Anda di halaman 1dari 8

Publik speaking atau berbicara di depan umum merupakan sebuah ilmu yang

mengajarkan seseorang untuk dapat berbicara ataupun menjelaskan sesuatu di depan umum.
Public speaking bertujuan untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan materi yang kita miliki
kepada pendengar yang ada. Kemampuan berbicara di depan umum diperlukan oleh semua orang
karena bermanfaat dalam berbagai kegiatan terutama kegiatan yang melibatkan orang banyak.
Kemampuan berbicara di depan umum bukan lah sebuah kemampuan yang dapat didapatkan
secara instan. Kemampuan tersebut harus selalu diasah dan dibiasakan dalam setiap kegiatan.

Dalam kegiatan public speaking, ada beberapa metode atau teknik yang biasa digunakan
oleh para pembicara, seperti spontan (Impromptu). Biasanya hal ini dilakukan tanpa persiapan,
jadi untuk pembicara sendiri harus mampu menguasai materi dan menguasai teknik bicara
dengan baik. Selain spontan ialah menggunakan teks (manuscript). Untuk menghindari
kesalahan saat melakukan public speaking, biasanya cara ini digunakan oleh seorang petinggi
negara untuk menyampaikan suatu hal. Ada pula teknik mengingat kata perkata (memorized).
Cara ini mengandalkan kekuatan ingatan dari pembicara itu sendiri. Terakhir yaitu mengingat
kata kunci atau membuat outline. Kata kunci yang ditulis biasanya sudah disertai dengan materi-
materi pendukungnya. Cara ini dianggap paling baik karena dinilai fleksibel sehingga banyak
digunakan (Webster, 2012).

De Vito (2012: 4 )mengemukakan bahwa terdapat emen dalam public speaking antara lain:
1) Speaker (Pembicara)
Pembicara adalah orang yang menyampaikan pesan atau informasi melalui ceramah yang
relatif lama dan tidak mendapatkan interupsi dari audiens. Public speaker akan menjadi
pusat dari pertukaran pesan yang terjadi. Oleh karenanya itu diperlukan pemahaman yang
tepat akan materi, perencanaan yang matang, dan penguasaan panggung yang handal
perlu dimiliki oleh seorang public speaker yang berpengaruh.
2) Audience (Audiens)
Public speaking memiliki audiens yang relatif besar. Pada umumnya, audiens yang dapat
terhitung sebagai public audience adalah 10-12 orang sampai ratusan, ribuan, bahkan
jutaan orang. Audiens Dalam public speaking terdapat dua macam yaitu audiens langsung
dan audiens jarak jauh. Audiens langsung contohnya seperti orang – orang yang
mendatangi sebuah seminar, sedangkan contoh audiens jarak jauh yaitu orang – orang
yang menonton lewat saluran tv.
3) Message (Pesan)
Pesan dalam public speaking terdiri dari tanda-tanda verbal maupun nonverbal.
Penyusunan pesan pada public speaking tidak boleh sembarangan, membutuhkan tata
cara tertentu agar makna dari pesan juga disampaikan bisa dicerna dengan baik oleh
pendengar (audiens). Sama seperti ketika menentukan karakteristik audiens, menyusun
pesan pun harus didahului dengan riset.
4) Media
Dalam public speaking, media wujudnya bisa bermacam-macam, baik secara visual
maupun non visual, misalnya melalui slide-slide di computer atau video, gambargambar,
dan lainnya.
5) Ethics (Etika)
Ethics berbicara tentang benar atau salah atau implikasi moral dari pesan yang
disampaikan. Seorang speaker harus menguasai hal-hal apa saja yang diperbolehkan dan
tidak diperbolehkan ketika menyampaikan suatu pesan.

