Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Kepribadian adalah suatu wujud akumulasi dari sifat, watak, dan perilaku seorang
manusia. Manusia adalah makhluk yang dinamis, di mana tingkah lakunya berpijak pada
motivasi yang bersifat mendorong yang menyebabkan untuk melahirkan suatu perbuatan atau
respon dalam usaha mencapai kebahagiaan. Oleh karena itu sering terjadi persaingan dan konflik
fisik dan psikis di antara sesama manusia disebabkan oleh adanya perbedaan dalam cara-cara
untuk mencapai kebahagiaan tersebut. Di samping itu ada pula konflik-konflik intern yang
terdapat di dalam diri pribadi, yang disebabkan adanya kecenderungan-kecenderungan ide yang
saling berbenturan serta saling mendesak, yaitu adanya ide-ide yang tinggi yang tidak dapat
dicapai dengan kemampuan pribadi tersebut, sehinggan menimbulkan kekecewaan dan tekanan
batin. Dengan adanya konflik bermacam-macam tersebut, membuktikan bahwa di dalam diri
manusia itu selalu ada usaha untuk membentuk diri, dan membetulkan diri sendiri serta merubah
diri untuk menjadi individu yang lebih baik.

Para peneliti di bidang psikologi telah melakukan banyak penelitian tentang  kepribadian
yang dikaitkan dengan banyak hal. Sebuah penelitian di Surakarta menunjukkan bahwa antara 
kepribadian dan kreativitas siswa secara bersama-sama berpengaruh terhadap prestasi belajar
ekonomi. Di kesempatan yang lain, sebuah penelitian di hotel yang berada di kota Surabaya
menunjukkan bahwa  kepribadian dan gaya komunikasi manajer Public Relation mempengaruhi
hubungan baik dengan media. Meski demikian, hubungan baik dengan media tidak terlalu
mempengaruhi publikasi. Masih dalam ranah organisasi yang profit oriented, sebuah penelitian
yang dilakukan pada perusahaan perak di kota Banyuwangi menunjukkan bahwa karyawan
perusahaan kerajinan perak putra silver cenderung mempunyai  kepribadian locus of
control lebih besar dibandingkan eksternal, kemudian prestasi kerja karyawan perusahaan
kerajinan perak putra silver ialah tinggi, dan kepribadian locus of control mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap prestasi kerja karyawan pada perusahaan kerajinan perak putra silver
Banyuwangi.

Kepribadian seseorang mampu menjadi tolok ukur bagi variabel lain pada subjek yang
sama. Kepribadian menjadi bahan referensi ketika kita ingin mengetahui suatu hal masalah dari
seseorang. Termasuk dalam hal ini adalah kecenderungan dalam menerapkan gaya ketika
mendapatkan peluang menjadi salah satu pemimpin.

1
Kepemimpinan yang efektif merupakan suatu unsure penting dalam kehidupan organisasional,
baik di bidang kenegaraan, keniagaan, politik, bahkan di bidang organisasi-organisasi sosial yang
sifatnya nirlaba. Penggabungan antara pemahaman teoritis dan empiris telah semakin
meyakinkan berbagai kalangan, betapa pentingnya peranan kepemimpinan dalam usaha
organisasi yang bersangkutan dalam mencapai tujuan dan berbagai sasarannya.

Tidak dapat kita pungkiri bahwa keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada
mutu kepemimpinan yang terdapat pada organisasi tersebut. Hal senada juga dapat dikatakan
pada organisasi pemerintahan yang tanggung jawab utamanya adalah menyelenggarakan tugas-
tugas pengaturan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat. Mutu peraturan perundang-
undangan yang menjadi dasar kerja para anggota aparatur pemerintah sangat ditentukan oleh
persepsi, wawasan, dan profesionalisme para perumus peraturan perundang-undangan tersebut
yang tentunya kemudian diikuti oleh berbagai kebijaksanaan teknis dan kebijaksanaan
operasional sesuai dengan bidang tanggung jawab fungsional masing-masing (siagian, 2003).

