Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kecurangan akuntansi telah berkembang di berbagai negara, termasuk di

Indonesia. Tingginya intensitas praktik kecurangan, penipuan, dan penggelapan yang

terjadi pada suatu institusi publik maupun privat, dengan segala modusnya, dari yang

sederhana sampai yang sangat canggih dan rumit, seharusnya menyadarkan semua pihak

untuk membangun komitmen terhadap penerapan tata kelola yang baik secara konsisten

dan meluas pada semua lapisan karena tanpa adanya kesadaran dan komitmen akan

mengakibatkan tidak tercapainya kinerja keuangan yang baik (Hermiyetti 2010).

Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa

ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat

maupun daerah yang transparansi, akuntabilitas keuangan merupakan

pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan dan ketaatan

terhadap peraturan perundang-undangan. Akuntabilitas keuangan dapat juga diartikan

sebagai pemberian informasi dan pengungkapan atas aktivitas dan kinerja finansial

kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Perkembangan ilmu akuntansi, selain

memberikan manfaat juga menjadi salah satu sumber masalah. Salah satu permasalahan

yang terjadi adalah adanya kecurangan (fraud) (Eddi 2010: 24). Laporan keuangan

merupakan salah satu bagian yang rentan terhadap perilaku kecurangan.padahal, laporan

keuangan merupakan sumberinformasi penting dalam organisasi.

1
2

Fraud adalah kejahatan kerah putih yaitu keinginan untuk melakukan segala

sesuatu agar memperoleh keuntungan dengan cara yang tidak jujur seperti menutupi

kebenaran, penipuan, manipulasi, kelicikan atau mengelabui yang dapat berupa salah

saji atas laporan keuangan. Fraud suatu perbuatan curang untuk memenuhi kebutuhan

ekonomi (Bastian 2010: 39).

Fraud merupakan kesalahan penyajian yang disengaja, serangkaian tindakan

tindakan tidak wajar dan ilegal yang sengaja dilakukan untuk menipu.Tindakan ini

sering dilakukan untuk mendapatkan keuntungan bagi suatu organisasi yang dilakukan

baik oleh orang dalam maupun luar organisasi tersebut. Namun kecurangan sering kali

dilakukan oleh sumber daya manusia yang ada dalam suatu instansi atau organisasi

mendapatkan uang ataupun harta benda, untuk menghindari pembayaran atau hilangnya

uang atau harta benda atau untuk mendapatkan keuntungan bisnis atau pribadi

(Hermiyetti 2010).

Fraud yang dilakukan cenderung akan melakukan kecurangan akuntansi yang

dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti memanipulasi bukti-bukti transaksi

biasanya dengan mengubah besarnya jumlah yang sebenarnya atau mengabaikan aturan

akuntansi yang berlaku dalam proses penyusunannya, memalsukan dokumen-dokumen

pendukung, dan merubah pencatatan jurnal akuntansi terutama dilakukan pada saat

mendekati akhir periode. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kecurangan

akuntansi (fraud), diantaranya dipengaruhi oleh pengendalian internal dan tekanan

finansial (Husna 2013, Setiawan 2016 dan Ramadhany 2017).


3

Sistem Pengendalian intern kas adalah proses yang integral pada tindakan dan

kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk

memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan

yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan

ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan (Veithzal 2014: 61).

Pengendalian atas kas merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan

karena kas merupakan harta perusahaan yang sangat likuid dan jumlahnya relatif besar,

maka sangatlah penting untuk diamankan. Dalam fungsi pengeluaran kas; sistem

pengawasan harus secara benar dan teliti, agar tidak adanya transaksi pengeluaran kas

yang terjadi tanpa adanya persetujuan dari pejabat yang berwenang (Saftarini 2015).

Pengendalian intern kas berpengaruh terhadap fraud, dalam penelitian ini

difokuskan kepada kas, karena kas merupakan unsur aktiva lancar perusahaan yang

paling likuid, dan hampir semua transaksi keuangan yang terjadi pada akhirnya akan

berhubungan dengan kas. Sifat kas itu sendiri mudah untuk dipindah tangankan dan

mudah untuk diselewengkan atau digelapkan. Untuk menghindari hal tersebut

diperlukan pengendalian terhadap kas di mana pengendalian terhadap kas akan

memisahkan fungsi-fungsi dalam organisasi. Fungsi-fungsi tersebut antara lain fungsi

penyimpanan, fungsi operasional, dan fungsi pencatatan (akuntansi). Dengan adanya

pemisahan fungsi-fungsi tersebut akan lebih mudah untuk melakukan pengawasan dan

pengendalian terhadap masing-masing fungsi organisasi yang bersangkutan (Puspasari

2012).
4

Good corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan

oleh organ perusahaan (pemegang saham/pemilik modal, Komisaris/Dewan Pengawas

dan Direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna

tetap memperhatikan kepentingan stakeholders (Tunggal 2012:110). Penerapan good

corporate governance dan manajemen risiko yang baik tidak hanya menghindarkan

Bank dari potensi fraud, tapi juga dapat meningkatkan kinerja.

Good Corporate Governance berfungsi untuk peningkatan kinerja melalui

supervisi atau monitoring kinerja manajemen dalam menjamin akuntabilitas manajemen

terhadap stakeholders dengan mendasarkan pada kerangka peraturan yang berlaku.

Sistem Good Corporate Governance yang sehat harus menyediakan perlindungan yang

efektif bagi para pemegang saham dan kreditur, sehingga mereka dapat menyakinkan

diri dari mendapatkan return atas investasi yang tepat (Krismadji 2010: 44).

Penerapan Good Corporate Governance dapat mempengaruhi fraud, penerapan

Good Corporate Governance merupakan beberapa hal yang sangat penting digunakan

pihak perbankan untuk dapat menjalankan roda bisnisnya dengan baik tanpa ada

tindakan-tindakan ilegal yang dilakukan untuk mencari keuntungan semata (Artini

2014).

Ketaatan aturan akuntansi adalah suatu sikap patuh kepada aturan-aturan

akuntansi atau perintah, sedangkan aturan adalah cara atau tindakan yang telah

ditetapkan yang harus dijalankan atau dituruti. Di dalam suatu instansi terdapat dasar

atau pedoman yang digunakan manajemen dalam menentukan dan melaksanakan


5

jalannya berbagai kegiatan didalam perusahaan salah satunya adalah aturan mengenai

kegiatan akuntansi (Bastian 2010: 47).

Ketaatan Aturan Akuntansi merupakan suatu kewajiban dalam organisasi untuk

mematuhi segala ketentuan atau aturan akuntansi dalam melaksanakan pengelolaan

keuangan dan pembuatan laporan keuangan agar tercipta transparansi dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan dan laporan keuangan yang dihasilkan efektif, handal serta akurat

informasinya (Eddi 2010:1).

Ketaatan aturan akuntansi dapat mempengaruhi fraud, adanya aturan akuntansi

tersebut menghindari tindakan yang menyimpang yang dapat merugikan organisasi.

Laporan keuangan berkaitan dengan pihak-pihak yang berkepentingan Apabila laporan

keuangan yang dibuat tidak sesuai atau tanpa mengikuti aturan akuntansi yang berlaku

maka keadaan tersebut dapat menumbuhkan perilaku tidak etis dan memicu terjadinya

kecurangan akuntansi di mana hal tersebut akan menyulitkan auditor untuk

menelusurinya (Rahmawati 2012:3).