Public speaking tidak hanya fokus pada kata-kata yang diucapkan tetapi juga bahasa
tubuh atau sering disebut bahasa non-verbal. Tidak semua hal bisa dijelaskan dengan kata-kata.
Ada beberapa hal yang hanya bisa disampaikan dengan bahasa tubuh. Untuk itulah penggunaan
bahasa tubuh dalam public speaking sangat diperlukan (Adha, 2016). Bahasa non-verbal juga
berpengaruh terhadap kualitas public speaking, bahasa non-verbal atau bahasa tubuh akan
membuat audien lebih tertarik dengan pebahasan yang diberikan oleh pemateri. Jika seorang
pemateri melakukan public speaking tanpa dukungan bahasa non-verbal yang baik akan
membuat para audien bosan. Salah satu contoh bahasa non-verbal yang membuat public
speaking kurang diperhatikan adalah rasa gugup dan gemetar yang juga berpengaruh terhadap
bahasa verbal akan terbata-bata dan tidak jelas.

Kepercayaan diri juga menjadi salah satu faktor yang mendukung suksesnya public
speaking. Kepercayaan diri setiap orang memang berbeda-beda, namun hal itu dapat dilatih agar
seseorang dapat memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Hal yang dapat dilakukan agar
memunculkan kepercayaan diri adalah membiasakan diri berbicara didepan umum, berani
berpendapat, berlatih sebelum melakukan public speaking, dan menanamkan kedalam diri bahwa
biasa melakukan hal tersebut dengan maksimal.

Apabila pembicara tidak percaya diri saat melakukan public speaking, bisa jadi hal-hal
yang tidak diinginkan akan muncul, seperti terbelit saat berbicara hingga yang paling fatal ialah
tidak ingat apa yang harus dilakukan.

Hambatan Berbicara di Depan Umum


Mahasiswa sebagai seseorang berpendidikan haruslah memiliki kemampuan berbicara
yang baik. Memiliki kemampuan berbicara yang baik dapat menambah nilai diri dari mahasiswa
itu sendiri. Namun dalam kenyataannya masih banyak yang memiliki kemampuan berbicara
masih rendah. Rendahnya kemampuan ini bisa disebabkan karena sedikitnya informasi, interaksi
yang kurang, dan kurangnya ide kritis dalam komunikasi oral (Darmuki et al., 2017).

Hambatan lain dalam berbicara di depan umum adalah adanya rasa tidak percaya diri.
Rasa tidak percaya diri ini dapat ditimbulkan karena public speaker kurang mengerti materi dan
harus berbicara di luar bahasa yang sehari-hari digunakan. Rasa tidak percaya diri dapat
menimbulkan kecemasan dalam diri public speaker saat harus berbicara. Hal tersebut bisa
terjadi karena public speaker kurang diberi motivasi dari lingkungannya sendiri (Sudah masuk
poin 2 ppt ya)Penyebab lain kecemasan yaitu merasa public speakermyang lain lebih baik, dan
merasa dirinya kurangnya pengalaman..

Merasa orang lain lebih baik juga merupakan sikap pesimis yang dapat menurunkan
percaya diri. Terkadang seseorang dipaksa untuk berbicara di depan umum karena alasan tugas,
walaupun belum mempunyai pengalaman yang banyak

Self-effecacy (keyakinan bisa) juga bisa menjadikan faktor penghambat atau pendorong
tergantung tingkatannya. Jika keyakinan kebisaan seseorang itu rendah, akan menimbulkan
kecemasan juga bagi pembicara. Keterampilan komunikasi dengan orang lain yang rendah juga
bisa menjadi faktor kurangnya keyakinan bisa dari seorang pembicara. Selain itu, dalam
penelitian telah ditunjukkan bahwa seseorang yang memiliki keyakinan bisa rendah, maka
kecemasan akan timbul. Jika seseorang memiliki keyakinan bisa tinggi maka kecemasan akan
lebih sedikit

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, faktor genetik juga dapat menyebabkan
hambatan saat berbicara dan memahami pembicaraan. Salah satu faktor genetik yang
menyebabkan hambatan adalah tunagrahita. Tunagrahita sendiri termasuk dalam ABK (Anak
Berkebutuhan Khusus). Anak tunagrahita sendiri memiliki kekurangan terutama yang
menyangkut aspek kognitif. Hal ini dijelaskan oleh Somantri (2006:103) bahwa tunagrahita ialah
istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intektual di bawah
rata-rata. Dari penjelasan Somantri tersebut, bisa disimpulkan bahwa anak tunagrahita memiliki
kekurangan pada aspek inteleketualnya. Hal ini, secara tidak langsung ikut mempengaruhi
kemampuan anak dalam berbahasa, termasuk di dalamnya pemerolehan bahasa dan
pengungkapannya

