KARSINOMA REKTUM
Disusun oleh:
ICHMATUL HIDAYAH OKTAVENI
NIM 1908436837
Pembimbing
dr. Suindra , Sp.B-KBD
1
BAB I
PENDAHULUAN
rektum, yang sebagian besar adalah tumor ganas. Jenis keganasan terbanyak pada
sel-sel pada rektum menjadi abnormal dan membelah tanpa terkontrol membentuk
penderita karsinoma dan penyebab kematian keempat dari seluruh kematian pada
pasien karsinoma di dunia. Dari data Globocan 2012 didapatkan insidensi karsinoma
karsinoma paru. Karsinoma rektum juga menjadi penyebab kematian ketiga dari
cukup tinggi demikian juga angka kematiannya. Insiden pada pria sebanding dengan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Karsinoma kolorektal adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar,
terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar) dan/atau rektum (bagian kecil
terakhir dari usus besar sebelum anus).3 Karsinoma rektum didefinisikan sebagai
keganasan yang muncul pada rektum, yang sebagian besar adalah tumor ganas. Jenis
2.2 Epidemiologi
tahun 2008 karsinoma kolorektal menempati peringkat ketiga setelah karsinoma paru
dan karsinoma payudara sebagai karsinoma dengan frekuensi terbanyak dengan 1,2
juta kasus baru.4 Data World Health Organization (WHO) tahun 2008 menempatkan
lambung dan karsinoma hati sebagai penyebab kematian akibat karsinoma dengan
608.000 kematian.5
Menurut data yang diperoleh dari penelitian Kokki et al tahun 2013, angka
dengan pendapatan per kapita lebih tinggi, namun masih lebih tinggi dibandingkan
negara-negara sub-sahara.6
3
Di Indonesia sudah mulai banyak data mengenai angka kejadian Karsinoma
Indonesia berada pada peringkat 9 dari 10 peringkat utama penyakit karsinoma pasien
rawat inap di seluruh rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus sebanyak 1.810
dengan proporsi sebesar 4,92%. Beberapa studi terakhir mengenai karakteristik pasien
Mangunkusumo, angka kejadian karsinoma rektum lebih tinggi pada laki-laki (52%),
kelompok usia terbanyak adalah usia 45-53 tahun (21.8%) dan paling sering dijumpai
2.3 Anatomi
Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3 sampai garis
anorektal. Secara fungsional dan endoskopik, rektum dibagi menjadi bagian ampula
dan sfingter. Bagian sfingter disebut juga annulus hemoroidalis, dikelilingi oleh
muskulus levator ani dan fasia coli dari fasia supra-ani. Bagian ampula terbentang
dari sakrum ke-3 ke difragma pelvis pada insersi muskulus levator ani. Panjang
rektum berkisar antara 10-15 cm, dengan keliling 15 cm pada recto- sigmoid junction
dan 35 cm pada bagian ampula yang terluas. Pada orang dewasa dinding rektum
4
Gambar 2.1 Anatomi Rektum
media, dan inferior. Arteri hemoroidalis superior yang merupakan kelanjutan dari a.
mesenterika inferior, arteri ini bercabang 2 kiri dan kanan. Arteri hemoroidalis
internus dan berjalan ke arah kranial ke dalam v. mesenterika inferior dan seterusnya
melalui v. lienalis menuju v. porta. Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan dalam
kelenjar limfe iliaka. Infeksi dan tumor ganas pada daerah anorektal dapat
5
mengakibatkan limfadenopati inguinal. Pembuluh rekrum di atas garis anorektum
simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior yang berasal dari lumbal 2, 3, dan
inflamatori pada usus, dan usia lebih dari 50 tahun. Faktor resiko yang dapat
dan konsumsi alkohol moderat-sering. Sementara aktivitas fisik, diet berserat dan
2.5 Patogenesis
Menjadi ganas
6
Menyusup serta merusak jaringan normal rektum
karsinomatosa
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada karsinoma rektum antara lain
adalah:5
7
1. Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses. Darah
2. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar kosong saat
BAB
4. Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh
8. Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada
daerah gluteus
2.7 Diagnosis8,10
penunjang.
