Anda di halaman 1dari 9

KONFLIK POLITIK DI KESULTANAN

PALEMBANG (1804-1821)

Oleh: Dra. Farida M.Si


Dosen FKIP Universitas Sriwijaya

Abstrak:
Permasalahan dalam tulisan ini adalah “Bagaimana konflik antara Kesultanan
Palembang dan Inggris, Belanda pada masa pemerintahan Sultan Badaruddin II?”
Dengan metode penulisan sejarah. Sebagai Kesultanan yang telah berdiri selama
satu setengah abad dengan kelebihan sebagai penghasil lada dan timah yang
potensial, menempatkan Pelembang menjadi incaran kaum kolonialis Inggris dan
Belanda. Akibatnya Palembang dihadapkan dengan berkali-kali konflik, baik yang
disebabkan oleh faktor intern (perebutan kekuasaan) maupun faktor ekstern
(Inggris dan Belanda). Kondisi inilah yang membawa Kesultanan Palembang
kehilangan kedaulatannya.

Kesultanan Palembang berdiri Sultan Machmud Badaruddin II


pada masa pemerintahan Sultan Abdul (selanjutnya disebut Badaruddin II)
Rahman Khalifatul Mukminin Sayidul menerima tahta dari ayahandanya
Imam (1659-1702). Sebelumnya Sultan Muhammad Bahauddin pada
berbentuk kerajaan yang muncul pada awal awal abad XIX. Pada masa ini
abad XVI di bawah pimpinan Ki Gede secara politik kondisi Palembang cukup
Ing Suro. stabil, begitu pula kondisi ekonomi.
Setelah masa pemerintahan Salah satu penyebabnya adalah makin
Sultan Abdul Rahman, terjadi maraknya “perdagangan bebas” seiring
pergantian kekuasaan beberapa kali. dengan makin lemahnya Vereenigde
Sultan Abdul Rahman digantikan oleh Oost Indische Vompagnie (VOC) 1.
puteranya yaitu Sultan Muhammad Dampak positifnya bagi Kesultanan
Mansur (1702-1714). Sultan Palembang adalah makin kayanya
Muhammad Mansur menyerahkan kerajaan ini (ekspor gelap Palembang ke
kekuasaan kepada adiknya yang Makau (Cina) mencapai 20.000 pikul
bergelar Sultan Komaruddin (1714-
1724). Pengganti Komaruddin adalah
1
Hubungan resmi pertama antara Palembang
Sultan Machmud Badaruddin I (1724-
dan VOC terjadi pada tahun 1641, ditandai
1757). Pasca masa Sultan Machmud dengan diperbolehkannya VOC berdagang di
Badaruddin I berkuasa, maka berturut- Palembang. Kontrak ini diperbaharui pada
tahun 1642 yang menetapkan VOC berhak
turut yang menjadi sultan adalah Ahmad
atas monopoli perdagangan lada di daerah ini.
Najamuddin I (1757-1776), diikuti oleh Timah ditemukan di Bangka tahun 1710 dan
Sultan Muhammad Bahauddin (1776- tahun 1722 diperbaharui kontrak dengan isi,
VOC berhak memonopoli timah (Ricklefs,
1804) dan Machmud Badaruddin II
2005: 154 dan 157; Woelders, 1975: 75-80;
(1804-1821). Kielstra, 1892:79; Faille,1971: 28).

Jurnal Sejarah Lontar 15 Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2007


