Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari
hubungan dengan manusia lain. Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi di
antara individu-individu (manusia) kemudian lahirlah kelompok-kelompok
sosial (social group) yang dilandasi oleh kesamaan-kesamaan kepentingan
bersama.Namun bukan berarti semua himpunan manusia dapat dikatakan
kelompok sosial. Untuk dikatakan kelompok sosial terdapat persyaratan-
persyaratan tertentu. Dalam kelompok social yang telah tersusun susunan
masyarakatnya akan terjadinya sebuah perubahan dalam susunan tersebut
merupakan sebuah keniscayaan. Karena perubahan merupakan hal yang
mutlak terjadi dimanapun tempatnya.
Perubahan sosial adalah perubahan dalam hubungan interaksi antar
orang, organisasi atau komunitas, ia dapat menyangkut “struktur sosial” atau
“pola nilai dan norma” serta “peran”. Dengan demikina, istilah yang lebih
lengkap mestinya adalah “perubahan sosial-kebudayaan” karena memang
antara manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dengan
kebudayaan itu sendiri.
Kenyataan mengenai perubahan-perubahan dalam masyarakat dapat
dianalisa dari berbagai segi diantaranya: ke “arah” mana perubahan dalam
masyarakat itu “bergerak” (direction of change)”, yang jelas adalah bahwa
perubahan itu bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi setelah
meninggalkan faktor itu mungkin perubahan itu bergerak kepada sesuatu
bentuk yang baru sama sekali, akan tetapi boleh pula bergerak kepada suatu
bentuk yang sudah ada di dalam waktu yang lampau.

1
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian perubahan sosial budaya ?
2. Apa saja teori perubahan sosial ?
3. Bagaimana hubungan antara perubahan sosial dan budaya ?
4. Apa saja bentuk perubahan sosial budaya ?
5. Bagaimana pengembangan masyarakat di indonesia ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian perubahan sosial budaya
2. Mengetahui apa saja teori perubahan sosial
3. Mengetahuibagaimana hubungan antara perubahan sosial dan budaya
4. Mengetahuiapa saja bentuk perubahan sosial budaya
5. Mengetahuibagaimana pengembangan masyarakat di indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perubahan Sosial Budaya


Menurut Atkinson dan Brooten perubahan merupakan kegiatan atau
proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan
sebelumnya dan merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola
perilaku individu atau institusi. Ada empat tingkat perubahan yang perlu
diketahui yaitu pengetahuan, sikap, perilaku, individual, dan perilaku
kelompok.
Sedangkan menurut Enda M. C sosial adalah cara tentang bagaimana
para individu saling berhubungan sehingga membutuhkan pemakluman atas
hal-hal yang bersifat rapuh di dalamnya. Jadi, perubahan sosial merupakan
suatu proses perubahan, modifikasi, atau penyesuaian-penyesuaian yang
terjadi dalam pola hidup masyarakat, yang mencakup nilai-nilai budaya, pola
perilaku kelompok masyarakat, hubungan-hubungan sosial ekonomi, serta
kelembagaan-kelembagaan masyarakat, baik dalam aspek kehidupan material
maupun non materi.
William F. Ogbum, mengemukakan ruang lingkup perubahan-perubahan
sosial meliputi unsur kebudayaan baik yang material maupun yang immaterial,
yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material
terhadap unsur-unsur immaterial.
Kingsley Davis, mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-
perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.

