Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Stabilitas Kapal
BAB I
DASAR TEORI
1.1 Pengertian Dasar
Sebuah kapal dapat mengoleng disebabkan karena kapal mempunyai
kemampuan untuk menegak kembali sewaktu kapal menyenget yang dikarenakan
oleh adanya pengaruh luar yang bekerja pada kapal. Beberapa contoh pengaruh luar
yang dimaksud adalah: arus, ombak, gelombang, angin dan lain sebagainya. Dari
sifat olengnya apakah sebuah kapal mengoleng terlau lamban, ataukah kapal
mengoleng dengan cepat atau bahkan terlau cepat dengan gerakan yang menyentak-
nyentak, atau apakah kapal mengoleng dengan enak.
adalah sedang. Kapal yang dalam keadaan demikian itu sering kali disebut
sebuah kapal yang mempunyai stabilitas yang “ baik “
Sebuah kapal yang stabilitasnya terlalu kecil atau yang disebut langsar itu
untuk keadaan-keadaan tertentu mungkin berakibat fatal, sebab kapal dapat
terbalik. Kemungkinan demikian dapat terjadi, oleh karena sewaktu kapal akan
menegak kembali pada waktu kapal menyenget tidak dapat berlangsung, hal itu
dikarenakan misalnya oleh adanya pengaruh luar yang bekerja pada kapal, sehingga
kapal itu akan menyenget lebih besar lagi. Apabila proses semacam itu terjadi
secara terus menerus, maka pada suatu saat tertentu kapal sudah tidak memiliki
kemampuan lagi untuk menegak kembali. Jelaslah kiranya bahwa apabila hal itu
terjadi, maka sudah dapat dipastikan bahwa kapal akan terbalik. Sebuah kapal yang
kaku dapat berakibat :
1. Kapal “ tidak nyaman “ sebagai akibat dari berolengnya kapal yang secara
cepat dan menyentak-nyentak itu, sehingga mungkin sekali terjadi semua
awak kapalnya (terlebih-lebih para penumpang) menjadi mabok, sebab dapat
dikatakan bahwa tidak ada satu saatpun kapal itu dalam keadaan “ tenang “
2. Sebagai akibat dari gerakannya yang menyentak-nyentak dandengan cepat itu
maka konstruksi kapal dibangunan-bangunan atasnya akan sangat dirugikan,
misalnya sambungan-sambungan antara suku-suku bagian bangunan atas
akan menjadi longgar, sebab paku-paku kelingnya menjadi longgar.
Akibat lain yang mungkin juga terjadi adalah longsornya muatan yang
dipadat didalam ruang-ruang dibawah. Longsornya muatan itu dapat membawa
akibat yang sangat fatal (kapal dapat terbalik).
Sebuah kapal yang stabilitasnya kecil atau yang disebut langsar yang
disebabkan karena bobot diatas kapal dikonsetrasikan dibagian atas kapal.
Sebuah kapal dapat bersifat kaku, oleh karena pemadatan muatan dikapal itu
dilakukan secara tidak benar, yakni bobot-bobot dikonsentrasikan di bawah,
sehingga kedudukan titik beratnya terlalu rendah.
Pada pokoknya, stabilitas kapal dapat digolongkan didalam 2 jenis stabilitas
yaitu :
Definisi : Titik berat kapal adalah sebuah titik di kapal yang merupakan
titik tangkap dari Resultante semua gaya berat yang bekerja
di kapal itu, dan dipengaruhi oleh konstruksi kapal.
Arah kerja : Arah bekerjanya gaya berat kapal adalah tegak lurus kebawah
Kedudukan : Titik berat kapal dari suatu kapal yang tegak terletak pada
bida ng simetris kapal yaitu bidang yang dibuat melalui
linggi depan, linggi belakang dan lunas kapal
Sifat : Letak / kedudukan titik berat kapal suatu kapal akan tetap
bila tidak terdapat penambahan, pengurangan, atau
penggeseran bobot diatas kapal dan akan berpindah
tempatnya bila terdapat penambahan, pengurangan atau
penggeseran bobot di kapal itu.
2. Titik tekan (B / Bouyancy)
Definisi : Titik tekan = Titik apung = Centre of buoyency debuah titik
di kapal yang merupakan titik tangkap Resultante semua gaya
tekanan keatas air yang bekerja pada bagian kapal yang
terbenam didalam air.