1. Anamnesis
massa pada perut, tanda-tanda obstruksi usus, anemia, penurunan berat badan. Tanda
dan gejala berikut ini merupakan temuan yang sering menjadi awal dugaan adanya
karsinoma rektum:
8
- Defekasi seperti kotoran kambing
- Perdarahan per-anus tanpa gejala anal pada individu berusia di atas 60 tahun
2. Pemeriksaan Fisik
menetapkan keutuhan sfingter ani dan menetapkan ukuran dan derajat fiksasi tumor
pada rektum 1/3 tengah dan distal. Pada pemeriksaan colok dubur ini yang harus
dinilai adalah:
- Keadaan tumor: Ekstensi lesi pada dinding rektum serta letak bagian terendah
terhadap cincin anorektal, cervix uteri, bagian atas kelenjar prostat atau ujung
os coccygis.
- Mobilitas tumor: Hal ini sangat penting untuk mengetahui prospek terapi
pembedahan.
- Ekstensi dan ukuran tumor dengan menilai batas atas, bawah, dan sirkuler.
Bila letaknya rendah (2/3 bawah) dapat dicapai dengan baik, bila letaknya
tinggi (1/3 atas) biasanya tidak dapat diraba. Dari pemeriksaan colok dubur
digerakkan berarti masih terbatas pada mukosa rektum saja. Bila sudah terfiksasi,
biasanya sudah terjadi penetrasi hingga ke struktur ekstra rektum seperti kelenjar
3. Pemeriksaan penunjang
9
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Endoskopi
kolonoskopi total.
3D volume rendering.
Biopsi dari rektum dan spesimen reseksi menentukan jenis keganasan dan
derajat diferensiasinya.
ekstensi karsinoma dan nilai prognostik pasien. Sistem yang paling banyak digunakan
10
T- Tumor primer
M - Metastasis jauh
Peritoneum
11
5 tahun
A Terbatas di dinding usus 97%
B Menembus lapisan muskularis mukosa 80%
C Metastasis kelenjar limfe
C1 Beberapa kelenjar limfe dekat tumor primer 65%
C2 Dalam kelenjar limfe jauh 35%
D Metastasis jauh <5%
Stadium Karsinoma Kolorektal
Stadium T N M Dukes
0 Tis N0 M0 -
I T1 N0 M0 A
T2 N0 M0 A
IIA T3 N0 M0 B
IIB T4a N0 M0 B
IIC T4b N0 M0 B
IIIA T1-T2 N1/N1c M0 C
T1 N2a M0 C
IIIB T3-T4a N1/NIc M0 C
T2-T3 N2a M0 C
T1-T2 N2b M0 C
IIIC T4a N2a M0 C
T3-T4a N2b M0 C
T4b N1-N2 M0 C
IVA Any T Any N M1a
IVB Any T Any N M1b
Diagnosis banding untuk karsinoma rektum antara lain: polip, proktitis, fisura
2.9 Tatalaksana
Insisi lewat abdomen, kolon kiri atau sigmoid dibuat anastomosis dengan
rektum.
12
a. Bila letaknya 12 cm diatas anus dilakukan reseksi anterior
b. Bila letaknya kurang dari 12 cm dari anus, T1, diferensiasi baik, dilakkan
eksisi lokal
g. Pull through operation. Teknik ini sulit, bila tidak cermat dapat
unresektabel.
13
14
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
Umur : 29 tahun
Agama : Islam.
Pendidikan : SMA
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan keluar darah yang merembes dari anus pasien 5 jam
SMRS.
Pasien mengeluhkan keluar darah dari anus 5 jam SMRS, berwarna merah
4 bulan SMRS pasien mengeluhkan susah BAB, setiap ingin BAB ada keluar
darah dari anus pasien, BAB setiap hari sebanyak 1 atau 2 kali. Pasien juga
mengeluhkan feses yang keluar berukuran lebih kecil dan berwarna kecoklatan
seperti kotoran kambing dan bercampur darah berwarna merah segar. Darah yang
keluar kurang lebih sebanyak 1 sendok makan. Saat mengedan terkadang darah
keluar terlebih dahulu dibandingkan tinja. Tidak ada keluar lendir saat BAB. Pasien
15
juga mengeluhkan disertai rasa nyeri saat BAB. Mual, muntah, dan demam disangkal.
BAK tidak ada keluhan. Kemudian pasien dibawa ke RSUD AA, setelah dilakukan
terakhir.
Tidak ada riwayat keganasan, tumor, dan penyakit kronis inflamatori pada
usus.
Tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit keganasan dan penyakit seperti
ini.
Pasien tidak suka makan sayur. Merokok (+), minum alkohol (-)
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kesadaran: composmentis
Nadi: 84 x/menit
Suhu: 36,8oC
16
Kepala & Leher
Kepala : Normocephal.