lada dan 27.655 pikul timah, sedangkan melakukan korespondensi dengan
dengan pemerintah Belanda pada tahun Badaruddin II, bahkan sempat
1800 hanya sebanyak 5000 pikul untuk mengirimkan senjata beserta
masing-masing lada dan timah(1 pikul amunisinya (Kielstra, 1892: 81).
= 61,76kg) (Woelders, 1975: 75-85; Badaruddin II memahami
Veth, 1869: 657). keinginan Inggris tersebut dengan
Pada awal masa pemerintahan caranya sendiri dengan menyiapkan
Badaruddin II, di Hindia Belanda sedang mata-mata guna mengetahui secara
terjadi perang antara Belanda dan pasti posisi Inggris di Jawa. Kondisi ini
Inggris. Kondisi ini merupakan akibat dipermudah karena hubungan
konstelasi di Eropa 2 . Pada masa Badaruddin II dengan Belanda
pemerintahan Gubernur Jenderal sebelumnya memang sudah buruk.
Herman Willem Daendels Tahun 1808- Setelah yakin Batavia jatuh ke tangan
1811, ia banyak melakukan perubahan Inggris (26 Agustus 1811). Sultan
terhadap daerah-daerah kekuasaannya, mengirim utusan terdiri yang dari
termasuk Palembang. Terhadap golongan bangsawan untuk mengusir
Palembang, ia merubah bentuk Belanda dari loji Sungai Aur (14
perdagangan monopoli yang selama ini September 1811). Keinginan ini ditolak
berjalan lancar dengan sistem Residen Jacob Groenhof van Woortman
pembayaran kontan, dirubah dengan dengan alasan tidak ada perintah dari
cara hutang atau barter dengan beras, pusat (Batavia). Langkah selanjutnya
bahkan harga timah akan diturunkan. yang diambil para bangsawan itu adalah
Apabila menolak, maka Palembang akan menguasai loji dan mengusir semua
diserang. Inilah kondisi hubungan orang yang tinggal di loji. Mereka dibawa
Palembang dengan pemerintah kolonial keluar sungai Musi. Di daerah muara
Belanda sampai kejatuhan Belanda di Sungai Musi (Sunsang) mereka dibunuh
tangan Inggris tahun 1811 (Woelders, (24 orang Belanda dan 63 orang Jawa).
1975: 85-6). (Woelders,1975: 88; Ricklefs, 2005:
Bagi Inggris, Palembang begitu 300; Kemp, 1898: 255).
penting karena letaknya yang strategis Setelah peristiwa di atas maka
antara Jawa dan semenanjung Malaya Palembang menjadi kesultanan yang
(Pulau Penang), juga penghasil timah, berdaulat. Badaruddin II menolak
lada dan produk dagang lainnya. Untuk menempatkan Inggris sebagai
itu Thomas Stamford Raffles membujuk pengganti Belanda di Palembang. Raffles
Badaruddin II untuk mengusir Belanda marah mendengar hal ini, ia merancang
dari Palembang sebelum Inggris suatu penaklukan atas Kesultanan
menaklukkan Batavia. Raffles dari tahun Palembang yang diwujudkannya pada
1810 hingga tahun 1811 beberapa kali tahun 1812. Sejak itu di Kesultanan
Palembang terjadi konflik dan
menempatkan kesultanan ini secara
2
Ketika Perancis berperang melawan Inggris, bergantian di bawah kekuasaan Inggris
sementara Perancis telah menduduki Belanda dan Belanda.
dengan mendirikan Republik Bataaf tahun
1795. Penguasa Belanda melarikan diri ke
Konflik di Kesultanan Palembang
Inggris dan mengeluarkan ketentuan agar melibatkan dua negara imperialis besar
koloni-koloni Belanda di Timur diserahkan di Asia. Peristiwa ini sangat penting baik
kepada Inggris (Djoko Marihandono, 2005: 9-
13).
bagi Kesultanan Palembang maupun

Jurnal Sejarah Lontar 16 Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2007


