Anda di halaman 1dari 6

P-ISSN 1907 - 0357

Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 15, No. 1, April 2019
E-ISSN 2655 – 2310

PENELITIAN
PENGARUH SENAM KAKI DIABETES TERHADAP NILAI
ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI) DAN NILAI IPSWICH TOUCH
TEST (IPTT) PADA PASIEN DM TIPE 2
Indhit Tri Utami*
Akper Dharma Wacana Metro
Email: indhitpribadi@yahoo.com

Diabetes Melitus (DM) menyebabkan komplikasi yang dapat melibatkan vaskuler dan persarafan seperti
oklusi arteri perifer dan neuropati. Penentuan sirkulasi perifer melalui pengukuran Ankle Brachial Index
(ABI) merupakan metode invasif untuk memeriksa sirkulasi arteri perifer dan sebagai skrining terhadap
adanya penyakit arteri oklusi perifer. Sementara itu, IpTT merupakan metode baru untuk mendeteksi
penderita diabetes yang kehilangan sensasi kaki dan sebagai informasi untuk skrining adanya neuropati
diabetes. Metode ini mudah, aman, cepat, dan mudah di lakukan dan diajarkan. Penelitian ini bertujuan
untuk menilai apakah intervensi senam kaki dapat mempengaruhi Ankle Brachial Index (ABI) dan Nilai
Ipswich Touch Test (IpTT) pada pasien DM Tipe 2. Rancangan penelitian menggunakan quasi ekspreriment
pre post test design with control group. Pengambilan data menggunakan purposive sampling. Sampel pada
penelitian ini terbagi menjadi kelompok intervensi (n = 18) dan kelompok kontrol (n = 18). Berdasarakan uji
GLM - RM terdapat peningkatan nilai ABI dan IpTT pada kelompok intervensi sepanjang periode follow up
(pre test, post test I, dan post test II). dengan p value 0,000. Senam kaki diabetes dapat direkomendasikan
sebagai intervensi mandiri keperawatan sebagai upaya pencegahan komplikasi gangguan vaskuler dan
persarafan

Kata kunci: Diabetes Melitus, Senam Kaki Diabetes, ABI, IpTT

LATAR BELAKANG China, India, Amerika Serikat, Brazil, dan


Rusia, dengan jumlah 10,276,1 juta jiwa.
Penyakit tidak menular adalah Padahal sebelumnya data International
penyebab utama meningkatnya beban Diabetes Federation (2015), posisi Indonesia
penyakit (disease burden) dan kematian di menempati peringkat ketujuh di Dunia
dunia, yang mana bertanggung jawab untuk dengan jumlah 10 juta jiwa. Data dari
sekitar 38 juta kematian pertahun, dari 68% Riskesdas tahun 2013, prevalensi Diabetes
total angka kematian di dunia (WHO, 2014). Melitus di Provinsi Lampung sebanyak 0.7%
Sekitar 52% kematian di bawah usia 70 tahun (38.923 jiwa) dan Diabetes Melitus masuk ke
akibat penyakit tidak menular yang dalam daftar sepuluh penyakit terbanyak
disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, pada pasien rawat jalan di puskesmas Kota
kanker, Diabetes Melitus, dan penyakit Metro tahun 2015 dengan posisi kelima
pernapasan kronik (WHO, 2016). Indonesia sejumah (10%) dari semua total pasien rawat
berada pada region Asia – Pasifik, dimana jalan (Profil Kesehatan Kota Metro, 2015).
peningkatan penyakit tidak menular secara Hiperglikemia pada Diabetes Melitus,
signifikan ditemukan pada wilayah tersebut terutama pada Diabetes tipe 2 menyebabkan
(Low, Lee & Samy, 2014). Selain perubahan komplikasi baik mikroangiopati dan
gaya hidup, urbanisasi dianggap sebagai makroangiopati (Black & Hawks, 2014).
faktor yang melatarbelakangi timbulnya Tingginya kadar gula darah dapat
penyakit tidak menular (Perkeni, 2015). menyebabkan terjadinya komplikasi kronis
Secara global, jumlah penderita DM yang mengakibatkan morbiditas yang cukup
diperkirakan berjumlah 425 juta orang dan tinggi, salah satnya yaitu neuropati dan
pada tahun 2045 diperkirakan jumlahnya Penyakit Arteri Perifer. Prevalensi untuk
akan meningkat menjadi 629 juta terjadinya Neuropati Diabetes adalah sekitar
(International Diabetes Federation, 2017). 50% (Switlyk & Smith, 2016). Afreen, et al
Indonesia menempati peringkat keenam di (2017) menyatakan Neuropati Diabetes
dunia untuk prevalensi penderita DM setelah merupakan terbanyak ketiga gangguan kasus

[1]
P-ISSN 1907 - 0357
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 15, No. 1, April 2019
E-ISSN 2655 – 2310
neurologi dengan kejadian 54% dari 100.000 Arteri Perifer merupakan rangkaian proses
orang per tahunnya. Sementara kasus yang dinamis dan bergantung pada banyak
Penyakit Arteri Perifer (PAP) juga faktor, maka pengelolaan atau pencegahan
meningkat. Saat ini diperkirakan lebih dari pada dasarnya merupakan bagian dari
202 juta orang di dunia menderita PAP pengelolaan diabetes secara keseluruhan.
(Fowkes, 2013). Prevalensi PAP di Indonesia Bentuk pencegahan atau pengelolaan ini
adalah sekitar 9,7 %. Resiko terjadinya PAP diperlukan berbagai upaya khususnya
meningkat seiring dengan keparahan dan pemahaman pentingnya pengkajian dan
durasi diabetes, dimana mereka yang intervensi. Penelitian ini ingin melihat
menderita DM memiliki kemungkinan 7 – 15 pengaruh senam kaki diabetes terhadap nilai
kali lipat lebih tinggi (Ilminova, 2015) Ankle Brachial Index (ABI) dan nilai Ipswich
Komplikasi tersebut dikaitkan dengan Touch Test (IpTT) pada pasien Diabetes
gangguan mekanisme vaskular atau Melitus tipe 2.
metabolik atau kedua – duanya.
Deteksi dini terhadap adanya gangguan
sensasi perlu dilakukan dengan melakukan METODE
pemeriksaan neurologi. Pemeriksaan
neurologi dalam hal ini pemeriksaan sensasi Penelitian ini menggunakan desain
kaki salah satunya melalui Ipswich Touch penelitian quasi ekspreriment pre post test
Test yaitu merupakan metode baru yang design with control group. Peneliti
sederhana dan tanpa alat untuk pemeriksaan menggunakan dua kelompok yaitu kelompok
neurosensori kaki diabetik. yang sederhana, intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok
cepat dilakukan, tanpa biaya, dan dapat intervensi merupakan kelompok yang
dilakukan sebagai skrining neuropati diberikan intervensi latihan Senam Kaki
diabetik. Selain gangguan sensori, penurunan sedangkan kelompok kontrol tidak
sirkulasi ke perifer merupakan salah satu melakukan senam kaki.
penyebab terjadinya Neuropati Diabetik, Populasi dalam penelitian ini adalah
penyakit arteri perifer, dan Ulkus Diabetik semua pasien DM Tipe 2. Teknik sampling
pada Diabetes Melitus tipe 2 sebagai akibat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
adanya penurunan suplai oksigen dan nutrien purposive sampling atau pengambilan sampel
(Clayton & Elasy, 2009). Salah satu upaya dimana seluruh subjek yang memenuhi
untuk mengetahui adanya gangguan tersebut kriteria penelitian. Pemilihan sampel
adalah dengan melakukan pemeriksaan Ankle menggunakan rumus Federer, dimana jumlah
Brachial Index (ABI) sampel ≥ 16. Namun peneliti menambahkan
Pencegahan terjadinya gangguan pada 10 % sehingga jumlah sampel yang diambil
vaskularisasi perifer dan gangguan sensasi sejumlah 18 responden untuk masing –
dalam pilar pengelolaan diabetes melitus masing intervensi dan kontrol sehingga total
merupakan bentuk tindakan non 36 responden. Pada pengumpulan data
farmakologis. Terdapat beberapa tindakan sebelum dilakukan intervensi, pada kedua
non farmakologis untuk menegah terjadinya kelompok dilakukan pre – test, kemudian
penyakit arteri perifer dan neuropati. Salah dilanjutkan pemberian intervensi latihan
satunya ialah dalam bentuk exercise (Hinkle senam kaki diabetes pada kelompok
& Cheever, 2014; Sogondo, dkk. 2009). intervensi. Setelah 3 kali senam kaki pada
Salah satu exercise yang yang minggu ke - 1 diukur (post test I) dan
direkomendasaikan adalah Senam Kaki kembali diukur setelah 3 kali senam kaki
Diabetes. Penelitian sebelumnya menyatakan pada minggu ke - 2 (post test II). Pada
adanya hubungan senam kaki dengan nilai kelompok kontrol diukur pada hari ke 6 dan
ABI dan sensisitivitas kaki (Wahyuni, 2016; ke 12. Instrumen pengukuran ABI
Priyanto, 2013) menggunakan Simple Hand Held Vascular
Terjadinya komplikasi Diabetes doppler ultrasound probe merek BT 200V
Melitus melibatkan persarafan dan vaskuler dan spignomanometer merek ABN yang
seperti pada Neuropati ataupun Penyakit telah terkalibrasi. Sementara pengukuran

