Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Masalah Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh kadar glukosa
darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang
disebabkan kekurangan hormon insulin secara relatif maupun absolut. Bila hal ini dibiarkan
tak terkendali dapat terjadi komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka
panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati (Darmono dalam Hasdianah, 2007 :
1). Diabetes mellitus perlu diwaspadai karena sifat penyakit yang kronik progresif, jumlah
penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan. Prevalensi
merupakan banyaknya kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu tertentu di wilayah
tertentu. Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus di beberapa negara berkembang akibat
peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan, akhir-akhir ini banyak disoroti. Jumlah
penderita diabetes mellitus di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini
berkaitan dengan jumlah penduduk yang meningkat, urbanisasi yang mengubah pola hidup
tradisional ke pola hidup modern, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang.
Diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi diabetes mellitus tipe I atau Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM) dan tipe II atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM) (Hidayah dalam Hasdianah, 2010 : 3). Diabetes mellitus tipe I umumnya
disebabkan oleh faktor genetika (keturunan), 1 2 faktor imunologik dan faktor lingkungan.
Diabetes mellitus tipe II umumnya disebabkan oleh obesitas dan kekurangan olahraga. Faktor
yang mempengaruhi timbulnya diabetes mellitus secara umum yaitu usia lebih dari 40 tahun,
obesitas, dan riwayat keluarga. Di Indonesia penyandang diabetes melitus (DM) tipe I sangat
jarang. Demikian pula di negara tropis lain. Hal ini rupanya ada hubungannya dengan letak
geografis Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa. Dari angka prevalensi berbagai
negara tampak bahwa makin jauh letaknya suatu negara dari khatulistiwa makin tinggi
prevalensi DM tipe I-nya. Ini menunjukkan bahwa pada DM tipe I faktor lingkungan juga
berperan selain yang sudah diketahui yaitu faktor genetik (Soegondo dkk, 2013 : 3-4). Lain
halnya pada DM tipe II yang meliputi 90% dari semua populasi diabetes, faktor lingkungan
sangat berperan, terutama peningkatan kemakmuran suatu bangsa akan meningkatkan
prevalensi diabetes. Pada DM tipe II, intoleransi (tubuh seseorang tidak dapat menghasilkan)
glukosa pada lansia berkaitan dengan obesitas, aktivitas fisik yang berkurang, kurangnya
massa otot, penyakit lain yang dimiliki, penggunaan obat-obatan, disamping karena pada
lansia terjadi penurunan sekresi insulin dan insulin resistan (ketidakmampuan tubuh untuk
memanfaatkan insulin). Individu yang tidak menerapkan gaya hidup sehat berisiko menderita
penyakit diabetes mellitus. Untuk itu hidup sehat harus selalu diterapkan dengan
mengkonsumsi makanan sehat juga rutin berolahraga supaya gula darah tetap 3 stabil berada
dalam batas normal sehingga terhindar dari penyakit diabetes mellitus.
Diabetes mellitus seringkali tidak terdeteksi sebelum diagnosis dilakukan, sehingga
morbiditas (terjadinya penyakit atau kondisi yang mengubah kesehatan dan kualitas hidup)
dan mortalitas (kematian) dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi ini. Uji diagnostik DM
dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala/tanda dengan salah satu risiko DM yaitu
usia ≥ 45 tahun dan usia lebih muda yang disertai dengan faktor risiko seperti kebiasaan tidak
aktif (tidak banyak bergerak), turunan pertama dari orang tua dengan DM, riwayat
melahirkan bayi dengan BB lahir bayi > 4000 gram, atau riwayat DM-gestasional, hipertensi,
kolesterol HDL ≤ 35 mg/dL dan atau trigliserida ≥ 250 mg/dL, menderita keadaan klinis lain
yang terkait dengan resistensi insulin, adanya riwayat toleransi glukosa yang terganggu atau
glukosa darah puasa terganggu sebelumnya, dan memiliki riwayat penyakit kardiovaskular
(Soegondo dkk, 2013 : 20-21). Diabetes mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemik
kronis dan perlahan namun pasti akan merusak jaringan dalam tubuh jika tidak ditangani
secara tepat dan serius. Dengan ditemukannya beberapa faktor penyebab terjadinya diabetes
mellitus diantaranya faktor genetik, faktor lingkungan, faktor kegemukan, faktor demografi,
dan lainnya, maka faktor-faktor tersebut mempengaruhi seseorang akan mengalami DM tipe
I atau DM tipe II

Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti tertarik untuk melakukan studi kasus
dengan judul “Penatalaksanaan asuhan gizi terstandar pada pasien Diabetes Mellitus
Genre Pedis ruang bedah laki RSUD RADEN MATTAHER JAMBI Tahun 2020 RSUD
Raden Mattaher Jambi”.

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan asuhan gizi pada pasien Diabetes
Mellitus Genre Pedis diruang bedah laki RSUD Raden Mattaher Jambi.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan skrining gizi pada pasien Diabetes Mellitus Genre
Pedis diruang bedah laki RSUD Raden Mattaher Jambi.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian gizi pada pasien Diabetes Mellitus
Genre Pedis diruang bedah laki RSUD Raden Mattaher Jambi.
c. Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa gizi pada pasien Diabetes Mellitus
Genre Pedis diruang bedah laki RSUD Raden Mattaher Jambi.
d. Mahasiswa mampu melakukan intervensi gizi pada pasien Diabetes Mellitus
Genre Pedis diruang bedah laki RSUD Raden Mattaher Jambi.
e. Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi gizipada pasien Diabetes
Mellitus Genre Pedis diruang bedah laki RSUD Raden Mattaher Jambi.
f. Mahasiswa mampu melakukan edukasi gizipada pasien Diabetes Mellitus Genre
Pedis diruang bedah laki RSUD Raden Mattaher Jambi.

A. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pasien
Memberikan motivasi kepada pasien atau keluarga pasien dalam usaha
penyembuhan penyakit dengan memberikan terapi diet yang sesuai agar mencapai
status gizi yang optimal.
2. Bagi Mahasiswa
Menambah ilmu dan wawasan serta meningkatkan keterampilan mahasiswa gizi
dalam menerapkan Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) di Rumah Sakit pada
pasien Diabetes Mellitus Genre Pedis diruang bedah laki RSUD Raden Mattaher
Jambi.

