustaka Setia
Drs. H. Miswar, MA., dkk. 2015. AKHLAK TASAWUF: Membangun Karakter
Islami.Medan: Perdana Publishing.
Dr. H. Fuady Anwar, M.Ag. 2008. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum
untuk Pengembangan Kepribadian. Padang: UNP PRESS.
Syafe‟i, Rahmat, 2003, Aqidah, Akhlak, Sosial dan Hukum, Bandung, Pustaka Setia,
Cetakan II.