Anda di halaman 1dari 13

Makalah Kewarganegaraan

Peranan Pulau Terdepan di Perbatasan Indonesia Malaysia

Oleh:

1. Ainur Risma Miftakhul M. (19025010101)

2. Anisa Rizki Amalia (19025010109)

3. Riza Alifia Zain (19025010118)

4. Daffa Novendra Aditama (19025010124)

Jurusan Agroteknologi C Fakultas Pertanian, Kelompok 9

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur

2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, serta hidayah-
Nya kepada penulis, sehingga makalah yang berjudul “Peranan Pulau Terdepan di Perbatasan
Indonesia Malaysia” ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana dan tepat pada waktunya tanpa
ada halangan apapun.

Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas


Kewarganegaraan. Dengan penuh kesadaran penulis mengakui bahwa dalam menyelesaikan
laporan ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, atas terselesaikannya
penulisan makalah ini tidak lupa penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Allah SWT karena telah memberikan penulis kemudahan dalam penulisan makalah ini
sehingga dapat terselesaikan tanpa ada halangan apapun.

2. Ir. Sutojo, MM selaku dosen Kewarganegaraan yang telah membimbing dan memberikan
pengarahan dalam penyusunan makalah ini sehingga terselesaikan sesuai dengan rencana.

Dalam penyusunan makalah ini telah diusahakan semaksimal mungkin akan tetapi
penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan sedikitnya
pengalaman penulis, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang berguna dari
semua pihak yang telah membaca makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membaca dan masyarakat
pada umumnya.

Surabaya, 9 Februari 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia dikenal sebagai negara maritim karena sebagian besar wilayahnya
terdiri dari lautan dan pulau-pulau. Indonesia juga mempunyai posisi yang strategis
karena terletak di antara dua benua yang besar yaitu Asia dan Australia, dan merupakan
jalur perdagangan yang paling sibuk di dunia, terutama melalui Selat Malaka.
Diperkirakan sebanyak 60 ribu kegiatan perdagangan diangkut setiap tahunnya melalui
Selat Malaka (Kompas, 2012).
Indonesia juga dikenal sebagai negara kepulauan yang terluas di dunia. Luas
wilayah Indonesia secara keseluruhan mencapai 7,7 juta kilometer persegi dengan jumlah
pulau sekitar 17.500 buah, baik pulau kecil maupun besar. Sebagian dari pulau-pulau
tersebut terletak di bagian terluar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
atau dikenal juga sebagai pulaupulau terluar atau terdepan. Sementara itu, sekitar 76
persen wilayah Indonesia merupakan daerah pesisir dan laut (Zulkarnaen, 2011).
Sebagai negara kepulauan, Indonesia juga dikenal sebagai salah satu ‘penghasil
ikan terbesar di dunia (Setiawan et al., 2011). Dengan demikian Indonesia mempunyai
potensi untuk mengembangkan usaha di sektor perikanan dan kelautan. Meskipun
demikian potensi kelautan dan perikanan Indonesia belum banyak dimanfaatkan dan
bahkan secara ilegal dimanfaatkan oleh negara tetangga, seperti Malaysia dan Thailand.
Hal ini tampak dari banyaknya kasus pencurian ikan di perairan Indonesia yang
dilakukan oleh nelayan dari kedua negara tersebut. Merajalelanya nelayan asing tersebut
terutama disebabkan karena luas perairan Indonesia yang tidak terjaga.
Berhubung letak pulau-pulau terluar Indonesia berbatasan langsung dengan
negara lain tentunya menjadi sangat rawan terhadap berbagai bentuk eksploitasi dan
penguasaan oleh pihak-pihak asing, khususnya negara-negara tetangga, seperti Malaysia,
Singapura dan Filipina (Republika, 2006). Bahkan wilayah perbatasan Indonesia
cenderung dipermainkan oleh negara tetangga karena garis tapal batas yang tidak jelas.
Kadang Indonesia tidak bisa berbuat banyak ketika menghadapi masalah perbatasan,
khususnya yang berkaitan dengan pulau-pulau terluar karena banyak di antara pulau-
pulau tersebut yang belum terdaftar dan belum ditentukan tapal batasnya oleh pemerintah
(Kompas, 2012).
Dalam konteks tersebut, TNI akan membangun sejumlah pangkalan militer di
pulau terluar Indonesia. Rencana itu sudah disampaikan Panglima TNI Jenderal Gatot
Nurmantyo ke Presiden RI Joko Widodo. Pulau Natuna, Morotai dan Biak yang
merupakan pulau terluar menjadi prioritas untuk dibangun kompleks pertahanan militer
Indonesia. Pulau terluar yang dimiliki Indonesia dimanfaatkan untuk kepentingan
pertahanan menjadi suatu pilihan kebijakan strategis dalam menghadapi ancaman militer
dan non militer.