[2]
P-ISSN 1907 - 0357
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 15, No. 1, April 2019
E-ISSN 2655 – 2310
IpTT menggunakan prosedur dari Diaebetes analisis dengan menggunakan Uji Oneway
UK 2017. ANOVA diperoleh hasil bahwa ada
Analsis data dilakukan menggunakan peningkatan nilai ABI dan IpTT yang pada
statistik deskriptif digunakan untuk pengukuran post test I (setelah 3 kali
menggambarkan responden dan nilai ABI dilakukan senam kaki pada minggu ke -1)
dan IpTT sebelum dilakukan intervensi. dan pada pengukuran post test II (setelah 3
Statisik bivariat digunakan untuk mengetahui kali senam kaki pada minggu ke -2). Dengan
hubungan karakteristik responden dengan demikian H0 ditolak, artinya ada perbedaan
ABI dan IpTT serta melihat perbedaan rata – nilai rata-rata ABI dan IpTT antara kelompok
rata ABI dan IpTT pada pre post, post test I, intervensi dan kelompok kontrol (p= 0,000)
dan post test II. Sementara statistik
multivariat digunakan untuk melihat Tabel 2: Pengaruh senam kaki diabetes
pengaruh senam kaki diabetes terhadap nilai terhadap nilai ABI pada T1, T2, dan
ABI dan IpTT dengan menggunakan uji T3
statistik General Linier Multivariat –
Kelompok Perubahan nilai Selisih SE P value
Repeated Measure (GLM – RM). Data yang ABI Rerata
terkumpul diolah menggunakan perangkat T1 – T2 -0,06 0,01
lunak kamputer. Sebelum dilakukan uji Intervensi T1 - T3 -0,15 0,02 0,000
bivariat terlebih dahulu dilakukan uji T2 - T3 -0,09 0,02
normalitas pada nilai ABI dan IpTT pada 3 T1 – T2 -0,00 0,01
Kontrol T1 - T3 -0,02 0,02 0,539
waktu pengukuran, sehingga didapatkan p T2 - T3 -0,02 0,02
value > 0,05 yang berarti berdistribusi
normal dengan menggunakan uji Shapiro Keterangan : (T1 = pre test; T2= minggu ke – 1(post test I);
T3= minggu ke – 2 (post test II)
Wilk.
Berdasarkan analisis utama terdiri dari
2 kelompok (intervensi vs kontrol) x 3
HASIL (waktu: Time 1, Time 2, Time 3). Hasil ini
mendukung hipotesis bahwa pasien DM yang
Analisis Univariat mendapatkan intervensi senam kaki
mempunyai nilai ABI yang lebih tinggi
Tabel 1: Analisis perbedaan rata – rata nilai dibandingkan dengan yang tidak
ABI dan IpTT (T1, T2, dan T3) mendapatkan intervensi.. Hal ini
antara kelompok intervensi dan mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan
kelompok kontrol (n= 36) nilai ABI baik pada kelompok intervensi
Variabel Waktu Kelompok Mean SD f P value maupun pada kelompok kontrol sepanjang
Pengukuran
T1 Intervensi 0,79 0,09 0,37 0,54 periode follow – up (T1, T2, dan T3) dengan p
Kontrol 0,77 0,09 value 0,000.
ABI T2 Intervensi 0,85 0,07 7,89 0,01
Kontrol 0,77 0,09
T3 Intervensi 0,95 0,07 31,36 0,00 Tabel 3: Pengaruh senam kaki diabetes
Kontrol 0,79 0,09
T1 Intervensi 3,11 1,28 0,38 0,54
terhadap nilai IpTT pada T1, T2, dan
Kontrol 3,39 1,42 T3
IpTT T2 Intervensi 4,00 1,23 5,89 0,02
Kontrol 3,00 1,23
T3 Intervensi 4,50 1,20 16,29 0,00
Kelompok Perubahan nilai Selisih SE P value
Kontrol 2,94 1,10 IpTT Rerata
Keterangan: T1 = pre test; T2 = post test I; T3 = post T1 – T2 -0,89 0,19
test II Intervensi T1 - T3 -1,39 0,22 0,000
T2 - T3 -0,50 0,18
Tabel di atas menggambarkan T1 – T2 0,39 0,19
perbedaan mean (rata – rata) nilai ABI dan Kontrol T1 - T3 0,44 0,22 0,096
IpTT pada 3 waktu pengukuran yaitu pre T2 - T3 0,06 0,18
test, post test I, dan post test II antara
kelompok intervensi dan kontrol. Hasil Keterangan : (T1 = pre test; T2= minggu ke – 1(post test I);
T3= minggu ke – 2 (post test II)