B. Teori Perubahan Sosial


Perubahan Sosial meliputi perubahan struktur dan fungsi masyarakat,
termasuk diantaranya nilai–nilai sosial, norma, dan berbagai pola dalam
kehidupan manusia. Perubahan terjadi karena adanya modifikasi dari
berberapa pola kehidupan. Ada berbagai kondisi yang menyebabkan

3
terjadinya modifikasi tersebut. Kondisi tersebut dapat dijelaskan dengan
beberapa Teori Perubahan Sosial berikut :
1. Teori Evolusi (Evolutionary Theory)
Menurut James M. Henslin (2007), terdapat dua tipe teori evolusi
mengenai cara masyarakat berubah, yakni teori unilinier dan teori
multilinier :
Pandangan teori unilinier mengamsusikan bahwa semua masyarakat
mengikuti jalur evolusi yang sama. Setiap masyarakat berasal dari bentuk
yang sederhana ke bentuk yang lebih kompleks (sempurna), dan masing-
masing melewati proses perkembangan yang seragam. Salah satu dari teori
ini yang pernah mendoninasi pemikiran Barat adalah teori evolusi dari
Lewis Morgan, yang menyatakan bahwa semua masyarakat berkembang
melalui tiga tahap: kebuasan, barbarisme, dan peradaban.
Dalam pandangan Morgan, Inggris (masyarakatnya sendiri) adalah
contoh peradaban. Semua masyarakat lain ditakdirkan untuk
mengikutinya.
Pandangan teori multilinier menggantikan teori unilinier dengan
tidak mengamsusikan bahwa semua masyarakat mengikuti urutan yang
sama, artinya meskipun jalurnya mengarah ke industrialisasi, masyarakat
tidak perlu melewati urutan tahapan yang sama seperti masyarakat yang
lain.
Inti teori evolusi, baik yang unilinier maupun multilinier, ialah
asumsi mengenai kemajuan budaya, di mana kebudayaan Barat dianggap
sebagai tahap kebudayaan yang maju dan superior / sempurna. Namun, ide
ini terbantahkan dengan semakin meningkatnya apresiasi terhadap
kayanya keanekaragaman (dan kompleksitas) dari kebudayaan suku
bangsa di dunia.
Di samping itu, masyarakat Barat sekarang berada dalam krisis
(rasisme, perang, terorisme, perkosaan, kemiskinan, jalanan yang tidak
aman, perceraian, sex bebas, narkoba, AIDS dan sebagainya) dan tidak
lagi dianggap berada di puncak kebudayaan manusia.

4
2. Teori Konflik ( Conflict Theory)
Menurut pengikut teori ini, yang konstan ( tetap terjadi ) dalam
kehidupan masyarakat adalah konflik sosial, bukannya perubahan.
Perubahan hanyalah merupakan akibat dari adanya konflik dalam
masyarakat, yakni terjadinya pertentangan antara kelas kelompok
penguasa dan kelas kelompok tertindas. Oleh karena konflik sosial
berlangsung secara terus menerus, maka perubahanpun juga demikian
adanya.
Menurut Karl Marx, konflik kelas sosial merupakan sumber yang
paling penting dan berpengaruh dalam semua perubahan sosial. Perubahan
akan menciptakan kelompok dan kelas sosial baru. Konflik antar
kelompok dan kelas sosial baru tersebut akan melahirkan perubahan
berikutnya.
Menurutnya, konflik paling tajam akan terjadi antara kelas
Proletariat (buruh yang digaji) dengan kelas Borjuis (kapitalis/pemilik
industri) yang diakhiri oleh kemenangan kelas proletariat, sehingga
terciptalah masyarakat tanpa kelas (PB Horton dan CL. Hunt,1992).
Namun asumsi Marx terhadap terciptanya masyarakat tanpa kelas tersebut
sampai saat ini tidak terbukti.Artinya kehidupan masyarakat tetap diwarnai
adanya perbedaan kelas sosial..
3. Teori Fungsionalis
Penganut teori ini memandang setiap elemen masyarakat
memberikan fungsi terhadap elemen masyarakat lainnya. Perubahan yang
muncul di suatu bagian masyarakat akan menimbulkan perubahan pada
bagian yang lain pula. Perubahan dianggap mengacaukan keseimbangan
masyarakat.
Proses pengacauan itu berhenti pada saat perubahan tersebut telah
diintegrasikan ke dalam kebudayaan (menjadi cara hidup masyarakat).
Oleh sebab itu menurut teori ini unsur kebudayaan baru yang
memiliki fungsi bagi masyarakat akan diterima, sebaliknya yang
disfungsional akan ditolak.

5
Menurut sosiolog William Ogburn, meskipun unsur - unsur
masyarakat saling berhubungan, beberapa unsurnya bisa berubah sangat
cepat sementara unsur yang lain berubah secara lambat, sehingga terjadi
apa yang disebutnya dengan ketertinggalan budaya (cultural lag) yang
mengakibatkan terjadinya kejutan sosial pada masyarakat, sehingga
mengacaukan keseimbangan dalam masyarakat. Menurutnya, perubahan
benda-benda budaya materi / teknologi berubah lebih cepat daripada
perubahan dalam budaya non materi / sistem dan struktur sosial. Dengan
kata lain, kita berusaha mengejar teknologi yang terus berubah, dengan
mengadaptasi adat dan cara hidup kita untuk memenuhi kebutuhan
teknologi (Henslin, 2007)
4. Teori Siklis / Siklus
Menurut pandangan seorang ahli filsafat Jerman, Oswald Spengler
(1880-1936) setiap peradaban besar mengalami proses pentahapan
kelahiran, pertumbuhan, dan keruntuhan. Oswald Spengler terkenal
dengan karyanya “The Decline of the West” / Keruntuhan Dunia Barat.
Pitirim Sorokin (1889-1968) seorang ahli Sosiologi Rusia
berpandangan bahwa semua peradaban besar berada dalam siklus tiga
sistem kebudayaan yang berputar tanpa akhir, yang meliputi : (a)
kebudayaan ideasional (ideational cultural) yang didasari oleh nilai-nilai
dan kepercayaan terhadap unsur adikodrati (super natural); (b) kebudayaan
idealistis (idealistic culture) di mana kepercayaan terhadap unsur
adikodrati dan rasionalitas yang berdasarkan fakta bergabung dalam
menciptakan masyarakat ideal; dan (c) kebudayaan sensasi (sensate
culture) di mana sensasi merupakan tolok ukur dari kenyataan dan tujuan
hidup.
Arnold Toynbee (1889-1975), seorang sejarawan Inggris juga
menilai bahwa peradaban besar berada dalam siklus kelahiran,
pertumbuhan, keruntuhan, dan kematian. Menurutnya peradaban besar
muncul untuk menjawab tantangan tertentu, tetapi semuanya telah punah

6
kecuali peradaban Barat, yang dewasa ini juga tengah beralih menuju ke
tahap kepunahannya.

C. Hubungan antara Perubahan Sosial dan Budaya


Perubahan sosial tidak terlepas dari perubahan kebudayaan. Kingsley
Davis mengatakan bahwa “perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan
kebudayaan”. Teori perubahan sosial dan budaya Karl Marx yang
merumuskan bahwa perubahan sosial dan budaya sebagai produk dari sebuah
produksi (materialisme), sedangkan Max Weber lebih pada sistem gagasan,
sistem pengetahuan, sistem kepercayaan yang justru menjadi sebab perubahan.
Perubahan sosial dan kebudayaan mempunyai satu aspek yang sama,
yaitu berhubungan dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau perbaikan
didalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Hubungan antara
perubahan sosial dan perubahan kebudayan sangat erat.
Meskipun dalam kenyataan dapat kita lihat bahwa perubahan kebudayaan
tidak selamanya diikuti oleh perubahan sosial. Namun sukar untuk
menentukan garis pemisah antara perubahan sosial dan perubahan
kebudayaan, dan sulit dibayangkan jika terjadinya perubahan sosial tanpa
didahului oleh suatu perubahan kebudayaan.
Akibat perubahan sosial tanpa dibarengi perubahan kebudayaan :
1. Timbulnya masalah sosial
2. Timbulnya perubahan sikap hidup
3. Timbulnya krisis masyarakat
Perubahan sosial melekat pada diri suatu masyarakat dengan
kebudayaan, karena untuk :
1. menghadapi masalah-masalah baru.
2. Ketergantungan pada hubungan antarwarga pewaris
3. Lingkungan yang berubah
Contoh, masyarakat desa yang tadinya memiliki rasa solidaritas tinggi
terhadap lingkungan seperti rajin gotong royong sekarang nilai-nilai itu telah

7
hilang, mereka menggantikan keberadaan mereka saat gotong royong dengan
uang.

D. Bentuk Perubahan Sosial Budaya

1. Perubahan lambat dan perubahan cepat


a. Perubahan Sosial secara Lambat
Perubahan sosial secara lambat dikenal dengan istilah evolusi,
merupakan perubahan perubahan yang memerlukan waktu lama, dan
rentetan-rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti. Ciri perubahan
secara evolusi ini seakan perubahan itu tidak terjadi di masyarakat,
berlangsung secara lambat dan umumnya tidak mengakibatkan disintegrasi
kehidupan.
Perubahan secara lambat terjadi karena masyarakat berusaha
menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan dan kondisi baru yang
timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Oleh sebab itu perubahan
yang terjadi melalui evolusi terjadi dengan sendirinya secara alami, tanpa
rencana atau kehendak tertentu.

b. Perubahan Sosial secara Cepat


Perubahan sosial yang berjalan cepat disebut revolusi. Selain
terjadi secara cepat, juga menyangkut hal-hal yang mendasar bagi
kehidupan masyarakat serta lembaga-lembaga kemasyarakatan, dan sering
menimbulkan disintegrasi dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik.

2. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar


a. Perubahan Sosial Kecil
Perubahan sosial kecil merupakan perubahan yang terjadi pada
unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung /
berarti bagi masyarakat karena tdak berpengaruh terhadap berbagai aspek
kehidupan dan lembaga kemasyarakatan.

8
b. Perubahan Sosial Besar
Perubahan sosial besar merupakan perubahan yang dapat
membawa pengaruh besar dalam berbagai aspek kehidupan serta
menimbulkan perubahan pada lembaga kemasyarakatan seperti yang
terjadi pada masyarakat yang mengalami proses modernisasi -
industrialisasi.

3. Perubahan yang direncanakan dan tidak direncanakan


a. Perubahan Sosial yang Direncanakan (Dikehendaki)
Perubahan Sosial yang dikehendaki atau direncanakan merupakan
perubahan yang diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh
pihak-pihak yang akan mengadakan perubahan di dalam masyarakat.
Pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan Agent of
change (agen perubahan), yaitu seseorang atau sekelompok orang yang
telah mendapat kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin dari satu atau
lebih lembaga - lembaga kemasyarakatan, serta memimpin masyarakat
dalam mengubah sistem sosial.
Suatu perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan selalu
berada di bawah pengendalian serta pengawasan Agent of change tersebut.
Cara-cara mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan
direncanakan terlebih dahulu dinamakan rekayasa sosial (social
engineering) atau yang biasa disebut sebagai perencanaan sosial.
b. Perubahan Sosial yang Tidak Direncanakan ( Tidak Dikehendaki )
Perubahan sosial yang tidak direncanakan (tidak dikehendaki)
merupakan perubahan yang berlangsung tanpa direncanakan/dikehendaki
oleh masyarakat dan di luar jangkauan pengawasan masyarakat. Konsep
perubahan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki tidak mencakup
pengertian apakah perubahan-perubahan tadi diharapkan atau tidak
diharapkan oleh masyarakat. Karena bisa terjadi, perubahan yang tidak
direncanakan/tidak dikehendaki ternyata diharapkan dan diterima oleh
masyarakat, seperti reformasi yang terjadi di Indonesia.

9
E. Pengembangan Masyarakat di Indonesia

Pengembangan masyarakat menggabungkan dua kata secara bersama-


sama yaitu pengembangan dan masyarakat yang menunjukkan bahwa masyarakat
itu sendiri terlibat dalam proses yang bertujuan untuk meningkatkan sosial,
ekonomi dan situasi lingkungan masyarakat. Fokus pengembangan masyarakat
adalah upaya menolong anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk
bekerjasama, mengidentifiksi kebutuhan bersama, dan kemudian melakukan
kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Edi Suharto, 2005).
Dengan fokus seperti itu, pengembangan masyarakat sering diartikan sebagai
pelayanan sosial gratis dan swadaya yang biasanya muncul sebagai respon
terhadap melebarnyakesenjangan antara menurunnya jumlah pemberi pelayanan
dengan meningkatnya jumlah orang yang membutuhkan pelayanan.
Dari pengertian-pengertian pengembangan masyarakat, dapat dicatat tiga
hal yang membentuk substansi pengembanganmasyarakat. Pertama, kegiatan
belajar dan pencerahan, kegiatan penyadaran,dan kegiatan memperbesar pengaruh
masyarakat terhadap proses-proses yangmempengaruhi kehidupan mereka sebagai
proses. Kedua, pemenuhan kebutuhan, peningkatan kualitas hidup, harkat dan
martabat, serta pembebasandari kemiskinan, keterbelakangan, dan diskriminasi
berdasarkan kelas sosial,suku, gender, jenis kelamin, usia dan kecacatan sebagai
tujuan. Ketiga, masyarakat tidak beruntung atau tertindas sebagai subjek
pengembangan.
Berkaitan dengan pengembangan kesehatan masyarakat yang relevan, maka
digunakan pendekatan pengorganisasian masyarakat dengan model
pengembangan masyarakat. Mengikutsertakan masyarakat dan partisipasi aktif
mereka dalam pembangunan kesehatan dapat meningkatkan dukungan dan
penerimaan terhadap kolaborasi tenaga kesehatan dengan masyarakat
(Sienkiewicz, 2004). Desa siaga adalah suatu konsep peran serta dan
pemberdayaan masyarakat di tingkat desa, disertai dengan pengembangan
kesiagaan dan kesiapan masyarakat untuk memelihara kesehatannya secara
mandiri.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perubahan yang terjadi pada masyarakat disebut dengan perubahan
sosial. Apakah perubahan itu mengenai pakaian, alat transportasi,
pertambahan penduduk, ataupun tingkah laku anak muda. Pada beberapa
pemikir terdapat tiga tipe perubahan yaitu: perubahan peradaban, perubahan,
budaya dan perubahan sosial. Perubahan peradaban biasanya dikaitkan dengan
perubahn-perubahan elemen atau aspek yang lebih bersifat fisik, seperti
transportasi, persenjataan, jenis-jenis bibit unggul yang ditemukan, dan
sebagainya.
Perubahan budaya berhubungan dengan perubahan yang bersifat rohani
seperti keyakinan, nilai, pengetahuan, ritual, apresiasi seni, dan
sebagainya.Sedangkan perubahan sosial terbatas pada aspek-aspek hubuingan
sosial dan keseimbangannya. Meskipun begitu perlu disadari bahwa sesuatu
perubahan di masyarakat selamanya memiliki mata rantai diantaranya elemen
yang satu dan eleman yang lain dipengaruhi oleh elemen yang lainnya.
Berikut adalah teori yang membahas tentang perubahan sosial Untuk itu,
terlebih dahulu perlu dicatat bagaimana tingkat dan sifat peralihan dari
perubahan itu sendiri di masyarakat.Pada masyarakat yang tergolong
bersahaja relatif jarang dan lamban terjadinya perubahan-perubahan.

B. Saran
Dengan ditulisnya makalah yang menjelaskan tentang perubahan sosial
dalam masyarakat, semoga kita semua dapat memahami materi ini . namun
kami menyadari bahwa makalah yang kami tuli juga masih jauh dari kata
sempurna. Maka demi kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya kami
berharap saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

11
12

Anda mungkin juga menyukai