Arah kerja : Arah bekerjanya gaya tekan adalah tegak lurus keatas
Kedudukan : Kedudukan titik tekan sebuah kapal senantiasa berpindah
pindah searah dengan menyengetnya kapal, maksudnya
bahwa kedudukan titik tekan itu akan berpindah kearah kanan
apabila kapal menyenget ke kanan dan akan berpindah ke kiri
apabila kapal menyenget ke kiri, sebab titik berat bagian
kapal yang terbenam berpindah-pindah sesuai dengan arah
sengetnya kapal.
Jadi dengan berpindah-pindahnya kedudukan titik tekan
sebuah kapal sebagai akibat menyengetnya kapal tersebut
akan membawa akibat berubah-ubahnya stabilitas kapal
tersebut.
3. Titik metasentrum (M / Metacentre)
BAB II
PERHITUNGAN UMUM
3. Biasanya sudut oleng yang ditinjau biasanya meliputi 10̊, 20̊, 30̊, 40̊, 50̊, 60̊,
70̊, 80̊, dan 90̊. Untuk memperoleh perhitungan yang lebih teliti sudut oleng
dapat diambil tiap perbedaan 5̊.Maka untuk menentukan titik berat garis air
yang merupakan sumbu putar dan harga MBφ untuk suatu keadaan tertentu
digunakan tabel perhitungan untuk:
Gambar 2.6 Gambar penggambaran garis air pada displacement yang sebenarnya
Dari titik berat garis air W0L0, yaitu O kita ukurkan OB = ½ e pada W oLo (lihat
gambar diatas).
Bila harga e positif maka OB diukurkan ke arah bagian yang masuk (ke
kanan/kea rah Ya), sedang bila harga e negative maka OB diukurkan ke bagian
yang keluar (ke kiri/kea rah Yb) bila letak Ya dan Yb seperti tertera pada gambar.
10°
Kita gambarkan garis air bantu W1 ‘L1 ‘ yang membentuk sudut 10̊ dengan W0 L0
pada titik O. Dari titik O ini kita lakukan pengukuran harga Ya dan Yb untuk setiap
station dan dimasukan didalam tabel perhitungan untuk sudut 10̊.Tarik garis air
W1L1 melalui B sejajar garis air bantu W 1’L1’. Ukurkan OC sama dengan e dan
tarik CO’ ┴ W1’L1’ sehingga memotong W1L1 di O’.Tarik garis air bantu W2’L2’
melalui O’ membentuk 10̊ dengan garis air W1L1.Hal tersebut diatas kita ulangi lagi
hingga semua garis air sampai dengan sudut 90̊.Perhitungan MBφ ini kita lakukan
untuk keempat macam keadaan sarat yang telah dipilih pada butir 2. Untuk satu
sarat kita gunakan 10 buah tabel yaitu untuk 0̊ sampai dengan 90̊. Jadi untuk empat
macam keadaan dibutuhkan 40 lembar tabel perhitungan.
Gambar 2.8 Gambar garis air bantu dan garis air sebenarnyau ntuk suatu displacement
yang tertentu 0̊ sampai dengan 90̊.
Masa jenis dari fuel oil diambil 0.94 ton/m 3, untuk diesel oil diambil 0.84
ton/m3, untuk lubrication oil diambil 0.92 ton/m 3, untuk fresh water tank diambil
1.00 ton/m3, dan untuk AP & FP tank diambil 1.025 ton/m3.
2013
Stabilitas Kapal
2013
Stabilitas Kapal
KONDISI KAPAL : I
KONDISI MUATAN DAN TANGKI-TANGKI
LOAD : 100 %
FUEL OIL : 100 %
LUB. OIL : 100 %
DIESEL OIL : 100 %
AP DAN FP : 100 %
FRESH WATER : 100 %
BALLAST WATER : 0%
KONDISI KAPAL : II
KONDISI MUATAN DAN TANGKI-TANGKI
LOAD : 100 %
FUEL OIL : 50 %
LUB. OIL : 50 %
DIESEL OIL : 50 %
AP DAN FP : 50 %
FRESH WATER : 50 %
BALLAST WATER : 0%
2013
Stabilitas Kapal
KONDISI KAPAL : IV
KONDISI MUATAN DAN TANGKI-TANGKI
LOAD : 0%
FUEL OIL : 100 %
LUB. OIL : 100 %
DIESEL OIL : 100 %
AP DAN FP : 100 %
FRESH WATER : 100 %
BALLAST WATER : 100 %
KONDISI KAPAL : V
KONDISI MUATAN DAN TANGKI-TANGKI
LOAD : 0%
FUEL OIL : 50 %
LUB. OIL : 50 %
DIESEL OIL : 50 %
AP DAN FP : 50 %
FRESH WATER : 50 %
BALLAST WATER : 100 %
KONDISI KAPAL : VI
KONDISI MUATAN DAN
TANGKI-TANGKI
LOAD : 0%
FUEL OIL : 30%
LUB. OIL : 30%
DIESEL OIL : 30%
AP DAN FP : 30%
FRESH WATER : 30%
BALLAST WATER : 100%
2013
Stabilitas Kapal
BAB III
PERHITUNGAN BERAT DAN TITIK BERAT KAPAL
Data kapal:
Type : Container Ship
Lpp = 132,50 m
Lwl = 139,12 m
B= 21,92 m
H= 9,89 m
T= 7,34 m
Cb = 0,71
Vs = 16,00 Knot
Berat kapal kosong ( Light Weight Tonnage ) pada saat akan diluncurkan meliputi
- Berat baja kapal dari lunas sampai geladak teratas.