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Intern Kas,

Implementasi Good Coorporate Governance dan Ketaatan Aturan Akuntansi

terhadap Fraud Pada Pemerintahan Kabupaten Simelue”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan pada latar belakang penelitian, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:


6

1. Apakah Penerapan Sistem Pengendalian Intern Kas, Implementasi Good

Coorporate Governance dan Ketaatan Aturan Akuntansi secara bersama-sama

berpengaruh terhadap Fraud Pada Pemerintahan Kabupaten Simelue.

2. Apakah penerapan Sistem Pengendalian Intern Kas berpengaruh terhadap Fraud

Pada Pemerintahan Kabupaten Simelue.

3. Apakah Implementasi Good Coorporate Governance berpengaruh terhadap Fraud

Pada Pemerintahan Kabupaten Simelue.

4. Apakah Ketaatan Aturan Akuntansi secara bersama-sama berpengaruh terhadap

Fraud Pada Pemerintahan Kabupaten Simelue.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka yang menjadi tujuan penelitian

ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah penerapan Sistem Pengendalian Intern Kas,

Implementasi Good Coorporate Governance dan Ketaatan Aturan Akuntansi secara

bersama-sama berpengaruh terhadap Fraud Pada Pemerintahan Kabupaten Simelue.

2. Untuk mengetahui apakah penerapan Sistem Pengendalian Intern Kas berpengaruh

terhadap Fraud Pada Pemerintahan Kabupaten Simelue.

3. Untuk mengetahui apakah Implementasi Good Coorporate Governance

berpengaruh terhadap Fraud Pada Pemerintahan Kabupaten Simelue.

4. Untuk mengetahui apakah Ketaatan Aturan Akuntansi secara bersama-sama

berpengaruh terhadap Fraud Pada Pemerintahan Kabupaten Simelue.


7

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Praktis

1. Memberikan masukan bagi pegawai Pemerintahan Kabupaten Simelue dalam

meningkatkan fraud.

2. Mampu memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kinerja Pemerintahan

Kabupaten Simelue.

1.4.2 Manfaat Teoritis

1. Menambah wawasan mengenai pengaruh penerapan Sistem Pengendalian Intern Kas,

Implementasi Good Coorporate Governance dan Ketaatan Aturan Akuntansi secara

bersama-sama berpengaruh terhadap Fraud Pada Pemerintahan Kabupaten Simelue.

2. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian sejenis

dalam ruang lingkup yang sama dimasa yang akan datang untuk pengembangan ilmu

pengetahuan.
8

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Fraud

Fraud atau kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk

memberi manfaat keuangan kepada si penipu. Kriminal disini berarti setiap tindakan

kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud jahat. Dan dari tindakan jahat tersebut

ia memperoleh manfaat dan merugikan korbannya secara financial (Amin 2012: 28).

Menurut Tunggal (2012:169) fraud adalah tindakan penipuan yang disengaja

dilakukan yang menimbulkan kerugian pihak lain dan memberikan keuntungan bagi

pelaku kecurangan dan atau kelompoknya. Sedangkan menurut Menurut Hall

(2011:113), fraud (kecurangan) merupakan kesalahan penyajian dari fakta material yang

dibuat oleh salah satu pihak ke pihak yang lain dengan niatan untuk menipu dan

menyebabkan pihak lain yang mengandalkan fakta tersebut mengalami kerugian. 

Sementara itu di dunia bisnis fraud (kecurangan) mempunyai makna yang lebih

spesifik, yaitu penipuan dengan niat, penyalahgunaan aset perusahaan, atau manipulasi

data keuangan untuk kepentingan pelaku. Fraud dapat diartikan sebagai kecurangan atas

penyajian pernyataan yang salah berupa fakta yang material dan tidak dapat dipercaya

kebenarannya sehingga mempengaruhi atau menyebabkan orang lain berbuat atau

bertindak merugikan. Pada literatur akuntansi, fraud (kecurangan) juga disebut

kejahatan tingkat atas (white-collar crime), penyalahgunaan kepercayaan, penggelapan,

dan penyimpangan. Karena perbedaan implikasi fraud (kecurangan) terhadap auditor,


9

maka auditor menggolongkan fraud (kecurangan) menjadi dua tingkatan yaitu fraud

oleh karyawan (employee fraud) dan fraud oleh manajemen (management fraud)

(Saftarini 2015).

2.1.1 Jenis-jenis Fraud

Menurut Bastian (2010) Association of Certified Fraud Examiners (ACFE),

internal fraud dikelompokan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:

1. Fraud Terhadap Aset (Asset Misappropriation)


penyalahgunaan aset perusahaan (institusi), entah itu dicuri atau digunakan untuk
keperluan pribadi—tanpa ijin dari perusahaan. Seperti kita ketahui, aset perusahaan
bisa berbentuk kas (uang tunai) dan non-kas. Sehingga, asset misappropriation
dikelompokan menjadi 2 macam:
a. Cash Misappropriation – Penyelewengan terhadap aset yang berupa kas
(Misalnya: penggelapan kas, nilep cek dari pelanggan, menahan cek pembayaran
untuk vendor)
b. Non-cash Misappropriation – Penyelewengan terhadap aset yang berupa non-kas
(Misalnya: menggunakan fasilitas perusahaan untuk kepentingan pribadi).
2. Fraud Terhadap Laporan Keuangan (Fraudulent Statements) – ACFE membagi jenis
fraud ini menjadi 2 macam, yaitu financial dan non-financial, segala tindakan yang
membuat Laporan Keuangan menjadi tidak seperti yang seharusnya (tidak mewakili
kenyataan), tergolong kelompok fraud terhadap laporan keuangan. 
3. Korupsi (Corruption) – ACFE membagi jenis tindakan korupsi menjadi 2 kelompok,
yaitu:
a. Konflik kepentingan (conflict of interest)
b. Menyuap atau Menerima Suap, Imbal-Balik 

Menurut Adelin (2013) ada beberapa jenis fraud, diantaranya adalah :

1. Lapping, pencatatan penerimaan kas yang tidak lengkap dan fiktif yang disengaja.
Hal ini dimaksudkan untuk menutupi penggunaan kas perusahaan untuk kepentingan
pribadi
2. Menggunakan dana untuk sementara waktu tanpa melakukan pencatatan atau dengan
sengaja tidak mencatat penerimaan uang kas
10

3. Mencantumkan angka penjualan pada bukti kas yang lebih kecil dari yang
sesungguhnya
4. Membukukan potongan harga kepada pembeli yang lebih tinggi
5. Menahan berbagai jenis pendapatan lain-lain
6. Menghapuskan piutang yang dilunasi menjadi tak tertagih dan mengantongi hasil
penagihannya.
7. Tidak melaporkan semua penjualan dan mengantongi uang penjualan tersbut
8. Mengantongi kelebihan kas
9. Membukukan pengeluaran palsu
10. Melakukan pemindahan dana dari bank yang satu ke bank lainya dan tidak
melakukan pencatatan

Selain itu Tuannakotta (2010:96) juga mengungkapkan beberapa bentuk tindakan

kecuragan (fraud) yaitu:

1. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)


Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang
dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material Laporan Keuangan
yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat financial atau
kecurangan non financial.
2. Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation)
Penyalahagunaan aset dapat digolongkan ke dalam ‘Kecurangan Kas’ dan
‘Kecurangan atas Persediaan dan Aset Lainnya’, serta pengeluaran-pengeluaran
biaya secara curang (fraudulent disbursement).
3. Korupsi (Corruption)
suap (bribery), pemberian illegal (illegal gratuity), dan pemerasan (economic
extortion).