bagi Belanda dan Inggris. Menurut harmonis sejak orangtua mereka masih
Coser, konflik adalah salah satu bentuk hidup. (Sevenhoven, 1971: 102-03).
dasar interaksi sosial, yang merupakan Pangeran Dipati yang seharusnya
gejala alamiah dan tidak dapat dielakkan mempertahankan benteng terdepan di
dalam kehidupan sosial (Ritzer & pulau Borang tidak melakukan
Douglas J.Goodman, 2004:90,158-160). perlawanan terhadap serangan Inggris,
Dari uraian di atas, maka sehingga pusat pemerintahan sultan
permasalahan dalam kajian ini adalah dengan mudah dapat diduduki.
“Bagaimana konflik antara Kesultanan Badaruddin II mundur ke pedalaman
Palembang dan Inggris, Belanda pada (dusun Buaya Langu) setelah
masa pemerintahan Sultan Badaruddin sebelumnya mengirim keluarga dan
II?” Tujuan untuk mengetahui jalannya harta kekayaan sekaligus pusaka
konflik politik di kesultanan ini dengan kerajaan ke pedalaman (Blida) . Pada
menggunakan metode penulisan sejarah. tanggal 14 Mei 1812 Badaruddin II
diturunkan dari tahta dan tiga hari
Pendudukan Inggris berikutnya Inggris mengangkat
Langkah yang diambil oleh Pangeran Dipati sebagai sultan dengan
Raffles untuk menaklukkan Palembang gelar Sultan Ahmad Najamudddin II
adalah menyiapkan pasukan tempur di (selanjutnya disebut Najamuddin II).
bawah komando Robert Rollo Gillespie Naiknya Najamuddin II sebagai sultan
pada bulan 19 Maret 1812 guna karena bersedia memenuhi tuntutan
menghukum sultan Badaruddin II, Inggris untuk melepaskan Bangka,
dalam rangka menjaga martabat Inggris Belitung dan pulau-pulau lainnya
(Java Gouvernement Gazette, Sabtu 30 kepada Inggris. Kemudian Kapten
Mei 1812). Menyadari konsekuensi dari Meares diangkat menjadi residen
penolakannya maka Badaruddin II Bangka dan Palembang (Woelders,
bersiap diri dengan mendirikan 1975: 8; Kielstra, 1892 : 82; Kemp,1898:
benteng-benteng di sungai Musi. 255).
Persiapan ini tidak banyak artinya Setelah Pangeran Dipati diangkat
ketika Inggris menyerang Palembang menjadi sultan Palembang, dari
pada 20 April 1812 dan harus tunduk pedalaman, Badaruddin II melakukan
pada Inggris. Salah satu faktornya blokade pengangkutan bahan pangan
adalah akibat penghianatan adiknya dan komoditi dagang ke ibukota
sendiri yaitu Pangeran Dipati3. Ini dipicu sehingga kondisi keamanan menjadi
oleh hubungan keduanya yang kurang terganggu (Stapel, 1940: 98). Untuk
membantu sultan baru, pada tanggal 28
Agustus 1812 Kapten Meares bersama
3
Pangeran Dipati (nantinya bergelar Ahmad semua pasukan yang ada di Bangka dan
Nayamuddin II) adalah satu dari tiga adik Palembang berangkat menyerang
Sultan Mahmud Badaruddin II yang
mendapat limpahan kasih sayang dari
Buaya Langu guna menghancurkan
ayahnya (Sultan Muhammad Bahauddin) kekuatan Badaruddin II. Tempat ini
akan tetapi kekuasaan jatuh pada Badaruddin berhasil ditaklukkan, tetapi Kapten
sebagai putra mahkota (secara umum di
Kesultanan Palembang berlaku suksesi
Meares terluka berat karena tertembak
kekuasaan kepada Putera Mahkota dengan dalam peperangan tersebut dan
gelar Pangeran Ratu). Hal ini menimbulkan meninggal di Muntok. Badaruddin II
perasaan sakit hati pada dirinya (Woelders,
1975: 91-2).
mendapatkan kesempatan untuk

Jurnal Sejarah Lontar 17 Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2007