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2017, Pemerintah telah


menetapkan 111 pulau kecil terluar Indonesia. Sebelumnya, dalam Peraturan Presiden
Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar, hanya ditetapkan
sebanyak 92 pulau kecil terluar. Penetapan tersebut dilakukan untuk mengurangi masalah
keamanan nasional seperti penjualan tanah pulau kepada asing, kepemilikan secara privat
baik oleh warga negara Indonesia sendiri maupun oleh warga asing.

Pulau-pulau terluar yang berada didalam wilayah yurisdiksi nasional Indonesia


dapat dimaknai sebagai pagar. Dilihat dari perspektif keamanan dan pertahanan pulau-
pulau terluar merupakan benteng terdepan yang dapat menjadi penghalau masuknya
ancaman. Sebagai negara kepulauan dengan jumlah pulau dalam hitungan ribuan,
Indonesia dapat memanfaatkan pulau-pulau terluar khususnya yang berbatasan langsung
dengan negara-negara tetangga, berfungsi sebagai penyangga terdepan dari setiap
ancaman yang akan memasuki wilayah Indonesia.

1.2 Tujuan
 Mengetahui definisi pulau terdepan/terluar
 Mengetahui apa pulau terdepan/terluar perbatasan Indonesia dan Malaysia
 Mengetahui peranan pulau terdepan/terluar di perbatasan Indonesia dan Malaysia
 Mengetahui pengelolaan pulau terdepan/terluar di perbatasan Indonesia dan
Malaysia
BAB II
PERMASALAHAN

2.1 Apa definisi pulau terdepan/terluar ?


2.2 Apa pulau terdepan/terluar perbatasan Indonesia dan Malaysia ?
2.3 Bagaimana peranan pulau terdepan/terluar di perbatasan Indonesia dan Malaysia?
2.4 Bagaimana pengelolaan pulau terdepan/terluar di perbatasan Indonesia dan
Malaysia?
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Definisi Pulau Terdepan/Terluar

Pulau terdepan/terluar merupakan suatu pulau yang memiliki letak strategis yang
berbatasan dan berhadapan langsung dengan negara lain tanpa terhalangi oleh pulau-pulau
lainnya. Pulau terdepan/terluar ini sangat sensitif dan dapat terancam keberadaannya apabila
kurang penanganan dan perhatian dari pemerintah. Seperti halnya kasus Sipadan dan Ligitan,
yang pada akhirnya lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pulau terdepan/terluar
ini merupakan beranda depan negara dan keberadaanya sangat berpengaruh pada kedaulatan
NKRI, sehingga pulau-pulau tersebut sangat perlu untuk dikembangkan dan dikelola dengan
mempertimbangkan nilai-nilai strategis dan potensinya.

Dalam Peraturan Presiden No. 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan PulauPulau Kecil
Terluar, pengelolaan pulau-pulau kecil terluar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan
secara terpadu untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi sumber daya pulau-pulau
kecil terluar dari wilayah Republik Indonesia untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pengelolaan pulau-pulau kecil terluar tersebut bertujuan untuk (i)
menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, keamanan nasional,
pertahanan negara dan bangsa serta menciptakan stabilitas kawasan, (ii) memanfaatkan
sumberdaya alam dalam rangka pembangunan yang berkelanjutan, (iii) memberdayakan
masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraan.

Perlunya pengembangan pulau terluar/terdepan ini selain yang telah dijelaskan dalam
Peraturan Presiden No. 78 Tahun 2005, namun juga untuk menjamin kehidupan
berkelanjutan yang dalam hal makronya adalah kehidupan berkelanjutan bagi seluruh NKRI,
dan dalam hal mikronya adalah kehidupan berkelanjutan bagi masyarakat setempat (bagi
pulau-pulau terdepan/terluar yang berpenghuni). Pengembangan pulau-pulau terdepan/terluar
ini dapat dilakukan dengan berbagai pertimbangan seperti letak strategisnya, potensi sumber
daya alamnya, potensi sumber daya manusia, nilai-nilai kebudayaan, dan lain sebagainya.
3.2 Pulau Terdepan/Terluar Perbatasan Indonesia dan Malaysia

Pulau Sebatik adalah sebuah pulau di sebelah timur laut Kalimantan. Pulau ini secara
administratif yang merupakan bagian dari Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia. Pulau
Sebatik merupakan Pulau Terdepan dan Pulau Terluar di Indonesia.