- Berat poop deck .
- Forecastle deck.
- Berat kamar mesin.
- Berat baling-baling dan poros diluar kamar mesin.
Perhitungan penyebaran berat dengan Metode Liyod Register 1964, dibagi menjadi dua
bagian yaitu:
1. Penyebaran berat sampai geladak teratas.
2. Penyebaran berat bagian khusus.
2013
Stabilitas Kapal
2013
Stabilitas Kapal
2013
Stabilitas Kapal
W dari
AP-FP
= 1/3 x h x S1
= 1/3 x (164,44/20) x 2120,35
to
= 3025.441391 n
LCG
= ( S2/ S1 ) x Lpp/20
= -422.323 / 1370.011 x 164,44/ 20
- ( didepan midship
= 2.042238358 )
KG = 0.6 x H
= 0.6 x 9.89
2013
Stabilitas Kapal
= 5.93
2013
Stabilitas Kapal
= 26,02 m
A3 = Luas A3
= 2/3 x 25,82 x 0,6
= 10,33 m2
G3 = Titik berat A3 terhadap AP
= 2/3 x 25,82
= 17,21 m
LCG = -79,897 m ( dibelakang midship )
KG ={[ A1 x ( h+h2+h1/2)] + [ A2 x (h+2/3h2} / { A1 + A2 }
= 4,98 m
b. Berat kontruksi badan kapal didepan FP.
2013
Stabilitas Kapal
Untuk menghitung berat poop deck, maka tinggi dari poop deck dibagi menjadi tiga
bagian dan panjang poop deck dibagi empat, perhitungan luas masing-masing bagian
disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
No B/2 FS B/2.FS
1 6.576 1 6.576
2 7.343 4 29.3736
3 8.078 2 16.1566
4 8.776 4 35.1024
5 9.517 2 19.0332
6 10.170 4 40.6792
7 10.506 2 21.011
8 10.668 4 42.6704
9 10.766 1 10.7659
S1 = 221.3683
Tabel II.1. Perhitungan Luas Poopdeck Bagian Bawah
Panjang = 25,81 m
2013
Stabilitas Kapal
DL = 3,22651 m
Luas = 2/3 x DL x 221,368 = 476,165 m2
No B/2 FS B/2.FS
1 6.965 1 6.9646
2 7.699 4 30.7956
3 8.426 2 16.8528
4 9.142 4 36.5664
5 9.831 2 19.6614
6 10.385 4 41.5404
7 10.629 2 21.2572
8 10.730 4 42.9196
9 10.801 1 10.8005
S1 = 227.3585
Tabel II.2. Perhitungan Luas Poopdeck Bagian Tengah
Panjang = 25,81 m
DL = 3,22651 m
Luas = 2/3 x DL x 227,359 = 489,05 m2
No B/2 FS B/2.FS
1 7.241 1 7.2413
2 7.911 4 31.6456
3 8.604 2 17.2076
4 9.326 4 37.3028
5 9.995 2 19.9892
6 10.456 4 41.822
7 10.696 2 21.3914
2013
Stabilitas Kapal
8 10.790 4 43.1596
9 10.819 1 10.8186
S1 = 230.6
Tabel II.3. Perhitungan Luas Poopdeck Bagian Atas
Panjang = 25,81 m
DL = 3,22651 m
Luas = 2/3 x DL x 230.6 = 495,975 m2
Tinggi = 2,4 m
DT = 1,2 m
Volume = 2/3 x DT x 2928,34 = 2342,67 m3
2013
Stabilitas Kapal
A1 = Lpoop x Qb
= 25,8121 x 4,690
= 121,06931 [ m2 ]
G1 = Lpoop / 2
= 25,8121 / 2
= 12,91 [ m ]
Luas dan titik berat segitiga :
A2 = ( Lpoop / 2 ) x 3 x Qb
= 181,604 [ m2 ]
G2 = Lpoop / 3
= 25,8121 / 3
= 8,604 [ m ]
Titik berat trapesium :
G = (( A1 x G1) + ( A2 x G2 )) / (A1 +A2 )
= 10,324 [ m ]
Jarak titik berat ke midship :
LCG = -((Lpp/2) + 4,5) + ( Lpoop – G )
= -55.3 [ m ]
KG = 1/2 x t + H
= 1/2 x 2,4 + 9.89
= 11.1 m
2013
Stabilitas Kapal
forecastle deck dibagi menjadi tiga bagian dan panjang forecastle deck dibagi delapan,
perhitungan luas masing-masing bagian disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel III.1. Perhitungan Luas Forecastle Deck Bagian Bawah
No B/2 FS B/2.FS
1 4.6532 1 4.6532
15.826
2 3.9567 4 8
3 3.3065 2 6.613
10.781
4 2.6954 4 6
5 2.1040 2 4.208
6 1.5316 4 6.1264
7 1.0025 2 2.005
8 0.4534 4 1.8136
9 0 1 0
52.027
S1= 6
2013
Stabilitas Kapal
Panjang = 10,56 m
DL = 1,32 m
Luas = 2/3 x DL x S1 = 45,783 m2
No B/2 FS B/2.FS
1 4.6788 1 4.6788
15.863
2 3.9658 4 2
3 3.2906 2 6.5812
10.713
4 2.6784 4 6
5 2.1049 2 4.2098
6 1.5246 4 6.0984
7 0.9396 2 1.8792
8 0.4183 4 1.6732
9 0 1 0
51.697
S1= 4
Panjang = 11,11 m
DL = 1,3893 m
Luas = 2/3 x DL x S1 = 47,881 m2
2013
Stabilitas Kapal
6
3 3.5088 2 7.0176
11.650
4 2.9127 4 8
5 2.3068 2 4.6136
6 1.7505 4 7.002
7 1.2163 2 2.4326
8 0.6398 4 2.5592
9 0 1 0
S1= 56.457
Panjang = 11,67 m
DL = 1,46 m
Luas = 2/3 x DL x S1 = 54,9 m2
Tinggi = 2,4 m
DT = 1,2 m
Volume = 2/3 x DT x 292,2059 = 234 m3
2013
Stabilitas Kapal
2013
Stabilitas Kapal
2013
Stabilitas Kapal
t = 2,4
a = 0,00 m L= 25,19 m
AP
a= 0,00 m L= 25,19 m
AP
Lebar Bridge Deck (b) = 16,227 m
V =Lxtxb
= 748,148 m2
W = 0.1185 x V
= 88,6555ton
LCG = a + l/2 - Lpp/2
= -56,645 m
KG = H + 2t + t/2
= 15,89 m
I.8. BERAT RUANGAN DIBAWAH NAVIGATION DECK
2013
Stabilitas Kapal
t= 2,4 m
a= 0,00 m L= 25,19 m
AP
2013
Stabilitas Kapal
t= 2,4 m
a= 3,56 m L= 15,60 m
AP
2013
Stabilitas Kapal
= 11,09 m
I.12. BERAT TANKI CERUK HALUAN
L= 11,16 m
H = 11,16 m
L = 9,6 m
NO a S AxS a/2
1 35.3344 1 35.3344 17.6672
133.633
2 33.4084 4 6 16.7042
3 33.8344 2 67.6688 16.9172
127.345
4 31.8364 4 6 15.9182
5 32.1844 2 64.3688 16.0922
135.319
6 33.8298 4 2 16.9149
7 41.5572 2 83.1144 20.7786
8 42.637 4 170.548 21.3185
9 33.7636 1 33.7636 16.8818
851.096
S= 4
2013
Stabilitas Kapal
m
L= 4.936
m
H= 4.46
AP
NO a S AxS a/2
188.684
1 104.8066 1 104.8066 5
180.714
2 103.0718 4 412.2872 2
165.814
3 100.7444 2 201.4888 3
142.538
4 97.0716 4 388.2864 2
110.260
5 92.9814 2 185.9628 5
6 86.2132 4 344.8528 77.59
7 59.798 2 119.596 60.35
8 30.0774 4 120.3096 55.0213
9 20.55 1 20.55 40.3216
1898.140
S= 2
2013
Stabilitas Kapal
2013
Stabilitas Kapal
2013
Stabilitas Kapal
KG = S3/S1 = 7,2487 m
Panjang garis di Hidrostatik yang didapat adalah LWT x LPP x 1.025 / Skala
Hidrostatik yaitu 28,80 m. Berdasarkan berat yang diperoleh, maka sarat rata-rata kapal
kosong dapat ditentukan dengan membaca kurva hidrostatik, dan diperoleh besar sarat
kapal kosong adalah T = 3,07 m
2013
Stabilitas Kapal
BAB IV
PERHITUNGAN Ya & Yb
4.1. Pengertian Umum
Setelah sarat kapal kosong diperoleh, maka kapal harus dikondisikan menjadi
tiga kondisi, yaitu 1/3 muatan penuh, 2/3 muatan penuh dan full load. Caranya yaitu
dengan membagi 3 hasil pengurangan antara T – TLWTpada kurva hidrostatik.
2013
Stabilitas Kapal
LC DIAGRAM
BAB V
PERHITUNGAN TANKI
DAN RUANG MUAT
Pada perhitungan tanki, pengkondisian tanki hampir sama dengan pengkondisian kapal pada perhitungan Ya dan Yb, yaitu dibagi
menjadi kondisi 0, 1/3, 2/3, dan full. Sedangkan posisi tangki dan ruang muat pada kapal dapat dilihat pada gambar.
BAB VI
LC DIAGRAM
Data Kapal
Lpp = 132,5 meter
Bmoulded = 21,92 meter
Hmoulded = 9,89 meter
T = 7,34 meter
Vd = 16,00 knot
DWT = 10700 ton
Cb = 0.71
Tipe = Container Ship
Departure Condition
BAB VII
KESIMPULAN
INDEKS
Lpp : Length between perpendiculars,panjang antara kedua garis tegak buritan dan
garis tegak haluan yang diukur pada garis air muat.
LWL : Panjang garis air (Length of water line) jarak mendatar antara ujung garis
muat ( garis air ), yang diukur dari titik potong dengan linggi buritan sampai titik
potongnya dengan linggi haluan dan diukur pada bagian luar linggi buritan dan
linggi haluan.
B : Lebar kapal
H : Tinggi kapal diukur dari lunas sampai geladag utama.
T : Sarat kapal
Cb : Coeeficient Block
Vs : Kecepatan service
AP : Garis tegak buritan (After Perpendicular)
FP : Garis tegak haluan (Fore Perpendicular)
M : Metasentra
G : Titik berat (gravity)
B : Titik bouyancy (titik tekan ke atas)
LCG : Longitudinal Center of Bouyancy, titik tekan keatas dari midship kapal
KG : Jarak titik berat dari keel
KB : Jarak titik tekan keatas dari keel
W : Berat muatan
LWT : Light weight tonnage ,berat kapal kosong
e : Jarak titik berat ke sumbu perhitungan
Io : Momen inersia
Ikor : Koreksi dari momen inersia
MBj : Jarak metasentra dari bouyancy pada sudut tertentu.
Ta : Trim buritan
Tf : Trim haluan
g/γ : Berat jenis muatan
TKM : Transverse of Keel to Metacenter, titik metasentra melintang terhadap lunas
kapal untuk tiap-tiap water line-nya
MTC : Moment to change Trim one Centimeter, momen yang diperlukan untuk
mengadakan trim sebesar 1 cm. Satuannya dalam Ton meter
Lc : Lengan koppel
Ixx : Momen inersia
OG : Jarak titik berat dari midship
Tr : Perbandingan anatara displacement dengan perkalian Cb,LPP,B
ØG : Longitudinal Centre of Gravity, jarak titik berat ke midship
ØF : Longitudinal Centre of Floatation, jarak titik berat luas garis air teratas ke
midship
ØB : Longitudinal Centre of Bouyancy, jarak titik tekan keatas ke midship
DAFTAR PUSTAKA
Biro Klasifikasi Indonesia, Rules For The Clasification and Construction of Seagoing
Stell Ships: Rules For Hull V.2. 2006. Jakarta : Biro Klasifikasi Indonesia.
Guldhammer, H. E., “FORMDATA: Some Systematically Varried Ship Forms and their
Hydrostatic Data”. 1962. Denmark : Danish Technical Press.
Santoso, I Gusti Made, Sudjono, Joswan Jusuf. 1983. “Teori Bangunan Kapal 1”.
Indonesia : Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Sofi’i, Moch., Djaja, Indra Kusna. 2008. “Teknik Konstuksi Kapal Baja Jilid 1 untuk
SMK”. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional.
Sudjono, Joswan Jusuf. 1983. “Teori Bangunan Kapal II”. Indonesia : Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
http//sinarkudus.blogspot.com
www.wikipedia.com