TUGAS PAI Azis
TUGAS PAI Azis
Dosen Pengampu :
Oleh :
Tahun Ajaran
2017 - 2018
BAB I
PENDAHULUANLatar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah seni lukis ?
2. Bagaimana seni lukis dalam Al Quran ?
3. Bagaimana hukum melukis ?
4. Apa macam macam seni lukis yang diharamkan dan diperbolehkan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah seni lukis
2. Untuk mengetahui seni lukis dalam Al Quran
3. Untuk mengetahui hukum melukis
4. Untuk mengetahui macam macam seni lukis yang diharamkan dan diperbolehkan.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam surat Al-Anbiya‟ (21): 5158 diuraikan tentang patung-patung yang disembah
oleh “ayah” Nabi Ib- rahim dan kaumnya. Sikap Alquran terhadap patung-patung
itu, bukan sekadar menolaknya, tetapi merestui penghancurannya. “Maka Ibrahim
menjadikan berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar
(induk) daripatung- patung yang lain, agar mereka kembali (untuk bertanya)
kepadanya “ (QS Al-Anbiya‟ [21]:58).
Ada satu catatan kecil yang dapat memberikan arti dari sikap Nabi Ibrahim di
atas, yaitu bahwa beliau menghancur- kan semua berhala kecuali satu yang terbesar.
Membiarkan satu di antaranya dibenarkan karena ketika itu berhala tersebut
diharapkan dapat berperan sesuai dengan ajaran tauhid. Melalui berhala itulah Nabi
Ibrahim membukti-
kan kepada mereka bahwa berhala betapapun besar danindahnyatidakwajar
untuk disembah.“Sebenarnyapatung yang besar inilah yang
melakukannya(penghancuranberhala- berhala itu). Makatanyakanlahkepada mereka
jika mereka dapatberbicara,“ Sesungguhnya kamusekalianadalahorang-orang yang
menganiaya (dirisendiri). “ (QS Al-Anbiya‟[21]:63-64). Sekali lagi Nabi
Ibrahima.s.
tidak menghancurkan berhala yang ter- besar pada saat berhala itu difungsikan untuk
satu tujuan yang benar. Jika demikian, yang dipersoalkan bukan berhalanya, tetapi
sikap terhadap ber- hala, serta peranan yang diharapkan darinya.
Dalam surat Saba‟ (34): 12-13 diuraikan tentang nikmat yang dianugerahkan Allah
kepada Nabi Sulaiman, yang antara lain adalah,“ (Para jin) membuat untuknya
(Sulaiman) apa yang dikehendakinya seperti gedung-gedung yang tinggi dan
patung-patung… “ (QS Saba‟ [34]:13).
Dalam Tafsir Al-Quthubi di- sebutkan bahwa patung-patung itu terbuat dari
kaca, marmer, dan tembaga, dan konon menampilkan para ulama dan nabi-nabi
terdahulu. (Baca tafsirnya menyangkut ayat tersebut). Di sini, patung-patung tersebut
karena tidak disembah atau diduga akan disembah, keterampilan membuatnya serta
pe- milikannya dinilai sebagai bagian dari anugerah ilahi.
Dalam Alquran surat Ali „Imran (3): 48-49 dan Al-Maidah (5): 110 diuraikan mukjizat
Nabi Isa a.s. antara lain adalahmencipta-kan
patung berbentuk burung dari tanah liat dan setelah ditiupnya, kreasinya itu menjadi
burung yang sebenarnya atas izin Allah. “ Aku membuat untuk kamu dari tanah (sesuatu)
berbentuk seperti burung kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung
seizin Allah. (QS Ali „Imran [3]: 49).
C. HUKUM MELUKIS/MENGGAMBBAR
Pada asalnya tashwir (menggambar) segala hal yang memiliki nyawa, baik manusia maupun hewan,
hukumnya haram. Baik itu dalam bentuk ukiran patung (3 dimensi) maupun yang digambar di kertas,
kain, dinding atau semisalnya (2 dimensi). Ataupun juga gambar foto[1]. Berdasarkan hadits-hadits
yang shahih tentang larangan perbuatan tersebut dan adanya ancaman bagi pelakunya dengan azab
yang keras.
Selain itu juga pada jenis gambar tertentu, dikhawatirkan menjadi sarana menuju kesyirikan
terhadap Allah. Yaitu seseorang merendahkan diri di depan gambar tersebut, dan bert-taqarrub
kepadanya, dan mengagungkan gambar tersebut dengan pengagungan yang tidak layak kecuali
kepada Allah Ta’ala. Selain itu juga, terdapat unsur menandingi ciptaan Allah. Selain itu juga
sebagian gambar dapat menimbulkan fitnah (keburukan), seperti gambar selebriti, gambar wanita
yang tidak berpakaian, model terkenal, atau semacam itu.
Dan hadits-hadits yang menyatakan tentang keharaman hal ini menunjukkan bahwa perbuatan ini
adalah dosa besar. Diantaranya hadits Ibnu Umar radhiallahu’anhuma, bahwa Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
Dan hadits Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, beliau berkata: aku mendengar Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
Dan hadits Abu Hurairah radhiallahu’anhu, beliau berkata: aku mendengar Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
وجلَّ عزَّ للاَّ قال: كخلقي يخلقَّ ذهبَّ ممن أظلم ومن، ذرَّة ً فليخلقوا، أو: حب َّةً لِيخلقوا، شعيرَّة ً أو
“Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mencipta seperti
ciptaan-Ku?’. Maka buatlah gambar biji, atau bibit tanaman atau gandum” (HR. Bukhari dan Muslim).
تماثيل فيه بقرام لي سهوة سترت وقد سفر من وسلم عليه للا صلى للا رسول قدم، وجهه تلون وسلم عليه للا صلى للا رسول رآه فلما،
وقال: “عائشة يا، ”للا بخلق يضاهئون الذين القيامة يوم للا عند عذابَّا ً الناس أشد، وسادتين أو وسادة منه فجعلنا فقطعناه
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pulang dari safar. Ketika itu aku menutup jendela rumah
dengan gorden yang bergambar (makhluk bernyawa). Ketika melihatnya, wajah Rasulullah berubah.
Beliau bersabda: “wahai Aisyah orang yang paling keras adzabnya di hari kiamat adalah yang
menandingin ciptaan Allah“. Lalu aku memotong-motongnya dan menjadikannya satu atau dua
bantal” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan hadits Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhuma, beliau berkata: aku mendengar Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
الروحَّ فيها ينفخَّ أن القيام َِّة يومَّ كلِفَّ الدُّنيا في صورَّة ً صورَّ من
ُّ ، َّبنافخَّ وليس
“barangsiapa yang di dunia pernah menggambar gambar (bernyawa), ia akan dituntut untuk
meniupkan ruh pada gambar tersebut di hari kiamat, dan ia tidak akan bisa melakukannya” (HR.
Bukhari dan Muslim).
َّصورَّ ك ُّل
ِ ار في م
َِّ الن، َّبكل له يجعل
َِّ َّجهنمَّ في فتعذِبه نفسَّ صورها صورة
“semua tukang gambar (makhluk bernyawa) di neraka, setiap gambar yang ia buat akan diberikan
jiwa dan akan mengadzabnya di neraka Jahannam” (HR. Bukhari dan Muslim).
Semua hadits-hadits ini melarang menggambar semua yang memiliki ruh secara mutlak. Adapun
gambar yang tidak memiliki ruh, seperti pohon, laut, gunung, dan semisalnya boleh untuk digambar,
sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma. Dan tidak diketahui ada diantara para
sahabat yang mengingkari pernyataan Ibnu Abbas tersebut[2]. Dan tidak ada para sahabat.
Berikut adalah penjelasan dan pembagian seni lukis yang dilarang dan diperbolehkan syariat islam:
Yang dilarang:
Lukisan atau patung tiruan orang, hewan dan mahkluk bernyawa lainnya, jenis lukisan atau
patung ini haram secara ijma’ berasarkan hadits :
“Sesungguhnya malaikat tidak akan masuk rumah yang di dalamnya ada anjing, atau lukisan
atau patung atau orang dalam keadaan janabat”
Gambar yang dilukis dengan tangan yang merupakan tiruan makhluk yang bernyawa. Hukumnya
haram dengan ittifak / kesepakatan para ulama berdasarkan hadits
“Allah Maha Perkasa lagi Maha Jaya berfirman,“Siapakah orang yang lebih zhalim dari orang
yang membuat sesuatu yang menyerupai ciptaan-Ku, cobalah mereka menciptakan sebiji
dzarrah atau sebiji benih atau sebiji gandum.” ( HR.Bukhari, Muslim dan Ahmad)
“Setiap pelukis akan masuk neraka, dan setiap lukisan yang ia lukiskan akan diberi nyawa,
lalu lukisan itu akan menyiksanya di neraka jahanam.” (HR. Bukhari, Muslim dan An-Nasa’i)
Gambar yang menonjol sehingga menimbulkan rasa hormat dan digantungkan di tempat yang
mudah dilihat orang yang masuk, maka hukumnya haram.
Yang diperbolehkan :
Lukisan atau patung bukan dalam bentuk orang atau benda bernyawa seperti pohon dan lain-
lain. Sebagaimana hadits dari Ibnu Abbas :
“Setiap pelukis akan masuk neraka, dan setiap lukisan yang ia lukiskan akan diberi nyawa, lalu
lukisan itu akan menyiksanya di neraka jahanam.”
Kemudian Ibnu Abbas berkata, “Kalau anda terpaksa harus melukis, maka lukislah pohon atau
benda lain yang tidak bernyawa !” (HR. Bukhari, Muslim dan An-Nasa’i)
Semua lukisan yang menggambarkan tubuh tetapi tidak utuh seperti tangan dan lainnya
Boneka. Para ulama memperbolehkan boneka, karena boneka itu tidak tetap (akan rusak) dan
agar anak-anak perempuan terbiasa berlatih mengasuh anak-anak di kemudian hari.
Sebagaimana peristiwa yang dialami oleh ‘Aisyah ra. Aisyah berkata, “Aku sering main boneka
di hadapan Nabi Shollallhu ‘alaihi wassalam aku mempunyai teman-teman yang bermain
denganku. Apabila Rasulullah shollallahu alaihi wasallam masuk mereka berlarian keluar
karena malu kepada beliau, beliau lalu mengirim mereka kembali untuk bermain-main lagi
denganku. (HR.Muslim)
Foto. Para Ulama Mutaakhirin berpendapat bahwa foto tidak termasuk haram dengan alasan
bahwa foto tersebut adalah hasil refeksi suatu benda yang sebagai akibatnya terwujud (pada
film potret benda tersebut). Proses tersebut sama halnya dengan gambar yang terlihat di
cermin (lensa yang ada pada alat pemotret itu merefleksi cahaya benda yang dipotret itu
kedalam alat potret dan cahaya tersebut jatuh pada sebuah film dan terwujudlah gambar
benda yang dipotret pada film itu, yang setelah mengalami proses pencucian dan lain-lain
maka menghasilkan potret benda tersebut).
Namun dalam menyikapi pembahasan foto tersebut Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni dalam
kitabnya Rawai’ul Bayan Tafsir Ayatil Ahkam minal Qur’an juz IImemberi batasan bahwa
pemotretan hanya dilakukan sebatas kebutuhan saja. Karena unsur kemashalatan yang
terdapat dalam foto akan membawa efek negative dalam bentuk kerusakan moral seperti
gambar-gambar porno dalam majalah dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA:
Kasman K.S., “Kondisi Seni Patung di Mata Masyarakat Islam di Zaman Modern”,
dalam Jabrohim dan Saudi Berlian (eds.), Islam dan Kesenian, Yogyakarta; PP.
Muhammadiyah, 1995, hlm.88 – 89
Anwar al-Jundi, Pembaratan di Dunia Islam, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 1993,
hlm.117.
Isharul Haque, Menuju Renaisance Islam, Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2003, hlm. 139
– 140. Anwar al-Jundi, Ibid, hlm. 118.
Drs. Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam, Pertumbuhan dan Perkembangannya,
Angkasa: Bandung, 1993, hlm. 134-138.
http://almuttaqinjepara.com/