mundur ke Muara Rawas dan harinya dibacakan pengumuman Raffles
memperkuat diri di sana. (Kielstra, tentang diturunkannya Badaruddin II
1892: 83). dan Najamuddin II naik tahta kembali
Dengan mundurnya Badaruddin II sebagai sultan. Sementara itu Mayor
ke daerah uluan, maka terdapat dua William Robison dipecat. Hal ini juga
kekuasaan yang saling bertentangan, disebabkan William Robison dituduh
yaitu Badaruddin II yang berkuasa di terlibat masalah keuangan. Walaupun
uluan yang mendapat dukungan dari Badaruddin II terpaksa menerima
rakyat uluan, didukung oleh kekayaan keputusan tersebut tetapi ia menolak
dan pusaka kerajaan yang ada di melepaskan pusaka kerajaan, sehingga
tangannya, dengan Najamuddin yang penguasa pada waktu itu menekannya
tidak pernah memerintah sebelumnya, dan menempatkan Badaruddin II di
tidak memiliki kekayaan, tidak memiliki keraton Kuta Lamo4.
pusaka dan tidak mendapat dukungan Pusaka adalah benda-benda
dari sebagian besar golongan bangsawan lambang kekuasaan seorang raja.
dan rakyat. Melihat besarnya pengaruh Pusaka dianggap mendukung setiap
Badaruddin II di uluan yang dapat sultan yang secara sah memerintah
mengganggu posisi Inggris di seluruh kerajaan. Pusaka juga berfungsi
Palembang, maka Mayor William sebagai tanda pemberian mandat
Robison (pengganti Kapten Meares) kepada pembawa atau penerimanya.
selaku Residen Palembang dan Bangka Maka untuk memperkuat legitimasi
pada waktu itu membuat kebijakan kekuasaannya biasanya seorang raja
mendekati Badaruddin II dan akan mengumpulkan pusaka di keraton.
Badaruddin II melakukan hal yang Benda-benda yang berupa tombak,
sama. Pada tanggal 25 Juni 1813 keris, atau bendera ini biasanya
Badaruddin mengirimkan uang sebesar dikramatkan (Selosoemardjan,1962: 17-
seratus real Spanyol kepada William 18; Moedjanto dalam Antlo, Sven
Robison sebagai hadiah, maka terjadilah Cederroth, 2001:XXI). Betapa penting
kesepakatan antarkeduanya pada arti keberadaan benda-benda pusaka
tanggal 29 Juni 1813. Badaruddin II itu. Hilang pusaka berarti hilang pula
kembali naik tahta sebagai sultan tua kekuasaan. Dalam kaitannya dengan
(Juli-Agustus 1813). Najamuddin II Kesultanan Palembang, pada saat
terpaksa menerima penurunan tersebut Palembang diserang Inggris tahun 1812,
atas desakan William Robison. maka Badaruddin II mengirimkan
Ekspedisi yang ia kirimkan ke Rawas pusaka kerajaan ke pedalaman (Blida).
tidak membuahkan hasil karena pada Berpindahnya pusaka kerajaan berarti
saat pelaksanaannya rakyat menolak berpindah pula kekuasaan. Hal ini
perang melawan pasukan Badaruddin II menunjukkan kesiapan Badaruddin II
(Kielsra, 1892: 83-4; Stapel,1940: 98). untuk melanjutkan perjuangan di
Kebijakan ini ditolak Raffles sebab daerah uluan. Pusaka Kesultanan
Mayor William Robison bertindak Palembang itu berupa: Keris, Pedang
sendiri dengan mengabaikan keputusan Hulu Kencana, Tombak, Tunggul Tulis
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pemerintah Inggris di Batavia mengirim
ekspedisi militer dan tiba di Palembang 4
Di Kesultanan Palembang terdapat dua
keraton, yaitu Kuta Lamo (keraton yang lebih
pada 13 Agustus 1813 dan keesokan tua) dan Kuta Besak. (Woelders, 1975,95-96)

Jurnal Sejarah Lontar 18 Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2007