 SEJARAH

Sebatik adalah salah satu tempat di mana terjadi pertempuran hebat antara pasukan
Indonesia dan Malaysia saat terjadinya "Konfrontasi". Pada tanggal 16 Desember 2014,
Presiden Jokowi mengunjungi wilayah perbatasan Republik Indonesia di Pulau Sebatik. Di
pulau terluar ini, Presiden mengunjungi beberapa lokasi seperti Tanah Kuning Patok II dan
Sungai Pancang, di mana terdapat pos Angkatan Laut yang dapat melihat langsung wilayah
Malaysia, yakni Tawau. Di tempat ini, selain meninjau fasilitas di pos perbatasan, Presiden
Jokowi juga menaiki menara pos perbatasan milik pasukan marinir TNI-AL di Sei Bajo, dan
selanjutnya memanjat pos menara tertinggi Pos Perbatasan Sei Pancang, di Pulau Sebatik,
Kalimantan Utara (Kaltara).

 GEOGRAFI

Pulau Sebatik merupakan daerah perbatasan Indonesia-Malaysia. Pulau Sebatik


termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Sebatik, yaitu kecamatan paling timur di
kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. Kecamatan Sebatik terdiri dari empat desa,
yaitu Tanjung Karang, Pancang, Sungai Nyamuk Tanjung Aru dan Setabu. Pulau ini secara
umum beriklim panas dengan suhu udara rata-rata 27,8 °C, suhu terendah 22,9 °C pada bulan
agustus dan tertinggi 33,0 °C pada bulan April. Pulau ini merupakan salah satu pulau terluar
yang menjadi prioritas utama pembangunan karena perbatasan langsung dengan negara
tetangga. Program utama yang perlu dilakukan di Pulau Sebatik antara lain adalah
pembangunan sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan pariwisata serta peningkatan
hukum dan pengawasan keamanan.

Pulau Sebatik terdiri dari 5 Kecamatan dan 19 Desa yang kan siap menjadi DOB
(Daerah Otonomi Baru). Kecamatan Sebatik terdiri dari Desa Padaidi, Desa Sungai
Manurung, Desa Tanjung Karang dan Desa Balansiku, Kecamatan Sebatik Barat terdiri dari
Desa Setabu, Desa Binalawan, Desa Liang Bunyu dan Desa Bambangan, Kecamatan Sebatik
Tengah terdiri dari Desa Sungai Limau, Desa Maspul, Desa Bukit Harapan dan Desa Aji
Kuning, Kecamatan Sebatik Utara terdiri dari Desa Seberang, Desa Lapri dan Desa Pancang,
sedangkan Kecamatan Sebatik Timur terdiri dari Desa Tanjung Harapan, Desa Sungai
Nyamuk, Desa Bukit Aru Indah dan Desa Tanjung Aru.

Pulau Sebatik terbagi dua. Belahan utara seluas 187,23 km²merupakan wilayah
Negara Bagian Sabah, Malaysia, sedangkan belahan selatan dengan luas 246,61 km²masuk
ke wilayah Indonesia di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. Dari luas ini 375,
52 hektare di antaranya merupakan kawasan konservasi.

 TENTANG

Secara administratif pulau Sebatik merupakan bagian dari kabupaten Nunukan,


Kalimantan Utara. Secara geografis pulau Sebatik berhadapan langsung dengan pusat
ekonomi Malaysia yaitu kota Tawau, Sabah yang bisa ditempuh dengan speedboat hanya
dalam waktu 20 menit (Daliyo et al., 2007). Persoalan pulau Sebatik tidak hanya berkaitan
dengan masalah politik, melainkan juga berkaitan erat dengan masalah sosial dan ekonomi.
Pertama, perekonomian pulau Sebatik sangat tergantung dengan kota Tawau, Sabah. Semua
barang-barang yang ada di pulau Sebatik didatangkan dari Tawau. Kedua, di pulau Sebatik
berlaku dua mata uang yaitu rupiah dan ringgit. Ketiga, banyak warga yang mempunyai dua
buah kartu pengenal yaitu kartu tanda penduduk Indonesia dan identity card Malaysia
(Setiawan et al., 2011).

Masyarakat di pulau-pulau terluar juga tidak dapat bersaing dengan penduduk dari
negara tetangga dalam aktivitas sosial ekonomi. Masyarakat pulau Sebatik yang bermata
pencaharian sebagai nelayan mobilitasnya sangat terbatas dan kalah bersaing dengan nelayan
Malaysia. Nelayan lokal cenderung menggunakan peralatan tradisional dalam menangkap
ikan, sementara nelayan Malaysia menggunakan peralatan modern, seperti kapal cepat dan
menggunakan trawl.