3. Bagi Instalasi Gizi


Sebagai bahan masukan bagi Instalasi Gizi diRSUD Raden Mattaher Jambi dalam
hal penatalaksanaan asuhan gizi klinik pasien ruang rawat inap.
4. Bagi Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
Sebagai sumber bacaan atau referensi bagi Poltekkes Tanjungkarang khususnya
Jurusan DIII Gizi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes mellitus
1. Definisi
Diabetes melitus (DM) berasal dari kata diabete yang artinya penerusan atau pipa
atau pancuran dan melitus artinya manis, sehingga penyakit ini sering disebut kencing
manis. Penyakit DM merupakan penyakit gangguan metabolik terutama metabolisme
karbohidrat yang disebabkan oleh berkurangnya atau ketiadaan hormon insulin dari sel
beta pancreas, atau akibat gangguan fungsi insulin, atau keduanya (Sutedjo, 2010).
Sedangkan menurut Wresniati (2012), mengatakan bahwa penyakit yang juga
dikenal dengan istilah kencing manis ini adalah kelainan metabolis yang disebabkan oleh
banyak faktor, dengan gejala berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari defisiensi sekresi hormon insulin,
aktivitas insulin, atau keduanya, dan defisiensi transporter glukosa atau keduanya.
Sementara menurut Susilo (2011), mengatakan bahwa penyakit DM yang
merupakan penyakit kronis disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi
hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin.
Penyakit ini membutuhkan perhatian dan perawatan medis dalam waktu lama, baik
untuk mencegah komplikasi maupun dalam perawatan sakit. Susilo juga mengatakan
bahwa resiko utama yang akan menyebabkan penyakit ini adalah pola makan yang tidak
sehat, kegemukan, kurang aktivitas fisik, merokok, dan gaya hidup atau life-style.
2. Etiologi
Pada penderita diabetes Melitus pangaturan sistem kadar gula darah terganggu,
insulin tidak cukup mengatasi dan akibatnya kadar gula dalam darah bertambah
tinggi. peningkatan kadar glukosa darah akan menyumbat seluruh sistem energi dan
tubuh berusaha kuat mengeluarkannya melalui ginjal. Kelebihan gula dikeluarkan
didalam air kemih ketika makan makanan yang banyak kadar gulanya. Peningkatan
kadar gula dalam darah sangat cepat pula karena insulin tidak mencukupi jika ini
terjadi maka terjadilah diabetes Melitus (Tjokroprawiro,2006).
gula yang disediakan setiap saat bagi seluruh jaringan dan organ, sehingga
proses-proses kehidupan utama bisaberkesinambungan. Pelepasan insulin dihambat
oleh adanya hormon–hormon tertentu lainnya Insulin berfungsi untuk mengatur kadar
gula dalam darah guna menjamin kecukupan, terutama adrenalin dan nonadrenalin,
yangdihasilkan oleh kelenjar-kelenjar adrenal, yang juga dikenal sebagai
katekolamin, dan somatostatin.(Bogdan Mc Wright, MD. 2008).

3. Patofisiologi
Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian kelambung dan
selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu makanan di pecah menjadi bahan
dasar dari makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi asam amino,
dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makan itu akan diserap oleh usus dan
kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan diedarkan keseluruh tubuh
untuk dipergunakan oleh organ-organ didalam tubuh sebagai bahan bakar.
Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus masuk dulu ke dalam
sel supaya dapat diolah. Di dalam sel, zat makan terutama glukosa dibakar melalui
proses kimia yang rumit, yang hasil akhirnya adalah timbulnya energi. Proses ini
disebut metabolisme. Dalam proses metabolisme itu insulin memegang peran yang
sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk
selanjutnya dapat dipergunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah suatu zat
atau hormon yang dikeluarkan oleh sel beta di pankreas (Suyono, 2004).
Pada DM type II jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak tetapi
jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor
insulin ini dapat di ibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada
keadaan tadi lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak kuncinya
(insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa
yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan bahan bakar (glukosa) dan
glukosa di dalam pembuluh darah meningkat (Suyono, 2004).
4. Diagnosis
Diagnosis diabetes ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya (polidipsi, polifagi,
dan poliuri) dan hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan kadar gula darah yang
tinggi (Utaminingsih, 2009: 9).Untuk mengukur kadar gula darah, contoh darah biasanya
diambil setelah penderita berpuasa selama 8 jam atau bisa juga diambil setelah makan.
Pada usia di atas 65 tahun, paling baik jika pemeriksaan dilakukan setelah berpuasa
karena setelah makan, usia lanjut memiliki peningkatan gula darah yang lebih tinggi
(Utaminingsih, 2009: 9-10).
Diagnosis diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa
mencapai level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah
makan mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan
secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosis diabetes jika nilai kadar gula darah
mencapai level antara 140 mg/dl dan 200mg/dl, terlebih lagi bila di atas 200 mg/dl
(Shadine, 2010: 70).
Pemeriksaan darah lainnya yang bisa dilakukan adalah tes toleransi glukosa.Tes
ini dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya pada wanita hamil. Penderita berpuasa dan
contoh darahnya diambil untuk mengukur kadar gula darah puasa. Lalu penderita
meminum larutan khusus yang mengandung sejumlah glukosa dan 2-3 jam kemudian
contoh darah diambil lagi untuk diperiksa (Utaminingsih, 2009: 10).Menurut Nabyl
(2012:22), berdasarkan uji toleransi glukosa oral, penderita diabetes tipe 2 dapat dibagi
menjadi empat kelompok, yaitu:
1) Kelompok yang hasil uji toleransi glukosanya normal.
2) Kelompok yang hasil uji toleransi glukosanya abnormal, disebut juga diabetes
kimia.
3) Kelompok yang menunjukkan hiperglikemia puasa minimal (kadar glukosa plasma
puasa <140mg/dl).
4) Kelompok yang menunjukkan hiperglikemia puasa tinggi (kadar glukosa plasma
puasa >140mg/dl).
5. Gejala-gejala diabetes mellitus
Menurut Sunaryati (2011:70-71), bahwa terdapat gejala-gejala umum yang akan
terjadi pada seorang penderita diabetes mellitus, yaitu:
 Rasa haus yang berlebihan (polydipsia).
 Sering buang air kecil dengan volume banyak (poliuri).
 Merasakan lapar yang luar biasa (polifagi).
 Selalu merasa lelah atau kekurangan energi.
 Mengalami infeksi di kulit.
 Penglihatan menjadi kabur.
 Berat badan turun.
 Hyperglaisimia (peningkatan abnormal kadar gula dalam darah).
 Glikosuria (urin mengandung glukosa).
 Ketahanan tubuh berkurang saat beraktivitas.
Penjelasan gejala-gejala diabetes mellitus yang dikenal dengan 3P, antara lain:

a. Poliuria
Gejala awal, diabetes mellitus berhubungan dengan efek langsung dari kadar
gula darah yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai di atas 160-180mg/dl, maka
glukosa akan dikeluarkan melalui urin. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan
membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang.
karena ginjal menghasilkan urin dalam jumlah berlebihan, maka penderita sering
buang air dalam jumlah banyak (poliuri) (Sunaryati, 2011:71).

Gejala diabetes ini, urine yang keluar akan lebih banyak daripada orang sehat,
yaitu lebih dari 2.500 mL. Sedangkan dalam keadaan normal, volume urin berkisar
antara 600-2.500 mL. Tanda lain dari poliuria ini adalah apabila dilakukan tes urin
maka biasanya ditemukan glukosa. Urin penderita diabetes terasa manis sehingga
akan menarik datangnya semut (Tim Bumi Medika, 2017: 35).

b. Polidipsia
Polidipsia adalah meningkatnya jumlah air yang diminum karena sering
merasa haus.Pada orang sehat, dianjurkan untuk minum 8 gelas dalam sehari. Akan
tetapi, penderita diabetes merasakan haus yang lebih sering sehingga akan minum
dalam jumlah lebih banyak. Haus yang dirasakan tersebut merupakan akibat dari
ginjal yang menarik air dari dalam sel sehingga terjadi dehidrasi sel. Dehidrasi sel
ini menyebabkan mulut menjadi kering dan merasakan haus yang lebih sering (Tim
Bumi Medika, 2017: 36).
c. Polifagia
Akibat kurangnya jumlah insulin atau terganggunya fungsi insulin maka
glukosa yang dihasilkan dari metabolisme makanan tidak dapat diserap oleh sel
tubuh. Akibatnya, penderita diabetes akan merasa lemas, lelah, dan mengantuk.
Saat itu, otak memberikan respons dengan mengartikan adanya rasa lapar sehingga
penderita diabetes akan lebih banyak makan. Jika rasa lapar tersebut diikuti dengan
banyak makan maka akan memperparah kesehatan karena gula darah akan semakin
meningkat (Tim Bumi Medika, 2017: 37).
Ketika penderita kerap kali buang air, maka sejumlah kalori hilang bersama
urin sehingga penderita mengalami penurunan berat badan.Dampak lebih lanjut,
penderita sering kali merasakan lapar yang luar biasa sehingga cenderung banyak
makan (polifagi) (Sunaryati, 2011:71).

