Anda di halaman 1dari 6

TATALAKSANA NONFARMAKOLOGI DEMAM DAN EDUKASI PENANGANAN LUKA

Nildza Kheirizzad
FKUI 2017

A. Pendahuluan
Demam adalah kenaikan suhu tubuh melebihi batas normal. Temperatur normal tubuh
bervariasi sesuai individu, namun biasanya tidak kurang dari 36.1ºC dan tidak lebih dari 37.2ºC.
Demam bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu gejala yang menunjukkan bahwa terdapat hal-
hal yang tidak biasa terjadi di dalam tubuh, seperti adanya penyakit atau infeksi. Demam akan
mencegah pertumbuhan mikroba.1 Respons imun tubuh juga cenderung lebih efisien pada
temperatur di atas rentang normal. Agen penurun panas (antipiretik) yang direkomendasikan
adalah asetaminofen, ibuprofen, atau aspirin. Namun, walaupun obat-obat ini mudah didapatkan,
obat ini harus diminum dengan hati-hati berdasarkan dosis yang tepat. Dosis tinggi asetaminofen
dapat menyebabkan hepatotoksisitas, efek samping penggunaan meliputi masalah gastrointestinal
dan jantung, dan aspirin dapat meningkatkan risiko perdarahan dan komplikasi lainnya.2 Maka
dari itu, apabila demam belum mencapai >38.9ºC dan belum menyebabkan rasa tidak nyaman
dalam beraktivitas, konsumsi obat tidak selalu dibutuhkan.1

B. Pembahasan
a. Demam
Istilah ‘fever’ atau demam, memiliki dasar etimologis dalam bahasa Latin, yang berarti
'panas', dan pireksia berasal dari bahasa Yunani 'pyr', yang berarti api atau demam.
Beberapa sumber menggunakan istilah-istilah tersebut secara bergantian, sedangkan yang
lain tetap mempertahankan istilah 'demam' sebagai kenaikan suhu yang disebabkan oleh
pirogen. Demam adalah bagian dari pertahanan tubuh terhadap kuman penyebab infeksi.
Demam biasanya tidak berbahaya, meskipun demam terlampau tinggi dapat berakibat
fatal.3 Konsumsi obat tidak selalu dibutuhkan ketika demam. Langkah-langkah yang dapat
membantu merasa lebih baik ketika demam antara lain:4
1. Minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi.
 Demam biasanya menyebabkan peningkatan laju metabolisme. Peningkatan
metabolisme berarti bahwa (1) tubuh kehilangan lebih banyak air, dan (2) terjadi
peningkatan kecepatan napas, sehingga tubuh melepaskan lebih banyak uap air.
Kehilangan terlalu banyak air dan kelembaban bersama-sama dapat menciptakan
ketidakseimbangan dalam tubuh, yang pada akhirnya menyebabkan dehidrasi.
 Rasa tidak nyaman pada demam juga dapat menyebabkan penurunan motivasi
untuk makan dan minum.
2. Beristirahat dengan cukup
3. Kompres dengan air hangat, bukan air dingin. Kompres paling efektif diletakkan di
daerah pembuluh darah besar, seperti di lipatan ketiak dan lipatan paha.
 Kompres dingin tidak efektif untuk menurunkan suhu tubuh. Kompres dingin
dapat membuat tubuh menginterpretasikan bahwa suhu luar dingin sehingga malah
menaikkan suhu tubuh. Tubuh juga menjadi menggigil karena terjadi
vasokontriksi pembuluh darah.
 Kompres hangat dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses evaporasi.
Kompres hangat menyebabkan tubuh menginterpretasikan bahwa suhu lingk
cukup panas, akhirnya tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak
supaya tidak meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu diluaran hangat
akan membuat pembuluh darah tepi dikulit melebar dan mengalami vasodilatasi
sehingga pori – pori kulit akan membuka dan mempermudah pengeluaran panas.
Sehingga akan terjadi perubahan suhu tubuh.
4. Berpakaian seperti biasa (walaupun dalam keadaan menggigil).
a. Jangan membungkus orang yang sedang demam dengan selimut atau pakaian
hangat. Lapisan pakaian tambahan hanya akan mencegah panas tubuh keluar.

b. Luka
Luka ringan dapat diobati di rumah untuk mencegah terjadinya infeksi dengan cara:5
1. Cuci dan keringkan tangan sampai bersih.