Demikian juga dengan organisasi di bidang pendidikan, baik yang dikelola oleh
pemerintah ataupun yang dimiliki, dikelola dan diselenggarakan oleh masyarakat. Mutu seluruh
kegiatan pendidikan, baik yang bersifat kurikuler maupun ekstrakurikuler –yang pada akhirnya
mencerminkan mutu para lulusan lembaga pendidikan tersebut- pada tingkat yang sangat
dominan ditentukan oleh mutu kelompok akademik dan administratif dalam organisasi
pendidikan yang bersangkutan (siagian, 2003).

Masing-masing organisasi memiliki ciri khas tersendiri, dengan target visi dan misi
sendiri sehingga membutuhkan  atau gaya kepemimpinan yang tidak sama antara satu organisasi
dengan organisasi yang lain. Demikian juga dalam sub organisasi, antara satu divisi dan divisi
yang lain membutuhkan  atau gaya kepemimpinan yang berbeda sesuai dengan tupoksi yang
diemban masing-masing divisi. Tentunya merupakan pertaruhan besar bagi sebuah organisasi
dalam meenentukan sosok seorang pemimpin, yang merupakan nahkoda bagi berjalannya laju
layar organisasi.

Permasalahan tersebut di atas merupakan gambaran betapa kepribadian merupakan unsur


penting dalam mengambil keputusan yang terkait dengan individu-individu manusia. Sehingga
tidak menutup kemungkinan bahwa ada kaitan erat antara  kepribadian dengan kecenderungan
seseorang dalam memilih terapan gaya kepemimpinan bagi organisasi yang dia pimpin. Olehnya
itu dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan antara kepribadian dengan
kecenderungan tipe kepemimpinan” di lingkungan Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan
Aparatur II (PKP2A II) dan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Lembaga Administrasi
Negara (LAN) Makassar.

B.      Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :

2
Apakah ada hubungan antara kepribadian dengan kecenderungan tipe kepemimpinan para
pejabat struktural yang ada di lingkungan PKP2A II dan STIA LAN Makassar

Bagaimana bentuk hubungan antara kepribadian dengan kecenderungan tipe kepemimpinan yang
ada

C.      Batasan Masalah

Penelitian ini di batasi pada penelusuran kepribadian berdasarkan Model Lima Faktor,
dan pembagian tipe kepemimpinan yang ada dan dilaksanakan hanya pada kantor PKP2A II dan
STIA LAN Makassar.

D.      Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap
ada atau tidaknya hubungan antara kepribadian dengan kecenderungan tipe kepemimpinan di
lingkungan PKP2A II dan STIA LAN Makassar, serta mengetahui bagaimana bentuk hubungan
yang ada.

E.       Manfaat Penelitian

Bagi Penulis

Membantu memberikan informasi tentang  kepribadian dan tipe kepemimpinan kepada rekan-
rekan baik seprofesi ataupun sejawat, khususnya yang bergerak aktif dalam dinamika struktur
organisasi. Serta menginformasikan bagaimana bentuk hubungan antaran kepribadian dengan
kecenderungan tipe kepemimpinan yang ada pada masing-masing individu.

Bagi Lembaga

Memberi bahan masukan bagi organisasi Lembaga Administrasi Negara dalam memilih Sumber
Daya Aparatur untuk dipertimbangkan atau dipromosikan ke dalam jabatan struktural tertentu
dengan memprediksi kecenderungan tipe kepemimpinan yang akan diterapkan berdasarkan
kepribadian yang telah diinformasikan terlebih dahulu.

Bagi Ilmu Pengetahuan

Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan
dapat memberi gambaran mengenai hubungan antara  kepribadian dengan kecendrungan tipe
kepemimpinan.

F.       Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

3
Hipotesis alternatif (Ha) : Ada hubungan antara kepribadian dengan kecenderungan tipe
kepemimpinan

Hipotesis nihil (H0) : Tidak ada hubungan antara kepribadian dengan kecenderungan tipe
kepimpinan

G.     Definisi Operasional

Hubungan adalah keterkaitan yang muncul atau bisa dirasakan antara dua unsur atau lebih dalam
bentuk apapun.

Tipe adalah jenis, model, gaya tertentu.

Kepribadian adalah karakteristik individu yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan,


pemikiran, dan perilaku.

Kecenderungan adalah potensi dasar yang dimiliki seseorang dalam pemilihan sebuah sikap atau
perilaku.

Kepemimpinan adalah cara atau seni dalam mempengaruhi dan mengarahkan orang lain atau
bawahan dengan melibatkan rasa kepercayaan, kepatuhan, kehormatan, kerja sama.

H.     Identifikasi Variabel Penelitian

Berdasarkan hipotesis penelitian ini, maka variable penelitian terbagi atas :

Variabel bebas                      :  Kepribadian

Variabel terikat                     :  Tipe Kepemimpinan

I.        Kerangka Konsep

Sebagai Lembaga yang mengemban amanah dalam perbaikan kualitas penyelenggaraan


pelayanan publik, Lembaga Administrasi Negara (LAN) yang dalam pembinaan di kawasan
timur Indonesia diwakili oleh Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Apratur II (PKP2A II)
dan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) LAN Makassar membutuhkan para pengambil
kebijakan yang ideal. Sosok pimpinan yang dibutuhkan bukan hanya dilandasi oleh disiplin ilmu
yang memadai, namun juga kesesuaian penerapan tipe kepemimpinan yang dibutuhkan pada
iklim organisasi yang ada pada masing-masing PKP2A II dan STIA LAN Makassar.

Beberapa pilihan tipe kepemimpinan tidak ada yang memiliki nilai absolut sehingga
menjadi yang paling benar. Namun pilihan tipe kepemimpinan harus sesuai dengan kebutuhan
organisasi dilihat dari dinamika organisasi yang ada, mulai dari  pekerjaan, variasi Sumber Daya
Manusia, tingkat beban psikis yang bakal dirasakan, dan banyak hal lainnya.

4
Pimpinan pusat membutuhkan informasi kepribadian setiap pegawai, sehingga ketika ada
kebutuhan untuk mengusulkan nama dalam sebuah jabatan tertentu, dengan mengetahui 
kepribadian masing-masing pegawai, pimpinan pusat bisa memprediksikan kecenderungan tipe
kepemimpinan yang bakal diterapkan oleh masing-masing calon pejabat. Tentunya, dengan
diperolehnya informasi tentang kecenderungan gaya kepemimpinan dari masing-masing calon
pemangku jabatan, seorang pimpinan bisa memilih dari sekian calon yang memiliki kompetensi
dan kredibilitas sama, salah satu yang memiliki kecenderungan tipe kepemimpinan sesuai
dengan dinamika organisasi pada saat itu.

Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian :

Sumber Daya Manusia


Dimensi Kepribadian

MODEL LIMA BESAR (The Big Five)

Neurotism

Extraversion

Openness

Agreebleness

Conscientiousness

Tipe Kepemimpinan

Model Managerial Grid:

Improverished Leadership

Team Leaderhip

Country Club Leadership

Task Leadership

Middle of The Road

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.       Kepribadian

Kepribadian adalah karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi


perasaan, pemikiran, dan perilaku (Pervin, 2010). Kita bisa menemukan banyak teori kepribadian
yang ditinggalkan oleh para ilmuwan psikologi dunia. Baik yang secara khusus bicara tentang
struktur kepribadian, atau yang membahas panjang lebar tentang tahap perkembangan manusia.
Seiring berkembang waktu teori-teori itupun mengalami perkembangan, sampai pada masa
bermunculan ilmuwan psikologi yang berbicara tentang pembagian tipe kepribadian manusia
dengan penetapan dimensi-dimensi sebagai tolok ukur.

Selama bertahun-tahun para periset utama, termasuk Eysenck, Cattell dan yang lain
berdebat tentang jumlah dan karakteristik alamiah dimensi dasar sifat kepribadian. Sejak tahun
1980-an perbaian kualitas dan metode, khususnya analisis faktor telah menghasilkan awal
konsensus (Pervin, 2010). Banyak periset yang sekarang setuju bahwa perbedaan individual
dapat diorganisir dalam lima dimensi yang lebih luas dan bipolar (John & Srivastana dalam
Pervin, 2010).

