Anda di halaman 1dari 41

Corticosteroid in

the management
of asthma

Hanya untuk kalangan profesional kesehatan


ID/RESP/0001/19 . AD:09/01/2019 ED:09/01/2021
Eksaserbasi asma akut merupakan gejala terselubung
perburukan penyakit

Definisi
menurut
GINA
Eksaserbasi asma adalah keadaan yang ditandai dengan
peningkatan progresif gejala sesak napas, batuk, mengi atau dada
tertekan dan penurunan progresif fungsi paru, yang terlihat pada
perubahan keadaan kesehatan pasien sehingga membutuhkan
perubahan pengobatan

From the Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (GINA) 2017
Eksaserbasi merupakan perubahan gejala dan fungsi paru
yang terjadi akibat paparan agen eksternal

Serbuk sari
Infeksi
virus
saluran
napas
badian
atas
Eksaserbasi
asma

Polusi

Kepatuhan
yang jelek
terhadap
pengobata
n

From the Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (GINA) 2017
Riwayat eksaserbasi asma merupakan prediktor terkuat
dalam menentukan eksaserbasi yang akan datang
– Kemungkinan terjadinya eksaserbasi yang akan datang terkait dengan kejadian
eksaserbasi terakhir (TENOR study)

– Studi cohort 3-tahun, multisenter,


observasional dari 4,756 pasien

– Pasien usia ≥12 tahun dengan


kunjungan ke unit gawat darurat
berkaitan dengan asma atau
dirawat satu malam memiliki
kemungkinan >6x lebih besar
untuk mengalami eksaserbasi
dimasa akan datang

– Bahkan setelah dilakukan


penyesuaian beberapa pengukuran
tingkat keparahan asma,
peningkatan risiko akibat kejadian
eksaserbasi terakhir secara
konsisten lebih tinggi
ATAQ: Asthma Therapy Assessment Questionnaire; ED: Emergency department; GINA: Global
Initiative for Asthma; NAEPP: National Asthma Education and Prevention Programme

Adapted from Chipps et al. Curr Respir Care Rep 2012;1:259–69


Klasifikasi eksaserbasi asma

RINGAN-SEDANG BERAT

• Bicara dalam frasa • Bicara dalam kata


• Memilih posisi duduk dibanding • Posisi tubuh duduk membungkuk
berbaring ke depan
• Tidak gelisah • Gelisah
• Laju respirasi meningkat • Laju respirasi > 30 kali per menit
• Otot bantu napas tidak digunakan • Otot bantu napas digunakan
• Denyut jantung 100-120 denyut/ • Denyut jantung > 120 denyut/
menit menit
• Saturasi O2 (di udara) 90-95% • Saturasi O2 (di udara) < 90%
• APE > 50% dari angka prediksi atau • APE ≤ 50% dari angka prediksi atau
nilai tertinggi nilai tertinggi

From the Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (GINA) 2017
Keadaan saluran napas pada serangan asma

Syslová K et al. (2012). Determination of Biomarkers in Exhaled Breath Condensate: A Perspective Way in Bronchial Asthma Diagnostics, Bronchial Asthma - Emerging Therapeutic
Strategies, Dr. Elizabeth Sapey (Ed.), InTech
Bronkodilator inhalasi
Beta 2 Agonist
Stimulasi reseptor beta 2 bronkus

Nature Review – Drug discoveries


Anti-kolinergik
Mengurangi tonus saraf vagus
Kortikosteroid Inhalasi
Mekanisme kerja steroid

Cell
membrane GC molecule

GR
Increased expression of:
Decreased  Anti-inflammatory
expression molecules
of proinflammatory  -adrenergic receptors
molecules (e.g.,
cytokines, ICAM,
VCAM) AP
Gene (DNA)
Nucleus
GRE

Adapted from Barnes, Am J Respir Crit Care Med 1998


Efek steroid pada asma

Sel radang Sel struktural


Eosinofil Sel epitel
jumlah
(apoptosis) Mediator
cytokin
Limfosit T
Cytokin Sel endotel

kebocoran
Sel Mast
Glukokortikoid
jumlah
Otot polos saluran napas
Makrofag
Cytokin b2 -receptors

Kelenjar
Sel dendrit
jumlah Sekresi
mukus
Barnes, Am J Respir Crit Care Med 1998
Ukuran partikel
Pengaruh Ukuran Partikel dalam Terapi Inhalasi1

TERLALU KECIL UKURAN OPTIMUM TERLALU BESAR:


(<1 mikron) (1-5 mikron)2 (>5 mikron)

- Keluar saat expirasi  Mencapai saluran napas - Terdeposisi di orofaring


- Berpotensi akan kecil dan besar dan tertelan
terdeteksi sebagai benda  Aksi bronkodilatasi - Meningkatkan efek
asing dan dapat melalui reseptor β2 otot samping seperti
difagositosis kandidiasis di orofaring3
polos bronkus
- Terabsorpsi lewat - Meningkatkan absorpsi
 Efek anti inflamasi lokal sistemik melalui usus
alveolus dan masuk ke
melalui reseptor
sirkulasi darah
kortikosteroid
- Tidak ada efek klinis
- Mempunyai efek klinis  Memberikan efek klinis
lokal yang kecil dalam
pengobatan asma

Scheuch Advanced Drug Delivery Reviews 2006; 58: 996–1008; Scichilone et al. Journal of Asthma and Allergy 2013:6 11–21; Gentile. Curr Opin Pharmacol. 2010;10:260–265
Nebulizer
Tipe Nebulizer

Jet Nebulizer Ultrasonik nebulizer


Prinsip Bernoulli : Udara dikompres  pipa Prinsip Piezoelektrik : Signal ultrasonik
sempit  tekanan tinggi  menarik frekuensi tinggi (1 - 3 MHz)  Energi
cairan obat dari reservoar melalui tabung membentuk partikel aerosol  ditumbuk
 pecah  partikel kecil dalam aliran gas pada baffle  partikel yang lebih kecil

Adapted from McCallion, et al. Int. J. Pharm. 1996; 130: 1-11 Adapted from Taylor K, et al. Int. J. Pharm. 1997; 153: 93-104
Fill volume
Fill volume

– Jika volume residu tinggi, maka untuk meningkatkan jumlah penghantaran obat maka
diperlukan penambahan fill volume. Nebuliser dulunya mempunyai volume residu ≥ 1 ml,
sehingga konsensus saat itu disarankan agar fill volume minimal 4 ml.
– Mangkok (chamber) nebulizer yang baru mempunyai volume residu  1 ml, sehingga
minimum fill-volume menjadi 2 ml. Dampak dari penambahan fill-volume dgn NaCl:
peningkatan waktu nebulisasi, meningkatkan biaya dan waktu staf.
Kendrick et al. Resp Med 1995;89:157-159
Perbandingan jumlah hantaran obat pada fill volume 2,5
ml vs 4 ml

– HASIL:
jumlah obat yang dihantarkan
sama, tetapi dengan waktu yang
berbeda (6 menit vs 10 menit).

Kendrick et.al. Thorax 1997;52(suppl 2):S92-101


Fill volume dan ukuran partikel

– Penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal ukuran partikel
(MMAD / mass median aerodynamic diameter) pada fill volume 2,5 ml dan 5 ml.
 fill volume tidak mempengaruhi ukuran partikel.

– Ukuran partikel dipengaruhi oleh kecepatan dan tekanan udara dari kompresor. Umumnya
minimum kecepatan (flow-rate) yang diperlukan adalah 6 L/menit.
SABA diberikan pada saat eksaserbasi, diikuti pilihan lain

– Pada sebuah studi RCT (1966–2010) diperlihatkan bahwa SABA inhalasi


dipertimbangkan sebagai andalan dalam pengobatan asma akut1
– Oksigen diberikan untuk mempertahankan saturasi oksigen 93-95%, untuk
eksaserbasi berat pertahankan saturasi oksigen dengan aliran oksigen rendah
yang dapat memberikan perbaikan fisiologis yang lebih baik dibandingkan terapi
aliran oksigen tinggi 100%2
– Pemberian kortikosteroid sistemik mempercepat perbaikan gejala eksaserbasi
dan mencegah kejadian ulangan, diberikan jika:2
– Pemberian SABA tidak memberikan perbaikan gejala
– Eksaserbasi terjadi ketika pasien mendapat pengobatan kortikosteroid oral
– Riwayat penggunaan kortikosteroid oral pada saat eksaserbasi
– Pemberian kortikosteroid inhalasi mengurangi kebutuhan rawat inap pada
pasien yang tidak mendapat kortikosteroid sistemik2
– Obat tambahan lain seperti ipratropium bromide (SAMA) atau Magnesium2
Steroid Inhalasi
Afinitas Reseptor Tinggi
Afinitas relatif flutikason propionat pada receptor glukokortikoid

Potensi relatif
12
10.5
10

8 7.5

6
5.1

2
1.1

0
Dexametason Beclometason Budesonide Fluticasone propionate
monopropionate

Johnson M.J. Allergy Clin Immunol 1996;97:169-176


Indeks Terapi dan Bioavabilitas
(20% dosis supresif kortisol / dosis terapeutik)

7 45
41
40
35

Bioavailabilitas (%)
Indeks terapeutik

30
Dosis terapeutik harian rendah-sedang
FF 25
20
20
15
CIC Dosis teraputik harian sedang - tinggi 11
BDP FP 10
BUD
5
1 1
0
0 Fluticasone Ciclesonide/ Budesonide Flunisolide BDP/BMP
3,500 propionate des-CIC
Afinitas relatif ikatan reseptor glukokortikoid

* Dosis terapeutik sedang-tinggi dan rendah-sedang dari kortikosteroid


inhalasi berikut termasuk dalam penelitian in vitro ini. : FF-Fluticasone
furoate DPI; FP-Fluticasone propionate DPI; BDP-Beclomethasone % Bioavalibilitas absolut ditentukan pada subjek sehat. BMP,
dipropionate MDI; CIC- Ciclesonide MDI; BUD-Budesonide DPI beclomethasone 17-monopropionate; des-CIC, des-isobutyryl ciclesonide

Hasil yang sama pertama kali dipublikasikan di Daley-Yates PT et al. Br J Clin Pharmacol. 2015;80: 372–380. Grafik ini telah dibuat secara independen oleh GSK dari 24
aslinya.
Perbandingan Fluticasone Propionate dengan Prednisolon oral
untuk eksaserbasi akut asma pada anak
– Acak, double blind, Paralel, 260
studi 7-hari pada anak-anak
250
dengan eksaserbasi asma
p=0.034
– 321 anak - anak usia 4 - 16 240

Rata-rata APE pagi (L/min)


tahun diberikan FP nebules 230
2000 g/hr atau 220
prednisolon oral
210
– Dosis Prednisolone : 2 mg/ FP 2000 g/hari
kg/hari selama 4 hari 200
Prednisolon
kemudian 1 mg/kg/hari 190 2 mg/kg - 4 hari,
selama 3 hari
180 1 mg/kg - 3 hari
170
160
150
1 2 3 4 5 6 7
Hari setelah eksaserbasi

Manjra Al. et al. Resp Med 2000; 94: 1206-1214


Studi open-label dan acak untuk menentukan efikasi Flixotide Nebules dibandingkan
metilprednisolon IV pada 73 orang dewasa yang dirawat di UGD karena serangan asma akut

Nebulisasi FP 0,5mg/2 mL
47.8*
60 50
Metilprednisolon (MP) IV 125 mg
51.7 45

Memerlukan Rawat Inap (%)


50 47.4
40
42.4
Rata-rata APE (% prediksi)