2.1.2 Penyebab Terjadinya Fraud

Terdapat 3 faktor yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan kecurangan

atau yang disebut Teori Fraud Triangle menurut Saputra (2013) yaitu :

1. Pressure (Tekanan)
Tekanan merupakan faktor pendorong pelaku kecurangan untuk melakukan
kecurangan, contohnya tekanan karena dia memiliki hutang atau tekanan untuk dapat
mendapatkan posisi yang lebih tinggi dalam perusahaan.
2. Opportunity (Kesempatan)
Perusahaan yang tidak memiliki Pengendalian Internal efektif, memiliki kesempatan
besar bagi pelaku kecurangan untuk melakukan aksinya, sehingga perusahaan harus
11

memperbaiki sistem Pengendalian Internalnya agar kesempatan pelaku berbuat


curang dapat berkurang.
3. Rationalization (Rasionalisasi)
Para pelaku kecurangan menganggap bahwa kecurangan yang mereka lakukan adalah
sesuatu yang wajar karena beranggapan bahwa tindakannya tidak akan
mempengaruhi laba perusahaan yang besar karena merasa hanya mengambil sedikit
bagian laba perusahaan.

Berdasarkan Gone Theory, ada 4 (empat) faktor yang mendorong seseorang

berperilaku menyimpang dalam hal ini berperilaku fraud, yaitu (Tunggal 2012:112) :

1. Keserahkaan (greed)
Keserakahan berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara potensial ada di
dalam diri setiap orang.
2. Kesempatan (opportunity),
Kesempatan berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi atau masyarakat yang
sedemikian rupa sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan
kecurangan terhadapnya.
3. Kebutuhan (needs), dan
Kebutuhan berkaitan dengan faktor-faktor yang dibutuhkan oleh individu-individu
untuk menunjang hidupnya yang menurutnya wajar
4. Pengungkapan (exposure).
Pengungkapan berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang akan dihadapi oleh
pelaku kecurangan apabila pelaku ditemukan melakukan kecurangan.

Menurut Mardiasmo (2010: 17) faktor penyebab seseorang melakukan tindakan

kecurangan diantaranya adalah :

1. Tekanan keuangan
2. Terlibat penyalahgunaan ataupun perjudian
3. Telibat obat – obatan atau alcohol
4. Pembelian yang berlebihan atau gaya hidup yang mahal
5. Keluhan – keluhan yang berlebihan terhadap manajemen atau perusahaan
6. Transaksasi terhadap pihak yang tidak independen
7. Peningkatan stress
8. Tekanan internal termasuk tekanan manajemen untuk memenuhi anggaran
12

9. Kerja lembur yang berlebihan dan tidak pernah mengambil cuti 

2.1.3 Fraud pada Sektor Pemerintahan

Menurut Pristiyanti (2012) semua jenis Fraud dapat terjadi pada sektor pemerintahan,

akan tetapi yang paling sering terjadi adalah korupsi. Korupsi berasal dari bahasa latin,

Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk, rusak, mengenyahkan, memutar balik atau

menyogok. Secara harfiah korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politisi ataupun pegawai

negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang

dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada

mereka.

Skema Fraud (kecurangan) yang terjadi dientitas pemerintah cukup banyak dan

beragam, dari sumber BPKP (2004) dalam Sumiati (2010) menjabarkan secara rinci tindak

kecurangan dalam APBN maupun APBD, dari segi pengeluaran maupun pemasukan.

Rangkumannya adalah sebagai berikut. Dari segi penerimaan.

1. Rendahnya anggaran penerimaan pajak, PBB, Bea Cukai, retribusi dan pajak lainnya
dibanding potensi yang tersedia.
2. Manipulasi restitusi pajak
3. Laporan SPT pajak bulanan maupun tahunan yang tidak sesuai dengan potensi pajak yang
sesungguhnya.
4. Kesalahan pengenaan tarif pajak maupun bea
5. Pembebasan pajak atas bahan baku impor tujuan ekspor tidak sesuai data sesungguhnya
6. Perusahaan yang ditunjuk oleh pemerintah pusat/daerah memperkecil data volume produksi
pertambangan atau hasil alam
7. Memperbesar biaya cost recovery, sehingga setoran hasil menjadi berkurang
8. Kontrak pembagian hasil atas tambang yang merugikan Negara
9. Penjualan aset pemerintah tidak berdasar harga wajar atau harga pasar
10. Pelaksanaan tukar guling (ruislaag) yang merugikan negara dan pemanfaatan tanah negara
yang harga sewanya tidak wajar (dibawah pasar)
13

11. Penerimaan yang seharusnya masuk kerekening kas negara, namun masuk kerekening atas
nama pejabat atau perorangan, meskipun pejabat tersebut pimpinan instansi yang
bersangkutan, namun cara ini berpotensi merugikan negara.

2.1.4 Pencegahan Fraud

Menueut Anwar (2012:48) pencegahan fraud di sektor publik dialakukan dengan

mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang menetapkan berbagai

sanksi yang diharapkan dapat menangkal atau setidak-tidaknya dapat mengurangi tindak

fraud.

Menurut Mulyadi (2014: 99) menyatakan kecurangan yang mungkin terjadi

harus dicegah antara lain dengan cara-cara berikut :

1. Membangun struktur pengendalian intern yang baik

2. Mengefektifkan aktivitas pengendalian

3. Meningkatkan kultur organisasi

4. Mengefektifkan fungsi internal audit

Untuk mencegah terjadinya Fraud, organiasi pun melakukan beberapa tindakan,

(Widilestariningtyas 2012).

1. Keadilan
Keadailan dalam menekankan bagaimana kompensasi berupa gaji, tunjangan, dan
pekerjaan (promosi) dialokasikan secara adil dan proporsional. Teori keadilan
secara tidak langsung menjadi masalah yang penting, karena berkaitan dengan
persepsi pegawai atau karyawan tentang kewajaran atau keadilan dalam kehidupan
berorganisasi.
2. Pengendalian internal
Pengendalian internal yang jelek dipandang sebagai faktor dimana memungkinkan
fraud akan terjadi. Hal ini berarti bahwa ketika pengendalian internal tidak efektif,
14

maka fraud sangat mudah terjadi sehingga berdampak buruk pada perusahaan atau
organisasi.
3. Pelatihan Kerohanian
Diadakan pelatihan-pelatihan kerohanian. Etika organisasi tumbuh dan berkembang
sejalan dengan perkembangan organisasi. Masalah etika dewasa ini merupakan
salah satu persoalan besar yang amat merisaukan dalam pengelolaan bangsa dan
negara.

2.1.5 Indikator Fraud

Menurut Rahmawati (2012) aktivitas fraud (kecurangan) mencakup lima kondisi

berikut:

1. Penyajian yang keliru (false representation), pasti ada penyajian yang keliru atau
kurang lengkap dalam pengungkapan
2. Fakta material (material fact), fakta merupakan hal yang substansial yang
mendorong seseorang untuk berbuat
3. Niat (intent), selalu ada niat untuk mengarahkan ke hal yang keliru (deceive)
4. Pengkhianatan kepercayaan (justifiable reliance), penyajian yang salah terhadap
faktor substansial yang diandalkan oleh pihak yang dirugikan
5. Kerugian (injury or loss), penipuan yang telah dilakukan mengakibatkan
kerugian pada korban

Sedangkan menurut Husna (2013) indikator dari fraud adalah:

1. Harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation);


2. dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present);
3. fakta bersifat material (material fact);
4. dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly or recklessly);
5. dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi;
6. Pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah pernyataan tersebut
(misrepresentation);
7. yang merugikannya (detriment).

Saputra (2013) mengungkapkan ada beberapa indikator dalam mencegah

kecurangan kas, yaitu :

1. Review Kinerja
15

Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja sesungguhnya


dibandingkan dengan anggaran, prakiraan atau kinerja periode sebelumnya
dan review atas kinerja fungsional atau aktivitas seseorang manajer kredit atas
laporan cabang perusahaan tentang persetujuan dan penagihan pinjaman.
2. Pengolahan Informasi
Berbagai pengendalian dilaksanakan untuk memeriksa ketepatan, kelengkapan, dan
otorisasi transaksi. Dua pengelompokan luas aktivitas pengendalian sistem informasi
adalah pengendalian umum dan pengendalian aplikasi. Pengendalian ini membantu
menetapkan bahwa transaksi adalah sah, diotorisasi semestinya dan diolah secara
lengkap dan akurat.
3. Pengendalian Fisik
Aktivitas pengendalian fisik mencakup keamanan fisik aktiva, penjagaan yang
memadai terhadap fasilitas ya g terlindungi dari akses terhadap aktiva dan catatan,
otorisasi untuk akses ke program computer dan data files serta perhitungan secara
periodic dan pembandingan dengan jumlah yang tercanntum dalam catatan
pengendali.
4. Pemisahan Tugas
Pembebanan tanggungjawab ke orang yang berbeda untuk memberikan otorisasi,
pencatatan transaksi, menyelenggarakan penyimpanan aktiva ditujukan untuk
mengurangi kesempatan bagi seseorang dalam posisi baik untuk berbuat kecurangan.

2.2 Penerapan Sistem Pengendalian Intern Kas

Menurut Rahmawati (2012), sistem pengendalian intern merupakan suatu proses

pengendalian yang melekat pada tindakan dan kegiatan pimpinan organisasi beserta

seluruh karyawan yang dilakukan bukan hanya bersifat insidental dan responsif atas

kasus tertentu saja tetapi bersifat terus-menerus.

Kas adalah harta yang paling liquid yang berguna sebagai media pertukaran baku

dan dasar bagi pengukuran dan akuntansi semua pos lainnya. Kas juga merupakan aset

yang paling lancar dibandingkan dengan aset lainnya. Oleh sebab itu, kas merupakan
16

aset yang paling digemari untuk dicuri, dimanipulasi, dan diselewengkan. Untuk

mengamankan kas dan menjamin keakuratan (ketepatan penyajian) atas catatan

akuntansi kas, pengendalian internal yang efektif atas kas mutlak diperlukan guna

menghindarkan perusahaan dari kerugian yang lebih besar (Tuanakota 2014:57).

Pengendalian intern kas merupakan salah satu cara untuk menjaga agar dana kas

perusahaan tidak diselewengkan. Meskipun penyelewengan itu tidak dapat dihilangkan

tetapi dengan pengendalian intern kas penyelewengan ini dapat dihindari (Bastian

2010:19).

Pengendalian atas kas sangatlah penting bagi setiap perusahaan. Karena sebagian

besar kegiatan transaksi perusahaan terdiri dari pertukaran uang kas, seperti : pembelian

bahan untuk diproses sampai barang jadi siap untuk dijual. Setiap biaya serta hutang-

hutang perusahaan yang terjadi dari semua transaksi tersebut berakhir pada rekening kas.

Dengan adanya pengendalian intern yang baik maka akan dapat memperlancar

dilaksanakannya kegiatan-kegiatan perusahaan. Di samping itu dapat diketahui apakah

kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh manajemen sudah dijalankan sebagaimana

mestinya, sehingga diharapkan dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan

(Soleman 2013).

2.2.1 Faktor-faktor Penyebab Kecurangan Kas

Setiap orang dapat melakukan fraud. Kadang-kadang sulit dipercaya, seseorang

yang kita pandang jujur, taat beragama, berpendidikan, dari lingkungan sosial yang

dihormati, bahkan dari kalangan berada, ternyata terlibat dalam kasus fraud. Dennis
17

menyebut tiga elemen kunci yang disebut sebagai segitiga fraud (fraud triangle) yang

mendorong seseorang atau sekelompok orang melakukan fraud yaitu (Saftarini 2015) :

1. Adanya tekanan,

2. Adanya kesempatan

3. Adanya alasan pembenaran.

Elemen pertama dan ketiga lebih melekat pada kondisi kehidupan dan sikap

mental/moral pribadi seseorang, sedangkan elemen kedua terkait dengan sistem

pengendalian internal dalam suatu organisasi atau perusahaan. Berdasarkan Gone

Theory, yang terdiri dari 4 (empat) faktor yang mendorong seseorang berperilaku

menyimpang dalam hal ini berperilaku fraud, yaitu (Syamsir 2014) :

1. Keserahkaan (greed)

2 Kesempatan (opportunity),

3 Kebutuhan (needs), dan

4 Pengungkapan (exposure).

2.2.2 Indikator Penerapan Sistem Pengendalian Intern Kas

Sistem penerimaan kas biasanya mensyaratkan adanya pemisahan fungsi penerimaan

dan pengeluaran. Karakteristik dasar dari suatu sistem pengendalian internal kas adalah

(Tuannakota 2010: 53) :

1. Merupakan tanggung jawab secara khusus menangani penerimaan kas


2. Pemisahan penanganan dan pencatatan penerimaan kas
3. Penyetoran seluruh kas yang diterima setiap hari (biasanya ke rekening bank)
4. Sistem voucher untuk mengendalikan pembayaran kas
5. Audit internal pada selang waktu yang tidak terduga
18

6. Pencatatan ganda atas kas dan pembukuan, dengan rekonsiliasi yang dilaksanakan oleh
seseorang di luar bagian akuntansi

Indikator penerapan sistem pengendalian intern kas yang baik haruslah memiliki

pemisahan fungsi yang mencakup beberapa indikator (Sumiati 2010), diantaranya yaitu:

1. Fungsi penerimaan kas


2. Fungsi gudang
3. Fungsi Akuntansi
4. Faktur penjualan
5. Fungsi Penagihan
6. Fungsi Pemeriksaan Intern

2.3 Implementasi Good Coorporate Governance

Good Corporate Governance (GCG) adalah sistem yang dipergunakan dalam

mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan. Good Corporate

Governance ini juga mengandung pengertian mengenai pengaturan atas pembagian

tugas dan tanggung jawab di antara para pihak atau para "key players" yang

berpartisipasi dan memiliki kepentingan yang berbeda-beda dalam perusahaan. Para

pihak yang berkepentingan atas pengarahan dan pengendalian perusahaan itu meliputi:

dewan direksi, para manager, para pemegang saham, dan stakeholders lainnya. Oleh

karena itu, Good Corporate Governance juga dapat didefinisikan sebagai seperangkat

hubungan antara dewan komisaris, dewan direksi atau board of executive directors,

stakeholders, dan pemegang saham suatu perusahaan (Pristianti 2012).

Adelin (2013) menyatakan bahwa Good Corporate Governance dapat diartikan

sebagai interaksi antara struktur dan mekanisme yang menjamin adanya control dan

akuntabilitas, dengan tetap mendorong efisiensi dan kinerja perusahaan.


19

Menurut Thoyibatun (2012) Good Corporate Governance adalah Good

Corporate Governance adalah sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur

hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan terutama dalam arti sempit,

hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi

tercapainya tujuan organisasi.

2.3.1 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance

Meskipun konsep Good Corporate Governance (GCG) telah muncul bersamaan

dengan konsep korporasi, namun kesadaran terhadap pentingnya konsep ini baru

berkembang secara cepat dalam tahun-tahun yang belakangan ini. Menurut Rahmawati

(2012) Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Secara umum terdapat lima elemen

dasar yaitu:

1. Transparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan


proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi
material dan relevan mengenai perusahaan
2. Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan
pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif
3. Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam
pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan
perundangan yang berlaku
4. Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola
secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak
manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat
5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di
dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta
peraturan perundangan yang berlaku.
20

2.3.2 Manfaat Good Corporate Governance

Tunggal (2012:89) menyatakan berbagai keuntungan yang diperoleh dengan

penerapan Good Corporate Governance (GCG) dapat disebut antara lain, yaitu:

1) Dengan Good Corporate Governance proses pengambilan keputusan akan


berlangsung secara lebih baik sehingga akan, menghasilkan keputusan yang
optimal, dapat meningkatkan efisiensi serta terciptanya budaya kerja yang lebih
sehat
1) Good Corporate Governance akan memungkinkan dihindarinya atau sekurang--
kurangnya dapat diminimalkannya tindakan penyalah gunaan wewenang oleh pihak
direksi dalam pengelolaan perusahaan. Hal ini tentu akan menekan kemungkinan
kerugian bagi perusahaan maupun pihak berkepentingan lainnya sebagai akibat
tindakan tersebut.
1) Nilai perusahaan di mata investor akan meningkat sebagai akibat dari meningkatnya
kepercayaan mereka kepada pengelolaan perusahaan tempat mereka berinvestasi.
Peningkatan kepercayaan investor kepada perusahaan akan dapat memudahkan
perusahaan mengakses tambahan dana yang diperlukan untuk berbagai keperluan
perusahaan, terutama untuk tujuan ekspansi.
2) Bagi para pemegang saham, dengan peningkatan kinerja sebagaimana disebut pada
poin 1, dengan sendirinya juga akan menaikkan nilai saham mereka dan juga nilai
dividen yang akan mereka terima. Bagi negara, hal ini juga akan menaikkan jumlah
pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan yang berarti akan terjadi peningkatan
penerimaan negara dari sektor pajak.
1) Karena dalam praktik Good Corporate Governance karyawan ditempatkan sebagai
salah satu stakeholder yang seharusnya dikelola dengan baik oleh perusahaan, maka
motivasi dan kepuasan kerja karyawan juga diperkirakan akan meningkat.
Peningkatan ini dalam tahapan selanjutnya tentu akan dapat pula meningkatkan
produktivitas dan rasa memiliki terhadap perusahaan.
2) Penerapan Good Corporate Governance (GCG) yang konsisten juga akan
meningkatkan kualitas laporan keuangan perusahaan. Manajemen akan cenderung
untuk tidak melakukan rekayasa terhadap laporan keuangan, karena adanya
kewajiban untuk mematuhi berbagai aturan dan prinsip akuntansi yang berlaku dan
penyajian informasi secara transparan.

2.3.3 Indikator Good Coorporate Governance

Untuk melengkapi penerapan Good Coorporate Governance perlu diperhatikan

beberapa indikator diantaranya adalah (Artini 2014) :


21

1. Ukuran Dewan Komisaris


2. Dewan Komisaris Independen
3. Kepemilikan Institusional
4. Kepemilikan Manajerial
5. Komite Audit

2.4 Ketaatan Aturan Akuntansi

Ketaatan adalah suatu sikap patuh kepada aturan atau perintah, sedangkan aturan

adalah cara atau tindakan yang telah ditetapkan yang harus dijalankan atau dituruti. Di

dalam suatu instansi terdapat dasar atau pedoman yang digunakan manajemen dalam

menentukan dan melaksanakan jalannya berbagai kegiatan didalam perusahaan salah

satunya adalah aturan mengenai kegiatan akuntansi (Pristianti 2012).

Menurut Rahmawati (2012) aturan akuntansi dibuat sedemikian rupa sebagai dasar

dalam penyusunan laporan keuangan.Dalam standar akuntansi terdapat aturan-aturan

yang harus digunakan dalam pengukuran dan penyajian laporan keuangan yang

berpedoman terhadap aturanaturan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia

(IAI).

Aturan Akuntansi merupakan suatu kewajiban dalam organisasi untuk mematuhi

segala ketentuan atau aturan akuntansi dalam melaksanakan pengelolaan keuangan dan

pembuatan laporan keuangan agar tercipta transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

keuangan dan laporan keuangan yang dihasilkan efektif, handal serta akurat

informasinya (Pristianti 2012).


22

Ketaatan terhadap aturan akuntansi baik kebijakan yang dibuat oleh Satuan Kerja,

Kementerian Keuangan dan Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP) adalah

kunci sukses laporan keuangan yang bebas dari salah saji material. Banyak contoh kasus

tangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merupakan salah satu

bentuk ketidaktaatan terhadap aturan akuntansi sehingga mengambil jalan pintas untuk

sebuah opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dengan berupa tindakan yang tidak etis

dengan menyogok oknum pegawai Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) (Adelin 2013).

2.4.1 Indikator Ketaatan Aturan Akuntansi

Thoyibatun (2012) menjelaskan beberapa indikator Ketaatan Aturan Akuntansi,

yaitu:

1. Pengungkapan
persyaratan pengungkapan menjelaskan bahwa setiap entitas akuntansi di lingkungan
pemerintah diharapkan menyajikan laporan keuangan yang terdiri atas Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran, Neraca, Laporan
Operasional, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas
Laporan Keuangan serta laporan lain dan/atau elemen informasi akuntansi yang
diwajibkan oleh ketentuan peraturan perundangundangan (statutory reports) (PP RI
nomor 71, 2010 tentang SAP).
2. Informasi yang bermanfaat
Menyajikan informasi yang bermanfaat bagi kepentingan publik melalui laporan
keuangan dan kinerja suatu entitas akuntansi menyajikan laporan keuangan yang
bermanfaat bagi publik jika dengan itu pimpinan dapat menunjukkan
pertanggungjawaban atas tugas-tugasnya dan menempatkan kepentingan pemakai
pada skala prioritas. (PP RI nomor 71, 2010 tentang SAP).
3. Objektif
Prinsip objektif mengharuskan pembuat laporan keuangan dan laporan kinerja untuk
bersikap jujur secara intelektual yang berarti bahwa informasi dalam laporan tersebut
harus menggambarkan dengan jujur seluruh transaksi atau peristiwa lainnya yang
terjadi yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan, bersikap adil atau tidak memihak satu pihak tertentu yang berarti
informasi dalam laporan keuangan dan laporan kinerja harus diarahkan kepada
kebutuhan para pemakainya dan tidak bergantung pada kebutuhan atau keingin satu
23

pihak tertentu, tidak berprasangka atau bias dan bebas dari konflik kepentingan atau
berada di bawah pengaruh pihak lain yang berarti bahwa laporan keuangan dan
laporan kinerja tersebut tidak boleh menguntungkan satu pihak tertentu karena
adanya konflik kepentingan di mana satu pihak memiliki kepentingan yang
berlawanan atau berbeda.
4. Kehati-hatian
Memenuhi syarat kehati-hatian, pembuat laporan keuangan harus memiliki tanggung
jawab dengan kompetensi, ketekunan dan kehati-hatian. Kehati-hatian tersebut
berarti bahwa pembuat laporan keuangan dan laporan kinerja harus mempunyai
kewajiban untuk bersikap hati-hati dalam menjalankan tugasnya agar hasil dari
laporan-laporan tersebut dapat memberikan informasi yang mudah dipahami, handal
dan lebih relevan bagi penggunanya
5. Konsistensi
Memenuhi konsep konsistensi penyajian, perlakuan akuntansi yang sama diterapkan
pada kejadian yang serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan
(prinsip konsistensi internal).

2.5 Penelitian Sebelumnya

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Husna (2013)

Husna (2013) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Sistem

Pengendalian Intern Kas Dan Implementasi Good Corporate Governance terhadap

Kecurangan (Studi Empiris Pada Perusahaan Bumn Di Kota Padang). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang siginifikan secara bersama-

sama atau simultan penerapan sistem pengendalian intern kas dan implementasi

Good Corporate Governance terhadap kecurangan.

2. Setiawan (2016)

Setiawan (2016) meneliti mengenai Pengaruh Penerapan sistem Pengendalian Intern

Kas, Implementasi Good Corporate Governance Dan Ketaatan Aturan Akuntansi

Terhadap Fraud Pada Perusahaan Bumn Di Kota Pekanbaru. Hasil peneitian


24

menunjukkan bahwa Penerapan sistem Pengendalian Intern Kas, Implementasi

Good Corporate Governance Dan Ketaatan Aturan Akuntansi berpengaruh secara

signifikan Terhadap Fraud Pada Perusahaan Bumn Di Kota Pekanbaru.

3. Ramadhany (2017)

Ramadhany (2017) meneliti tentang Pengaruh Sistem Pengendalian Intern, Asimetri

Informasi, Kesesuaian Kompensasi Dan Implementasi Good Corporate Governance

Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Studi Empiris Pada Rumah Sakit

Swasta Yang Ada Di Pekanbaru). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sistem

Pengendalian Intern, Asimetri Informasi, Kesesuaian Kompensasi Dan

Implementasi Good Corporate Governance berpengaruh signifikan terhadap

Kecenderungan Kecurangan Akuntansi (Studi Empiris Pada Rumah Sakit Swasta

yang ada di Pekanbaru). Rangkuman hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada

Tabel 2.1.

Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya

No Peneliti Judul Variabel Metode Hasil Persamaan Perbedaan

1. Husna Pengaruh Independen : Analisis Terdapat pengaruh Independen : Populasi dimana


(2013) Penerapan Sistem - Penerapan Sistem regresi yang siginifikan - Penerapan tempat penelitian
Pengendalian Pengendalaian linier secara bersama-sama Sistem dan literature
Intern Kas Dan Intern Kas atau simultan Pengendalaian
berganda bacaan
Implementasi (x1) penerapan sistem Intern Kas
Good Corporate - Implementasi pengendalian intern - Implementasi
Governance Good Corporate kas dan implementasi Good
terhadap Governance (x2) good corporate Corporate
Kecurangan (Studi Dependen : governance terhadap Governance
Empiris Pada - Kecurangan (Y) kecurangan. Dependen :
Perusahaan Bumn - Fraud (Y)
Di Kota Padang)
2. Setiawan Pengaruh Independen : Analisis Penerapan sistem Independen : populasi dimana
(2016) Penerapan sistem - Penerapan regresi Pengendalian Intern - Penerapan tempat penelitian
25

Pengendalian sistem linier Kas, Implementasi sistem dan literature


Intern Kas, Pengendalian berganda Good Corporate Pengendalian bacaan
Implementasi Intern Kas (x1) Governance Dan Intern Kas (x1)
- Implementasi - Implementasi
Good Corporate Ketaatan Aturan
Good Corporate Good
Governance Dan Governance (x2) Akuntansi Corporate
Ketaatan Aturan - Ketaatan Aturan berpengaruh secara Governance
Akuntansi Akuntansi (x3) signifikan Terhadap (x2)
Terhadap Fraud Fraud Pada - Ketaatan
Pada Perusahaan Dependnen : Perusahaan Bumn Di Aturan
Bumn Di Kota - Fraud (Y) Kota Pekanbaru Akuntansi (x3)
Pekan Baru
Dependnen :
- Fraud (Y)

3. Ramadhan Pengaruh Sistem Independnen : Analisis Sistem Pengendalian Independnen : Independnen :


y (2017) Pengendalian - Sistem regresi Intern, Asimetri - Implementasi - Sistem
Intern, Asimetri Pengendalian linier Informasi, Good Pengendalian
Informasi, intern (x1) Kesesuaian Coorporate intern (x1)
berganda
Kesesuaian - Asimetri Kompensasi Dan Governance - Asimetri
Kompensasi Dan Informasi (x2) Implementasi Good Informasi (x2)
Implementasi - Kesesuaian Corporate Depednen : - Kesesuaian
Good Corporate Kompensasi (x3) Governance - Kecenderungan Kompensasi
Governance - Implementasi berpengaruh Kecurangan (x3)
Terhadap Good signifikan terhadap Akuntansi - populasi
Kecenderungan Coorporate Kecenderungan dimana tempat
Kecurangan Governance (x4) Kecurangan penelitian dan
Akuntansi (Studi Akuntansi (Studi literature
Empiris Pada Depednen : Empiris Pada Rumah bacaan
Rumah Sakit - Kecenderungan Sakit Swasta Yang
Swasta Yang Ada Kecurangan Ada Di Pekanbaru)
Di Pekanbaru) Akuntansi

Sumber : Data diolah, 2018

2.6 Kerangka Pemikiran


2.6.1 Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Intern Kas terhadap Fraud

Menurut teori Tunggal (2012;231) yang menyatakan bahwa perusahaan-

perusahaan yang melaksanakan pengendalian intern akan mempermudah mengecek

kecurangan yang terjadi sehingga dapat mendeteksi kecurangan secara dini. Teori

atribusi menjelaskan bahwa tindakan seorang pemimpin maupun orang yang diberikan

wewenang dipengaruhi oleh atribut penyebab antara lain terdiri dari kombinasi antara

kekuatan internal (internal forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri

seseorang, seperti kemampuan atau usaha, dan kekuatan eksternal (eksternal forces),
26

yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar seperti kesulitan dalam pekerjaan atau

keberuntungan.

Senada dengan penelitian Husna (2013) yang menyatakan bahwa pengendalian

internal atas kas mempunyai pengaruh dalam upaya pencegahan kecurangan.

Pengendalian dan prosedur yang tidak berjalan dengan baik akan memberikan

kesempatan bagi pegawai yang terlibat dalam kegiatan operasional untuk melakukan

kecurangan.

2.6.2 Pengaruh Implementasi Good Coorporate Governance terhadap Fraud

Adelin (2013) yang menyatakan bahwa praktik Good Corporate Governance

dapat meningkatkan nilai (valuation) perusahaan dengan meningkatkan kinerja

keuangan mereka, mengurangi resiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan

keputusan-keputusan yang menguntungkan diri sendiri, dan umumnya Good Corporate

Governance dapat meningkatkan kepercayaan investor. Hasil penelitian ini juga

didukung oleh data dari distribusi frekuensi dari variabel Good Corporate Governance

yang memiliki rerata 81,79 dengan kategori sangat baik, yang mengindikasikan

kecurangan dapat dikurangi dengan menjalankan good corporate governance dalam

perusahaan.

Berkeadilan, efektifitas dan efisiensi, akuntabilitas, visi strategis, dan saling

keterkaitan.Prinsip tersebut dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan secara

keseluruhan karena penerapan Good Corporate Governance yang berjalan dengan baik

akan menghasilkan kualitas laporan keuangan yang jauh dari praktik kecurangan. Sesuai
27

dengan penelitian Husna (2013) yang menyebutkan bahwa penerapan Good Corporate

Governance juga membuat pengelolaan perusahaan menjadi lebih fokus dan lebih jelas

dalam pembagian tugas, tanggung jawab, dan pengawasannya.

2.6.3 Pengaruh Ketaatan Aturan Akuntansi terhadap Fraud

Menurut Rahmawati (2012:9) aturan akuntansi dibuat sedemikian rupa sebagai

dasar dalam penyusunan laporan keuangan. Dalam standar akuntansi terdapat aturan-

aturan yang harus digunakan dalam pengukuran dan penyajian laporan keuangan yang

berpedoman terhadap aturanaturan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia

(IAI). Dengan demikian Ketaatan Aturan Akuntansi merupakan suatu kewajiban dalam

organisasi untuk mematuhi segala ketentuan atau aturan akuntansi dalam melaksanakan

pengelolaan keuangan dan pembuatan laporan keuangan agar tercipta transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan keuangan dan laporan keuangan yang dihasilkan efektif,

handal serta akurat informasinya.

Adanya aturan akuntansi tersebut menghindari tindakan yang menyimpang yang

dapat merugikan organisasi.Laporan keuangan berkaitan dengan pihak-pihak yang

berkepentingan seperti manajemen dan investor. Penelitian Shintadevi (2015)

menunjukkan terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara Ketaatan Aturan

Akuntansi terhadap Fraud. Adapun skema kerangka pemikiran dalam penelitian ini

dapat dilihat pada Gambar 2.1.


28

Penerapan Sistem
Pengendalian Intern Kas
(X1)

Implementasi
Good Coorporate Fraud
Governance (Y)
(X2)

Penerapan
Aturan Akuntansi
(X3)

Gambar 2.1: Skema Kerangka Pemikiran

2.7 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap objek penelitian yang

dilakukan (Arikunto 2013). Berdasarkan hubungan antar variabel yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha1 : Penerapan Sistem Pengendalian Intern Kas, Implementasi Good Coorporate

Governance dan Ketaatan Aturan Akuntansi secara bersama-sama berpengaruh

terhadap Fraud Pada Pemerintahan Kabupaten Simelue

Ha2 : Penerapan Sistem Pengendalian Intern Kas secara parsial berpengaruh terhadap

Fraud Pada Pemerintahan Kabupaten Simelue

Ha3 : Implementasi Good Coorporate Governance secara pasial berpengaruh terhadap

Fraud Pada Pemerintahan Kabupaten Simelue


29

Ha4 : Ketaatan Aturan Akuntansi secara parsial berpengaruh terhadap Fraud Pada

Pemerintahan Kabupaten Simelue


30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Pemerintahan Kabupaten Simelue yang

beralamat di Desa Suka Jaya, Sinabang Kabupaten Simelue . Variabel yang diteliti yaitu

mengenai Penerapan Sistem Pengendalian Intern Kas, Implementasi Good Coorporate

Governance dan Ketaatan Aturan Akuntansi terhadap Fraud.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis, yaitu objek yang akan

diteliti (Bakar 2004: 60). Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti, suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat

menggambarkan populasinya (Arikunto 2015:109). Populasi penelitian ini adalah

seluruh Pegawai baik itu Pegawai Negeri Sipil maupun tenaga kontrak yang ada di

Dinas Pemerintahan Kabupaten Simelue yang berjumlah 125 orang Pegawai Negeri

Sipil dan 85 orang Pegawai Kontrak. Seperti pada Tabel 3.1.

Melihat jumlah populasi yang terlalu besar serta mempertimbangkan waktu,

biaya dan tenaga, peneliti memutuskan untuk mengambil sampel penelitian. Karena

populasi bersifat homogen, maka digunakan sampel dengan metode random sampling

yang akan diambil dari jumlah populasi, yaitu dengan mengguanakan rumus Slovin yang

dikutip dari Sekaran (2013: 49) secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
31

N
n=
1+ Ne 2

Dimana :
n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

e = Tingkat error yang diinginkan

N
n=
1+ Ne 2

210
n=
1+210(10 %)2

210
n=
1+210(0 . 01)

210
n=
3,1

n = 67,7

n = 68

Hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel sebanyak 68 pegawai atau 10% dari

jumlah pegawai.

3.3 Data dan Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara membagikan kuesioner yang

telah dipersiapkan kepada seluruh responden yaitu 68 Pegawai. Kuesioner adalah


32

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden (Arikunto 2013:127). Kuesioner terdiri dari dua variabel dan masing-masing

variabel memuat sejumlah item pertanyaan. Pertanyaan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tertutup yaitu pertanyaan yang dibuat berbentuk pilihan yang telah

disediakan. Kuesioner tersebut selanjutnya disebarkan kepada seluruh responden.

3.4 Skala Pengukuran

Pertanyaan dan pernyataan dalam kuesioner untuk masing-masing variabel

dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala Interval yaitu skala yang tidak

hanya mengelompokan individu tertentu dan menentukan urutan kelompok, namun juga

mengukur besaran (magnetude) perbedaan preferensi antar individu. Dimana jawaban

masing-masing responden akan diberi skor dengan menggunakan 5 (lima) poin (Sekaran

2013:129). Skala pengukuran dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1
Skala Pengukuran
No Pilihan Jawaban Skor
1 Sangat Tidak Setuju 1
2 Tidak Setuju 2
3 Kurang Setuju 3
4 Setuju 4
5 Sangat Setuju 5

3.5 Definisi Dan Operasionalisasi Variabel

Definisi dan operasionalisasi variabel adalah bagaimana menemukan dan

mengukur variabel-variabel tersebut dilapangan dengan merumuskan secara singkat dan


33

jelas. Serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Pertanyaan dan pernyataan dalam

kuesioner untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan skala interval yaitu skala yang tidak hanya mengelompokkan individu

menurut kategori tertentu dan menentukan urutan kelompok, namun juga mengukur

besaran (magnitude) perbedaan preferensi antar individu (Sekaran 2006:117).

3.5.1 Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi varabel terikat, baik secara

positif maupun negative (Sekaran 2006:117). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

bebas adalah :

1. Pengendalian intern kas

Salah satu cara untuk menjaga agar dana kas perusahaan tidak diselewengkan. Meskipun

penyelewengan itu tidak dapat dihilangkan tetapi dengan pengendalian intern kas

penyelewengan ini dapat dihindari (Bastian 2010:19).

b. Good Corporate Governance

Sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai

pihak yang berkepentingan terutama dalam arti sempit, hubungan antara pemegang

saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi

Sedarmayanti (2012)

c. Ketaatan Aturan Akuntansi

Aturan akuntansi dibuat sedemikian rupa sebagai dasar dalam penyusunan laporan

keuangan.Dalam standar akuntansi terdapat aturan-aturan yang harus digunakan dalam


34

pengukuran dan penyajian laporan keuangan yang berpedoman terhadap aturanaturan yang

dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Rahmawati (2012.9).

3.5.2 Variabel Terikat


Variabel terikat adalah varibel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, dalam

penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah fraud. Fraud atau kecurangan adalah

penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu.

Kriminal disini berarti setiap tindakan kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud

jahat, dan dari tindakan jahat tersebut ia memperoleh manfaat dan merugikan korbannya

secara financial (Amin 2012: 28), Definisi dan operasional variabel dapat dilihat pada

Tabel 3.2.

Tabel 3.2
Definisi dan Operasionalisasi Variabel

Variabel Definisi Variabel Indikator Item


Pertanyaan
Variabel : Independen
Pengendalian Salah satu cara untuk menjaga agar dana 1. Fungsi
intern kas kas perusahaan tidak diselewengkan. penerimaan kas
(X1) Meskipun penyelewengan itu tidak dapat 2. Fungsi
dihilangkan tetapi dengan pengendalian gudang
intern kas penyelewengan ini dapat 3. Fungsi
dihindari (Bastian 2010:19) Akuntansi
1 –6
4. Faktur
penjualan
5. Fungsi
Penagihan
6. Fungsi
Pemeriksaan Intern
Good Good Corporate Governance adalah 1. Ukuran Dewan Komisaris 1 –5
Corporate sistem, proses, dan seperangkat 2. Dewan Komisaris Independen
35

Governance peraturan yang mengatur hubungan 3. Kepemilikan Institusional


(X2) antara berbagai pihak yang 4. Kepemilikan Manajerial
berkepentingan terutama dalam arti 5. Komite Audit
sempit, hubungan antara pemegang
saham, dewan komisaris, dan dewan
direksi demi tercapainya tujuan
organisasi Sedarmayanti (2012)

Ketaatan Aturan akuntansi dibuat sedemikian rupa 1. Pengungkapan


Aturan sebagai dasar dalam penyusunan laporan 2. Informasi yang bermanfaat
akuntansi keuangan.Dalam standar akuntansi 3. Objektif
(X3) terdapat aturan-aturan yang harus 4. Kehati-hatian
digunakan dalam pengukuran dan
5. Konsistensi 1 –5
penyajian laporan keuangan yang
berpedoman terhadap aturanaturan yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) Rahmawati (2012.9)

Fraud Fraud atau kecurangan adalah 1. Review Kinerja


(Y) penipuan kriminal yang bermaksud 2. Pengolahan Informasi
untuk memberi manfaat keuangan 3. Pengendalian Fisik
kepada si penipu. Kriminal disini 4. Pemisahan Tugas
berarti setiap tindakan kesalahan serius
yang dilakukan dengan maksud jahat. 1–4
Dan dari tindakan jahat tersebut ia
memperoleh manfaat dan merugikan
korbannya secara financial (Amin
2012: 28)

3.6 Peralatan Analisa Data

Peralatan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis ini bertujuan untuk melihat

Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Intern Kas, Implementasi Good Coorporate


36

Governance dan Ketaatan Aturan Akuntansi terhadap Fraud Pada Pemerintahan

Kabupaten Simelue. Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut (Sugiyono 2005:204) :

Y = α + b1x1 + b2x2 + b3x3 + e

Keterangan :

Y = Fraud

X1 = Penerapan Sistem Intern Kas

X2 = Implementasi Good Coorporate Governance

X3 = Ketaatan Aturan Akuntansi

α = Konstanta

b = Koefisien Regresi

e = Standar Error

3.7 Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Sebelum data diolah lebih lanjut, harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

Karena kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini harus diuji

validitas dan reabilitasnya. Uji dilakukan untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data

yang dikumpulkan dari pengguna instrumen.

3.7.1 Uji Validitas

Validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian

dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Uji validitas untuk mengukur sah atau
37

valid tidaknya kuesioner dalam penelitian ini. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila

mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang

diteliti secara tepat. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Person Product

Movement Coeficient of Corelation dengan bantuan SPSS (Statistical Package for

Sosial Science). Apabila r-hitung > dari r-tabel, maka item pertanyaan dinyatakan valid

karena mempunyai koefisien korelasi diatas nilai kritis korelasi product moment yang

memiliki tingkat signifikansi dibawah 5% (Sugiyono 2011:205).

3.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas yaitu untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur tetap konsisten bila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan

pada uji reliabilitas adalah metode Cronbach Alpha (α) yang lazim digunakan untuk

pengujian kuesioner. Untuk mengukur reliabilitas digunakan coeffisien cronbath alpha

dengan koefisien alphanya lebih besar dari 0,60 (Sekaran 2013:182).

3.8 Uji Asumsi Klasik

Untuk mendapatkan hasil yang sahih (tidak bias) maka sebelum melakukan

pengujian hipotesis atau analisis regresi maka akan terlebih dahulu dilakukan pengujian

asumsi klasik yaitu meliputi pengujian :

3.8.1 Uji Normalitas

Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi,

variabel bebas dan variabel terikat atau keduanya mempunyai distribusi normal atau

tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati
38

normal. Menurut (Ghozali 2005; 76-77) jika distribusi data adalah normal maka garis

yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis normal. Dasar untuk

pengembalian keputusan yaitu : Jika data menyebar diantara garis diagonal dan

mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dan

jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti garis diagonal, maka

model asumsi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.8.2 Uji Heteroskedasitas

Uji ini digunakan untuk melihat apakah dalam sebuah model regresi, terjadi

pengaruh yang signifikan antar prediktor dengan nilai residualnya. Jika berpengaruh

signifikan maka telah terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak

terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara yang digunakan dalam mendeteksi ada

tidaknya heteroskedastisitas ialah dengan melakukan uji gletser. Jika nilai sig. pada tabel

koefisien hasil regresi masing-masing variabel independen dengan residualnya

signifikan (sig. < 0.10), maka hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi

heteroskedastisitas. Jika tidak (sig. > 0.10), maka hal ini mengindikasikan tidak terdapat

heteroskedastisitas dalam model regresi.

3.8.3 Uji Multikolinearitas

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah didalam model regresi terdapat

adanya korelasi antar variabel independen. Metode yang digunakan untuk menguji

multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance atau Variance Inflation Factor (VIF).
39

Batas dari nilai tolerance adalah 0,1 dan batas VIF adalah 10. Jika nilai tolerance < 0,01

atau VIF >10, maka telah terjadi multikolinearitas.

3.9 Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan pengukuran variabel dalam penelitian ini maka dilakukan

pengujian untuk setiap hipotesis. Untuk menentukan menerima atau menolak hipotesis

yang diajukan, maka dilakukan uji-t untuk melihat pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen, yaitu membandingkan nilai ttabel dengan thitung dengan tingkat

signifikan 5%.

Uji-F (Simultan)

Ho1 : Jika nilai Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, artinya Penerapan Sistem Pengendalian

Intern Kas, Implementasi Good Coorporate Governance dan Ketaatan Aturan

Akuntansi secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap Fraud Pada

Pemerintahan Kabupaten Simelue

Ha1 : Jika nilai Fhitung > Ftabel maka Ha diterima, artinya Penerapan Sistem Pengendalian

Intern Kas, Implementasi Good Coorporate Governance dan Ketaatan Aturan

Akuntansi secara bersama-sama berpengaruh terhadap Fraud Pada Pemerintahan

Kabupaten Simelue

Uji-t (Parsial)
40

Ho2 : Jika nilai thitung < ttabel maka Ho diterima, artinya Penerapan Sistem Pengendalian

Intern Kas secara parsial tidak berpengaruh terhadap Fraud Pada Pemerintahan

Kabupaten Simelue

Ha2 : Jika thitung > ttabel maka Ha diterima, artinya Penerapan Sistem Pengendalian Intern

Kas secara parsial berpengaruh terhadap Fraud Pada Pemerintahan Kabupaten

Simelue

Ho3 : Jika nilai thitung < ttabel maka Ho diterima, artinya Implementasi Good Coorporate

Governance secara parsial tidak berpengaruh terhadap Fraud Pada Pemerintahan

Kabupaten Simelue

Ha3 : jika thitung > ttabel maka Ha diterima, Implementasi Good Coorporate Governance

secara parsial berpengaruh terhadap Fraud Pada Pemerintahan Kabupaten Simelue

Ho4 : Jika nilai Fhitung < Ftabel maka Ho diterima, artinya Ketaatan Aturan Akuntansi

secara parsial tidak berpengaruh terhadap Fraud Pada Pemerintahan Kabupaten

Simelue

Ha4 : Jika nilai Fhitung > Ftabel maka Ha diterima, artinya Ketaatan Aturan Akuntansi

secara parsial berpengaruh terhadap Fraud Pada Pemerintahan Kabupaten Simelue

Anda mungkin juga menyukai