Kekurangan-kekurangan yang ada dapat disederhanakan menjadi kurangnya informasi,


interaksi dan ide kritis yang kurang. Selanjutnya disebabkan oleh rasa tidak percaya diri dan
sistem pendidikan yang tidak mendukung. Penyebab lain adalah perasaan sedang dievaluasi,
merasa orang lain lebih baik, dan kurangnya pengalaman. Keyakinan bisa yang rendah akan
berbicara juga dapat menyebabkan kecemasan saat mulai berbicara di depan umum. Faktor
kelainan genetik juga tidak lepas dalam menjadi faktor penghambat berbicara di depan umum.

Mengatasi Hambatan Berbicara di Depan Umum

Mengatasi hambatan berbicara di depan umum, secara sederhana dapat dikatakan dengan
penggunaan kelas atau kelompok kecil untuk pelatihan. Setiap kelompok akan dibimbing oleh
seorang instruktur handal yang akan melatih anggota. Tugas dari instruktur tersebut adalah
memotivasi agar dapat meningkatkan kepercayaan diri dari anggotanya. Selain itu, instruktur
juga harus mencontohkan langkah-langkah berbicara yang baik

Pemberian motivasi dapat meningkatkan harapan orang yang diberi motivasi. Motivasi
juga bisa menimbulkan sikap optimis dalam diri seseorang. Sikap optimis dapat menurunkan
tingkat kecemasan yang dialami oleh seseorang yang akan berbicara. Hal tersebut dikarenakan
sikap optimis merupakan kontribusi terbesar kelancaran berbicara di depan umum.

Selain itu bekal materi tentang dasar-dasar berbicara juga diperlukan. Materi tersebut
antara lain tentang konsep teoretis dan materi keterampilan. Konsep teoretis disini berisi tentang
pemahaman konsep dasar keterampilan berbicara. Sedangkan materi keterampilan berisi tentang
konteks situasi yang ada, seperti situasi formal,, interpretatif, formal, dan dramatik. Kedua jenis
materi tersebut digunakan untuk menyesuaikan keadaan pembicara dan lingkungan yang ada

Usaha-usaha di atas harus dilakukan dengan baik agar hambatan yang ada bisa
dihilangkan. Selain itu, harus ada pelatihan khusus dan jam terbang yang tinggi agar menjadi
pembicara yang baik. Jika seseorang dengan sungguh-sungguh melakukan usaha-usaha untuk
menghilangkan hambatan, lama kelamaan akan terjadi peningkatan kemampuan. Peningkatan
kemampuan ini, tentu juga berdampak baik pada pembicara itu sendiri.
Menurut Sirait (2008), ada beberapa teknik yang dapat dilakukan oleh seorang public
speaker (pembicara) diantaranya:

a. Persiapan sebelum melakukan public speaking, seperti kondisi tubuh yang tetap fit,
mengenali ruangan, tetap rileks, menguasai materi, menggunakan busana yang sesuai,
dan tampil dengan percaya diri.
b. Mengatasi rasa gugup dapat dilakukan dengan melakukan persiapan yang matang,
memikirkan hal positif tentang isi materi yang akan disampaikan, menyiapkan
pembukaan yang mampu menarik perhatian audiens, memberikan ekspresi wajah
yang ramah dan menyenangkan pada audiens, dan sebelum mulai berbicara ada jeda
untuk menatap mata audiens.
c. Untuk teknik vokal, yang terpenting ialah intonasi yang benar dan jelas. Penekanan
pada kata atau kalimat tertentu yang dianggap penting, volume pelan saat permulaan
dan akhir, pelafalan kata secara benar, dan artikulasi yang jelas.
d. Menyiapkan materi dengan baik sesuai dengan kebutuhan para audiens. Artinya
materi yang disampaikan singkat, logis, jelas, menarik, dan sistematis. Materi tersebut
akan mudah dimengerti dan dipahami oleh audiens. Materi yang menarik juga akan
memberikan kesan tersendiri sehingga audiens akan menyimak apa yang kita
sampaikan.
e. Cara membuka saat melakukan public speaking dapat diawali dengan perkenalan diri,
menyampaikan maksud dan tujuan pembicaraan, menyampaikan berapa lama waktu
yang dibutuhkan, memiliki sikap wibawa dan menghormati audiens.
f. Teknik penyampaian public speaking dengan cara memiliki pengetahuan yang
mendalam, memilih istilah yang tepat, improvisasi di tengah materi, menghargai
audiens, berbicara lancar dan sistematis, santun dan tidak menggurui, penyampaian
menarik, dan dapat dengan menuturkan cerita.
g. Cara menutup yang memikat audiens dengan menyampaikan kembali kesimpulan
materi, masih tetap fokus dan ramah pada audiens, memberikan penghargaan dan
ucapan terima kasih pada audiens. (Sirait, 2008)

Peran Perawat Sebagai Educator


Peran perawat sebagai educator merupakan salah satu peran perawat dalam memberikan
informasi, pengajaran, pelatihan, arahan, dan bimbingan kepada pasien maupun keluarga pasien
sehingga diharapkan mereka dapat mengatasi permasalahan mereka terkait dengan derajat
kesehatan diri mereka secara mandiri. (Sudarman, 2008)
 Kemampuan yang harus dimiliki perawat sebagai educator

Asmadi (2008) menyebutkan perawat sebagai pendidik harus memiliki kemampuan sebagai
syarat utama diantaranya:
1. Wawasan yang luas
Perawat sebagai edukator harus memiliki wawasan yang luas karena dalam memberikan
pendidikan kesehatan kepada pasien , perawat harus memberikan informasi terkait
pendidikan dari berbagai sumber yang valid agar perannya sebagai edukator dapat
terlaksana dengan baik.
2. Kemampuan Berkomunikasi
Komunikasi merupakan salah satu softskill yang harus dimiliki seorang perawat sebagai
edukator yang mana dalam hal tersebut, komunikasi dapat menentukan tingkat
pemahaman pasien terhadap pengetahuan yang diberikan.
3. Pemahaman psikologis
Kemampuan ini diperlukan untuk membantu perawat dalam meningkatkan kepedulian
serta kepekaan dirinya terhadap kondisi yang dialami pasien sehingga diharapkan pasien
dapat terbuka dan tujuan pendidikan kesehatan dapat tercapai.
4. Mampu memberikan contoh yang baik
Sebagai model, perawat harus mampu memberikan contoh secara nyata kepada pasien
agar pasien dapat percaya dan mendapat gambaran sehingga mereka dapat
menerapkannya serta mewujudkan perilaku yang lebih baik.
 Tujuan Perawat sebagai Edukator
Menurut Potter&Perry (2005) tujuan diberikannya pendidikan atau pengajaran kepada
pasien yaitu:
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan pasien sebagai upaya pencegahan
penyakit
Upaya
b. Adanya perbaikan kondisi kesehatan pasien
c. Pengalihan terhadap gangguan kesehatan yang dialami
 Faktor penghambat peran perawat sebagai edukator
a. Kesiapan perawat dalam memberikan pengajaran masih kurang
b. Kurangnya koordinasi antar petugas kesehatan sehingga materi yang diberikan tidak
efektif
c. Rendahnya kesadaran perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan
d. Perawat kurang yakin dengan pendidikan yang diberikan
e. Waktu pengajaran yang singkat terbatas pada waktu perawatan pasien
f. Media yang kurang memadai

 Alasan perawat perlu menjadi nurse edukator


- memenuhi kebutuhan rasa aman pasien
- pasien dapat mengaplikasikan pengajaran yang telah diberikan secara mandiri
- keluarga pasien yang telah menerima penkes dapat menerapkan tindakan keperawatan
sederhana saat tidak ada perawat
Daftar Pustaka
Sirait. (2008). Charlesbonair,the power of public speaking: kiat sukses berbicara di depan publik.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Webster., & Linda, J. (2012). Introduction to public speaking. America Louisiana State
University: Fountainhead Press.
Devito, J.A. (2012). Komunikasi antar manusia. Pamulang-Tangerang Selatan: Karisma
Publishing Group.

Anda mungkin juga menyukai