Pada 1981, Lewis Goldberg mengevaluasi beberapa riset dan karena terkesan konsisten
hasilnya, ia menyarankan bahwa ada kemungkinan setiap model penstrukturan perbedaan
individu akan mencakup segala sesuatu seperti “lima dimensi” ini (hlm. 159). Dengan demikian,
faktor “lima besar” menjadi faktor eksistensi. Lima dimensi yang dianggap konsisten oleh
Goldberg yang untuk yang dalam penelitian ini penulis akan menyebut “Faktor Lima Besar”
adalah sebagai berikut:

Neuroticism (N)

Extraversion (E)

Openness (O)

Agreeableness (A)

Conscientiousness (C)

6
Untuk mengilustrasikan makna dari faktor-faktor tersebut, berikut adalah sejumlah kata sifat
yang mendeskripsikan nilai tinggi atau rendah seseorang untuk tiap-tiap faktor :

Karakteristik Nilai yang Lebih Skala Sifat Karakteristik Nilai yang


Tinggi Lebih Rendah

Cemas, gugup, emosional, tidak NEUROTICISM (N) Tenang, rileks, tidak


aman, tidak emosional, kukuh, aman, puas
cakap, hyphocodriacal Penilaian atas kemampuan diri
penyesuaian vs ketidakstabilan
emosi. Mengidentifikasi
individu yang rentan terhadap
tekanan psikologis, ide yang
tidak realistis, kecanduan atau
dorongan yang berlebihan, dan
respins coping yang maladaptif.

Dapat bersosialisasi aktif, EXTRAVERSION (E) Menahan diri, bijaksana, tidak


senang bercakap-cakap, people gembira, menyendiri,
oriented, optimistis, menyukasi Menilai kualitas dan intensitas berorientasi pada tugas,
keriaan, lembut interaksi interpersonal, menarik diri, diam
kebutuhan akan stimulasi, dan
kapasitas untuk menikmati.

Ingin tahu, minat yang luas, OPENNESS (O) Konvensional, membumi,


kreatif, orisinal, imajinatif, tidak sedikit minat, tidak artistic,
tradisional Menilai pencarian proaktif dan tidak analitis
penghargaan terhadap
pengalaman untuk dirinya
sendiri, toleransi bagi dan
eksplorasi terhadap yang tidak
biasa.

Lembut, ramah, dipercaya, AGREEABLENESS (A) Klinis, kasar, curiga, tidak


membantu, memaafkan, mudah kooperatif, pendendam,
dibujuk, terang-terangan Menilai kualitas orientasi bengis, pemarah, manipulatif
interpersonal seseorang
sepanjang kontinum dari
perasaan terhadap antagonism
dalam pemikiran, perasaan, dan
tindakan.

Terorganisir, dapat diandalkan, CONSCIENTIOUSNESS (C) Tidak berjuang, tidak dapat


pekerja keras, disiplin diri, tepat diandalkan, malas, acuh,

7
waktu, cermat, rapi, ambisius, Menilai tingkat organisasi, sembrono, lemah niat,
keras hati ketekunan dan motivasi dalam hedonistis
perilaku yang berarah tujuan.
Berlawanan dengan orang yang
bergantung pada orang lain, dan
cerewet dengan mereka yang
malas dan pembangkang

B.      Tipe Kepemimpinan

Efektivitas kepemimpinan seseorang dilandasi dengan modal bakat yang dibawa sejak
lahir akan tetapi ditumbuhkan dan dikembangkan melalui dua jalur, yaitu kesempatan untuk
menduduki jabatan pimpinan dan kesempatan untuk menempuh pendidikan dan pelatihan
kepemimpinan (Siagian, 2003).

Sebagian ilmuwan dan praktisi berpendapat bahwa gaya kepemimpinan seseorang tidak
berubah menghadapi situasi yang bagaimanapun. Sedangkan sebagian lain menganggap bahwa
gaya kepemimpinan seseorang sangat bersifat situasional. Menurut teori situasional, seorang
pimpinan yang otokratis, akan mengubah gaya kepemimpinannya dengan gaya yang lain,
misalkan dengan gaya yang agak demokratis apabila situasi tertentu menuntutnya, apalagai jika
konsistensi gaya otokratis justru akan membahayakan kedudukannya sebagai pemimpin.

Namun praktek situasional tersebut, sebenarnya tidaklah mengubah pendiriannya tentang


persepsinya mengenai kepemimpinan yang efektif. Akan tetapi demi keberlangsungan
kepemimpinannya ia tidak mempunyai pilihan lain kecuali melakukan penyesuaian-penyesuaian
– yang kemungkinan hanya bersifat sementara – yang dituntut oleh situasi yang dihadapinya
(Siagian, 2003).

Gaya kepemimpinan bisa nampak dari cara melakukan pekerjaan seperti cara
memerintah, cara memberikan tugas, cara berkomunikasi, cara menegakkan disiplin, cara
melakukan control, cara meminta laporan, cara menegur bawahan, cara meminta pertanggung
jawaban, dan lain-lain (Rivai, 2003).

Dalam penelitian ini, penulis mengelompokkan tipe kepemimpinan dengan mengacu


pada  Model Kepemimpinan Managerial Grid. Dalam model manajerial grid yang disampaikan
oleh Blake dan Mouton dalam Robbins (1996) memperkenalkan model kepemimpinan yang
ditinjau dari perhatiannya terhadap tugas dan perhatian pada orang. Kedua sisi tinjauan model
kepemimpinan ini kemudian diformulasikan dalam tingkatan-tingkatan, yaitu antara 0 sampai
dengan 9.

8
Dalam pemikiran model managerial grid adalah seorang pemimpin selain harus lebih
memikirkan mengenai tugas-tugas yang akan dicapainya juga dituntut untuk memiliki orientasi
yang baik terhadap hubungan kerja dengan manusia sebagai bawahannya. Artinya bahwa
seorang pemimpin tidak dapat hanya memikirkan pencapaian tugas saja tanpa memperhitungkan
faktor hubungan dengan bawahannya, sehingga seorang pemimpin dalam mengambil suatu sikap
terhadap tugas, kebijakan-kebijakan yang harus diambil, proses dan prosedur penyelesaian tugas,
maka saat itu juga pemimpin harus memperhatikan pola hubungan dengan staf atau bawahannya
secara baik. Menurut Blake dan Mouton ini, kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi empat
kecenderungan yang ekstrim dan satu kecenderungan yang terletak di tengah-tengah keempat
gaya ekstrim tersebut.

Gaya kepemimpinan Managerial Grid berpijak pada dua dimensi perilaku, yaitu concern
to people  (perhatian pada orang) dan concern to production (perhatian pada produksi). Kedua
dimensi ini bisa kita perjelas sebagai berikut:

Concern to people; ini adalah tingkat di mana pimpinan memikirkan kebutuhan anggota timnya,
apa ketertarikan mereka, dan bidang pengembangan personal.

Concern to production; tingkat di mana pimpinan memberikan penekanan pada objek nyata,
efisiensi organisasi, dan produktivitas yang tinggi.

Untuk mengilustrasikan posisi masing-masing leadership pada kecenderungan antara concern to


people  dan concern to production, Blake Mouton menetapkan beberapa tipe kepemimpinan yang
Nampak pada gambar berikut :

Impoverished
Task/produce
Concern to P R O D U C T I O N
High
Low
Midde of The Road
Country Club
Team Leader
Concern to PEOPLE
High

9
Impoverished leadership (low production low people), tipe kepemimpinan ini sangat tidak
efektif, tidak memiliki perhatian yang tinggi baik untuk menciptakan system bagi terlaksananya
pekerjaan maupun untuk menciptakan lingkungan kerja yang memuaskan dan memotivasi.
Hasilnya adalah tempat kerja yang tidak terorganisasi, tidak terpuaskan, dan tidak harmonis.

Country Club leadership (high people low production), tipe kepemimpinan ini sangat
memperhatikan kebutuhan, perasaan anggota atau bawahannya. Pimpinn dengan tipe seperti ini
berasumsi bahwa selama bawahan atau anggota merasa aman dan sejahtera maka mereka akan
bekerja keras, kepemimpinan ini cenderung menghasilkan lingkungan pekerjaan yang sangat
santai dan riang, namun produktivitas buruk dikarenakan kurangnya kontrol dan arahan.

Task leadership  (high production low people), kepemimpinan ini bersifat otoriter karena sangat
mementingkan tugas/hasil dan bawahan dianggap tidak penting karena sewaktu-waktu dapat
diganti. Pegawai hanyalah alat untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan ini memiliki peraturan,
kebijakan, dan prosedur kerja yang keras. Memandang sanksi merupakan alat yang efektif untuk
memotivasi pegawai.

Middle of the road  (medium production medium people), tipe ini nampak seimbang di antara dua
dimensi, baik perhatian pada orangnya ataupun pada produksi. Pada awalnya, tipe ini akan
Nampak sebagai kompromi yang ideal. Orang dengan tipe kepemimpinan ini menempati prestasi
kerja rata-rata dan kebanyakan meyakini bahwa itulah yang bisa diharapkan oleh setiap orang.

Team leadership (high people high production), menurut model kepemimpian Blake Mouton,
tipe kepemimpinan ini adalah puncak dari tipe kepemimpinan. Pimpinan tipe ini sama-sama
memberikan penekanan pada kebutuhan produksi dan kebutuhan manusia pada porsi yang sama-
sama tinggi. Dasar dari pemikiran ini adalah karena pegawai terlibat dalam memahami tujuan
organisasi dan ikut menentukan kebutuhan-kebutuhan produksi. Ketika para pegawai telah
berkomitmen, dan memiliki pertaruhan dalam kesuksesan organisasi, maka kebutuhan mereka
dan kebutuhan produksi menjadi satu kesatuan. Hal ini akan membentuk sebuah lingkungan tim
yang berdasarkan kepercayaan dan menghargai, yang akan membawa pada kepuasan dan
motivasi yang tinggi, dan sebagai hasilnya ada produktivitas yang tinggi.

10
BAB III

METODE PENELITIAN

A.      Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dnegan mengambi lokasi di kantor Pusat Kajian dan Pendidikan dan
Pelatihan Aparatur II Lembaga Administrasi Negara (PKP2A II LAN) yang berlokasi di Jalan
Raya Baruga No. 48 Antang, Makassar dan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) LAN di
Jalan A.P. Pettarani No. 61 Makassar.

B.      Pendekatan dan Jenis Penelitian

Mengacu pada sasaran yang ingin dicapai, penelitian ini menggunakan metode
penelitian Kuantitatif. Penulis ingin membangun fakta terkait hubungan antara kedua variabel
sebagaimana tersebut di atas.

C.      Metode Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data penulis menggunakan kuisioner untuk menggali informasi terkait tipe
kepemimpinan dan skala psikologi untuk menggali informasi terkait tipe kepemimpinan dari
masing-masing responden. Namun dalam teknis pengumpulannya, masing-masing responden
akan terlebih dahulu diberikan kuisioner tipe kepemimpinan untuk diisi, baru selang beberapa
hari kemudian akan diberikan alat ukur skala psikologi untuk mengetahui tipe kepribadian
responden. Hal ini dilakukan dalam rangka meminimalisir manipulasi jawaban responden.

D.      Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai pada Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan
Apratur II (PKP2A II) dan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Lembaga Administrasi
Negara di Makassar.

Teknik Pengambilan Sampel yang dipilih oleh penulis dalam penelitian ini adalah stratified
random sampling  (sampel secara random bertingkat) dengan model proporsional. Dalam hal ini
penulis akan memilih semua pejabat struktural dan pegawai dengan pendidikan minimal strata 2
(S2) yang telah bekerja di lingkup pemerintahan minimal 5 (lima) tahun.

E.       Instrument Penelitian

Kuisioner yang dipakai oleh penulis dalam melihat tipe kepemimpinan dan kepribadian
responden menggunakan pertanyaan terstruktur dengan model jawaban menggunakan Skala
Pengukuran Sikap Likert, namun dalam penerapannya penulis hanya akan menggunakan
4(empat) pilihan jawaban, yakni sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.

11
Secara umum metode pengumpulan data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah terstuktur
dan terbuka. Responden akan diberikan penjelasan umum dari dari materi kuisioner yang
diberikan.

F.       Teknik Analisis Data

Berdasarkan jenis data yang akan terkumpul dari model skala yang dipakai dalam instrument,
maka penulis akan menggunakan teknik analisis statistik parametrik, dengan rumus korelasi
Pearson. Dengan alat ini, akan nampak hasil penelitian ada atau tidaknya hubungan antara kedua
variabel. Korelasi yang terjadi bisa positif (searah), artinya jika variabel pertama besar maka
variabel kedua juga semakin besar. Korelasi juga bisa bersifat negative (berlawanan arah),
artinya jika variabel pertama besar maka variabel kedua semakin kecil atau sebaliknya.

Patokan hasil perhitungan korelasi adalah sebagai berikut :

< 0,20                                          : hubungan dianggap tidak ada

0,20 – 0,40                                 : hubungan ada, tapi rendah

> 0,40 – 0,70                             : hubungan cukup

> 0,70 – 0,90                             : hubungan ada, dan tinggi

> 0,90 – 1,00                             : hubungan ada, dan sangat tinggi

12
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, Jonathan. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu

Pervin, Lawrence A. dkk. 2010. Psikologi Kepribadian: Teori dan Penelitian (terjemah oleh A.K.
Anwar). Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Siagian, Sondang P. 2003. Teori & Praktek Kepemimpinan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Rivai, Veithzal. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakara: Raja Grafindo Persada

Sukardi, Dewa Ketut. 1993. Psikologi Pemilihan Karier (disadur dari The Psychology of
Vocational Choice by John L. Holand). Jakarta: PT. Rineka Cipta

Aprilia, Adriana dkk. Analisa Pengaruh Tipe Kepribadian dan Gaya Komunikasi Public
Relations Manager Hotel ”X” Surabaya dalam Membangun Hubungan Baik dengan Media dan
Meningkatkan  Publisitas. Diunduh pada bulan Juli 2011
dari www.puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/hot/article/viewFile/16514/16506

Septiani, Ratih Dwi. 2010. Pengaruh Tipe Kepribadian dengan Derajat Hipertensi pada Pasien
Hipertensi Wanita Usia 30-50 Tahun di Puskesmas Gilingan Surakarta. Diunduh pada bulan Juli
2011 dari http://etd.eprints.ums.ac.id/9529/1/J210080107.pdf

Norwanda, Ade. 2008. Pengaruh Tipe Kepribadian Locus of Control terhadap Prestasi Kerja
Karyawan pada Perusahaan Kerajinan Perak. Diunduh pada bulan Juli 2011
dari http://eprints.umm.ac.id/7130/1/x.pdf

Wulansari, Ida. 2007. Pengaruh Tipe Kepribadian dan Kreativitas Siswa terhadap Prestasi
Belajar Ekonomi Kelas XI IPS MAN I Surakarta Tahun 2007/2008. Diunduh pada bulan Juli
2011 dari www.etd.eprints.ums.ac.id/10685/4/hal.depan.pdf

Setiawan, Arif. Analisis Hubungan Tipe Kepribadian Pemimpin dengan Gaya Kepemimpinan
yang Ditampilkannya Menurut Persepsi Bawahan. Diunduh pada bulan Juli 2011
dari www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/abstrakpdf

Payauw, Wapannuri Julan. 2008. Gaya Kepemimpinan Efektif, Tak Akan Lepas dari
Kepribadian Anda. Diunduh pada bulan Juli 2011
dari www.wapannuri.com/a.kepemimpinan/kepemimpinan_efektif.html

_____________, Blake Mouton Managerial Grid: Balancing Task- and People-Oriented


Leadership. Diunduh pada bulan Juli 2011 dari

13

Anda mungkin juga menyukai