Anda di halaman 1dari 6

KESEHATAN REPRODUKSI

1. Pengertian

Reproduksi adalah suatu proses kehidupan manusia yang menghasilkan keturunan. Untuk itu sudah
menjadi kodrat manusia untuk hamil dan menghasilkan keturunan. Kehamilan yang baik adalah
kehamilan yang tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan jasmani yang tidak akan menimbulkan
gangguan jasmani dan rohani, untuk ibu maupun calon anak yang akan dilahirkan.

2. Usia Reproduksi Sehat

Salah satu faktor yang penting dalam kehamilan adalah umur ibu waktu hamil yang baik untuk
keselamatan ibu dan janin adalah :

a. Umur 10-15 tahun dianggap seperti berbahaya untuk kehamilan sebab secara fisik, ibu masih dalam
tahap pertumbuhan organ-organ reproduksi, masih sangat muda dan belum kuat sekali.

b. Umur 15-20 tahun masih sangat berbahaya meskipun lebih kurang resiko relatif lebih secara
psikologi dianggap masih belum cukup matang dan dewasa untuk menghadapi kehamilan dan
persalinan.

c. Umur 20-30 adalah kelompok umur paling baik untuk menghadapi secara fisik dan cukup juga dari
segi mental wanita nasehat sudah cukup dewasa. Dari penelitian-penelitian yang ada menunjukkan
bahwa resiko kehamilan baik ibu maupun bayi ternyata paling baik.

d. Umur 30-35 tahun ini dianggap sudah mulai berbahaya secara fisik dan sudah mulai menurun
apalagi jumlah keturunan sebelumnya lebih dari 3 kali ibu hamil pada usia muda perkembangan fisiknya
yang belum masih tidak dapat mencapai yang optimal sering didapati bahwa terkadang panggul ibu
belum berbentuk sempurna sehingga menimbulkan kesulitan dalam proses persalinan karena adanya
ketidak sesuaian antara kepala anak dan panggul ibu.

3. Pengertian pernikahan dini


Pernikahan dini adalah pernikahan yang langsung pada usia kurang dari 20 tahun pernikahan sebaiknya
dilakukan pada usia 20 tahun untuk wanita dan pria 25 tahun karena pada saat itu baik secara fisik
maupun mental sudah siap menjalani bahtera rumah tangga.

4. Pengertian Kehamilan Resiko Tinggi.

Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya, emosional ibu belum stabil dan ibu
mudah tegang. Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan,
adanya rasa penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya. (Ubaydillah, 2000).

Risiko kehamilan pada ibu yang terlalu muda biasanya timbul karena mereka belum siap secara psikis
maupun fisik. Secara psikis, umumnya remaja belum siap menjadi ibu. Bisa saja kehamilan terjadi karena
"kecelakaan". Akibatnya, selain tidak ada persiapan, kehamilannya pun tidak dipelihara dengan baik.
Kondisi psikis yang tidak sehat ini dapat membuat kontraksi selama proses persalinan tidak berjalan
lancar sehingga kemungkinan operasi sesar lebih besar. Risiko fisiknya pun tak kalah besar karena
beberapa organ reproduksi remaja putri seperti rahim belum cukup matang untuk menanggung beban
kehamilan. Bagian panggul juga belum cukup berkembang sehingga bisa mengakibatkan kelainan letak
janin. Kemungkinan komplikasi lainnya adalah terjadinya keracunan kehamilan/preeklamsia dan kelainan
letak plasenta (plasenta previa) yang dapat menyebabkan perdarahan selama persalinan. Risiko yang
bisa terjadi

DAMPAK PERNIKAHAN DINI

Dampak terhadap hukum

Adanya pelanggaran terhadap 3 Undang-undang di negara kita yaitu:

1. UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan

Pasal 7 (1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita
sudah mencapai umur 16 tahun.

Pasal 6 (2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus
mendapat izin kedua orang tua.

2. UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak


Pasal 26 (1) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:

a. mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak

b. menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya dan;

c. mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.

3. UU No.21 tahun 2007 tentang PTPPO

Patut ditengarai adanya penjualan/pemindah tanganan antara kyai dan orang tua anak yang
mengharapkan imbalan tertentu dari perkawinan tersebut.

Amanat Undang-undang tersebut di atas bertujuan melindungi anak, agar anak tetap memperoleh
haknya untuk hidup, tumbuh dan berkembang serta terlindungi dari perbuatan kekerasan, eksploitasi
dan diskriminasi.

Sungguh disayangkan apabila ada orang atau orang tua melanggar undang-undang tersebut.
Pemahaman tentang undang-undang tersebut harus dilakukan untuk melindungi anak dari perbuatan
salah oleh orang dewasa dan orang tua

B. Dampak biologis

Anak secara biologis alat-alat reproduksinya masih dalam proses menuju kematangan sehingga belum
siap untuk melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya, apalagi jika sampai hamil kemudian
melahirkan. Jika dipaksakan justru akan terjadi trauma, perobekan yang luas dan infeksi yang akan
membahayakan organ reproduksinya sampai membahayakan jiwa anak. Patut dipertanyakan apakah
hubungan seks yang demikian atas dasar kesetaraan dalam hak reproduksi antara isteri dan suami atau
adanya kekerasan seksual dan pemaksaan (penggagahan) terhadap seorang anak.

Dokter spesialis obseteri dan ginekologi dr Deradjat Mucharram Sastraikarta Sp OG yang berpraktek di
klinik spesialis Tribrata Polri mengatakan pernikahan pada anak perempuan berusia 9-12 tahun sangat
tak lazim dan tidak pada tempatnya. ”Apa alasan ia menikah? Sebaiknya jangan dulu berhubungan seks
hingga anak itu matang fisik maupun psikologis”. Kematangan fisik seorang anak tidak sama dengan
kematangan psikologisnya sehingga meskipun anak tersebut memiliki badan bongsor dan sudah
menstruasi, secara mental ia belum siap untuk berhubungan seks.

Ia memanbahkan, kehamilan bisa saja terjadi pada anak usia 12 tahun. Namun psikologisnya belum siap
untuk mengandung dan melahirkan. Jika dilihat dari tinggi badan, wanita yang memiliki tinggi dibawah
150 cm kemungkinan akan berpengaruh pada bayi yang dikandungnya. Posisi bayi tidak akan lurus di
dalam perut ibunya. Sel telur yang dimiliki anak juga diperkirakan belum matang dan belum berkualitas
sehingga bisa terjadi kelainan kromosom pada bayi.
C. Dampak psikologis

Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seks, sehingga akan menimbulkan
trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit disembuhkan. Anak akan murung dan
menyesali hidupnya yang berakhir pada perkawinan yang dia sendiri tidak mengerti atas putusan
hidupnya. Selain itu, ikatan perkawinan akan menghilangkan hak anak untuk memperoleh pendidikan
(Wajar 9 tahun), hak bermain dan menikmati waktu luangnya serta hak-hak lainnya yang melekat dalam
diri anak.

Menurut psikolog dibidang psikologi anak Rudangta Ariani Sembiring Psi, mengatakan ”sebenarnya
banyak efek negatif dari pernikahan dini. Pada saat itu pengantinnya belum siap untuk menghadapi
tanggungjawab yang harus diemban seperti orang dewasa. Padahal kalau menikah itu kedua belah pihak
harus sudah cukup dewasa dan siap untuk menghadapi permasalahan-permasalan baik ekonami,
pasangan, maupun anak. Sementara itu mereka yang menikah dini umumnya belum cukup mampu
menyelesaikan permasalan secara matang”.

Ditambahkan Rudangta, ”Sebenarnya kalau kematangan psikologis tidak ditentukan batasan usia, karena
ada juga yang sudah berumur tapi masih seperti anak kecil. Atau ada juga yang masih muda tapi
pikirannya sudah dewasa”. Kondisi kematangan psikologis ibu menjadi hal utama karena sangat
berpengaruh terhadap pola asuh anak di kemudian hari. ” yang namanya mendidik anak itu perlu
pendewasaan diri untuk dapat memahami anak. Karena kalau masik kenak-kanakan, maka mana bisa
sang ibu mengayomi anaknya. Yang ada hanya akan merasa terbebani karena satu sisi masih ingin
menikmati masa muda dan di sisi lain dia harus mengurusi keluarganya”.

D.Dampak sosial

Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam masyarakat patriarki yang bias gender,
yang menempatkan perempuan pada posisi yang rendah dan hanya dianggap pelengkap seks laki-laki
saja. Kondisi ini sangat bertentangan dengan ajaran agama apapun termasuk agama Islam yang sangat
menghormati perempuan (Rahmatan lil Alamin). Kondisi ini hanya akan melestarikan budaya patriarki
yang bias gender yang akan melahirkan kekerasan terhadap perempuan.

2. Dampak Kehamilan Resiko Tinggi pada Usia Muda.

a. Keguguran.

Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya : karena terkejut, cemas, stres.
Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat
menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat
reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
b. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan.

Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi

terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BBLR) juga
dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. cacat bawaan
dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah,
pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga
di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum
obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.

Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi masih kurang, sehingga akan
berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan
mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.

c. Mudah terjadi infeksi.

Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi infeksi saat hamil
terlebih pada kala nifas.

d. Anemia kehamilan / kekurangan zat besi.

Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya gizi
pada saat hamil di usia muda.karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia.
tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel
darah merah janin dan plasenta.lama kelamaan seorang yang kehilangan sel darah merah akan menjadi
anemis..

e. Keracunan Kehamilan (Gestosis).

Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan terjadinya
keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan
perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.

f. Kematian ibu yang tinggi.

Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi. Selain itu angka
kematian ibu karena gugur kandung juga cukup tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non
profesional (dukun).

Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain:

a. Resiko bagi ibunya :

(1) Mengalami perdarahan.


Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah dalam
proses involusi. selain itu juga disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan darah yang tertinggal didalam
rahim).kemudian proses pembekuan darah yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada
jalan lahir.

(2) Kemungkinan keguguran / abortus.

Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran. hal ini disebabkan oleh faktor-
faktor alamiah dan juga abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun memakai alat.

(3) Persalinan yang lama dan sulit.

Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin.penyebab dari persalinan lama sendiri
dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelaina kekuatan his dan mengejan serta
pimpinan persalinan yang salahKematian ibu.Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan oleh
perdarahan dan infeksi.

b. Dari bayinya :

(1) Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan.

Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). hal ini terjadi karena pada saat
pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.

(2) Berat badan lahir rendah (BBLR).

Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram. kebanyakan hal ini dipengaruhi
kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun. dapat juga dipengaruhi penyakit
menahun yang diderita oleh ibu hamil.

(3) Cacat bawaan.

Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan.hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor gizi dan
kelainan hormon.

(4) Kematian bayi.kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau kematian
perinatal.yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259
hari), kelahiran kongenital serta lahir dengan asfiksia.(Manuaba,1998).

Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya, emosional ibu belum stabil dan ibu
mudah tegang. Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan,
adanya rasa penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya

Anda mungkin juga menyukai