KWN - Peranan Pulau Terdepan
KWN - Peranan Pulau Terdepan
Oleh:
Jawa Timur
2019
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, serta hidayah-
Nya kepada penulis, sehingga makalah yang berjudul “Peranan Pulau Terdepan di Perbatasan
Indonesia Malaysia” ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana dan tepat pada waktunya tanpa
ada halangan apapun.
1. Allah SWT karena telah memberikan penulis kemudahan dalam penulisan makalah ini
sehingga dapat terselesaikan tanpa ada halangan apapun.
2. Ir. Sutojo, MM selaku dosen Kewarganegaraan yang telah membimbing dan memberikan
pengarahan dalam penyusunan makalah ini sehingga terselesaikan sesuai dengan rencana.
Dalam penyusunan makalah ini telah diusahakan semaksimal mungkin akan tetapi
penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan sedikitnya
pengalaman penulis, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang berguna dari
semua pihak yang telah membaca makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membaca dan masyarakat
pada umumnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Mengetahui definisi pulau terdepan/terluar
Mengetahui apa pulau terdepan/terluar perbatasan Indonesia dan Malaysia
Mengetahui peranan pulau terdepan/terluar di perbatasan Indonesia dan Malaysia
Mengetahui pengelolaan pulau terdepan/terluar di perbatasan Indonesia dan
Malaysia
BAB II
PERMASALAHAN
Pulau terdepan/terluar merupakan suatu pulau yang memiliki letak strategis yang
berbatasan dan berhadapan langsung dengan negara lain tanpa terhalangi oleh pulau-pulau
lainnya. Pulau terdepan/terluar ini sangat sensitif dan dapat terancam keberadaannya apabila
kurang penanganan dan perhatian dari pemerintah. Seperti halnya kasus Sipadan dan Ligitan,
yang pada akhirnya lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pulau terdepan/terluar
ini merupakan beranda depan negara dan keberadaanya sangat berpengaruh pada kedaulatan
NKRI, sehingga pulau-pulau tersebut sangat perlu untuk dikembangkan dan dikelola dengan
mempertimbangkan nilai-nilai strategis dan potensinya.
Dalam Peraturan Presiden No. 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan PulauPulau Kecil
Terluar, pengelolaan pulau-pulau kecil terluar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan
secara terpadu untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi sumber daya pulau-pulau
kecil terluar dari wilayah Republik Indonesia untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pengelolaan pulau-pulau kecil terluar tersebut bertujuan untuk (i)
menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, keamanan nasional,
pertahanan negara dan bangsa serta menciptakan stabilitas kawasan, (ii) memanfaatkan
sumberdaya alam dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan, (iii) memberdayakan
masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraan.
Perlunya pengembangan pulau terluar/terdepan ini selain yang telah dijelaskan dalam
Peraturan Presiden No. 78 Tahun 2005, namun juga untuk menjamin kehidupan
berkelanjutan yang dalam hal makronya adalah kehidupan berkelanjutan bagi seluruh NKRI,
dan dalam hal mikronya adalah kehidupan berkelanjutan bagi masyarakat setempat (bagi
pulau-pulau terdepan/terluar yang berpenghuni). Pengembangan pulau-pulau terdepan/terluar
ini dapat dilakukan dengan berbagai pertimbangan seperti letak strategisnya, potensi sumber
daya alamnya, potensi sumber daya manusia, nilai-nilai kebudayaan, dan lain sebagainya.
3.2 Pulau Terdepan/Terluar Perbatasan Indonesia dan Malaysia
Pulau Sebatik adalah sebuah pulau di sebelah timur laut Kalimantan. Pulau ini secara
administratif yang merupakan bagian dari Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia. Pulau
Sebatik merupakan Pulau Terdepan dan Pulau Terluar di Indonesia.
SEJARAH
Sebatik adalah salah satu tempat di mana terjadi pertempuran hebat antara pasukan
Indonesia dan Malaysia saat terjadinya "Konfrontasi". Pada tanggal 16 Desember 2014,
Presiden Jokowi mengunjungi wilayah perbatasan Republik Indonesia di Pulau Sebatik. Di
pulau terluar ini, Presiden mengunjungi beberapa lokasi seperti Tanah Kuning Patok II dan
Sungai Pancang, di mana terdapat pos Angkatan Laut yang dapat melihat langsung wilayah
Malaysia, yakni Tawau. Di tempat ini, selain meninjau fasilitas di pos perbatasan, Presiden
Jokowi juga menaiki menara pos perbatasan milik pasukan marinir TNI-AL di Sei Bajo, dan
selanjutnya memanjat pos menara tertinggi Pos Perbatasan Sei Pancang, di Pulau Sebatik,
Kalimantan Utara (Kaltara).
GEOGRAFI
Pulau Sebatik terdiri dari 5 Kecamatan dan 19 Desa yang kan siap menjadi DOB
(Daerah Otonomi Baru). Kecamatan Sebatik terdiri dari Desa Padaidi, Desa Sungai
Manurung, Desa Tanjung Karang dan Desa Balansiku, Kecamatan Sebatik Barat terdiri dari
Desa Setabu, Desa Binalawan, Desa Liang Bunyu dan Desa Bambangan, Kecamatan Sebatik
Tengah terdiri dari Desa Sungai Limau, Desa Maspul, Desa Bukit Harapan dan Desa Aji
Kuning, Kecamatan Sebatik Utara terdiri dari Desa Seberang, Desa Lapri dan Desa Pancang,
sedangkan Kecamatan Sebatik Timur terdiri dari Desa Tanjung Harapan, Desa Sungai
Nyamuk, Desa Bukit Aru Indah dan Desa Tanjung Aru.
Pulau Sebatik terbagi dua. Belahan utara seluas 187,23 km²merupakan wilayah
Negara Bagian Sabah, Malaysia, sedangkan belahan selatan dengan luas 246,61 km²masuk
ke wilayah Indonesia di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. Dari luas ini 375,
52 hektare di antaranya merupakan kawasan konservasi.
TENTANG
Masyarakat di pulau-pulau terluar juga tidak dapat bersaing dengan penduduk dari
negara tetangga dalam aktivitas sosial ekonomi. Masyarakat pulau Sebatik yang bermata
pencaharian sebagai nelayan mobilitasnya sangat terbatas dan kalah bersaing dengan nelayan
Malaysia. Nelayan lokal cenderung menggunakan peralatan tradisional dalam menangkap
ikan, sementara nelayan Malaysia menggunakan peralatan modern, seperti kapal cepat dan
menggunakan trawl.
Melihat fungsi penting dari pulau-pulau terluar tersebut, dibutuhkan pengelolaan dan
pengamanan yang baik dari pemerintah Indonesia. Keberadaan aturan hukum dalam
pengelolaan pulau-pulau kecil terluar pada akhirnya akan sangat diperlukan, yaitu sebuah
peraturan hukum yang mengakomodasi berbagai kepentingan, sehingga pengelolaan pulau-
pulau terluar lebih komprehensif.
Perlu disadari bahwa pemerintah hingga saat ini belum memiliki “blue print” tentang
pembangunan daerah perbatasan, khususnya di wilayah pulau- pulau terluar. Faktor inilah
yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pembangunan yang sangat mencolok antara
wilayah perbatasan Indonesia dan Malaysia. Dengan adanya cetak biru diharapkan
pembangunan wilayah perbatasan Indonesia dapat lebih terarah, terutama dalam menjaga
keutuhan wilayah Indonesia. Sementara Malaysia selalu menjadikan daerah perbatasan
menjadi bagian beranda depannya. Sebagai konsekuensinya terlihat pembangunan wilayah
perbatasan Malaysia jauh lebih maju daripada pembangunan perbatasan Indonesia.
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Dengan adanya pulau terluar dan daerah perbatasan didalam Indonesia maka akan
menjaga Negara dari klaim daerah atau kalaim pulau dari Negara lain dimana diketahui
kepulauan terluar Indonesia mempunyai Sumber Daya Alam yang sangat baik dan
banyak juga dengan adanya Daerah Perbatasan maka Negara lain tidak akan semenang-
menang dalam mengambil Sumber Daya Alam Negara Indonesia, dan juga pembangunan
pertahanan bagi daerah perbatasan membuat Negara Indonesia juga disegani Negara lain.
4.2 Saran
Keberadaan pulau-pulau ini secara geografis sangatlah strategis, karena berdasarkan
pulau inilah batas negara kita ditentukan. Negara kita sangat kaya baik rempa-rempa maupun
pulau, dan juga kita baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia lebih memperhatikan
lagi dan memelihara pulau pulau terluar, daerah perbatasan dan kedaulatan negara, agar
Indonesia tetap kaya dan tidak menimbulkan permasalahan yang dapat menggangu keutuhan
wilayah Indonesia, khususnya pulau yang terletak di wilayah perbatasan dengan negara-
negara yang tidak/ belum memiliki perjanjian (agreement) dengan Indonesia.
Daftar Pustaka
Kompas. 2012. Catatan Akhir Tahun 2012. Bersiasat di Perairan Kaya Rahmat. Kompas, 30
Desember 2012
Setiawan, B., A. Soekarni dan H. Basyar. 2011. Kompleksitas Pembangunan dan Strategi
Pemberdayaan Keluarga perbatasan SEBATIK. Pusat Penelitian Kependudukan LIPI.
Jakarta.
Food and Agriculture Organization (FAO) of the United Nations. 2013. Training and Fisheris
Development. http://www.fao.org/fishery/topic/13825/en. (diakses tanggal 9/02/2020)
Waluyo, A. 2014. Permodelan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Secara
Terpadu yang Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Pulau Raas Kabupaten Sumenep
Madura). Jurnal Kelautan, Vol 7(2): 75-85.
Zaelany, A.A., Titik Handayani, Vanda Ningrum, Ngadi, Makmuri dan Soewartoyo. 2014.
Kualitas Tenaga Kerja Perikanan. IPB Press. Bogor
Daliyo, S. Bandiyono dan Soewartoyo. 2007. “Profil Kependudukan di Wilayah Perbatasan dan
Faktor Berpengaruh: Kasus Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur”, dalam Profil
Kependudukan di Wilayah Perbatasan Kasus Empat Kabupaten. Pusat Penelitian
Kependudukan LIPI. Jakarta.