Thoraks
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, gerakan dinding dada simetris
Abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) 12x/I, borborigmi (-), metcallic sound (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas
Akral hangat.
Kelenjar Limfe
17
Status Lokalis Anorectal
Anus
Rectal Toucher
Sarung tangan : feses (+) berwarna kecoklatan, darah (+) berwarna merah
segar
D. RESUME
E. Pasien mengeluhkan keluar darah dari anus 5 jam SMRS, berwarna merah
F. 4 bulan SMRS pasien mengeluhkan susah BAB, setiap ingin BAB ada keluar
darah dari anus pasien, BAB setiap hari sebanyak 1 atau 2 kali. Pasien juga
segar. Darah yang keluar kurang lebih sebanyak 1 sendok makan. Saat
ada keluar lendir saat BAB. Pasien juga mengeluhkan disertai rasa nyeri saat
BAB. Mual, muntah, dan demam disangkal. BAK tidak ada keluhan.
18
G. DIAGNOSIS KERJA
H. DIAGNOSIS BANDING
Karsinoma kolon
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin
Hb : 10,8 g/dL
Hematokrit : 31,7 %
Kimia klinik
GDS : 46 mg/dL
Elektrolit
Klorida : 97 mmol/L
19
Colonoscopy (24-10-2019)
Hasil : Perineum normal. Terdapat massa tumor pada 9 cm dari pinggir anus
Kesimpulan : Ca kolorektal
Histopatologi (29-10-2019)
differentiated.
J. DIAGNOSIS AKHIR
Karsinoma rektum
K. RENCANA PENATALAKSANAAN
Non-farmakologi:
- Diet lunak
- IVFD RL 20 tpm
- Operasi
Farmakologi:
- Inj. Ketorolac IV 1 x 30 mg
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
- Kemoterapi
20
21
BAB IV
PEMBAHASAN
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dan telah ditegakkan diagnosis yaitu
karsinoma rektum. Usia pasien yaitu 29 tahun merupakan salah satu faktor resiko
SMRS. BAB setiap hari sebanyak 1 atau 2 kali. Pasien juga mengeluhkan feses yang
keluar berukuran lebih kecil dan berwarna kecoklatan seperti kotoran kambing dan
bercampur darah berwarna merah segar. Pasien juga mengeluhkan nyeri saat BAB.
Hal ini sesuai dengan manifestasi klinik pada karsinoma rektum, yaitu feses yang
keluar saat BAB seperti kotoran kambing disertai darah yang berwarna merah segar.
Pasien juga mengeluhkan BAB cair saat 2 bulan SMRS selama kurang lebih 2
minggu dan mengalami penurunan sebanyak 6 kg selama 3 bulan terakhir. Hal ini
merupakan manifestasi klinis dari karsinoma rektum. Pada pasien terdapat perubahan
pada pola BAB, yaitu BAB yang cair 2 bulan SMRS lalu menjadi BAB berdarah
Pasien juga mengaku tidak suka mengkonsumsi sayur yang juga merupakan
salah satu faktor resiko dari karsinoma rektum. Serat makanan akan menyerap air di
dalam kolon, sehingga feses menjadi lebih besar dan akan merangsang saraf pada
yang mengandung serat akan lebih mudah dikeluarkan atau dengan kata lain transit
22
time yaitu kurun waktu antara masuknya makanan dan dikeluarkannya sebagai sisa
makanan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh menjadi lebih singkat. Waktu transit yang
pendek menyebabkan kontak antara zat-zat iritatif dengan mukosa kolorektal menjadi
Pada pemeriksaan rectal toucher terdapat feses dan darah pada sarung tangan,
tetapi tidak teraba massa pada mukosa rektum. Hal ini dikarenakan massa berada
pada 1/3 atas (letak tinggi) yang sehingga tidak dapat diraba. Hal ini telah dibuktikan
dari pemeriksaan colonoscopy yang didapatkan hasilnya yaitu terdapat massa tumor
pada 9 cm dari pinggir anus bernodul dan mudah berdarah. Pada pemeriksaan
adenocarcinoma rectum.
23
DAFTAR PUSTAKA
9. Johnson CM, Wei C, Ensor JE, et al. Meta-analyses of colorectal cancer risk
factors. 2014; 24: 1207–1222.
11. Edge S, Byrd D, Compton C, et al. (eds). AJCC cancer staging manual. 7th ed.
Springer, 2010.
24
12. Samsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
25