[3]
P-ISSN 1907 - 0357
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 15, No. 1, April 2019
E-ISSN 2655 – 2310
Penelitian ini juga untuk mengetahui Pengaruh Senam Kaki Diabetes terhadap
pengaruh senam kaki diabetes terhadap nilai Ipswich Touch Test (IpTT)
Ipswich Touch Test (IpTT). Hasil ini Pergerakan senam kaki memperbaki
mendukung hipotesis bahwa pasien DM yang sirkulasi darah dan memperbaiki fungsi
mendapatkan intervensi senam kaki endotelium pembuluh darah sehingga
mempunyai nilai IpTT yang lebih tinggi produksi Nitric Oxide sebagai vasodilator
dibandingkan dengan yang tidak akan memperbaiki sirkulasi darah. Selain itu
mendapatkan intervensi. Hal ini olahraga dapat meningkatkan Vascular
mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan Endothelial Growth Factor (VEGF) pada
nilai IpTT baik pada kelompok intervensi dalam jumlah cukup di otot untuk
maupun pada kelompok kontrol sepanjang meningkatkan vaskularisasinya (Guyton &
periode follow – up (T1, T2, dan T3). Hall, 2011).
Perubahan nilai IpTT dalam kelompok Peningkatan VEGF menghasilkan
intervensi antar waktu pengukuran peningkatan densitas kapiler dan
ditemukan signifikansi secara statistik p memperbaiki sirkulasi darah perifer. Keadaan
value 0,000. ini membantu mencegah iskemia syaraf dan
memperbaiki gangguan sensasi pada pasien
DM (Groover, 2014 dalam Darmayan, 2016).
PEMBAHASAN Latihan fisik meningkatkan fungsi
kardiovaskuler dan vasodilator endotel yang
Pengaruh Senam Kaki Diabetes terhadap memiliki keuntungan untuk meningkatkan
Ankle Brachial Index produksi NO sehingga meningkatkan
Senam kaki (diabetic foot care) dapat vasodilatasi vaskular yang berdampak
memperbaiki sirkulasi darah dan terhadap sirkulasi ke bagian saraf (Bernando,
memperkuat otot – otot kecil, seperti Bryk, & Fucs, 2015).
meningkatkan kekuatan otot betis dan otot Penelitian serupa yang dilakukan oleh
paha (Sugondo, dkk., 2009). Salah satu Priyanto (2013) menunjukkan ada perbedaan
gerakan dalam senam kaki ialah dorsofleksi secara bermakna rata-rata sensitivitas kaki
dan plantar fleksi. (otot – otot tungkai). sebelum dilakukan senam kaki dengan
Ketika terjadi pergerakan tungkai, akan sensitivitas kaki sesudah dilakukan senam
mengakibatkan menegangnya otot-otot kaki dengan p value 0,000.
tungkai dan menekan vena di sekitar otot
tersebut. Hal ini akan mendorong darah
kearah jantung dan tekanan vena akan KESIMPULAN
menurun, mekanisme ini dikenal dengan
pompa vena. Mekanisme ini akan membantu Pada penelitian ini terdapat perbedaan
memperlancarkan peredaran darah bagian signifikan nilai ABI dan IpTT pada
kaki dan memperbaiki sirkulasi darah. pengukuran minggu ke -1 (post test I) dan
Peredaran darah yang lancar minggu ke – 2 (post test II) antara kelompok
menghambat proses penebalan dari membran intervensi dengan kelompok kontrol.
kapiler, peningkatan ukuran dan jumlah sel Karakteristik responden meliputi usia, lama
endotel kapiler, sehingga diameter lumen menderita DM, riwayat hipertensi, dan
pembuluh darah tetap adekuat khususnya riwayat merokok memiliki hubungan
pembuluh darah kapiler. Oleh karena itu, terhadap ABI dan IpTT. Senam kaki diabetes
terjadi perbaikan nilai tekanan darah sistolik mellitus berpengaruh terhadap perubahan
baik brachial maupun ankle. Penelitian oleh nilai ABI bahwa pasien DM yang mendapat
Subekti (2017) senam kaki berpengaruh senam kaki mempunyai nilai ABI dan IpTT
terhadap peningkatan nilai ABI dari 0,72 ± yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang
0,09 menjadi 0,82 ± 0,08 dengan p value tidak mendapat senam kaki. Penelitian ini
0,001. akan merubah paradigma ilmu keperawatan
dari direct care menuju preventive dan
promotif care dalam keilmuan keperawatan

[4]
P-ISSN 1907 - 0357
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 15, No. 1, April 2019
E-ISSN 2655 – 2310
medikal bedah. Melalui hasil penelitian Hinkle & Cheever.(2014). Brunner &
inileh karena itu, perlunya melakukan Suddarth’s Textbook of Medikal-
exercise seperti senam kaki diabetes dan juga Surgical Nursing 13 th Edition.
perlunya menilai ABI dan IpTT secara Wolters Kluwer: Lippincott Williams
berkala pada penderita Diabetes Melitus & Wilkins.
sehingga terhindar dari komplikasi untuk Ilminova.,et al.(2015). Hubungan antara
menurunkan angka morbiditas dan status diabetes melitus dengan status
mortalitias. penyakit arteri perifer (PAP) pada
pasien hipertensi.
http://onesearch.id/Record/IOS2852.46
DAFTAR PUSTAKA 704?widget=1&institution_id=67
International Diabetes Federation. (2015).
Afreen, S.,et al. (2017). Prevalence of IDF Diabetes Atlas 7th Edition.
Sensory Peripheral Neuropathy in http://www.oedg.at/pdf/1606_IDF_Atla
Diabetic Patients at Diabetes Care s_2015_UK.pdf.
Centre: a cross sectional study DOI: International Diabetes Federation. (2017).
www.msjonline.org/index.php/ijrms/art IDF Diabetes Atlas 8th Edition.
icle/.../3705/3311 http://www.diabetesatlas.org/resources/
Bernardo, D. N. D., Bryk, F. F., & Fucs, P. 2017-atlas.html.
M. de M. B. (2015). Influence of nitric Low, W.Y., Lee, Y.K., Samy, A.L. (2014).
oxide in the improvement of muscle Non-communicable diseases in the
Asia-Pacific region: Prevalence, risk
power. Acta Ortopedica Brasileira,
factors and community-based
23(6), 294–298. http://doi.org/10.1590/ prevention 2015;28(1):20-6
1413-785220152306148249 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
Black, J.M. & Hawks, J.H. (2014). 26159943.
Keperawatan Medikal Bedah Perkeni. (2015) Konsesus Pengelolaan dan
Manajemen Klinis Untuk Hasil yang di Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di
harapkan Edisi 8. Singapura: Elseiver. Indonesia.
Clayton, W. & Elasy, T.A. (2009). A Review pbperkeni.or.id/doc/konsensus.pdf. d
of The Pathophysiology, Cassification Priyanto. (2013). Pengaruh Senam Kaki
and Treatment of Foot Ulcer in Terhadap Sensitivitas Kaki dan Kadar
Diabetic Patient. https://pdfs. Gula Darah Pada Aggregate Lansia
semanticscholar.org/7fde/15821fb6490 Diabetes Melitus di Magelang.
65d1ae6c1637fde5252c6606a.pdf Skripsi.http://jurnal.unimus.ac.id/index.
Darmayan. (2016). Pengaruh Akupressure php/psn12012010/article/download/853
dan Fot Exercise Terhadap Nilai ABI. /907.
Tesis. Profil Kesehatan Kota Metro. (2015).
Fowkes, F.G. (2013). Comparison of global dinkes.metrokota.go.id/downlot.php?fil
estimates of prevalence and risk factors e=profil_dinkes_2015.pdf.
for peripheral artery disease in 2000 Kemenkes RI. (2014). Laporan Riskesdas
and 2010: a systematic review an 2013. www.depkes.go.id/resources/
analysis. Dec; 75 (12):783. download/general/Hasil%20Riskesdas
www.ncbi.nlm.nih.gov PMID %202013.pdf.
23915883. Subekti, A.S. (2017). Pengaruh Senam Kaki
Guyton & Hall. (2011). Buku Ajar Fisiologi Terhadap sirkulasi Perifer Dilihat dari
Kedokteran Edisi Kedua belas. Nilai Ankle Brachial Index Pada Pasien
Singapura: Saunders Elseiver. Diabetes Melitus Di RSUD Dr.
Moewardi. http://digilib.stikeskusuma
husada.ac.id/files/disk1/34/01-gdl-
atiksrisub-1653-1-artikel-h.pdf.

[5]
P-ISSN 1907 - 0357
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, Volume 15, No. 1, April 2019
E-ISSN 2655 – 2310
Sugondo, dkk. (2009). Penatalaksanaan World Health Organization. (2014).
Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: STEPwise approach to chronic disease
Fakultas Kedokteran UI. risk factor surveillance (STEPS).
Switlyk, K. J & Smith, G. (2016). Updates in Geneva: WHO; 2014 [cited 2014 Mar
diabetic peripheral neuropathy 20]. Available from:
[version 1; referees: 3 approved]. http://www.who.int/chp/steps/riskfactor
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/arti /en.
cles/PMC4847561/. World Health Organization. (2016). Global
Wahyuni, A. (2016). Senam Kaki Diabetes Status Report on non comunicable
Efektif meningkatkan Ankle Brachial disease 2015. Geneva: WHO 2015.
Index Pasien DM Tipe 2. Skripsi.

[6]

Anda mungkin juga menyukai