Perada, Tunggul Payung (payung bersikukuh dengan kontrak yang
kerajaan), Bedil Seri Padah, dahulu dibuat mereka dengan sultan-
Palembang, Cap Stempel Sultan sultan Palembang sejak Tahun 1641-
Machmud Badaruddin II (Woelders, 1791. Masalah ini memaksa mereka
1975: 91,130, 184; Syair Perang membawa kasus ini kepada pemerintah
Menteng dalam Woelders, 1971: 211-2). negara masing-masing di Eropa5.
Residen Inggris Mayor M.H. Court Konflik di atas semakin nyata di
berhasil memulihkan ketenangan di bawah Raffles yang pada waktu itu
Palembang sampai Belanda berkuasa berkuasa di Bengkulu sejak Maret 1818.
kembali (1816). Meskipun tidak setuju Ia berusaha keras untuk memperluas
dengan apa yang dilakukan oleh Inggris pengaruh Inggris di luar Bengkulu yang
dan Najamuddin II tetapi Badaruddin II berarti mengancam kedudukan Belanda
tetap tampil penuh wibawa. Najamuddin di Palembang. Raffles mengirimkan
II tidak mampu melebihi saudaranya pasukan pada Juni 1818 atas undangan
(Badaruddin II) dalam hal ketegasan Najamuddin II yang waktu itu merasa
sikap, ketajaman berpikir dan keahlian terdesak oleh kehadiran Herman
dalam berunding. Sarana dan pengaruh Warner Muntinghe. Raffles juga
yang dimiliki Badaruddin II melakukan protes tertulis yang
mempersulit pemerintahan Najamuddin dilancarkan kepada Muntinghe (12
II. Badaruddin II mendapat dukungan Agustus 1818) dan mengeluarkan
besar dari rakyat Palembang, sekaligus pengumuman pada tanggal 1 September
memiliki kekayaan yang besar yang 1818, yang menuduh Muntinghe
diperoleh dari perdagangan (timah, lada, melakukan pemalsuan (Perjanjian yang
produk hutan dan perkebunan lainnya, ditandatangani pada 23 Juni 1818
juga hasil dari pajak) (ANRI, Bundel dianggap tidak sah, karena yang
Palembang No. 70.3). menandatanganinya bukan Najamuddin
II tetapi Pangeran Dipati). Raffles juga
Traktat London dan konflik menulis di koran-koran India bahwa
antara Inggris dan Belanda Belanda pengecut dan melanggar
Traktat London (13 Agustus 1814) Traktat London 1814 pasal 2 (Stapel,
menyebutkan bahwa Belanda berkuasa 1940: 156,169-72). Itulah sebabnya
kembali di Hindia Belanda. Akan tetapi
Letnan Gubernur Jenderal Inggris John 5
Traktad London tahun 1814 pasal 2
Fendall, menuntut agar Belanda menyebutkan bahwa Bangka yang telah
menjamin kontrak-kontrak yang telah dikuasai oleh Inggris harus dikembalikan
dibuat Inggris dengan raja-raja pribumi. kepada Belanda, sebagai gantinya Inggris
menerima Cochin yang berada di wilayah
Hal ini berarti Belanda harus menjamin India dan wilayah-wilayah lain di sekitar
kontrak Inggris dengan sultan pantai Malabar. Pulau Belitung tidak
Palembang yaitu tentang penyerahan termasuk dalam pasal 2 tersebut, maka M.H.
Court (Residen Bangka-Palembang)
Bangka, Belitung dan pulau-pulau menganggap Belitung tetap milik Inggris.
disekitarnya. Atas dasar inilah Inggris Pendapat ini didukung oleh John Fendall,
menunda penyerahan Bangka, karena dipihak lain Komisaris Jenderal belanda
mendukung penuh kembalinya Bangka
menurut versi Inggris, mereka Belitung ke tangan mereka. Masalah Belitung
membuat perjanjian dengan Sultan berlarut-larut antara dua pemerintahan,
Nayamuddin II yang pada waktu itu baru dapat diselesaikan melalui Traktat
London 1824 (Kemp, 1898: 256; Stapel, 1940:
berstatus merdeka. Sementara Belanda 155-6).

Jurnal Sejarah Lontar 19 Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2007


Raffles memanfaatkan setiap kepada Belanda” (wilayah pesisir dan
kesempatan untuk mewujudkan pedalaman), sedangkan mereka hanya
impiannya menguasai Palembang memperoleh sebagian kecil wilayah
(Bataviaasch Courant, 26 Juni 1819, untuk kebutuhan hidup sehari-hari
nomor 26, hal. 2). mereka. Badaruddin II menandatangani
Langkah lanjut yang dilakukan perjanjian tersebut pada 21 Juni 1818.
oleh Belanda adalah mengangkat, Klaas Najamuddin II menolak, karena ia harus
Hejnis diangkat sebagai residen Belanda membagi kekuasaan dengan
untuk Palembang dan Bangka pada Badaruddin II (disebut Sultan Tua dan
bulan Nopember 1816. Salah satu Najamuddin II disebut Sultan Muda),
tugasnya adalah meredakan ketegangan sekaligus kehilangan sebagian besar
antara kedua sultan yang selalu bertikai. wilayah kekuasaan. Akhirnya dengan
Akan tetapi usahanya belum paksaan Najamuddin II menerima dua
menampakkan hasil, karena ia segera hari berikutnya (ANRI, Bundel
digantikan oleh Dewan Keuangan yang Palembang No. 70.3).
terdiri dari N. Coop-a-Groen dan J. Du Sementara itu Raffles yang
Puy pada bulan 13 Juni 1817. Empat berkedudukan di Bengkulu
bulan kemudian Dewan Keuangan berpendapat harus memperhatikan
digantikan oleh Muntinghe (Ketua kepentingan Inggris di seluruh
Dewan Keuangan dengan jabatan Sumatera dan sekitarnya. Raffles
Komisaris di Palembang) dan ia menentang pemulihan kekuasaan
melakukan pengambilalihan kekuasaan Belanda, tidak hanya di Lampung dan
di Muntok (Mentok) pada 20 April 1818. di Minangkabau, tetapi juga di Borneo
Tugas Muntinghe adalah mengukuhkan Barat dan Riau. Sehubungan dengan
kekuasaan Belanda atas Palembang dan Palembang, Raffles menganut
Bangka sekaligus mencegah perpecahan pandangan bahwa wilayah ini
lebih lanjut antara Najamuddin II berdasarkan kontrak yang dibuat
dengan Badaruddin II dengan cara dengan Sultan Najamudin II,
membagi kekuasaan di antara mereka. menempatkan Palembang berada di
Walaupun secara resmi kekuasaan bawah perlindungan Inggris. Itulah
berada di tangan Najamuddin II untuk sebabnya ketika pendudukan Belanda di
seluruh wilayah Kesultanan Palembang Palembang dilakukan, Raffles
dan berkedudukan di ibukota, tetapi menyampaikan protes resmi kepada
kenyataannya ia hanya memiliki Komisaris Jenderal (Woelders, 1975:
kekuasaan yang kecil, dan tidak 15).
memiliki kemampuan sekaligus sarana Menyadari kondisinya terdesak,
yang dapat menunjang kelancaran Najamuddin II meminta bantuan pada
pemerintahannya. Berbanding terbalik Inggris. Raffles menjawab permohonan
dengan saudaranya Badaruddin II. ini dengan mengirimkan pasukan sekitar
(ANRI, Bundel Palembang No. 70.3). 200 orang di bawah Kapten Francis
Setiba Muntinghe di Palembang Salmond melalui jalur darat dari
pada bulan Juni 1818, ia menyodorkan Bengkulu ke Palembang pada tanggal 22
perjanjian yang harus ditandatangani Juni 1819. Salmond mencapai ibukota
oleh kedua sultan tersebut, yang intinya dengan pasukan pengawal sekitar 20
bahwa “sebagian besar wilayah orang pada tanggal 4 Juli 1819
kesultanan Palembang diserahkan (meninggalkan sebagian besar pasukan

Jurnal Sejarah Lontar 20 Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2007


di Rawas). Kedatangan Solmond Muntinghe memutuskan untuk kedua
menimbulkan ketegangan, karena ia kalinya berangkat ke Muara Bliti, dan
membuat perjanjian dengan hasil dari perundingan ini adalah Muara
Najamuddin II dan mengibarkan Beliti diserahkan kepada Belanda dan
bendera Inggris di atas keraton sultan Inggris harus meninggalkan wilayah
(Kuta Lamo). Kondisi ini diselesaikan Palembang. Hal ini terjadi karena
oleh Muntinghe melalui perundingan kuatnya pasukan Muntinghe, tidak
dengan Kapten Salmond dan melucuti sebanding dengan kekuatan pasukan
peralatan pasukannya, untuk Raffles dari Bengkulu (Kemp, 1898:
selanjutnya mengirim mereka kembali 256-265; Woelders, 1975,15-18).
ke Bengkulu melalui Batavia.
Akibat dari tindakan Najamuddin Perang Palembang (1819 dan
II mengundang pasukan Inggris, maka 1921)
ia dan putera tertuanya serta Dengan Dibuangnya Najamuddin
pengikutnya dibuang ke Batavia dan di II, maka kekuasaan Sultan Badaruddin
tempatkan di Cianjur. Kekuasaannya II tampaknya telah pulih seperti
diserahkan kepada Badaruddin II sebelumnya, tetapi kenyataannya tidak
sepenuhnya. Segera setelah Salmond demikian. Terbukti wilayah
meninggalkan Palembang, Muntinghe kekuasaannya jauh berkurang, sultan
bersama-sama dengan pasukan hanya mendapatkan sebagian kecil
Badaruddin II mengirim ekspedisi wilayah dan pegawai. Wilayah yang lain
militer untuk mengejar induk pasukan menjadi milik Belanda. Badaruddin II
Inggris yang bermarkas Muara Beliti di berusaha menyusun kekuatan untuk
bawah Letnan Haslam dan memaksa mengembalikan wilayah tersebut ke
mereka mundur. Ekspedisi yang dalam kekuasaannya. Kesempatan ini
dipimpin oleh Muntinghe ke Muara terbuka ketika Muntinghe mengejar
Beliti, sesampainya di sana ternyata pasukan yang ditinggalkan oleh Kapten
daerah tersebut telah dikosongkan oleh Solmond dan ekspedisi yang dipimpin
orang-orang Inggris dan Muntinghe oleh Haslam di daerah Rawas selama
memutuskan kembali ke Palembang enam bulan. Selama di pedalaman,
(Woelders, 1975: 15). Muntinghe dan pasukannya selalu
Sekembalinya Raffles dari mendapat serangan dari penduduk.
perjalanan propaganda melalui Peristiwa ini dipersalahkan oleh
pedalaman Padang ke Fort Muntinghe pada Badaruddin II, karena
Marlborough, ia mendengar kegagalan penduduk yang menyerang pasukan
ekspedisi pertama, Raffles kemudian Muntinghe adalah orang-orang yang
menyiapkan ekspedisi baru sebanyak membantu Badaruddin II selama di
400 orang untuk dikirim ke Palembang daerah Rawas (1812-1813). Muntinghe
dengan tujuan menolong misi Salmond menuntut agar sultan memberantas
di bawah pimpinan Hayes. Mendengar para pemberontak dan menyerahkan
adanya ekspedisi kedua dari Bengkulu, putera mahkota yaitu Pangeran Ratu
maka reaksi Muntinghe adalah sebagai jaminan. Kondisi ini
mengirimkan serdadu ke sana. Setelah mengakibatkan situasi makin memanas
bertemu muka maka kedua belah pihak karena Sultan Badaruddin II menolak
memutuskan untuk kembali ke posnya menyerahkan puteranya sesuai
masing-masing. Dalam situasi ini permintaan Muntinghe. Puncaknya

Jurnal Sejarah Lontar 21 Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2007


terjadilah perang antara kedua kubu ini pasukan di Batavia dalam perintah
pada bulan Juni 1819. Dalam harian di Weltevreden yang diiringi
peperangan ini pasukan Belanda dapat tembakan meriam sebanyak 101 kali
dikalahkan kemudian mundur ke (Bataviaasche Courant, Rabu 11 Juli
Muntok dan memblokade perairan 1821). Kemenangan ini disambut
Palembang (muara Sungai Musi). Pada antusias di negeri Belanda. Menurut
bulan Oktober 1819 Belanda menyerang mereka keberhasilan gemilang tersebut
Palembang, guna membalas kekalahan sangat penting bagi keberadaan politik
perang bulan Juni. Dalam peperangan Hindia Belanda di wilayah koloni ini.
dahsyat ini Palembang kembali Seperti yang dilontarkan oleh Mr.D.F.
memperoleh kemenangan(Kielstra, Van Alphen di Majelis Rendah Parlemen
1920: 132; Kemp, 1900: 586-587). Belanda “bahwa baru sekarang
Dua kali kekalahan Belanda pada pemulihan dan pengukuhan kekuasaan
tahun 1819 menyebabkan Belanda kita di Hindia bisa dianggap sebagai
mempersiapkan suatu ekspedisi militer suatu kenyataan” (Kielstra, 1892: 99).
yang besar untuk menaklukkan Selanjutnya kekuasaan sultan di
Palembang. Disamping itu Belanda juga Palembang hanya sebagai lambang,
menjalankan strategi lain yaitu karena sepenuhnya sudah dikendalikan
membebaskan Najamuddin II dan oleh pemerintah kolonial Belanda.
pengikutnya. Langkah selanjutnya
adalah terjadi kesepakatan antara Kesimpulan
Nayamuddin II, putera tertuanya yaitu Masa pemerintahan Sultan
Pangeran Prabu Anom dan Belanda pada Machmud Badaruddin II adalah masa
28 April 1821 di Bogor. Inti dari terakhir Kesulatanan Palembang berdiri
perjanjian tersebut adalah bahwa sebagai kesultanan yang berdaulat. Pada
Pangeran Prabu Anom diangkat sebagai masanya Palembang dihadapkan pada
sultan dengan gelar Sultan Ahmad tiga kali peperangan. Dua kali
Najamuddin III, sedangkan ayahnya peperangan terjadi pada tahun 1819
bergelar Susuhunan Husein Diauddin. dengan Belanda, yang berakhir dengan
Sultan Najamuddin III inilah yang kemenangan di pihak Palembang.
nantinya akan didudukkan sebagai Dengan bekal inilah Belanda
sultan Palembang setelah Palembang mempersiapkan diri sungguh-sungguh
ditaklukkan. Ekspedisi penaklukan untuk menguasai Palembang dan usaha
dipimpin Jenderal Mayor Markus de ini berhasil dalam peperangan yang
Kock6. Perang berkobar dari tanggal 21 terjadi tahun 1821.
hingga 24 Juni 1821, Palembang takluk
dan Badaruddin II bersama-sama Daftar Pustaka
dengan pengikutnya dibuang ke Ternate
pada 3 Juli 1821. (Woelders, 1975: 105- ANRI, Memorie van den herr H.W.
108;). Muntinghe over het Bestuur van
Kemenangan penting atas Palembang 16 Februarie 1827,
Palembang diumumkan dihadapan Bundel Palembang No. 70.3.
Veth,. P.J., 1869, Aardrijkskundige
Woordenboek van Nederlandsch
6
Ekspedisi ini terdiri dari 18 kapal perang Indie, Amsterdam, P.N. van
dengan 4000 serdadu, termasuk 1900 orang
pasukan pendarat (Stapel, 1940,193-4)
Kamp.

Jurnal Sejarah Lontar 22 Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2007


Java Government Gazette, Sabtu, 30
Mei 1812.
Bataviasche Courant, Rabu tanggal 11
Juli 1821.
Djoko Marihandono, 2006, Sentarlisme
Kekuasaan Pemerintahan
Herman Wiliem Daendels di Jawa
1808-1811 Penerapan instruksi
Napoleon Bonaparte (disertasi
yang belum diterbitkan), Depok:
Program Ilmu Sejarah Program
Pasca Sarjana Fakultas Ilmu
Pnegetahuan Budaya Universitas
Indonesia.
Ricklefs,M.C., 2005, Sejarah Indonesia
Modern 1200-2004, Jakarta:
Serambi.
Ritzer, George & Douglas J. Goodman,
2004, Teori Sosiologi Modern
(Terjemahan Modern Sosilogical
Theory), Jakarta: Prenada Media.
Sevenhoven,J.L.van, 1971,
LukisanTentangIbukotaPalembang,
(Terjemahan Beschrijving van de
Hooodplaats van Palembangsche
), Jakarta: Bhrata.
Woelders,M.O., 1975, Het Sultanaat
Palembang 1811-1825, Leiden:
VKI Publ. No.72.
Kielstra,E.B., 1892, De Ondergang Van
Het Palembangsche Rijk, dalam
de Gids.
Stapel,F.W., 1940, Geschiedenis van
Nederlandsch Indie, vijfde deel,
Amsterdam: Joost van den
Vondel.

Jurnal Sejarah Lontar 23 Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2007

Anda mungkin juga menyukai