2. Bersihkan luka di bawah air bersih (lebih baik air minum). Hindari penggunaan
antiseptik karena dapat merusak kulit dan memperlambat penyembuhan. Pastikan
tidak ada kotoran atau serpihan, seperti kaca atau kerikil, pada luka. Untuk
menghilangkan serpihan, gunakan pinset steril.

2
3. Gunakan tekanan dan ketinggian untuk mengendalikan perdarahan dan
pembengkakan. Berikan tekanan pada area luka menggunakan bahan penyerap yang
bersih dan kering - seperti perban, handuk, atau sapu tangan - selama beberapa menit.
a. Jika luka ada di tangan atau lengan, angkat lengan di atas kepala untuk membantu
mengurangi aliran darah.
b. Jika luka ada di tungkai bawah, berbaring dan naikkan area yang terluka di atas
tingkat jantung.
4. Keringkan area luka dengan handuk bersih dan lebut.
5. Balut luka dengan perekat steril, seperti plester atau perban jika diperlukan. Luka yang
sangat kecil dapat sembuh tanpa perban.
6. Jaga luka agar tetap bersih dan kering.
7. Gunakan pembalut luka kedap air untuk menjaga luka tetap kering saat mandi.
8. Istirahatkan area sekitar luka.
9. Kompres es jika apabila terjadi memar atau bengkak, dan hindari melepas keropeng.
Es dapat mengurangi pembengkakan dan peradangan serta membantu menghentikan
pendarahan. Suhu dingin akan membatasi sirkulasi darah dan dapat mematikan rasa
sakit. Hal ini dapat membantu membatasi memar.
Luka yang terinfeksi adalah ekskavasi kulit atau jaringan lunak di mana organisme
patogen telah menginvasi ke dalam jaringan di sekitar luka. Infeksi luka memicu respons
imun, menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan, serta memperlambat proses
penyembuhan. Banyak kasus infeksi yang akan sembuh sendiri dengan sendirinya, seperti
goresan atau folikel rambut yang terinfeksi. Pada kasus lain, jika tidak diobati, dapat
menjadi lebih parah dan memerlukan intervensi medis. Kulit adalah lini pertahanan
pertama tubuh, permukaan yang dilindungi oleh lapisan tipis asam yang diproduksi oleh
kelenjar sebasea yang disebut mantel asam. Mantel asam ini adalah penghalang yang
mengatur pH kulit dan memelihara mikroorganisme yang disebut flora normal yang
membantu mencegah patogen memasuki tubuh. Patogen akan sering menggantikan
beberapa flora normal dan mengkolonisasi lokasi tertentu, tetapi hal ini sebagian besar
tidak menyebabkan infeksi dan tidak merangsang respons imun. Namun, ketika kulit rusak
atau jika sistem kekebalan tubuh terganggu, mikroorganisme mana pun yang berkoloni
pada kulit atau masuk melalui luka dapat menyebabkan infeksi. Mikroorganisme yang

3
cenderung menginfeksi luka sangat tergantung pada jenis mikroorganisme apa yang ada
pada kulit serta kedalaman dan lokasi luka.6
Interaksi pirogen eksogen (dalam kasus luka adalah mikroorganisme) dan pirogen
endogen (misal interleukin (IL)-1, IL-6, tumor necrosis factor (TNF)-α) dengan organum
vasculosum dari lamina terminalis (OVLT) akan menginduksi demam. Pirogen eksogen
dapat merangsang produksi sitokin, atau dapat bertindak langsung pada OVLT. Stimulasi
pada OVLT akan mengarah pada peningkatan sintesis prostaglandin (PG)E2, yang bekerja
pada nukleus pra-optik hipotalamus dalam memperlambat firing rate warm-sensitive
neurons sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. PGE2 juga berperan dalam
meningkatkan set-point hipotalamus.3
Luka berisiko infeksi jika:5
1. Penyebab luka melibatkan benda kotor, berkarat, atau terkontaminasi.
2. Luka sudah terkontaminasi dengan kotoran, nanah atau cairan tubuh lainnya.
3. Ada sesuatu pada luka sebelum dibersihkan, seperti kerikil atau pecahan kaca.
4. Luka besar, yaitu luka yang lebih panjang dari 5 cm
5. Luka disebabkan oleh gigitan binatang atau manusia
Kondisi kesehatan tertentu dan faktor lingkungan juga dapat meningkatkan risiko
infeksi:5
1. Diabetes
2. Sirkulasi darah yang buruk
3. Sistem imun yang melemah, seperti pada pasien HIV atau mereka yang menggunakan
obat imunosupresan
4. Usia lanjut
5. Defisiensi nutrisi dan vitamin
Luka yang tidak terinfeksi lambat laun akan membaik sampai sembuh sepenuhnya,
sementara luka yang terinfeksi menjadi lebih nyeri dari waktu ke waktu. Tanda-tanda luka
telah terinfeksi termasuk:5
• Pembengkakan, kemerahan, dan nyeri yang meningkat di daerah yang terkena
• Nanah terbentuk di dalam atau di sekitar luka
• Suhu tinggi (demam) 38ºC atau lebih
• Kelenjar limfe membengkak di bawah dagu, leher, ketiak atau selangkangan

4
Luka dengan infeksi ringan dapat diobati di rumah dengan cara yang sama dengan
mengobati luka terbuka. Namun, infeksi luka yang lebih parah memerlukan perhatian
medis segera, terutama luka yang terjadi bersama dengan gejala lain seperti demam. Jika
seseorang tidak menerima perawatan untuk infeksi luka, infeksi dapat menyebar ke bagian
lain dari tubuh dan menyebabkan komplikasi serius, termasuk:5
• Selulitis adalah infeksi pada lapisan dan jaringan kulit yang lebih dalam, dan dapat
menyebabkan pembengkakan, kemerahan, dan nyeri di daerah yang terkena. Gejala lain
dapat termasuk demam, pusing, dan mual dan muntah.
• Osteomielitis adalah infeksi bakteri pada tulang, dan gejalanya meliputi rasa sakit,
kemerahan, dan pembengkakan di sekitar area yang terinfeksi. Kelelahan dan demam
adalah gejala lain yang dapat memengaruhi mereka yang menderita osteomielitis.
• Sepsis adalah reaksi imun ekstrem yang kadang-kadang dapat terjadi ketika infeksi
memasuki aliran darah. Sepsis dapat menyebabkan kegagalan banyak organ dan
mengancam jiwa.
• Necrotizing fasciitis adalah kondisi langka yang terjadi ketika infeksi bakteri menyebar
ke jaringan yang disebut lapisan fasia yang terletak jauh di bawah kulit. Necrotizing
fasciitis adalah keadaan darurat medis yang menyebabkan kerusakan kulit parah dan
rasa sakit dan dapat menyebar ke seluruh tubuh

C. Kaitan Materi dengan Pemicu


Pada kasus pemicu 1, pasien datang dengan keluhan demam sejak 5 hari yang lalu. Pasien
memiliki riwayat jatuh ke selokan dan mengalami luka memar dan kebiruan dan tidak terobati
dengan baik. Daerah sekitar luka tampak kemerahan, bengkak, dan terasa nyeri. Berdasarkan
tanda-tanda yang ditunjukkan, luka pasien kemungkinan mengalami infeksi. Pasien memiliki
faktor risiko luka terinfeksi karena penyebab luka melibatkan benda kotor, berkarat, atau
terkontaminasi (selokan). Pasien juga menunjukkan tanda-tanda infeksi karena adanya demam
serta pembengkakan, kemerahan, dan nyeri yang meningkat di daerah yang terkena. Walaupun
demikian, pola demam perlu dipelajari dan pemeriksaan lanjutan perlu dilakukan. Dokter perlu
melakukan tatalaksana terkait luka yang tidak terobati dengan baik ini agar tidak terjadi
komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ray JJ, Schulman CI. Fever: suppress or let it ride?. J Thorac Dis. 2015;7(12):633-6.

5
2. El-Radhi A. Fever management: Evidence vs current practice. World Journal of Clinical
Pediatrics. 2012;1(4):29.
3. Walter E, Hanna-Jumma S, Carraretto M, Forni L. The pathophysiological basis and
consequences of fever. Critical Care. 2016;20(1).
4. Marx JA. Fever in the adult patient. In: Rosen's emergency medicine: Concepts and clinical
practice. 8th ed. Philadelphia, Philadephia: Saunders Elsevier; 2014. p. 54-7
5. McCulloch, JM, Kloth LC. Wound healing: evidence-based management. 4th ed. Philadelphia:
F.A. Davis Company; 2018. p. 109.
6. Negut I, Grumezescu V, Grumezescu A. Treatment strategies for infected wounds. Molecules.
2018;23(9):2392.

Anda mungkin juga menyukai