6. Faktor-faktor penyebab diabetes mellitus


Setiap orang pasti memiliki satu atau lebih faktor risiko dari diabetes.Jadi, kita
harus tetap waspada. Walaupun saat ini sehat, namun karena menjalankan gaya hidup
yang tidak sehat, mungkin saja suatu hari nanti akan terjangkit diabetes. Berikut ini
merupakan faktor-faktor penyebab diabetes antara lain:
a. Genetika/faktor keturunan
Seseorang yang memiliki keluarga terkena diabetes berisiko dua sampai
dengan enam kali lipat terkena diabetes juga. Terdapat pendapat lain yang
mengatakan jika kedua orangtuanya menderita diabetes maka semua anaknya akan
menderita diabetes. Namun, jika hanya salah satu orangtua saja atau kakek/nenek
yang merupakan penderita diabetes maka kemungkinan 50 persen dari anak-anaknya
akan menderita diabetes.
Baik diabetes tipe 1 maupun tipe 2 bisa disebabkan oleh faktor
keturunan.Organ pancreas yang menghasilkan insulin dapat rusak karena faktor
genetik. Kesalahan pesan yang diturunkan melalui sistem imun tubuh akan
menyerang pancreas sehingga produksi insulin menurun atau sama sekali tidak
dihasilkan (Tim Bumi Medika, 2017: 22).
b. Usia di atas 40 tahun
Usia 40 tahun merupakan usia rentan terkena berbagai penyakit degeneratif.
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang disebabkan oleh penurunan kualitas
jaringan dan organ tubuh. Diabetes merupakan salah satu penyakit degeneratif yang
perlu kita waspadai. Pasa usia di atas 40 tahun, produksi insulin mulai berkurang.
Selain itu, aktivitas sel-sel otot juga mulai menurun. hal ini berkaitan dengan
peningkatan kadar lemak di otot sehingga glukosa lebih sulit digunakan menjadi
energi untuk beraktivitas. Diabetes yang biasanya terjadi pada usia di atas 40 tahun
adalah kategori diabetes tipe 2 (Tim Bumi Medika, 2017: 24).

c. Penyakit degeneratif lainnya


Penyakit degeneratif lainnya seperti hipertensi dapat meningkatkan risiko
terkena diabetes.Seseorang dikatakan menderita hipertensi jika dalam jangka waktu
lama tekanan darah sistoliknya lebih dari 140 mmHg, dan diastoliknya antara 85-90
mmHg. Keadaan ini jika tidak segera diberi perawatan makan akan menyebabkan
penyempitan pembuluh darah sehingga pengangkutan glukosa menuju sel-sel tubuh
terganggu dan glukosa darah tetap dalam kadar yang tinggi.
Selain hipertensi, penyakit degeneratif seperti jantung dan stroke juga bisa
meningkatkan kadar gula dalam darah (Tim Bumi Medika, 2017: 26-27).
d. Kurang aktivitas fisik
Setiap hari kita dianjurkan untuk makan.Makan merupakan salah satu
kebutuhan primer kita agar bisa hidup sehat dan produktif.Makanan inilah yang
dijadikan sumber pemasukan energi untuk bergerak.Namun, bagaimana kalau energi
yang masuk lebih besar daripada energi yang dikeluarkan? Tentu energi tersebut
akan disimpan dalam bentuk lemak. Kelebihan lemak ini juga dapat memicu
resistensi insulin (Tim Bumi Medika, 2017: 27-28).
e. Gaya hidup tidak sehat
Kebiasaan yang tidak sehat tentu berdampak pada hal yang buruk, baik cepat
maupun lambat.Misalnya, kebiasaan tidak sehat seperti merokok dapat menyebabkan
gangguan pada organ pernapasan.Kebiasaan sering merokok juga dapat
meningkatkan risiko terkena diabetes. Mengonsumsi alkohol, terlalu banyak tidur,
dan kebiasaan tidak sehat lainnya akan meningkatkan risiko terkena diabetes.
Alkohol dapat mengganggu metabolisme glukosa dan meningkatkan tekanan darah.
Lemak juga akan terus menumpuk jika sehari-hari tubuh membatasi gerak (Tim
Bumi Medika, 2017: 28).

f. Kegemukan
Kegemukan terjadi karena berlebihannya konsumsi karbohidrat, lemak, dan
protein, serta kurangnya aktivitas fisik.Akibat kegemukan ini, banyak lemak yang
tertimbun di dalam sel sehingga insulin tidak mampu membawa glukosa masuk ke
dalam sel-sel tersebut. Semakin tinggi tingkat obesitas maka akan semakin berisiko
terkena diabetes. Setiap kenaikan berat badan sebesar 4,5% (Tim Bumi Medika,
2017: 29).
g. Penyakit mental
Orang yang mengalami stress umumnya akan sulit tidur, nafsu makannya
meningkat, depresi, lemas, dan tekanan darahnya turun. Saat stress, hormon kortisol
akan diproduksi. Hormon ini kemudian yang mengakibatkan gejala-gejala
tersebut.Sebenarnya, stress bukanlah penyebab langsung dari penyakit
diabetes.Namun, peningkatan nafsu makan yang dialami ketika stress yang
berkepanjangan yang menyebabkan kegemukan.Kegemukan inilah merupakan faktor
penyebab dari diabetes.
Selain stress, penderita penyakit mental serius lainnya seperti skizofrenia
ternyata memiliki prevalensi diabetes lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang
mengalami penyakit mental (Tim Bumi Medika, 2017: 30).
7. Komplikasi diabetes mellitus
Terdapat berbagai komplikasi yang diakibatkan oleh penyakit diabetes mellitus,
berikut merupakan komplikasi tersebut:
a. Pembuluh darah
Ketika organ atau jaringan ini terkena, plak ateroklerosis terbentuk dan
menyumbat arteri berukuran besar atau sedang di jantung, otak, tungkai, dan
penis.Dinding pembuluh darah kecil mengalami kerusakan sehingga pembuluh tidak
dapat mentransfer oksigen secara normal dan mengalami kebocoran.Oleh karena itu,
komplikasi yang kemudian terjadi adalah sirkulasi yang buruk menyebabkan
penyembuhan luka yang lama dan dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke,
impotensi, dan infeksi (Sunaryati, 2011: 73).
Selain itu, gula yang terlalu tinggi dalam darah dapat menempel pada dinding
pembuluh darah, sehingga pembuluh darah menebal. Kadar gula darah yang tidak
terkontrol juga dapat menyebabkan kadar lemak dalam darah meningkat. Hal ini
akan mempercepat terjadinya penyempitan pembuluh darah. Akibatnya, tekanan
darah meningkat dan terjadilah hipertensi (Khasanah, 2012:94).
Diabetes mellitus sangat berpotensi merusak pembuluh darah kecil dan
pembuluh darah besar.Jika merusak pembuluh darah kecil, maka dapat menimbulkan
kerusakan pada retina mata, ginjal, serta syaraf penyakit.Sedangkan jika mengenai
pembuluh darah besar maka risiko terkena penyakit kardiovaskular meningkat antara
2-4 kali lipat dan risiko terkena serangan stroke naik hingga dua kali lipat (Nabyl,
2012:45).
Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan kadar
zat berlemak dalam darah meningkat sehingga mempercepat terjadinya aterosklerosis
(penimbunan plak lemak di dalam pembuluh darah). Aterosklerosis ini 2-6 kali lebih
sering terjadi pada penderita diabetes (Shanty, 2011:29).
Di Indonesia, kejadian serangan jantung dialami 20-25 persen dialami oleh
penderita diabetes. Jika disertai kebiasaan merokok, maka kemungkinan meninggal
akibat serangan jantung naik hingga tiga kali lipat.Satu lagi komplikasi yang kerap
diidap penderita diabetes adalah peripheral vascular atau penyumbatan di nadi kaki
yang dapat berpindah ke paru-paru sehingga berisiko kematian (Nabyl, 2012:45).
b. Mata
Terjadi kerusakan pada pembuluh darah kecil retina. Sebagai akibatnya, akan
terjadi gangguan penglihatan dan pada akhirnya bisa terjadi kebutaan. Kebutaan
merupakan komplikasi yang paling ditakuti dari diabetes, tetapi dapat dicegah.Pasien
digolongkan buta jika ketajaman penglihatannya kurang dari 3/60.Diabetes
merupakan penyebab utama kebutaan untuk pengidap diabetes berumur 30-69 tahun.
Dua puluh tahun setelah terjadinya diabetes, hampir semua pengidap diabetes tipe 1
dan lebih dari 60 persen pengidap tipe 2 akan mengalami retinopati. Bahkan pada
waktu diagnosis diabetes tipe 2 ditegakkan, 25 persen pasien sudah menunjukkan
tanda-tanda retinopati.Pengobatan dapat mencegah kebutaan pada sebagian besar
kasus sehingga identifikasi pasien dengan gejala awal perlu dilakukan (Agoes I;
Agoes II; Agoes III, 2011: 56).
Selain retonopati kaitannya dengan penyakit diabetes mellitus, katarak
merupakan efek sekunder yang timbul dari penyakit ini.Katarak adalah penyakit atau
kerusakan pada mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun.Lensa
mata menjadi keruh, sehingga cahaya tidak dapat menembusnya (Khasanah,
2012:94).
c. Saraf
Gangguan pada saraf dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk.Jika satu
saraf mengalami kelainan fungsi (mononeuropati), salah satu lengan atau tungkai
bisa secara tiba-tiba menjadi lemah.Jika saraf yang menuju ke tangan, tungkai, dan
kaki mengalami kerusakan (polineuropati diabetikum), pada lengan dan tungkai bisa
dirasakan kesemutan atau nyeri seperti terbakar dan kelemahan (Shanty, 2011:28).
d. Sistem saraf otonom
Terjadi kerusakan pada saraf yang mengendalikan tekanan darah dan saluran
pencernaan.Komplikasi yang kemudain timbul adalah terjadi tekanan darah yang
naik-turun.Di samping itu, terjadi pula kesulitan menelan dan perubahan fungsi
pencernaan yang kemudian disertai serangan diare (Sunaryati, 2011:74).
e. Ginjal
Gagal ginjal terjadi ketika kedua ginjal mengalami kerusakan permanen dan
tidak dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya, yaitu untuk menyaring darah.
Kaitannya dengan penyakit diabetes mellitus, kadar gula darah yang tinggi akan
memperberat kerja ginjal dalam menyaring darah. Jika keadaan ini terus berlanjut,
maka dapat menyebabkan gagal ginjal (Khasanah, 2012:94).
Selain itu, mekanisme yang berlangsung adalah terjadi penebalan pembuluh
darah ginjal, protein bocor ke dalam urine, dan darah tidak disaring secara normal
(Sunaryati, 2011:74).
f. Kulit dan kaki
Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering mengalami cedera
karena penderita tdiak dapat merasakan perubahan tekanan maupun
suhu.Berkurangnya aliran darah ke kulit juga dapat menyebabkan ulkus (borok) dan
semua penyembuhan luka berjalan lambat.Ulkus di kaki bisa sangat dalam dan
mengalami infeksi serta masa penyembuhannya lama sehingga sebagian tungkai
harus diamputasi (Shanty, 2011:30).
Pembusukan, iskemia, dan amputasi telah lama dikenal dan ditakuti penderita
diabetes.Namun, hal tersebut merupakan komplikasi penting yang dapat dihindari
dengan edukasi dan perawatan sederhana.Jika dijumpai, luka sekecil apapun harus
segera diobati.
Pasien perlu waspada akan bisul dan infeksi kaki. Bisul dan infeksi kaki dapat
terjadi akibat gesekan sepatu baru atau sepatu yang tidak cocok; penebalan kulit
(kallus) yang tidak diobati; kallus yang diobati sendiri; luka kaki; luka bakar (misal
mandi air terlalu panas, air panas tumpah, radiasi matahari, panas pasir pantai);
penggunaan plester untuk mata ikan; infeksi kuku; pasien yang sedang menjalani
tirah baring (tumit luka), dan lain-lain (Agoes I; Agoes II, Agoes III, 2011: 56).
g. Jaringan ikat
Glukosa yang tidak dimetabolisasi secara normal membuat jaringan menebal
atau berkontraksi.Komplikasinya adalah sindroma terowongan karpal (Sunaryati,
2011:75).
h. Darah
Terjadi gangguan fungsi sel darah putih dan komplikasinya adalah mudah
terkena infeksi, terutama infeksi saluran kemih dan kulit (Sunaryati, 2011:75).

8. Pengobatan Diabetes Melitus


a. Antidiabetik oral
Penatalaksanaan pasien DM dilakukan dengan menormalkan kadar gula darah dan
mencegah komplikasi. Lebih khusus lagi dengan menghilangkan gejala,optimalisasi
parameter metabolik, dan mengontrol berat badan. Bagi pasien DM tipe 1 penggunaan
insulin adalah terapi utama.Indikasi antidiabetik oral terutama ditujukan untuk
penangananpasien DM tipe 2 ringan sampai sedang yang gagal dikendalikan dengan
pengaturan asupan energi dan karbohidrat serta olah raga. Obat golongan ini ditambahkan
bila setelah 4-8 minggu upaya diet dan olah raga dilakukan, kadar gula darah tetap di atas
200 mg% dan HbA1c di atas 8%. Jadi obat ini bukan menggantikan upaya diet,
melainkan membantunya.Pemilihan obat antidiabetik oral yang tepat sangat menentukan
keberhasilan terapi diabetes.Pemilihan terapi menggunakan antidiabetik oral dapat
dilakukan dengan satu jenis obat atau kombinasi.Pemilihan dan penentuan regimen
antidiabetik oral yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat keparahan penyakit
DM serta kondisi kesehatan pasien secara umum termasuk penyakit-penyakit lain dan
komplikasi yang ada. Dalam hal ini obat hipoglikemik oral adalah termasuk golongan
sulfonilurea, biguanid, inhibitor alfa glukosidase dan insulin sensitizing.

b. Insulin
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 pada
manusia.Insulin mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua rantai yang
dihubungkan dengan jembatan disulfide, terdapat perbedaan asam amino kedua rantai
tersebut.Untuk pasien yang tidak terkontrol dengan diet atau pemberian hipoglikemik
oral, kombinasi insulin dan obat-obat lain bisa sangat efektif.Insulin kadangkala
dijadikan pilihan sementara, misalnya selama kehamilan. Namun pada pasien DM
tipe 2 yang memburuk, penggantian insulin total menjadi kebutuhan.

Insulin merupakan hormon yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat


maupun metabolisme protein dan lemak. Fungsi insulin antara lain menaikkan
pengambilan glukosa ke dalam sel–sel sebagian besar jaringan, menaikkan
penguraian glukosa secara oksidatif, menaikkan pembentukan glikogen dalam hati
dan otot serta mencegah penguraian glikogen, menstimulasi pembentukan protein dan
lemak dari glukosa.

B. Penatalaksanaan Diet
1. Tujuan
Tujuan diet penyakit diabete mellitus adalah, membantu pasien memperbaiki
kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan control metabolic yang lebih baik,
dengan cara:
a. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan
menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin (endogenous atau
exogenous), dengan obat penurun glukosa oral dan aktivitas fisik.
b. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.
c. Memberi cukup energy untuk mempertahankan atau mencapai berat badan
normal.
d. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan
insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek, dan jangka lama serta
masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani.
e. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal
2. Syarat Diet
Syarat-syarat diet penyakit Diet Diabetes Melitus adalah :
a. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
Kebutuhan energy ditentukan dengan memperhitungkan untuk metabolism
basar sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan untuk aktivitas
fisik dan kedaan khusus,missal nya kehamilan atau laktasi serta ada tidak nya
komplikasi.
b. Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
c. Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam
bentuk <10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, 10% dari
lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisa nya berasal dari lemak tidak jenuh
tunggal. Asupan kolesterol makanan dibatasi, yaitu <300 mg/hari
d. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energy total, yaitu 60-70%.
e. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan
kecuali jumlah nya sedikit sebagai bumbu.
f. Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah
bahaan pemanis selain sakarosa.
g. Asupan serat dianjurkan 25 g/hari
3. Jenis Diet dan Indikasi Pemberian
Diet yang digunakaan sebagai bagian penatalaksanaan. Diabetes mellitus
dikontrol berdasarkan kandungan energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Sebagai
pedoman dipakai 8 jenis Diet Diabetes Melitus. Penetapan diet ditentukan oleh
keadaan pasien, jenis Diabetes Melitus, dan program pengobatan secara keseluruhan.
BAB III

SKIRNING GIZI DAN GAMBARAN UMUM PASIEN

A. Skrining Gizi
1. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak direncanakan/tidak
diinginkan dalam 6 bulan terakhir? skor
 Tidak ada 0
 Tidak yakin (ada tanda : baju menjadi lebih longgar) 2
 Ya, ada penurunan berat badan sebanyak :
 1-5 kg 1
 6-10 kg 2
 11-15 kg 3
 > 15 kg 4
 Tidak tahu berapa kg penurunan 2
2. Apakah asupan makanan berkurang karena tidak nafsu makan ?
 Tidak 0
 Ya 1
Total skor
Bila skor ≥ 2, pasien berisiko malnutrisi, konsul ke Ahli gizi
3

Sumber : kemenkes, 2013


B. Gambaran Umum Pasien
1. Riwayat personal
Nama Pasien : Tn. Syamsul Bahri
No Rekam Medik : 941029
Alamat : Tanjung JOHOR
Usia : 47 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wirausaha
Tanggal Masuk : 09-2-2020
Tanggal pengamatan : 13-2-2020
Ruang Rawat : Bedah laki (B3)
Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus+Genre Pedis
DPJP : dr.Anton SP.B

2. Assesment Data
a. Dietary
Riwayat terkait gizi dahulu : Tn. Syamsul Bahri memiliki kebiasaan
makan 3-4 kali sehari dengan nasi, lauk, dan sayur. Sebelum masuk RS pasien
tidak mempunyai selera makan, tidak mempunyai alergi makanan, suka makan
sayur dan suka makan buah. Suka mengkonsumsi minuman kemasan seperti ale-
ale, suka mengkonsumsi kopi, suka mengkonsumsi mie instan hampir setiap
malam, suka makan bakso 2x seminggu, mempunyai riwaya merokok 1 bungkus
per hari
b. Antropometri
1. ULNA : 24 cm
2. LILA : 21 cm
3. BB : 41 kg
4. TB : diestimasi menggunakan ULNA
: 97,252 + (2,645 x ULNA)
: 97,252 + (2,645 x 24)
: 160 cm.
5. BBI : (TB-100) x 90%
: (160-100) x 90%
: 54 kg
BB 41
6. IMT : 2
= (kurang)
(TB) ¿ ¿

Berdasarkan IMT: Status Gizi kurang.

c. Biokimia
Berikut ini adalah data hasil pemeriksaan kimia darah, elektrolit, dan
hematologi yang dilakukan pada tanggal 14 Februari 2020.

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kimia Darah

Hasil
Tes lab Tgl Nilai Rujukan
Ket
13/02/2020
Gula Darah
Gula Darah
238 mg/dl T < 200 mg/dl
Sewaktu
Ket : T= Tinggi

Berdasarkan tabel 2. diketahui bahwa GDS pasien tinggi.

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Faal Ginjal


Hasil
Nilai
Tes lab Tgl
Ket Rujukan
14/02/2020
Faal Ginjal
Kreatinin 1,9 mg/dl N 0,9-1,3 mg/dl
Ket : N=Normal

Berdasarkan tabel 2. diketahui bahwa kreatinin pasien normal.

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Elektrolit

Hasil
Tes Lab Tgl Nilai Rujukan
Ket
14/02/2020
Natrium (Na) 130,04 mmol/L N 135-148 mmol/L
Chlorida (Cl) 96,59 mmol/L N 98-110 mmol/L
Kalsium (Ca) 1,18 mmol/L N 1,19-1,23
mmol/L
Ket : N=Normal

Berdasarkan tabel 3.diketahui bahwa natrium, kalium, dan klorida pasien normal
sedangkan kalsium pasien mengalami peningkatan.

Tabel 4.Hasil Pemeriksaan Hematologi

Tes Lab Hasil Nilai Rujukan


Tgl Ket
14/02/2019
Leukosit
18,37 109/L T 4-10109/L
(WBC)
Hemoglobin (HGB) 11,6 g/dl N 11-16 g/dl
Trombosit (PLT) 366 109/L T 100-300 109/L
Ket : N=Normal, T= Tinggi

Berdasarkan tabel 4. diketahui bahwa leukosit dan trombosit pasien tinggi, sedangkan
hemoglobin pasien normal.

d. Fisik/Klinis
1). Fisik
Pemeriksaan Fisik awal: kondisi pasien lemas selama 4 hari, nafsu makan
menurun, mual, muntah, demam, badan gatal-gatal dan nyeri.
2) Klinis
Tabel5.Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan Hasil Standar Normal Ket


Tekanan Darah 110/70 mmhg 120/80 mmhg N
Nadi 80 x/menit 60-100 N
Suhu 36 oC 36-37oC N
Nafas 20 x/menit 20x/menit N
Ket : N=Normal

a. Riwayat personal
Tn. Syamsul Bahri seorang wiraswasta, dan 2 orang anak beragama Islam.
Pasien memiliki riwayat Diabetes Melitus semenjak ± 7 tahun yang lalu. Pasien
sering mengkonsumsi obat gatal.
e. Terapi Obat

Tabel 6. Terapi Obat

Nama obat Fungsi Efek Samping

Ranitidine Mengatasi dan mencegah rasa panas Nyeri dada, demam, napas pendek,
perut (heartburn), maag, dan sakit batuk dengan lendir hijau atau
perut yang disebabkan oleh tukak kuning, detak jantung lambat atau
lambung, mengobati dan mencegah cepat, sakit tenggorokan, dan sakit
berbagai penyakit perut dan kepala disertai ruam kulit yang
kerongkongan yang disebabkan oleh merah, mengelupas, dan melepuh,
terlalu banyak asam lambung. mual, sakit perut, hilang nafsu
makan, urin berwarna gelap
IVFD Nacl 0,9% mengganti cairan tubuh yang hilang kelebihan kadar Natrium dalam darah
karena beberapa faktor. dan kekurangan Kalium dalam darah

Bicnat Menetralisir asam darah, urine yang Mual, Perut kembung, Kram perut,
terlalu asam, dan asam lambung Darah menjadi basa (alkalosis),
sehingga menimbulkan keluhan
kedutan pada otot, kaku, dan cepat
marah, Peningkatan kadar natrium.

Glibenclamide Mengendalikan kadar glukosa darah Demam, mual, muntah, diare,


yang tinggi gangguan fungsi hati, dll.

.
3. Diagnosis Gizi
a. NI. 2.1 = Asupan oral tidak adekuat berkaitan (P) berkaitan dengan kurang

pengetahuan gizi dan makanan terutama asupan makanan dan minuman ditandai

dengan E=18,8% P=51,38% L=24,62% KH=12,86%

b. NB. 1.3 = Tidak siap untuk diet/ merubah perilaku berkaitan dengan tidak ingin

atau tidak tertarik untuk menerapkan/mempelajari informasi.

c. NC.2.2 = Perubahan nilai lab terkait gizi

4. IntervensiGizi
a. Prinsip Diet
Jenis diet : Diet DM I, 1900Kkal
Bentukmakanan : Makanan lunak
Frekuensi : 3x makanan utama
Route : Oral
b. Tujuan diet
Tujuan diet penyakit diabete mellitus adalah, membantu pasien memperbaiki
kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan control metabolic yang lebih baik

a. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan


menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin (endogenous atau
exogenous), dengan obat penurun glukosa oral dan aktivitas fisik.
b. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.
c. Memberi cukup energy untuk mempertahankan atau mencapai berat badan
normal.
d. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan
insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek, dan jangka lama serta
masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani.
e. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal
4. Syarat Diet
Syarat-syarat diet penyakit Diet Diabetes Melitus adalah :
a. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal.
Kebutuhan energy ditentukan dengan memperhitungkan untuk metabolism
basar sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan untuk
aktivitas fisik dan kedaan khusus,missal nya kehamilan atau laktasi serta
ada tidak nya komplikasi.
b. Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
c. Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam
bentuk <10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, 10% dari
lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisa nya berasal dari lemak tidak jenuh
tunggal. Asupan kolesterol makanan dibatasi, yaitu <300 mg/hari
d. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energy total, yaitu 60-70%.
e. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan
kecuali jumlah nya sedikit sebagai bumbu.
f. Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah
bahaan pemanis selain sakarosa.
g. Asupan serat dianjurkan 25 g/hari
c. Perhitungankebutuhan
BMR =30xBBI
= 30 x 51 kg
= 1530kkal

Fa = 10%xBMR
= 10%x1530kkal
= 153kkal

Fu = 5%xBMR
= 5%x1530kkal
= 76kkal

Fs = 20%xBMR
= 20%x1530kkal
= 306kkal

Energi = BMR+Fa-Fu+Fs
=1530+153-76+306
= 1913kkal

Protein = 15% x 1913


4
= 71 gr
Lemak = 25% x 1913
9
= 53,15 gr

Kh = 55% x 1913
4
= 263 gr

5. Implementasi
a. Memberikan asupan pasien sesuai dengan kebutuhan dan sesuai kemampuan
pasien
b. Memantau tanda/gejala klinis.
c. Memantau hasil pemeriksaan lab terkait gizi
d. Memberikan edukasi gizi kepada pasien dan keluarga pasien
6. Rencana edukasi
Tujuan : Agar pasien dapat menjalankan diet dengan
benar dan dapat mengganti bahan makanan berdasarkan
yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan.
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Waktu : ±10 menit
Tempat : Ruangan bedah laki-laki BIII

7. Monitoring dan evaluasi

Tabel 7. Monitoring dan evaluasi

Monitoring Frekuensi Evaluasi Target

Asupan Setiap hari Membandingkan asupan Asupan makan


makan sebelum diberikan dapat
(E, P, L, intervensi dengan setelah mencapai 80%
KH) diberikan intervensi.

Biokimia Bila Membandingkan nilai lab Nilai lab


Pemeriksaa sebelum diberikan intervensi normal
n dengan setelah diberikan
intervensi

Klinis/Fisik Setiap hari Membandingkan keadaan Normal


fisik pasien sebelum
mual, sesak diberikan intervensi dengan
nafas, setelah diberikan intervensi
demam,
batuk, TD

8. Perencanaan menu
Tabel 8.Perencanaan Menu

Berat Energi Protei Lemak


Waktu BahanMakanan Penukar (g) (Kkal) n (g) (g) KH (g)
Nasi lunak 1½ 150 270 4,5 0,04 59,7
P Hewani 1 50 66 8,5 3,3  
Pagi Sayur 1 100 25 2   5
07.00 Tempe 1 45 90,45 9,36 3,96 6
  Minyak 1 5 90   10  
Selingan
I Diabetasol 2 48 208 8 5,6 31,2
 
10 Buah 1 100 50     12
Nasi Lunak 2 200 350 8   80
Siang P Hewani 1 50 66 8,5 3,3  
12.00 Tempe 1 45 90,45 9,36 3,96 6
Sayur A 1 100 25 2   5
Sayur B 1 100 25 2   5
Minyak 2 10 90   10  
Selingan
II Buah 1 100 50     12
  Diabetasol 2 48 208 8 5,6 31,2
  Mpt 200cc   206,7 12,1 5,3 26,6
Sore Nasi Lunak 2 200 350 8   80
17          
  P Hewani 1 50 66 8,5 3,3  
  Tempe 1 45 90,45 9,36 3,96 6
  Sayur A 1 100 25 2   5
  Sayur B 1 100 25 2   5
Selingan
III Minyak 2 10 90   10  
20 Buah 1 100 50     12
  Diabetasol 2 48 208 8 5,6 31,2
  Kentang 1 100 62 5 0,2 13,5
  Jumlah     2337 55 68,62 239
Kebutuhan     2025 75 53.15 278
Persentase     115% 73% 114% 85,97%
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Asuhan gizi yang dilakukan pada Tn. Syamsul Bahri yang di diagnosa Diabetes Mellitus
genre pedis. Berdasarkan studi kasus yang telah peneliti lakukan selama tiga hari yaitu tanggal
14 Februari 2020 hingga 16 Februari 2020, maka diperoleh hasil intervensi sebagai berikut :

1. Monitoring dan Evaluasi Antropometri


Berdasarkan pengamatan dan pengukuran yang telah dilakukan selama tiga hari
yaitu tanggal 14 Februari 2020 hingga 16 Februari 2020 dapat dilihat hasil monitoring
antropometri sebagai berikut:

Tabel 9 Hasil Monitoring Antropometri

Parameter 14-02-2020 15-02- 2020 16-02- 2020


TB 160 160 160
BB 47 47 47
BBI 54 54 54
IMT 16 16 16

Berdasarkantabel 9 diketahui bahwaselama tiga hari intervensi tidak ada perubahan


antropometri pasien.

2. Monitoring dan Evaluasi Data Biokimia

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan selam tiga hari yaitu tanggal 14
Februari 2020 hingga 16 Februari 2020 dapat dilihat hasil monitoring biokimia sebagai berikut :

Tabel 10 Hasil Monitoring Pemeriksaan Faal Ginjal

Jenis 09-02-2020 14-02-2020 15-02-2020 16-02-20230 Rujuka


Pemeriksaa n
Hasil Ket Hasil Ket Hasil Ket Hasil Ket
n
Faal Ginjal
Kreatinin 1,9 T - - - - - - 0,9-1,3
mg/dl mg/dl
Ket : T= TINGGI

Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa hasil pemeriksaan yang dilakukan tanggal 14


Februari 2020 kreatinin pasien normal.

Tabel 11 Hasil Monitoring Pemeriksaan Kimia Darah

Jenis Rujukan
14-02-2020 15-02-2020 16-02-2020
Pemeriksaa
n Hasil Ket Hasil Ket Hasil Ket
Gula darah
238 T < 200
GDS - - - -
mg/dl mg/dl
Ket : T= Tinggi

Berdasarkan tabel 11 diketahui bahwa hasil pemeriksaan GDS, pasien tinggi.

Tabel 12 Hasil Monitoring Pemeriksaan Hematologi

Jenis Rujuk-
09-02-2020 14-02-2020 15-02-2020 16-02-2020
Pemeriksa An
-an Hasil Ket Hasil Ket Hasil Ket Hasil Ket
11,6 11-16
Hb N - - - - - -
g/dl g/dl
Ket : N= Normal

Berdasarkan tabel 12 diketahui bahwa hasil pemeriksaan hemoglobin yang dilakukan


pada tanggal 14 Februari 2020 hasilnya normal yaitu 11,6 g/dl.

3. Monitoring dan Evaluasi Fisik dan Klinis

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan selama tiga hari yaitu tanggal 14
Februari 2020 hingga 16 Februari 2020 dapat dilihat hasil monitoring fisik dan klinis sebagai
berikut :

Tabel 13Hasil Monitoring Pemeriksaan Fisik


Waktu Kondisi umum
14 Februari Lemas, gatal-gatal pada seluruh bagian tubuh, nyeri pada
2020 kaki
15 Februari Lemas, gatal-gatal pada seluruh bagian tubuh, nyeri pada
2020 kaki berkurang
16 Februari Lemas berkurang, gatal-gatal pada seluruh bagian tubuh
2020 berkurang, nyeri pada kaki berkurang

Berdasarkan tabel 13 diketahui bahwa selama tiga hari dilakukan intervensi keluhan yang
dirasakan pasien mengalami sedikit perubahan yaitu lemas berkurang, gatal-gatal pada seluruh
bagian tubuh berkurang, nyeri pada kaki berkurang.

Tabel 14Hasil Monitoring Pemeriksaan Klinis

Parameter 13-02-2020 14-02- 2020 15-02-2020 Rujukan


Tekanan 110/70 110/70 110/70 120/80 mmHg
Darah mmHg mmHg mmHg
Nadi 80 x/menit 80 x/menit 80 x/menit 85 x/menit
Suhu 360C 360C 360C 36,5-37,5 0C
Pernafasan 20 x/menit 20 x/menit 20 x/menit 20.50/menit

4. Monitoring dan Evaluasi Dietery


Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan selam tiga hari yaitu tanggal 14
Februari 2020 hingga 16 Februari 2020 penilaian asupan makan pasien dilakukan dengan cara
recall 24 jam. hasil monitoring asupan makan pasien dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel15Hasil Monitoring dan Evaluasi Asupan Makan

Tanggal Pengkajian
Rata-
Nilai Gizi Hari Hari Hari Kebutuhan Persentase
rata
ke-1 ke-2 ke-3
Energi 1252,2 1122,5 1005,8 1126,83 1913 58%
Protein 55 49,5 46,2 50,23 71 70,74%
Lemak 30,38 41,08 30,38 33,94 53,15 63,88%
Karbohidrat 189,02 153,42 141,42 161,28 263 61,32%
Dari tabel 15 dapat diketahui hasil recall makan pasien yang dilakukan selama tiga hari
proses intervensi di rumah sakit dibandingkan dengan kebutuhan pasien dapat diketahui bahwa
persentase rata-rata asupan energi 80%, protein 89%, lemak 62%, dan karbohidrat 85%.

B. Pembahasan
1. Antropometri
Selama tiga hari intervensi yang dilakukan tidak terdapat perubahan pada
antropometri pasien. Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang
berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi
seseorang. Pada umumnya antropometri mengukur dimensi dan komposisi tubuh
seseorang (Supariasa, 2001). Metode antropometri sangat berguna untuk melihat ketidak
seimbangan energi dan protein. Akan tetapi, antropometri tidak dapat digunakan untuk
mengidentifikasi zat-zat gizi yang spesifik (Gibson, 2005). Status gizi pasien berdasarkan
IMT yaitu gizi kurang (underweight).

2. Biokimia
a. Gula Darah

Hasil pemeriksaan gula darah yang dilakukan pada tanggal 14 Februari 2020,
dengan hasil pemeriksaan yaitu GDS tinggi. Tingginya kadar gula darah pada pasien
dengan Diabetes Mellitus disebabkan karena adanya ketidak mampuan pankreas
menghasilkan insulin secara maksimal. Insulin berfungsi untuk mengatur kadar gula
dalam darah guna menjamin kecukupan gula yang disediakan setiap saat bagi
seluruh jaringan dan organ, sehingga proses-proses kehidupan utama bisa
berkesinambungan (Sutedjo, 2010)..

b. Hematologi

Hasil pemeriksaan hemoglobin yang dilakukan pada tanggal 14 Februari 2020


hasilnya normal yaitu 11,6 g/dl. Pemeriksaan lanjutan untuk HGB pada tanggal 16
Februari 2020 masih normal yaitu 11,8. Selain dari obat pasien juga diberikan makanan
sumber protein hewani yang mengandung zat besi dan lebih mudah diserap oleh tubuh.
Pasien diberi makanan sumber protein hewani seperti telur ayam, daging sapi, daging
ayam, ikan.

3. Fisik/Klinis
Hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan selama intervensi yaitu kondisi fisik
pasien membaik lemas yang dirasakan sedikit berkurang, gatal-gatal pada seluruh tubuh
yang dirasakan berkurang, dan odem yang terdapat pada kedua kaki berkurang hal ini
karena penangan medis dan obat yang diberikan..
a. Asupan Energi
Hasil perhitungan kebutuhan pasien yaitu 1913 kkal.Berdasarkan hasil recall
asupan energi pasien pada hari pertama yaitu 1252,2 kkal dan hari kedua intervensi
terjadi penurunan yaitu 1122,5 kkal hal ini disebabkan pasien haya sedikit mengkonsumsi
makanan yang diberikan, kemudian pada hari ketiga intervensi asupan energi pasien
mengalami penurunan kembali yaitu 1005,8 kkal, hal ini disebabkan pasien tidak mau
makan pada waktu malam. Persentase total asupan energi pasien selama tiga hari
intervensi yaitu 58% hal ini sangat kurang cukup baik jika dibandingkan dengan anjuran
asupan yaitu 80-100% .
Pada pasien diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam tiga
hal yaitu, jadwal makan, jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Pola makan adalah
suatu cara tertentu dalam mengatur jumlah dan jenis asupan makanan dengan maksud
untuk mempertahankan kesehatan, status gizi, serta mencegah dan membantu proses
penyembuhan (Trilestari, 2016). Pola makan yang baik harus dipahami oleh para
penderita DM dalam pengaturan pola makan sehari-hari. Pola ini meliputi pengaturan
jadwal bagi penderita DM yang biasanya adalah 6 kali makan per hari yang dibagi
menjadi 3 kali makan besar. Perlu pengaturan jadwal makan bagi penderita DM karena
keterlambatan atau terlalu sering makan akan mempengaruhi kadar glukosa darah
(Trilestari, 2016).
Jumlah makan (kalori) yang dianjurkan bagi penderita DM adalah makan lebih
sering dengan porsi kecil sedangkan yang tidak dianjurkan adalah makan dalam porsi
yang besar. Jenis makanan perlu diperhatikan karena menentukan kecepatan naiknya
kadar gula darah. Penyusunan makanan bagi penderita DM mencakup karbohidrat,
lemak, protein, buah-buahan, dan sayuran (Trilestari, 2016).Untuk peningkatan
kebutuhan menjadi 100%, pasien dan keluarga pasien diberikan edukasi sehingga ketika
dirumah dalam mengkonsumsi makanan dapat diterapkan dengan baik sesuai dengan
kebutuhan.
b. Asupan Protein
Hasil recall asupan protein selama tiga hari intervensi yaitu pada hari pertama
asupan protein sebesar 55 gr, hari kedua terjadi penurunan menjadi 49,5 gr hal ini
dikarenakan pasien tidak mengkonsums lauk hewani pada malam hari hanya dimakan
sebanyak 15gr dan hari ketiga asupan protein pasien 46,2 gr dengan rata-rata asupan
protein selama tiga hari intervensi yaitu 70,74% % hal ini masih kurang baik. Untuk
peningkatan kebutuhan menjadi 100%, pasien dan keluarga pasien diberikan edukasi
sehingga ketika dirumah dalam mengkonsumsi makanan dapat diterapkan dengan baik
sesuai dengan kebutuhan.

c. Asupan Lemak
Menurut hasil perhitungan kebutuhan asupan lemak yaitu sebesar 53,15 gr.
Berdasarkan hasil recallselama tiga hari intervensi pada hari pertama yaitu 30,38 gr pada
hari kedua yaitu 41,08 gr, dan pada hari ketiga intervensi yaitu 30,38 gr dengan rata-rata
persentase asupan lemak yaitu 63,88%. Hal ini jika dibandingkan dengan asupan yang
dianjurkan belum sesuai. Untuk peningkatan kebutuhan menjadi 100%, pasien dan
keluarga pasien diberikan edukasi sehingga ketika dirumah dalam mengkonsumsi
makanan dapat diterapkan dengan baik sesuai dengan kebutuhan.

d. Asupan Karbohidrat
Menurut hasil perhitungan kebutuhan karbohidrat yaitu 263 gr karbohidrat yang
diberikan yaitu karbohidrat kompleks untuk makanan selingan juga diberikan bahan
makanan yang mengandung karbohidrat kompleks seperti kentang. Karbohidrat memiliki
beberapa jenis yang terdiri dari karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana
(Almatsier, 2001). Karbohidrat sederhana merupakan jenis karbohidrat yang mudah
diubah menjadi glukosa, sehingga karbohidrat ini sangat cepat meningkatkan kadar
glukosa darah (Soewondo, 2007). Pada prinsipnya, penderita DM harus menghindari
makanan yang cepat diserap menjadi gula darah yang disebut karbohidrat sederhana,
seperti yang terdapat pada gula pasir, gula jawa, sirup, dodol, selai, permen, coklat, es
krim, minuman ringan, dan sebagainya. Di dalam tubuh, karbohidrat sederhana diubah
menjadi gula sederhana atau glukosa yang larut dalam aliran darah, sehingga
menyebabkan kadar glukosa darah meningkat dan turun dengan cepat. Keadaan ini
berbahaya bagi penderita diabetes mellitus (Maulana, 2010). Karbohidrat kompleks
merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan seimbang (PERKENI, 2011). Bagi
penderita DM dianjurkan untuk konsumsi karbohidrat kompleks bersama serat makanan
akan menekan glukosa darah sedemikian rupa sehingga jauh lebih rendah dari biasanya
dan itu sangat membantu untuk terapi diitnya (Almatsier, 2001).
Hail recall asupan karbohidrat selama tiga hari dilakukan intervensi yaitu pada
hari pertama yaitu 189,02 gr, pada hari kedua intervensi yitu 153,42 gr , dan pada hari
ketiga intervensi yaitu 141,42 gr dengan asupan rata-rata karbohidrat yaitu 61,32% hal ini
belum cukup baik. Untuk peningkatan kebutuhan menjadi 100%, pasien dan keluarga
pasien diberikan edukasi sehingga ketika dirumah dalam mengkonsumsi makanan dapat
diterapkan dengan baik sesuai dengan kebutuhan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan proses asuhan gizi yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa
:
1. Pada studi kasus penulis melakukan skrining gizi pada pasien Ny. S menggunakan
MST dan didapatkan skor 3 yang artinya pasien berisiko malnutrisi.
2. Assesment gizi
a. Asupan dan riwayat gizi
Hasil recall asupan 1x24 jam yaitu E=18,80% P=51,38% L=24,62%
KH=12,86%.
b. Antropometri
Berdasarkan perhitungan IMT pasien yaitu 16 kg/m2 yang artinya termasuk
kedalam kategori status gizi kurang (Kurang).
c. Riwayat Biokimia
Pemeriksaan kimia darah: Kreatinin(1,9) , GDS(238)
Pemeriksaan hematologi: HB (11,6)
d. Riwayat Fisik/Klinis
Pasien mengalami lemas, nyeri, gata-gatal, mual, muntah.
e. Riwayat personal
Pasien menderita diabetes mellitus sejak 5-7 tahun yang lalu.
3. Diagnosis gizi
a. NI.2.1 Asupan oral tidak adekuat
b. NB.1.3 Tidak siap untuk diet/merubah perilaku berkaitan dengan tidak ingin atau
tidak tertarik untuk menerapkan/mempelajari informasi
c. NC.2.2 Perubahan nilai lab terkait gizi
4. Intervensi yang diberikan adalah pemberian Diet Diabetes Mellitus, 1900 Kkal,
dengan bentuk makanan lunak, route oral, frekuensi 3x utama dan 3x selingan.
5. Monitoring evaluasi
a. Rata-rata asupan pasien selama tiga hari intervensi yaitu : energy 58%, protein
70,74%, lemak 63,88%, dan karbohidrat 61,32%.
b. Hasil laboratorium pasien untuk kreatinin tidak bisa dibandingkan karena belum
ada pemeriksaan lanjutan tetapi untuk HGB mengalami perubahan yaitu 11,6
gr/dl.
c. Kondisi fisik/klinis pasien sebelum dan sesudah dilakukan intervensi terdapat
penurunan seperti lemas, gatal-gatal, nyeri.
d. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien bertambah setelah diberikan edukasi.
B. Saran
Pasien perlu menjaga dan memonitoring diri untuk makan sesuai kebutuhan yang
telah dianjurkan agar tercapai status gizi normal, menjaga berat badan normal dan
menjaga kadar gula darah normal.

Anda mungkin juga menyukai