39.3 38.9 35
40 35.2
30
30 25
20.8
19.2
20
20 15
10
10
5
0 0
FP MP FP+MP FP MP FP+MP

Awal terapi Setelah 2 jam *P = 0,05 vs FP, FP+MP


Pada 2 jam setelah pengobatan di UGD, nilai APE Angka rawat inap signifikan lebih tinggi pada
pada grup FP signifikan meningkat dibandingkan grup metilprednisolon (MP) dibandingkan FP
kedua grup lainnya (p = 0,021 dan p=0,009) dan kombinasi FP+MP
Starobin D. et al. IMAJ 2008; 10: 568–571
Pengobatan setelah stabil
Pentingnya pengobatan pengontrol secara teratur

Start of treatment (months)

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
(in indicators of asthma control)
% reduction

Penggunaan obat pelega

penurunan PEF di
pagi hari Airway hyperresponsiveness
penurunan FEV1

ID/AST/0008/19 AD: 28/02/2019 ED:


Di pagi hari

Gejala malam hari Penggunaan terapi pengontrol


setiap hari sangat penting

28/02/2021
meskipun gejala tidak terjadi
karena mediator inflamasi
dapat tetap bertahan hingga
n=61 1 jangka waktu yang lebih
Asthma patients aged 18 to 75 years2 panjang
PEF: peak expiratory flow; AHR: airway hyperresponsiveness; FEV1 : forced expiratory volume in 1 sec

1. The same results were first published in Woolcock AJ. Clin Exper Allergy Rev 2001;1:62−64. This graph has been independently created by GSK from the original; 28
2. Reddel HK et al. Eur Respir J 2000;15:226-235.
Perbaikan hiper-responsivitas saluran pernapasan terus
terjadi pada terapi ICS setelah fungsi paru stabil

110 1
FEV1 (% baseline)

Log10 PD 20 (mg)
105 0

100 -1

FEV1 AHR

95 -2
Baseline 3 6 12 1 bulan pasca
Durasi pengobatan (bulan; n=35) pengobatan

Fisiologi, inflamasi, dan remodelisasi saluran pernapasan saling berhubungan dan membaik dengan terapi ICS.
Terapi ICS yang diperpanjang diperlukan untuk manfaat maksimal dalam remodelisasi dan hiper-responsivitas
saluran pernapasan. Penentuan dosis ICS hanya dengan merujuk pada gejala dan fungsi paru mungkin terlalu
sederhana.

AHR: airway hyper-responsiveness; PD20: Dose methacholine giving a fall in FEV1 of 20%; FEV1 :
forced expiratory volume in 1 second; FP: fluticasone propionate; ICS: inhaled corticosteroid

Hasil serupa pertama kali dipublikasikan oleh Ward C et al. Thorax 2002:57(4):309–316. 29
Grafik ini dibuat secara terpisah oleh GSK berdasarkan grafik aslinya.
Lebih banyak pasien mencapai kontrol asma sesuai definisi
guideline dengan penggunaan SFC dibandingkan FP
Persentase pasien dengan kontrol asma baik (primary endpoint) atau kontrol asma penuh
Kontrol baik (primary endpoint) *p=0.039 Kontrol penuh
100 **p<0.00 100
Kontrol baik (keluaran primer) 1
SFC SFC
80 FP 80 FP
* **
Pasien (%)

Pasien (%)
60 60
**
**
40 40
**
20 20 **
Pasien (%)

0 0
Stratum 1 Stratum 2 Stratum 3 Stratum 1 Stratum 2 Stratum 3
FP n=544 FP n=577 FP n=567 FP n=544 FP n=577 FP n=567
SFC n=539 SFC n=583 SFC n=568 SFC n=539 SFC n=583 SFC n=568

Kemungkinan mencapai kontrol baik/kontrol penuh pada dosis ICS yang sama atau lebih rendah untuk
SFC dibandingkan dengan FP pada Stratum 1 meningkat hingga 40% (kontrol baik: p=0.003; kontrol
penuh: p<0.001) dan lebih dari dua kali lipat pada Stratum 2 (kontrol baik dan kontrol penuh: p<0.001)
dan Stratum 3 (kontrol baik dan kontrol penuh: p<0.001).

Penelitian ini adalah penelitian selama 1 tahun, terstratifikasi, acak, tersamar ganda, dengan kelompok paralel (n=3421 randomisasi) pada pasien (≥12
sampai <80 tahun) dengan asma persisten yang mendapat terapi SFC (50/100 μg bid) dan SFC (50/250 μg bid) hingga dosis maksimal SFC (50/500
μg bid) atau FP (100 μg bid) dan FP (250 μg bid) hingga dosis maksimal FP (500 μg bid).
FP, fluticasone propionate; SFC, salmeterol/fluticasone propionate combination; bid, dua kali sehari

Hasil yang sama pertama kali dipublikasikan di et al. Am J Respir Crit Care Med. 2004;170:836-844. Grafik ini dibuat secara independen oleh GSK berdasarkan grafik aslinya. 30
Pasien mencapai kualitas hidup mendekati normal dengan
SFC dibandingkan FP

Kualitas hidup pasien yang mencapai skor AQLQ hampir


maksimal (6) atau maksimal (7)
% pasien yang mencapai skor

80 SFC
p=ns p<0.001
70 p<0.005 FP
60
AQLQ 26

50
40
30
20
10
0
Stratum 1 Stratum 2 Stratum 3
(bebas steroid) (ICS dosis rendah) (ICS dosis sedang)
FP n=275 SFC n=282 FP n=331 SFC n=339 FP n=345 SFC n=346

Persentase pasien yang mencapai skor AQLQ ≥6 lebih tinggi secara signifikan pada kelompok
SFC dibandingkan FP pada Stratum 2 and 3

Penelitian ini adalah penelitian selama 1 tahun, terstratifikasi, acak, tersamar ganda, dengan kelompok paralel (n=3421 randomisasi) pada pasien (≥12
sampai <80 tahun) dengan asma persisten yang mendapat terapi SFC (50/100 μg bid) dan SFC (50/250 μg bid) hingga dosis maksimal SFC (50/500 μg
bid) atau FP (100 μg bid) dan FP (250 μg bid) hingga dosis maksimal FP (500 μg bid).
AQLQ, Asthma Quality of Life Questionnaire; FP, fluticasone propionate; ICS, inhaled corticosteroid; SFC, salmeterol/fluticasone propionate combination; QoL Quality of life; bid, dua kali
sehari

The same results were first published in Bateman et al. Am J Respir Crit Care Med. 2004;170:836-844. This graph has been independently created by GSK from the original. 31
Pasien dengan SFC lebih jarang mengalami eksarsebasi
dibandingkan dengan FP

Efek terapi pada eksarsebasi sedang-berat


0.8 †p ≥ 0.009 untuk SFC vs.
Rata-rata eksaserbasi per

FP
Minggu
pasien per tahun

0.6 1-52

Baseline

0.4

0.2

0.07 0.12 † 0.12 0.17 † 0.27 0.37 †


0
SFC FP SFC FP SFC FP
0.27 0.37†
Stratum 1 (bebas steroid) Stratum 2 (ICS dosis Stratum 3 (ICS dosis sedang)
FP n=544 SFC n=539 rendah) FP n=567 SFC n=568
FP n=577 SFC n=583

Kejadian eksarsebasi lebih sedikit* pada kelompok SFC dibandingkan dengan FP (†p ≥ 0.009)
* Memerlukan steroid oral atau rawat inap/kunjungan IGD
Penelitian ini adalah penelitian selama 1 tahun, terstratifikasi, acak, tersamar ganda, dengan kelompok paralel (n=3421 randomisasi) pada pasien (≥12
sampai <80 tahun) dengan asma persisten yang mendapat terapi SFC (50/100 μg bid) dan SFC (50/250 μg bid) hingga dosis maksimal SFC (50/500 μg
bid) atau FP (100 μg bid) dan FP (250 μg bid) hingga dosis maksimal FP (500 μg bid).
FP, fluticasone propionate; ICS, inhaled corticosteroid; SFC, salmeterol/fluticasone propionate
combination; bid, dua kali sehari
Hasil yang sama pertama kali dipublikasikan di Bateman et al. Am J Respir Crit Care Med. 2004;170:836-844. Grafik ini dibuat secara independen oleh GSK berdasarkan grafik 32
aslinya.
Kontrol Asma setelah 3 tahun: Parameter sekunder

Penilai respon berdasrkan waktu- perbaikan gejala dan fungsi paru terjadi relative lebih
cepat dibandingkan airway hyper-responsiveness

100 Gejala Fungsi paru


% maximum biological response

80
Airway hyper responsiveness
60

40
Figure is a schematic representation of
data from Lundbäck B et al. 2009
20

0
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36
Time (months)

1. Lundbäck et al. Respir Med. 2009;103:348-355.


2. Serevent Evohaler. Summary of Product Characteristics https://www.medicines.org.uk/emc/
3. Serevent Accuhaler. Summary of Product Characteristics https://www.medicines.org.uk/emc/
Hasil Kontrol Asma setelah penggunaan rutin selama 3 tahun

1%
FP 250 g bid 14%
FP 500 mcg bid

7%
FP 100 mcg bid

SFC 50/500 g bid


% patients remaining in

24%
the study

SFC 50/250 g bid 3 dosis berbeda SFC


34% yang digunakan

SFC 50/100 g bid • 73% pasien mencapai kontrol


SAL 50 g bid 15%
asma dengan SFC
5%
• 21% dengan FP
• ~5% tetap dengan SAL
(n=282) (n=261) (n=245) (n=229)
Years
SAL tidak digunakan (dan tidak digunakan tunggal) sebagai terapi pertama pada asma2,3
bid, twice daily; FP, fluticasone propionate; SAL, salmeterol; SFC, salmeterol/fluticasone propionate combination.

Reprinted from Lundbäck et al. Respir Med. 2009;103:348-355 with permission from Elsevier ; Serevent Evohaler. Summary of Product Characteristics https://www.
medicines.org.uk/emc/; Serevent Accuhaler. Summary of Product Characteristics https://www.medicines.org.uk/emc/
Faktor-faktor dari inhaler berkontribusi pada kontrol asma
yang buruk

Tipe device
mixed1

Teknik
Mengganti
inhalasi
jenis inhaler2
buruk1
Kontrol
asma
buruk

Salah
Ketidakpatuhan1 penggunaan
inhaler3

1. Haughney J et al. Respiratory Medicine CME 2010;3:125-131; 2. Bjermer L. Respiration 2014;88:346–352; 3. Roche N et al. EMJ Respiratory. 2013;1:64-71 35
DPI yang berbeda bervariasi di dalam resistensi terhadap
aliran udara
– DPI didesain dalam
berbagai cara dan Tidak selalu berkorelasi dengan efektivitas klinis
bervariasi secara 0.16
substansial dalam
resistensi terhadap aliran 0.14

Resistensi ((cm H 2O)0.5 L/menit)


udara 1 0.12

DPI memerlukan laju 0.10
aliran inspirasi minimum
dari pasien untuk dapat 0.08
bekerja secara efektif1 0.06
– Pada anak-anak kecil dan
0.04
pasien dengan obstruksi
aliran udara berat dapat 0.02
bermasalah dalam
0.00
mencapai inhalasi cepat Aeroliser Diskus Turbuhaler Clickhaler Twisthaler Easyhaler
dalam penggunaan DPI2,3

DPI, dry powder inhaler.

Hasil yang sama dipublikasikan pertama kali di dalam Assi K & Chrystyn H. J Pharm Pharmacol. 2000;52:58. Gambar ini diciptakan secara independen oleh GSK dari 36
data aslinya. 1. Pedersen S et al. Arch Dis Child. 1990;65:308–319; 2. Capstick T, Clifton I. Expert Rev Respir Med. 2012;6:91–103; 3.Chrystyn H et al. Prim Care
Respir J. 2009;18(4):243–249; 4. Assi K & Chrystyn H. Am J Resp Crit Care Med. 2001;163:A443.
Turbuhaler membutuhkan aliran inspirasi yang tinggi untuk
menghantarkan jumlah obat secara tepat

Tidak seperti Diskus, Turbuhaler membutuhkan 25


21

Fraksi partikel halus (%) dosis


laju aliran inspirasi yang tinggi untuk
menghantarkan jumlah obat secara tepat 20 18
16
Turbuhaler 15

klaim label
Turunnya laju aliran inspirasi
10
↓ 6
Jumlah fraksi partikel halus yang dihantarkan 5
turun drastic
0
Turbuhaler Diskus
Diskus
Turunnya laju aliran inspirasi 60 L/menit 28.3 L/menit

Jumlah fraksi partikel halus yang dihantarkan Variabilitas Diskus (standar deviasi 0.6, dengan
turun lebih sedikit 95% confidence limits 0.4-1.8) secara signifikan
lebih rendah daripada variabilitas dari
Turbuhaler (standar deviasi 2.8, dengan 95%
confidence limits 1.6 to 7.9) (p=0.0148)

Analisis in vitro dosis yang dikeluarkan dan fraksi partikel halus sepanjang masa Turbuhaler vs Diskus

Hasil ini pertama kali dipresentasikan di dalam Hill LS, Slater AL. Respir Med. 1998;92:105-110. Gambar ini diciptakan secara independen oleh GSK dari data aslinya 37
Kesalahan penanganan lebih rendah pada pasien yang
menggunakan Diskus vs Turbuhaler
– Kesalahan penanganan secara signifikan lebih rendah pada pasien yang
menggunakan:
– DPI dibandingkan dengan mereka yang menggunakan MDI
– Diskus dibandingkan dengan mereka yang menggunakan Turbuhaler
80
* p < 0.001 vs
74.6 Accuhaler/Diskus
penanganan tidak tepat (%)
Proporsi pasien dengan

60 ** p < 0.031 vs
* Accuhaler/Diskus

40 43.2
*
*
20
16.9
6.8
0
MDI Turbuhaler Aerolizer Diskus

Prospektif, cross-sectional, penelitian observasional untuk menilai kesalahan penanganan pada 300
pasien menggunakan MDI atau DPI yang berbeda

DPI, dry-powder inhaler ; MDI, metered-dose inhaler

Khassawneh BY et al. Respir Care. 2008;53(3):324–328. 38


Kesalahan kritis meningkat seiring usia untuk semua device tetapi
lebih rendah dengan Diskus vs Turbuhaler

Frekuensi kesalahan kritis meningkat seiring usia untuk semua device tetapi lebih
rendah dengan Diskus vs Turbuhaler

< 30 tahun
Aerolizer
31 to 64 tahun
> 65 tahun
Autohaler

Diskus

MDI

Turbuhaler

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Pasien (%)
Pasien (%)

Penelitian observasional untuk mengevaluasi penanganan inhaler oleh pasien di dunia nyata, pada
primary care
MDI, metered-dose inhaler .

Hasil ini pertama kali dipresentasikan di dalam Molimard M et al. J Aerosol Med. 2003; 16:249-54. Gambar ini diciptakan secara independen 39
oleh GSK dari data aslinya
Kesimpulan

– Eksasebasi merupakan kejadian dimana terjadi perubahan


pada status gejala serta fungsi paru

– Eksaserbasi asma dapat diklasifikasi menjadi eksaserbasi


asma ringan-sedang dan berat

– SABA inhalasi adalah pengobatan andalan untuk


eksaserbasi asma

– Setelah stabil, pasien asma sebaiknya diberikan sediaan


yang mengandung kortikosteroid untuk menekan inflamasi
jalan napas dan mencegah terjadinya airway remodelling
Thank you

Anda mungkin juga menyukai