3.3 Peranan Pulau Terdepan/Terluar di Wilayah Perbatasan Indonesia dan Malaysia


Jika dilihat dari kondisi geografis Indonesia atas kebaradaan pulau-pulau terluar,
setidaknya terdapat tiga fungsi penting dari pulau-pulau terluar tersebut yaitu antara lain:
a) Sebagai fungsi pertahanan, keamanan dan kedaulatan
Pulau-pulau terluar memiliki peran penting keluar masuknya orang dan barang.
Praktik-praktik penyelundupan senjata, barang-barang illegal, obat-obatan terlarang,
pemasukan uang dolar palsu, perdagangan wanita, pembajakan, pencurian hasil laut
dan menjadi lalu lintas kapal-kapal asing.
Kondisi kedaulatan TNI da Polri di daerah perbatasan saat ini masih kurang
memadai mengingat panjangnya garis perbatasan dan luas territorial kita dengan
beberapa Negara baik didarat maupun di laut yang harus diamankan. Belum lagi
keterbatasan sarana dan pemasaran yang dimiliki oleh TNI dan Polri, seperti
kendaraan operasional, pos-pos pengamanan perbatasan untuk mendukung tugas
pengamanan daerah perbatasan. Keterbatasan sarana jalan raya sepanjang daerah
perbatasan dan kondisi medan semakin mempersullit TNI dan Polri untuk
melaksanakan patrol perbatasan.
b) Sebagai fungsi ekonomi.
Sangat jelas pulau-pulau terluar ini memiliki peluang dikembangkan sebagai
wilayah potensial industri berbasiskan sumberdaya seperti industri perikanan,
pariwisata bahari dan industri.
c) Sebagai fungsi ekologi.
Ekosistem pesisir dan laut pulau-pulau terluar dapat berfungsi sebagai pengatur
iklim global, siklus hirologi dan biokimia, sumber energi alternatif, sumber plasma
nutfah dan sistem penunjang lainnya.

Melihat fungsi penting dari pulau-pulau terluar tersebut, dibutuhkan pengelolaan dan
pengamanan yang baik dari pemerintah Indonesia. Keberadaan aturan hukum dalam
pengelolaan pulau-pulau kecil terluar pada akhirnya akan sangat diperlukan, yaitu sebuah
peraturan hukum yang mengakomodasi berbagai kepentingan, sehingga pengelolaan pulau-
pulau terluar lebih komprehensif.

3.4 Peranan Pulau Terdepan/Terluar di Wilayah Perbatasan Indonesia dan Malaysia


Ada dua aspek yang dilihat dalam pengelolaan pulau-pulau terluar. Pertama, aspek
pengelolaan itu sendiri dan kedua, aspek pemberdayaan masyarakat. Aspek pengelolaan
dilihat dari pengembangan dan pembangunan fisik, baik mempertahankan eksistensi pulau-
pulau terluar maupun pembangunan infrastrukturnya. Adapun dari segi pemberdayaan akan
dilihat dari aspek pembangunan sosial ekonomi kemasyarakatan (FAO, 2013; Zaelany et al.,
2014).

Sebenarnya pengelolaan dan pemanfaatan pulau-pulau terluar tidak hanya menjadi


tanggung pemerintah pusat, tetapi juga memberikan kesempatan kepada daerah untuk
melaksanakan kewenangan atas dasar prakarsa potensi wilayah yang tersedia (Waluyo,
2014). Apalagi setelah keluarnya Undang-Undang No. 34, Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, dijelaskan pemerintah daerah berkewajiban untuk mampu mengelola dan
memanfaatkan serta mengawasi setiap ruang yang ada di daerahnya. Hanya saja pemerintah
daerah biasanya mengelola kawasan-kawasan yang mempunyai potensi dan nilai ekonomi
saja yang dikelola menjadi sumber PAD.

Hambatan utama dalam pengelolaan dan pemanfaatan pulau-pulau terluar berkaitan


dengan jarak dan logistik. Hampir semua pulau-pulau terluar sangat jauh jaraknya dengan
ibukota provinsi maupun kabupaten. Walaupun pulau-pulau terluar menjadi tanggung jawab
daerah kabupaten, namun karena berhadapan dengan negara lain maka selayaknya
pemerintah pusat mengambil alih dalam pengelolaannya. Hal ini mengingat pulaupulau
terluar tersebut merupakan halaman depan wilayah Indonesia, sehingga perlu penanganan
secara khusus agar pulau-pulau tersebut tidak jauh tertinggal pembangunannya dibandingkan
dengan negara tetangganya.

Perlu disadari bahwa pemerintah hingga saat ini belum memiliki “blue print” tentang
pembangunan daerah perbatasan, khususnya di wilayah pulau- pulau terluar. Faktor inilah
yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pembangunan yang sangat mencolok antara
wilayah perbatasan Indonesia dan Malaysia. Dengan adanya cetak biru diharapkan
pembangunan wilayah perbatasan Indonesia dapat lebih terarah, terutama dalam menjaga
keutuhan wilayah Indonesia. Sementara Malaysia selalu menjadikan daerah perbatasan
menjadi bagian beranda depannya. Sebagai konsekuensinya terlihat pembangunan wilayah
perbatasan Malaysia jauh lebih maju daripada pembangunan perbatasan Indonesia.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dengan adanya pulau terluar dan daerah perbatasan didalam Indonesia maka akan
menjaga Negara dari klaim daerah atau kalaim pulau dari Negara lain dimana diketahui
kepulauan terluar Indonesia mempunyai Sumber Daya Alam yang sangat baik dan
banyak juga dengan adanya Daerah Perbatasan maka Negara lain tidak akan semenang-
menang dalam mengambil Sumber Daya Alam Negara Indonesia, dan juga pembangunan
pertahanan bagi daerah perbatasan membuat Negara Indonesia juga disegani Negara lain.

4.2 Saran
Keberadaan pulau-pulau ini secara geografis sangatlah strategis, karena berdasarkan
pulau inilah batas negara kita ditentukan. Negara kita sangat kaya baik rempa-rempa maupun
pulau, dan juga kita baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia lebih memperhatikan
lagi dan memelihara pulau pulau terluar, daerah perbatasan dan kedaulatan negara, agar
Indonesia tetap kaya dan tidak menimbulkan permasalahan yang dapat menggangu keutuhan
wilayah Indonesia, khususnya pulau yang terletak di wilayah perbatasan dengan negara-
negara yang tidak/ belum memiliki perjanjian (agreement) dengan Indonesia.
Daftar Pustaka

Darlis, Andi. 2017. Pemanfaatan Pulau-Pulau Terluar.


https://www.kompasiana.com/andidarlis/593f820163a8e67118345fd3/pemanfaatan-
pulau-pulau-terluar?page=all. (diakses tanggal 9/02/2020)

Devi, Adriani. 2016. Makalah Peranan Pulau-Pulau Terluar.


http://adrianidevi.blogspot.com/2016/06/makalah-peranan-pulau-pulau-terluar.html.
(diakses tanggal 9/02/2020)

Wikipedia. 2020. Pulau Sebatik. https://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Sebatik. (diakses tanggal


9/02/2020)

Kompas. 2012. Catatan Akhir Tahun 2012. Bersiasat di Perairan Kaya Rahmat. Kompas, 30
Desember 2012

Zulkarnaen, I. 2011. “Infrastruktur Pemukiman Untuk Pulau-Pulau Kecil : Sumberdaya Air di


PulauPulau Kecil”. Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI. Bandung.

Setiawan, B., A. Soekarni dan H. Basyar. 2011. Kompleksitas Pembangunan dan Strategi
Pemberdayaan Keluarga perbatasan SEBATIK. Pusat Penelitian Kependudukan LIPI.
Jakarta.

Food and Agriculture Organization (FAO) of the United Nations. 2013. Training and Fisheris
Development. http://www.fao.org/fishery/topic/13825/en. (diakses tanggal 9/02/2020)

Waluyo, A. 2014. Permodelan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Secara
Terpadu yang Berbasis Masyarakat (Studi Kasus Pulau Raas Kabupaten Sumenep
Madura). Jurnal Kelautan, Vol 7(2): 75-85.
Zaelany, A.A., Titik Handayani, Vanda Ningrum, Ngadi, Makmuri dan Soewartoyo. 2014.
Kualitas Tenaga Kerja Perikanan. IPB Press. Bogor

Daliyo, S. Bandiyono dan Soewartoyo. 2007. “Profil Kependudukan di Wilayah Perbatasan dan
Faktor Berpengaruh: Kasus Kabupaten Nunukan Kalimantan Timur”, dalam Profil
Kependudukan di Wilayah Perbatasan Kasus Empat Kabupaten. Pusat Penelitian
Kependudukan LIPI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai