Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

OKSIGENASI

DISUSUN OLEH :

NAILA NAJMAHA (010118A092)

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2019
A. ANATOMI JALAN NAFAS ATAS
Sistem pernafasan atas terdiri dari mulut, hidung, farig, dan laring.
a. Hidung
Hidung terdiri atas bagian internal dan eksternal. Bagian eksternal
menonjol dari wajah dan di sangga oleh tulang hidung dan
kartilago. Nares anterior merupakan ostium sebelah luar dari
rongga hidung.
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke paru-
paru. Jalan nafas ini berfungsi sebagai penyring kotoran dan
melembabkan serta menghangatkan udara yang di hirup ke dalam
paru-paru. Hidung bertanggung jawab terhadap olfaktori
(penghidu) karena reseptor olfaksi terletak dan mokasa hidung.
Fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia.
b. Sinus Paransal
Sinus-sinus paransal termasuk rongga pasanag rongga tertulang
yang dilapisi oleh mukosa hidung dan epitel kolumnar bertingkat
semu yang bersilia. Rongga-rongga udara ini dihubungkan oleh
serangkaian duktus yang mengalir ke dalam rongga hidung. Sinus-
sinus disebut bedasarkan letaknya, disebut saja sinus
frontalis,etmoidalis,sfenoidalis, dan maksilaris.
Fungsi sinus yang menonjol adalah sebagai bilik peresonansi saat
berbicara. Sinus menjadi tempat umum terjadinya infeksi.
c. Faring, Tonsil, dan Adenoid
Faring, atau tenggorok, adalah struktur seperti tuba yang
menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Faring di bagi
menjadi tiga region yaitu nasal, oral dan laring.
Nasofaring terletak di sebelah posterior hidung dan di palatum
mole. Orofaring memuat fausial, atau palatin, tonsil. Laringofaring
memanjang dari tulang hoid ke kartilago krikoid. Pintu masuk
laring di bentuk oleh epiglottis.
Adenoid, atau tonsil faring, terletak dalam langit-langit nasofaring.
Tenggorok dikelilingi oleh tonsil. Adenoid, dan jaringan limfoid
lainnya. Struktur ini merupakan penghubung penting ke nodus
limfe dagu yang menjalankan tubuh dari serangan organisme yang
memasuki hidung dan tenggorok. Fungsi faring adalah untuk
menyediakan saluran pada traktus respiratorus dan digesif.
d. Laring
laring atau organ suara, adalah struktur epitel kartilago yang
menghubungkan faring dan trakea.
Fungsi laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi.
Laring juga melindungi jalan nafas bawah dari obsruksi benda
asing dan memudahkan batuk. Laring sering disebut sebagai kotak
suara terdiri atas:
- Epiglottis - daun katup kartilago yang menutupi ostium kea rah
laring selama menelan.
- Glotis – ostium antara pita suara dalam laring.
- Kartilago tiroid – kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari
kartilago ini membentuk jakun (Adam’s apple).
- Kartilago krikod – satu-satunya cincin kartilago yang komplit
dalam laring ( terletak di bawah kartilago tiroid).
- Kartilago arytenoid – di gunakan dalam gerakan pita suara
dengan kartilagi tiroid.
- Suara pita – ligament yang di control oelh gerakan otot yang
menghasilkan bunyi suara: pita suara melekat pada lumen
laring.
B. FISOLOGI PERNAFASAN
a. Struktur dan fungsi
Kondisi atau penyakit yang mengubah struktur dan fungsi paru
dapat menggangu respirasi. Otot – otot pernafasan, romgga
pleuran, paru – paru dan alveoli berperan penting dalam alveoli
berperan penting dalam ventilasi, perfusi, serta pertukaran gas –
gas pernafasan.
b. Ventilasi
Proses perpindahan gas – gas ke dalam dan keluar paru – paru.
Ventilasi memerlukan kerja sama antara otot dan elastisitas dari
paru – paru serta toraks, begitu juga dengan persarafannya. Otot
inspirasi pernafasan utama adalah diafragma.
c. Kerja pernafasan
Usaha yang di perlukan untuk mengembangkan dan
mengontaksikan paru – paru. Pada individu yang sehat, pernafasan
bersifat sederhana dan dapat dicapai denagn usaha yang minimal.
d. Inspirasi
Adalah suatu proses aktif yang distimulasikan oleh resiptor kimia
dalama aorta.
Ekspirasi adalah proses pasif yang tergantung pada elastisitas
pengembangan yang dimiliki oelh paru – paru, membutuhkan
sedikit atau tidak sama sekali kerja otot.
e. Volume paru
Spitrometri mebgukur volume udara yang msuk atau keluar paru
paru. Contohnnya volume tidal adalah jumlah udara yang
dikeluarkan pada pernafasan normal dann diasumsikan sama
dengan jumlah udara yang di hirup setelah bernafas.
f. Sirkulasi Pulmonal
Fungsi primer adalah memindahkan darah ke dari membrane
kapiler alveolar pada pertugaran gas
g. Pertukaran Gas Respirasi
Difusi adalah suatu proses pertuaran gas – gas resprasi dalam
alveoli dan kapiler jarigan tubuh. Oksigen di transfer dari paru ke
darah. Sedangkan karbon dioksida di transfer dari jarigan ke darah
untuk kembali ke alveoli dan di keluarkan.
h. Transpor oksigen
Sistem transportasi oksigen terdiri atas paru dan sistem
kardiovaskular. Penyampaian tergantung pada jumlah oksigen
yang masuk ke paru – paru(ventilasi), darah mengalir ke paru –
paru dan jaringan (perfusi), kecepatan difusi, serta kapasitas
kandungan oksigen.
i. Transport karbon dioksida
Karbon dioksida berdifusi ke dalam sel darah merah dan secara
cepat dihidrasi menjadi asam karbonat. Asam karbonat kemudian
memisakan diri menjadi ion.dan ion bikarbonat.hemoglobin
menahan ion biokarbonat, berdifusi ke dalam plasma.
C. DEFINISI
Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh.
Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan
dalam setiap kali bernapas. Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh
ditentukan oleh interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler, dan keadaan
hematologis. Adanya kekurangan oksigen ditandai dengan keadaan hipoksia,
yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat
mengancam kehidupan (Anggraini & Hafifah, 2014).
Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ ke dalam system (kimia atau
fisiak). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
di butuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagaimana hasilnya,
terbentuklah karbon dioksida, energy dan air. Akan tetapi, penambahan CO₂
yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang
cukup bermakna terhadap sel aktivitas.
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
1. Faktor fisiologis
a. Penurunan kapasitas kandugan oksigen
Hemogloin membawa sebaguan besar oksigen ke jaringan. Anemia
dan inhalasi materi toksik menurunkan kapasitas kandungan
oksigen darah dengan mengurangi jumlah haemoglobin yang
tersedia untuk mentransportasikan oksigen. Anemia merupakan
keadaan dimana keadaan hemoglobin lebih rendah dari normal.
Merupakan penuruhan hasil haemoglobin, meningkatnya destruksi
sel darah merah dan atau kehilangan darah.
b. Penurunan konsentrasi oksigen yang di hidup
Ketika konsentrasi oksigen yang di hidup menurun, maka kapasitas
kandungan okisgen darah jga menurun. Penurunan pada fraksi
konsentrasi pada oksigen yang di hirup dusebabkan oleh obstruksi
salran nafas bawah dapat membatasi penyampaian oksigen yang di
hirup ke alveoli, penurunan oksigen lingkungan, setelah daerah
dataran tinggi atau penurunan isnpirasi , akibat overdosis obat.
c. Hipovolemia kondisi seperti syok dan dehidrasi berat
menyebabkan kehilangan cairan ekstraseluler dan mengulangi
volume darah yang bersirkulasi atau hipovolemia. Dengan
kehilangan cairan yang signifikan, tubuh mencoba untuk
beradaptasi dengan meningkatkan denyut jantung dan
vasokontriksi perifer untuk meningkatkan volume dara yang
kembali ke jantung dan sebaliknya meningkatkan curah jantung.
d. Peningkatan laju metabolik
Kegiatan yang meningkatkan metabolisme meningkatkan
kebutuhan oksigen. Ketika sistem tubuh tidak dapat memenuhi
kebutuhan ini, tingkat oksigenasi menurun. Laju bersifat normal
pada kehamilan, proses penyembuhan luka dan olahraga karena
tubuh sedang membangun jaringan.
2. Faktor perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang
mempengaruhi sistem pernafasan individu:
a. Bayi premature
Bayi yang lahir premature beresiko tinggi menderita penyakit
membrane hialin yang di tandai dengan berkembangnya membrane
serupa hialin yang membatsi ujung saluran pernafasan. Kondisi ini
di sebabkan oleh, produksi surfaktan yang masih sedikit karena
kemampuan paru dalam menyintesis surfaktan baru berkembang
pada trimester akhir.
b. Bayi dan anak anak
Kelompok usia ini beresiko mengalami infeski saluran nafas atas,
seperti faringitis, influenza, tonsillitis, dan aspirasi benda asing
(misalkan makanan, permen,dll).
c. Anak usia sekolah dan remaja
Rentan mengalami infeksi saluran nafas akut karena kebiasaan
yang buruk, misal merokok.
d. Dewasa muda dan paruh baya
Kondisi stress, merokok,diet yang tidak sehat, kurang berolahraga
merupakan faktor yeng dapat meningkatkan risiko penyakit
jantung dan paru pada kelompok usia ini.
e. Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan
pada fungsi normal pernafasan, seperti penurunan elastisitas paru,
pelebaran alveolus, dilatsi saluran bronkus, dan kifosis tulang
belakang yang menghambat ekspansi paru, sehingga berpengaruh
pada penurunan kadar O₂.
3. Faktor perilaku
a. Nutrisi
Kondisi berat badan lebih (obesitas) dapat menghambat proses
ekspansi paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan
pelisutan otot pernafasan yang akan mengurangi kekuatan tanpa
pernafasan.
b. Olah raga
Latihan fisik yang meningkatkan metabolik, denyut jantung, dan
kedalaman serta frekuensi pernafasan yang akan meningkatkan
kebutuhan oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat obatan yang berlebihan dapat
mengganggu proses oksigenasi, karena :
- Alkohol dan obat obatan dapat menekan pusat pernafasan dan
susunan saraf pusat, sehingga menurunkan laju dan kedalaman
pernafasan.
- Penggunaan narkotika dan analgesic.
- Terutama morfin dan meperidin, dapat mendepresi pusat
pernafasan sehingga menurunkan laju dan kedalaman
pernafasan.
d. Emosi
Perasasan takut, cemas, marahyang tidak terkontrol akan
merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan
peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernafasan sehingga
kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu, kecemasan juga
meningkatkan laju dan kedalaman pernafasan.
e. Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat mempengaruhi pemenuhan oksigen
seseorang. Merokomdapta menyebabkan gangguan vaskularisasi
perifer dan penyakit jantung. Selainitu, nikotin yang terkandung
dalam rokok bisa mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah
perifer dan coroner.
4. Faktor lingkungan
a. Suhu
Faktor suu, panas atau dingin. Dapate berpengaruh pada afinitas
atau kekuatan ikatan Hb dan O₂. dengan kata lain, suhu lingkungan
juga bisamempengaruhi kebutuhan oksigen seseorang.
b. Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan mengalami penurunan tekanan udara
sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang
tinggal berada di dataran tinffi cnderung pengalami peningkatan
pernafasan dan denyut jantung, dan sebaliknya. Pada dataran yang
rendah akan terjadi peningkatan tekanan oksigen.
c. Polusi
Polusi seperti asap, debu dll seringkali menyebabkan sakit kepala,
pusing, batuk dan tersedak dan berbagai dari gangguan perfanasan
lain pada orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes
atau bedak tabor mengalami resiko tinggi menderita penyakit
paruakibat terpapar zat bebahaya.
5. Status kesehatan
Pross oksigenasi tersebut dapat menghambat sehingga mengganggu
pemenuhan oksigen dari tubuh. Kondisi tersebut diantara lain,
gangguan pada sistem pernafasan dan sisrem kardiovaskuler, penyakit
kronis, penyakitobstuksi pernafasan atas dll.
E. MASALAH YANG MUNCUL (KRITERIA)
1. Hiperventilasi
Kondisi ventilasi yang diperlukan untuk mengeliminasi karbon
dioksida yang di produksi oleh metabolisme seluler. Kecemasan,
infeksi, obat – obatan, atatu ketidakseimbangan asam-basa
menginduksi hiperventilasi, begitu juga dengan hipoksia yang
dihubungkan dengan emboli atau syok pulmonal. Ansietas akut
menyebabkan hilangnya kesadaran karena pengeluaran karbon
dioksida yang berlebihan. Demam juga dapat menyebabkan
hiperventilasi, semakin tubuh suhu klien, terjadilah peningkatan laju
metabolisme sehingga meningkatkan produksi karbon dioksida dan
meningkatkan frekuensi dan pengalaman respirasi.
Hiperventilasi terkadang diinduksi secara kimia. Racun salisiat
(aspirin) menyebabkan stimulasi yang berlebihan pada pusat selama
tubuh berusaha untuk mengompensasi karbon dioksida yang
berlebihan. Amfetamin juga meningkatkan ventilasi dengan
meningkatkan karbon dioksida. Hiperventilasi juga terjadi saat tubuh
berusaha untuk mengompensasi asidosis metabolic dengan
memproduksi alkalosis respiratorik. Sebagai contoh klien dengan
diabetes mengalami ketoasisdosis dibteikum memproduksi sejumlah
besar asam metabolik. Sistem respirasi mencoba memperbaiki
keseimbangan asam basa dengan bernafas terus menerus. Ventilasi
meningkat untuk mengurangi jumlah karbon dioksida yang ada untuk
membentuk asam karboat.
2. Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan oksigen tubuh atau untuk mengeliminasi kecukupan karbon
dioksida. Selama penurunan ventilasi alveolar, tubuh menahan karbon
dioksida. Sebagai contoh, atektasis dan kolapsnya alveoli dapat
menghalangi pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang normal.
Selama alveoli kolaps, hanya sedikit paru yang berventilasi sehingga
terjadilah hipoventilasi.
Pada klien PPOK, asupan oksigen yang berlebhan dapat menghasilkan
hipoventilasi. Klien tersebut telah beradaptasi terhadap tingginya kadar
karbon dioksida, dan kemoreseptor yang sensitif terhadap karbon
dioksida yang tidak berfungsi dengan baik. Stimulus untuk bernafsa
adalah mengurangi kadar oksigen arteri. Memasukkan oksigen lebih
dari 24-28% (1-3 liter/menit) dapat mencegah PaO₂ dan kekurangan
dan menghilangkan stimulus untuk bernafas sehingga menyebabkan
hipoventilasi. Retensi kerbon dioksida yang berlebihan menyebabkan
henti nafas.
Tanda dan gejala hipoventilasi meliputi perubahan status mental,
disritma, dan potensi henti jantung. Penatalaksaannya membutuhkan
perbaikan oksigenasi jaringan, perbaikan fungsi ventilasi, mengobati
penyebab hipoventilasi, yang mendasari, dan mencapai keseimbangan
aasm basa. Jika tidak di obati, kondisi klien akan menurun secara
cepat, menyebabkan kejang, penurunan kesadaran, dan kematian
3. Hipoksia
Hipoksia merupakan oksigenasi jaringan yang tidak adekurat pada ini
terjadi akibat definisi dalam penyampaian atau pemakaiann oksigen
pada tingkat seluler jika tidak segera di obati akan mengakibatkan
kematian.
Berikut adalah peyebab hipoksia
1. Penurunan kadar haemoglobin dan rendahnya kapasitas pembawa
oksigen darah.
2. Kurangya konsntrasi kandungan oksigen, seperti yang terjadi pada
daerah ketiggian.
3. Ketidakmampuan jaringan untuk menyaring oksigen dari darah,
sama seperti keracunan sianida.
4. Penurunan difusi oksigen alveoli ke darahm sama seperti
pheumonia.
5. Perfusi jaringan yang buruk dengan darah yang teroksigenasi, sama
seperti syok.
6. Gangguan ventilasi, sama seperti fraktur iga multiple dan trauma
dada.

Tanda dan gejala adalah ketakutan,kegelisahan, ketidakmampuan


berkonsentrasi, penurunan tingkat kesadaran, sakit kepala, dan
perubahan perilaku. Klien dengan hipoksia tidak dapat berbaring ,
tampak lelah, dan mengalami agitasi. Perubahan tanda vital meliputi
peningkatakan frekuensi denyut nadi dan kedalaman pernafasan.
Namun, ketika merawat klien dengan overdosis narkotika (seperti over
dosis heroin), hipoventilasi juga dapat terjadi.pada awal hipoksia,
tekanan darah meningkat kecuali pada kondisi yang disebabkan oleh
syok. Ketika hipoksia semakin memburuk, frekuensi pernafasan
menurun akibat kelelahan otot pernafasan.

4. Sianosis
Peerubahan warna biru pada kulit dan membrane mukosa di sebabkan
oleh adanya desaturasi haemoglobin alam pembuluh kapiler, yang
merupakan tanda akhir dari hipoksia. Ditemukan atau tidaknya
sianosis bukan merupakan ukuran yayng pasti dari status oksigen.
Sianosis sentral yang dapat diamati pada lidah, palatum, dan
konjungtiva, dimana tinggi alirann darah menunjukkan hipoksemia.
Sianosis perifer yang terlihat di ekstermitas, dasar kuku, dan telinga
merupakan akibat vasokontriksi dan stagnasi aliran darah.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan untuk status oksigenasi.
a. Riwayat keperawatan
Riwayat keperawatan untuk status oksigenasi meliputi pengkajian
tentang masalah pernafasan dulu dan sekarang, gaya hidup,adanya
batuk, sputum, nyeri, medikasi, dan adanya faktor risiko untuk
gangguan oksigenasi.
1. Masalah pernafasan (dulu dan sekarang)
2. Riwayat penyakit atau masalah pernafasan:
a) Nyeri.
b) Paparan lingkungan dan geografi.
c) Batuk.
d) bunyi nafas
e) faktor risiko penyakit paru (misal, merokok
aktif/pasif).
f) Bunyi nafas mengi.
g) Frekuensi infeksi pernafasan.
h) Masalah penyakit paru masa lalu.
i) Penggunaan obat.
3. Adanya batuk dan penanganan.
4. Kebiasaan merokok.
5. Masalah pada fungsisisitem kardiovaskular (kelemahan,
dipsnea).
6. faktor risiko yang memperberat oksigenasi:
a) Riwayat pasien hipertensi, penyakit jantung, atau
penyakit CVA.
b) Merokok.
c) Usia paruh baya atau lanjut.
d) Obesitas.
e) Diet tinggi lemak.
f) Peningkatan kolesterol.
7. Riwayat penggunaan medikasi.
8. Stressor yang dialami.
9. Status atau kondisi kesehatan.
2. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Pada saat inspeksi perawat mengamati tingkat kesadaran klien,
penampilan umum, postur tubuh, kondisi kulit dan membran
mukosa, dada (kpntur rongga interkosta), diameter anteroposterior
(AP), struktur toraks (pergelangan dinding dada), pola nafas
( frekuensi dan kedalaman pernapasan, durasi inspirasi dan
ekspirasi), ekspansi dada secara umum, adanya sianosis, deformitas
dan jaringan parut pada dada,dll.
2. Palpasi
Palpasi dilakukan dengan meletakkan tumit tangan pemeriksa
mendatar di atas kepala pasien. Saat palpasi, perawat menilai
adanya fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan
memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secara berulang. Jika
pasien mengikuti istruksi tersebut secara tepat, perawat akan
merasakan getaran pada telapak tangannya. Normalnya, fremitus
taktil akan terasa pada individu yang sehat, dan untuk mengkaji
temperatur kulit, pengembangan dada, adanya nyeri tekanan, thrill,
titik implus maksimum, abdonormalitas masa dan kelenjar,
sirkulasi perifer, denyut nadi, pengisapan kapiler,dll.
3. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ
dalam serta untuk mengkaji adanya abdonormalitas, cairan, atau
udara pada paru – paru. Perkusi sendiri dilakukan dengan menekan
jari ( tangan non-dominan) pemeriksa mendatar diatas dada pasien.
Kemudian jari tersebutdiketuk ketuk dengan menggunakan ujung
jari tengah atau jari telunjuk tangan sebelahnya. Normalnya, dada
menghasilkan buyi resonan atau gaung perkusi. Pada penyakit
tertentu misalnya (pneumotoraks) adanya udara pada dada atau
paru – paru menimbulkan bunyi hipersonan atau bunyi drum.
Sedangkan bunyi pekak atau kempis terdengar apabila perkusi
dilakukan di atas area yang mengalami atelectasis.
4. Auskultasi
Auskultasi adalah proses mendengarkan suara yang dihasilkan di
dalam tubuh. Auskultasi dapat dilakukan langsung atau dengan
menggunakan stetoskop. Bunyi yang terdengar digambarkan
berdasarskan nada, intensitas, durasi, dan kualitasnya. Untuk
menghasilkan data yang lebih valid dan akurat, auskultasi
sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali atau dua kali. Pada
pemeriksaan fisik paru, auskultasi dilakukan untuk mendengarkan
bunyi nafas vesicular, bronkial, bronkovesikular, rales,ronkhi, juga
untuk mengetahui adanya perubahan bunyi napas serta lokasi dan
waktu terjadinya.
3. Pemeriksaan diognastik
Pemeriksaan diognastik digunakan untuk menkaji status, fungsi, dan
oksigenasi pernafasan klien.
Berikut jernis pemeriksaan diognastik:
1. Penilaian ventilasi dan oksigenasi: uji fungsi paru, pemeriksaan gas
darah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap.
2. Tes struktur sistem pernafasan: sinar-x dada, bronkoskopi,scan
paru.
3. Deteksi abdonormalitas sel dan infeksi saluran pernafasan: kultur
kerongkongan, sputum, uji kulit, torakentensis.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Terapi oksigen
Terapi oksigen merupakan pemberian oksigen dengan konsentrasi
yang lebih tinggi dari yang di temukan dalam atmosfir lingkungan.
Pada ketinggian laut, konsentrasi oksigen dalam udara ruangan adalah
21%. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk memebrikan transport
oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas
dan mengurangi stress pada miokardium.
Transpor oksigen ke jaringan tergantung pada faktor seperti curah
jantung, kandungan oksigen arteri, konsentrasi haemoglobin ynag
adekuat, dan kebutuhan metabolik. Semua faktor ini harus diingat
ketika mempertimbangkan terapi okisgen.
2. Penata laksanaan sumber oksigen
a. Sumber dinding
- Pasangkan flowmeter pada sumber oksigen, gunakan tekanan
yang tidak terlalu kuat.
- Isi botol dengan air steril, pasang pada flowmeter, dan atur
aliran flowmeter.
- Pasangkan alat yang akan diguankan pada slang atau saluran
oksigen.
b. Tabung
- Lepas tutup pelindung tabung.
- Putar keran tabung secara perlahan sambil oksigen sedikit
keluar untuk membersihkan debu dan kotoran yang melekat di
saluran keluar oksigen.
- Sambungkan flowmeter dengan outlet silinder, kencangkan
dengan kunci inggris atau tang.
- Letakkan tabung pada posisi mantap. Lepaskan katup secara
perlahan sampai terbuka penuh, lalu kembalikan atau tutup
sampai seperempatnya.
- Atur flowmeter sesuai dengan kebutuhan (intruksi dokter)
- Isi botol pelembab dengan iar suling, kemudian pasang pada
tempanya.
- Sambungkan saluran oksigen dengan alat yang akan di gubakan
pada klien.
3. Berikut adalah cara pemberian terapi oksigen:
1. Kanula hidung
Di guankan ketika pasien membutuhkan konsentrasi oksigen aliran
rendah sampai sedang dimana keakuratan yang persis tidak
penting. Metoda ini secara relative sederhana dan memungkinkan
untuk dapat bergerak bebas di tempat tidur, berbicara dan makan
tanpa mengganggu aliran oksigen. Kecepatan aliran yang
berlebihan 6 – 8 liter /menit dapat menyebabkan iritasi dan
kekeringan nasal serta mukosa faring.
Langkah – langkah
a. Perlengkapan
- Set perlengkapan oksigen
- Flowmeter
- Suplai oksigen
- Kanula hidung dan slang oksigen
2. Masker
1. Masker sederhana digunakan untuk konsentrasi oksigen rendah
sampai sedang sementara masker pernafasan kembali sebagian
atau tidak nafas kembali.
2. Masker venturi merupakan metoda pemberian yang paling
akurat dan dapat diandalkan untuk konsentrasi oksigen yang
tepat melalui cara noninvasif.
Langkah – langkah
a. Perlengkapan
- Supai oksigen dan flowmeter
- Humidifier dan air suling
- Masker yang akan digunakan
- Bantal elastis
DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto & Wartonah .2010.Kebutuhan dasar manusia dan proses


keperawatan edisi 4.Jakarta : salemba medika.

Kozier,Erb,Berman,Snyder.2011.Buku Ajar Fundamental Keperwatan


Edisi 7 Volume 2.Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.

Gibson,J.2002.Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat Edisi


2.Jakarta:Penerbit Kedokteran EGC.

Mubarok,Chayatin,2008 .Buku ajar kebutuhan dasar manusia.Jakarta


:penerbit buku kedokteran EGC.

Alimul,Aziz,2012.Pengantar kebutuhan dasar Mnusia.Aplikasi konsep dan


proses keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Potter dan Perry.2006 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4


Volume 2. Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Syaifuddin .2012. Anatomi Fisiologi Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai