Anda di halaman 1dari 23

Referat

BENDA ASING ESOFAGUS

Oleh:
Alderiantama Akhmad, S.Ked 04084821921136
Fachrezi Khatami, S.Ked 04054821820007
Nicho Saputra Nugraha, S.Ked 04054821820134
Putra Reza Sikam, S.Ked 04054821820144
Vicra Adhitya, S.Ked 04054821820051

Pembimbing:
dr. Puspa Zuleika, Sp. T.H.T-K.L(K), FICS

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL RSMH


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. MOHAMMAD HOESIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019

1
HALAMAN PENGESAHAN

Referat
BENDA ASING ESOFAGUS

Disusun oleh :
Alderiantama Akhmad, S.Ked 04084821921136
Fachrezi Khatami, S.Ked 04054821820007
Nicho Saputra Nugraha, S.Ked 04054821820134
Putra Reza Sikam, S.Ked 04054821820144
Vicra Adhitya, S.Ked 04054821820051

Telah diterima sebagai salah satun syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya/RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 20 Mei-24 Juni 2019

Palembang, 10 Juni 2019


Pembimbing

dr. Puspa Zuleika, Sp. T.H.T-K.L(K),


FICS

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Benda
Asing Esofagus” untuk memenuhi tugas referat yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran dan penilaian kepaniteraan klinik, khususnya Bagian Ilmu
Kesehatan THT-KL Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Puspa Zuleika, Sp. T.H.T-K.L(K), FICS selaku pembimbing yang telah
membantu memberikan ajaran dan masukan sehingga laporan ini dapat selesai.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan di
masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat member manfaat dan pelajaran
bagi kita semua.

Palembang, 10 Juni 2019

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................2
KATA PENGANTAR..........................................................................................3
DAFTAR ISI.........................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................6
BAB III PENUTUP............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................19

4
BAB I
PENDAHULUAN

Kasus benda asing tertelan dan impaksi makanan di saluran cerna


merupakan kasus yang sering dijumpai. Benda asing esofagus adalah benda yang
dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing ini tersangkut dan terjepit di
esofagus. Gejala yang timbul berupa rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di
tenggorok (gagging), disfagia dan muntah. Kejadian ini membutuhkan kecepatan
diagnosis dan intervensi, dimana keterlambatan tindakan akan menyebabkan
morbiditas yang nyata hingga kematian.1,2
Di RSUP Dr Mohammad Husein (RSMH) Palembang selama periode
Januari 2013 sampai dengan Desember 2015 terdapat 43 pasien yang berobat ke
bagian THT-KL dengan keluhan benda asing tertelan di esofagus dan sebagian
besar adalah anak-anak.3
Urgensi tatalaksana benda asing esofagus bergantung pada usia, gejala
klinis, bentuk, ukuran, jenis, lokasi benda asing, dan waktu tertelan. Pada
beberapa kasus benda asing esofagus bisa menyebabkan kerusakan jaringan
seperti ulserasi lokal, perforasi atau pembentukan striktur sehingga membutuhkan
diagnosis dan tatalaksana yang cepat.4
Mengingat tingginya angka kejadian benda asing di esofagus terutama
pada anak-anak dan bahaya yang ditimbulkan membahayakan, serta dibutuhkan
kecepatan dan ketepatan diagnosis untuk benda asing esofagus maka penulis
tertarik untuk melakukan pembuatan refrat mengenai benda asing esofagus.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Esofagus


Esofagus merupakan suatu organ silindris berongga dan berotot yang
menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung,
dengan panjang sekitar 10 inch (25 cm) dan berdiameter 2 cm, terbentang dari
hipofaring pada daerah pertemuan faring dan esofagus (vertebra servikal V
sampai VI) di bawah kartilago krikoid, kemudian melewati diafragma melalui
hiatus diafragma (vertebra torakal X) hingga ke daerah pertemuan esofagus dan
lambung, lalu berakhir di orifisum kardia lambung (vertebra torakal XI). Esofagus
terletak di posterior jantung dan trakea, di anterior vertebra, dan menembus hiatus
diafragma tepat di anterior aorta. Batas antara faring dan esofagus disebut
introitus esofagus yang terletak setinggi batas bawah vertebra servikalis keenam.
5,6

Berdasarkan letaknya, esofagus dibagi menjadi pars servikal, torakal, dan


abdominal. Pada orang dewasa panjang esofagus servikal 5-6 cm, mulai dari C6
sampai T1. Panjang esofagus torakal 16 - 18 cm setinggi vertebra torakalis II-IX.
Sedangkan pada bagian abdominal terdapat pars diafragmatika sepanjang 1 - 1,5
cm setinggi vertebratorakalis X sampai vertebra lumbalis III dan pars abdominalis
sepanjang 2 - 3 cm, bergabung dengan cardia gaster disebut gastroesophageal
junction.7
Pada kedua ujung esophagus terdapat otot sfingter. Otot krikofaringeus
membentuk otot sfingter esophagus bagian atas dan terdiri atas serabut-serabut
otot rangka. Bagian esophagus ini secara normal berada dalam keadaan kontraksi
kecuali saat menelan. Sfingter esophagus bagian bawah bertindak sebagai sfingter
dan berperan sebagai sawar terhadap refluks isi lambung ke dalam esophagus.
Dalam keadaan normal sfingter ini menutup, kecuali bila makanan masuk ke
dalam lambung atau waktu muntah. 5

6
Gambar 1. Anatomi Esofagus7
Dinding esofagus terdiri atas empat lapisan, yaitu mukosa, submukosa,
muskularis, dan serosa. Lapisan mukosa bagian dalam terbentuk dari epitel
gepeng berlapis yang berlanjut ke faring di ujung atas. Epitel ini mengalami
peralihan menjadi epitel toraks selapis pada perbatasan esofagus dan lambung (Z
line). Mukosa esofagus dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahan
terhadap isi lambung yang asam. Lapisan submukosa mengandung sel-sel
sekretori yang memproduksi mukus yang mempermudah jalannya bolus makanan
dan melindungi mukosa dari cedera akibat zat kimia. Lapisan otot di lapisan luar
tersusun longitudinal dan lapisan dalam tersusun sirkular. Otot yang terdapat di
5% bagian atas esofagus adalah otot rangka, sedangkan otot di separuh bagian
bawah adalah otot polos. Bagian di antaranya adalah campuran otot rangka dan
otot polos. Berbeda dengan bagian saluran cerna yang lain, esofagus tidak
memiliki lapisan serosa, melainkan lapisan ini berupa jaringan ikat longgar yang
menghubungkan esofagus dengan struktur yang berdekatan. 5

7
Gambar 2. Lapisan dinding esofagus6

Esofagus dipersarafi oleh serabut eferen dan aferen parasimpatis dan


simpatis melalui nervus vagus dan trunkus simpatikus. Selain itu, terdapat jala
serabut saraf intramural intrinsic di antara lapisan otot sirkular dan otot
longitudinal (plexus Auerbach) yang berperan untuk aturan peristaltic normal,
serta terdapat jala saraf intrinsic kedua (plexus meissner). 5,6

Gambar 3. Potongan melintang esofagus6

Terdapat empat tempat pada esofagus yang mengalami penyempitan


dalam kondisi normal. Penyempitan pertama disebabkan oleh muskulus
krikofaringeal (setinggi C5) yang merupakan pertemuan antara serat otot striata
dan otot polos sehingga daya propulsifnya melemah. Daerah penyempitan kedua
disebabkan oleh persilangan arkus aorta (setinggi Th 1). Penyempitan yang ketiga

8
disebabkan oleh persilangan bronkus kiri (setinggi Th 4), dan yang keempat
disebabkan oleh mekanisme sfingter gastroesofageal (setinggi Th 10).4,7

Gambar 4. Anatomi penyempitan esofagus7

Vaskularisasi esofagus dibagi berdasarkan kompartemennya. Pars servikal


diperdarahi oleh arteri dan vena tiroid inferior, pars torakalis disuplai oleh cabang
bronkial dan esofageal dari aorta torakalis, sedangkan pars abdominalis
diperdarahi oleh cabang ascending dari a. gastrika sinistra dan a. frenikus sinistra.6

Gambar 5. Vaskularisasi Esofagus7


2.2 Fisiologi Menelan
Menelan dianggap sebagai rangkaian gerakan otot yang sangat
terkoordinasi, mulai dari pergerakan volunter lidah sampai dengan serangkaian
refleks dalam faring dan esofagus. Bagian aferen refleks ini merupakan serabut-
serabut yang terdapat dalam saraf V, IX, dan X. Pusat menelan atau deglutisi
terdapat pada medula oblongata. Di bawah koordinasi pusat ini, impuls-impuls
berjalan ke luar dalam rangkaian waktu yang sempurna melalui saraf kranial V, X,
dan XII menuju ke otot-otot lidah, faring, laring, dan esofagus. Menelan

9
merupakan suatu proses yang kontinu dan terjadi dalam tiga fase, yaitu fase oral,
fase faringeal, dan fase esofageal.5,8
Pada fase oral, makanan yang telah dikunyah oleh mulut yaitu bolus
didorong ke belakang mengenai dinding posterior faring oleh gerakan voluntar
lidah ke atas dan ke belakang terhadap palatum. Akibat yang timbul dari peristiwa
ini adalah rangsangan gerakan refleks menelan.5,8
Pada fase faringeal, terdapat beberapa tahapan. Tahap pertama, palatum
mole dan uvula tertarik ke atas untuk menutupi nares posterior hidung, mencegah
refluks makanan ke rongga hidung. Tahap kedua, lipatan palatofaringeal pada
setiap sisi faring tertarik ke arah medial agar saling mendekat dan membentuk
celah yang akan di lewati makanan. Tahap ketiga, pada saat yang sama, laring
terangkat dan menutup glotis, mencegah makanan memasuki trakea. Tahap
keempat kontraksi otot konstriktor faringeus mendorong bolus melewati epiglotis
menuju ke faring bagian bawah dan memasuki esofagus. Gerakan retroversi
epiglotis di atas orifisium laring akan melindungi saluran pernapasan sehingga
mencegah makanan memasuki trakea. Tahap kelima, setelah laring terangkat dan
sfingter faringoesofageal mengalami relaksasi, selutuh otot dinding faring
berkontraksi untuk mendorong makanan ke dalam esofagaus melalui proses
peristaltik. Keseluruhan fase faringeal terjadi selama 1,5 detik.8
Pada fase esofageal dimulai saat otot krikofaringeus berelaksasi sejenak
dan memungkinkan bolus memasuki esofagus. Setelah relaksasi singkat ini,
gerakan peristaltik primer yang dimulai dari faring diteruskan ke otot krikofaring
sehingga otot ini berkontraksi. Gerakan peristaltik terus berjalan sepanjang
esofagus, mendorong bolus menuju sfingter esofagus bagian distal. Bolus ini
menyebabkan otot sfingter distal berelaksasi dan memungkinkan bolus masuk ke
dalam lambung. Gerakan peristaltik primer bergerak dengan kecepatan 2 sampai 4
cm/ detik sehingga makanan yang tertelan mencapai lambung dalam waktu 5–15
detik. Mulai setinggi arkus aorta, timbul gerakan peristaltik sekunder jika gerakan
primer gagal mengosongkan esofagus. Gerakan ini timbul dikarenakan adanya
sisa partikel makanan.8

10
Gambar 6. Proses menelan8

Sewaktu menelan terjadi perubahan tekanan dalam esofagus yang


mencerminkan fungsi motoriknya. Dalam keadaan istirahat, tekanan dalam
esofagus sedikit berada di bawah tekanan atmosfer, tekanan ini mencerminkan
tekanan intratorak. Daerah sfingter esofagus bagian atas dan bawah merupakan
daerah bertekanan tinggi. Daerah tekanan tinggi ini berfungsi untuk mencegah
aspirasi dan refluks isi lambung. Tekanan menurun bila masing-masing sfingter
relaksasi sewaktu menelan dan kemudian meningkat bila gelombang peristaltik
melewatinya. Rangkaian gerakan kompleks yang menyebabkan terjadinya proses
menelan mungkin terganggu bila ada sejumlah proses patologis. Proses ini dapat
mengganggu transport makanan maupun mencegah refluks lambung.5,8

2.3 Benda Asing Esofagus


2.3.1 Definisi
Benda asing esofagus adalah benda yang dalam keadaan normal tidak
ada. Benda asing ini tersangkut dan terjepit di esofagus. Benda asing dapat berasal
dari luar tubuh (eksogen) atau dari dalam tubuh (endogen), yang disengaja
maupun tidak sengaja. Benda asing eksogen biasanya masuk melalui hidung atau
mulut.1,2

11
Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair, atau gas. Benda asing
eksogen padat terdiri dari zat organik, seperti kacang-kacangan, tulang dan zat
anorganik seperti jarum, peniti, batu dan lain-lain. Benda asing eksogen cair
dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair
non-iritatif yaitu cairan dengan PH 7,4. Benda asing endogen dapat berupa secret
kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, membran difteri, bronkolit, cairan
amnion, mekonium yang dapat masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat
proses persalinan.1

2.3.2 Epidemiologi
Mati lemas karena sumbatan jalan napas (suffocation) akibat tertelan atau
teraspirasi benda asing merupakan penyebab ke tiga kematian mendadak pada
anak dibawah umur 1 tahun dan penyebab kematian ke empat pada anak berusia
1-6 tahun. Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tergantung pada komplikasi yang
terjadi.1
Di RSUP Dr Mohammad Husein (RSMH) Palembang selama periode
Januari 2013 sampai dengan Desember 2015 terdapat 43 pasien yang berobat ke
bagian THT-KL dengan keluhan benda asing tertelan di esofagus. 53% dari kasus
benda asing esofagus, penderita berumur 0-10 tahun dengan benda asing paling
banyak adalah uang logam. Benda asing paling banyak tersangkut di penyempitan
pertama sebanyak 41,8%, kemudian penyempitan kedua 25,5%, penyempitan
ketiga 20,9% dan penyempitan keempat 6,9%. Hal ini disebabkan karena adanya
perubahan otot bergaris menjadi otot polos atau muskulus krikofaringeus. Muskulus
krikofaringeus mempunyai kontraksi yang lebih kuat untuk mendorong benda asing
melalui sfingter esofagus atas kemudian diteruskan ke muskulus esofagus yang
kontraksinya relatif lebih lemah sehingga menyebabkan benda asing impaksi tepat
dibawah sfingter esofagus atas atau krikofaring. 3

2.3.3 Etilologi dan Faktor Predisposisi


Penyebab benda asing di esofagus dibagi dalam golongan anak dan
dewasa. Penyebab pada anak antara lain, stenosis kongenital, fistel trakeoesofagus

12
dan pelebaran pembuluh darah.1 Sedangkan penyebab pada orang dewasa antara
lain biasanya berkaitan dengan kondisi tertentu seperti retardasi mental, kelainan
psikiatri, penggunaan alkohol, dan pasien edentulous. 2,7
Faktor predisposisi benda asing esofagus pada anak-anak antara lain belum
tumbuhnya gigi molar, koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum
sempurna pada kelompok usia 6 bulan-1 tahun, retardasi mental dan gangguan
pertumbuhan. Faktor predisposisi pada orang dewasa antara lain esofagitis
refluks, striktur pasca esofagitis korosif, akalasia, karsinoma esofagus atau gaster,
cara mengunyah yang salah dengan gigi palsu yang kurang baik pemasangannya,
mabuk dan keracunan.1,5,7

2.3.4 Patofisiologi
Ketika benda asing masuk ke esophagus, hal ini dapat menyebabkan
terbentuknya peradangan sehingga menimbulkan efek trauma pada esophagus.
Peradangan tersebut menyebabkan edema yang menimbulkan rasa nyeri. Efek
lebih lanjut adalah terjadi penumpukan makanan, rasa penuh di leher dapat
menganggu sistem pernapasan sebagai akibat trauma yang juga mempengaruhi
trakea, dimana trakea memiliki jarak yang dekat dengan esophagus.1,10
Benda asing yang terhenti dalam esofagus dalam waktu lama akan
menimbulkan lesi atau nekrosis akibat adanya penekanan atau pressure necrosis
dan selanjutnya timbul jaringan granulasi. Bila ada bagian yang tajam dapat
timbul perforasi esofagus. Gejala yang ditimbulkan akibat perforasi esofagus
adalah nyeri dada, emfisema subkutis di leher dan dada, pneumomediastinum
yang dapat diikuti mediastinitis.1,5

2.3.5 Penegakan Diagnosis


Diagnosis benda asing di esofagus ditegakkan berdasarkan anamnesis,
gambaran klinis dengan gejala dan tanda, pemeriksaan radiologik dan endoskopik.
Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan diagnostik dan terapi.1
A. Anamnesis

13
Waktu kapan pasien menelan benda asing, tipe benda yang tertelan, dan
onset gejala penting diketahui. Diagnosis tertelan benda asing harus di
pertimbangkan pada setiap orang dengan riwayat tercekik (choking), tersumbat di
tenggorokan, batuk, muntah, tidak bisa menelan makanan padat atau cairan
(disfagia), berat badan menurun, demam, gangguan nafas, rasa tidak nyaman saat
menelan (odinofagia), sensasi benda asing, dan regurgitasi makanan yang belum
dicerna. Obstruksi esofagus parsial maupun komplit hampir semuanya
menimbulkan gejala, seperti nyeri dada substernal, difagia, gagging, vomit,
sensasi tercekik (choking), dan drooling. Pada pasien dengan disfagia, disfonia,
dan odinofagia, hampir 80% kemungkinan terdapat benda asing maupun impaksi
makanan. Jika gejala berupa nyeri retrosternal atau rasa mengganjal pada faring,
didapatkan kurang dari 50% pasien teridentifikasi benda asing di esofagus. Gejala
disfagia bervariasi bergantung pada ukuran benda asing. Disfagia lebih berat jika
terdapat edem mukosa yang memperberat sumbatan, sehingga timbul rasa
sumbatan esophagus yang persisten.11,12
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dibutuhkan untuk menentukan perkiraan lokasi benda
asing, terutama untuk mengidentifikasi kemungkinan komplikasi. Memastikan
jalan nafas dan tingkat kesadaran adalah hal yang paling penting sebelum
memutuskan untuk melakukan intervensi endoskopi atau tidak.11
Pada pemeriksaan fisik, terdapat kekakuan lokal pada leher bila benda
asing terjepit akibat edema yang timbul progresif. Bila benda asing tersebut
ireguler menyebabkan perforasi akut, dan didapatkan tanda-tanda
pneumomediastinum, emfisema leher berupa bengkak, kemerahan, atau krepitus
pada regio leher atau dada. Pada uskultasi terdengar suara getaran di daerah
prekordial atau di antara skapula.1,11
Benda asing yang berada di daerah servikal esofagus dan di bagian distal
krikofaring, dapat menimbulkan gejala obstruksi saluran nafas dengan bunyi
stridor, karena menekan dinding trakea bagian posterior, dan edema periesofagus.1
C. Pemeriksaan Penunjang

14
Pasien yang diduga kasus benda asing di esofagus perlu dilakukan
pemeriksaan rontgen anteroposterior dan lateral pada dada dan abdomen untuk
mengidentifikasi jenis dan lokasi benda asing. Benda asing radiopak seperti uang
logam, mudah diketahui lokasinya dan harus dilakukan sesaat sebelum tindakan
esofagoskopi untuk mengetahui kemungkinan benda asing berpindah ke arah
distal. Letak uang logam umumnya koronal, maka pada hasil foto rontgen
servikal/torakal posisi PA akan dijumpai bayangan radioopak berbentuk bundar,
sedangkan pada posisi lateral berupa garis radioopak yang sejajar dengan kolumna
vertebralis. Benda asing seperti tulang, kulit telur, dan lain-lain cenderung berada
pada posisi koronal dalam esofagus, sehingga lebih mudah dilihat dalam posisi
lateral. Benda asing radiolusen seperti plastik, aluminium dan lain-lain, dapat
diketahui dengan tanda inflamasi periesofagus atau hiperinflamasi hipofaring dan
esofagus bagian proksimal.1,11
Pemeriksaan rontgen juga dapat mendeteksi komplikasi seperti aspirasi,
udara bebas abdomen, dan emfisema subkutan. Foto rontgen toraks dapat
menunjukkan gambaran perforasi esofagus dengan emfisema servikal, emfisema
mediastinal, pneumotoraks, pyotoraks, mediastinitis, serta aspirasi pneumonia.
Foto rontgen leher posisi lateral dapat menunjukkan tanda perforasi, dengan
trakea dan laring bergeser ke depan, gelembung udara di jaringan, adanya
bayangan cairan atau abses bila perforasi telah berlangsung beberapa hari.1,11
Benda asing yang dapat diidentifikasi radiodensitas berupa benda asing
bukan makanan dan tulang ikan. Sedangkan yang tidak selalu dapat diidentifikasi
radiodensitas berupa bolus makanan, tulang ikan atau ayam, kaca, kayu, plastik,
dan benda logam tipis. Gambaran radiologik benda asing batu baterai
menunjukkan pinggir bulat dengan gambaran densitas ganda, karena bentuk
bilaminer. Foto polos sering tidak menunjukkan gambaran benda asing, seperti
daging dan tulang ikan sehingga memerlukan pemeriksaan esofagus dengan
kontras (esofagogram). Esofagogram pada benda asing radiolusen akan
memperlihatkan “filling defect persistent”.1,13
Pemeriksaan endoskopi adalah pemeriksaan paling akurat untuk kasus
benda asing di esofagus. Pasien dengan gejala yang menetap dan dengan gejala

15
dugaan benda asing esofagus perlu dilakukan pemeriksaan esofagoskopi
walaupun foto rontgen tidak menunjukkan kelainan yang jelas. Endoskopi adalah
metode terbaik untuk mendeteksi kelainan seperti striktur esofagus yang menjadi
faktor risiko impaksi makanan. Endoskopi juga digunakan untuk menilai laserasi
atau kerusakan setelah benda asing sudah tidak ada secara spontan.11
Terdapat pemeriksaan penunjang lain berupa xeroradiografi yang
menunjukkan gambaran penyangatan (enhancement) pada daerah pinggir benda
asing. Computed tomography scan (CT Scan) esofagus dapat menunjukkan
gambaran inflamasi jaringan lunak dan abses. Magnetic resonance imaging (MRI)
dapat menunjukkan gambaran semua keadaan patologik esofagus.1
D. Diagnosis Banding
Benda asing esofagus dapat didiagnosis banding dengan:9
1. Karsinoma esofagus
2. Striktura esofagus
3. Pneumomediastinum

2.3.6 Penatalaksanaan
Urgensi tatalaksana benda asing esofagus bergantung pada usia, gejala
klinis, bentuk, ukuran, jenis, lokasi benda asing, dan waktu tertelan. Pertama kali
yang dilakukan saat pasien datang adalah mengevaluasi jalan napas dan
kemampuan ventilasi. Pasien yang memiliki risiko tinggi aspirasi membutuhkan
tatalaksana segera. Pasien yang stabil tanpa gejala obstruksi tidak memerlukan
endoskopi segera namun harus tetap diobservasi. Terapi ini dilakukan pada kasus
benda asing tumpul, pendek (panjang < 6cm), dan kecil (diameter <2,5cm). Benda
asing akan berlalu dengan spontan dalam waktu 4-6 hari.9,14

16
Gambar 7. Jadwal endoskopi benda asing menurut ASGE (2011)14

Pada kasus benda asing di esofagus antibiotik intravena dan steroid perlu
diberikan. Terapi glukagon dosis 0.5-2.0 mg dapat merelaksasi otot polos
esofagus dan spingter esofagus bawah, sehingga diharapkan benda asing dapat
lewat. Keberhasilan terapi glukagon mencapai 12%-58% untuk kasus impaksi
makanan. Penggunaan glukagon kombinasi dengan endoskopi dapat
meningkatkan keberhasilan terapi impaksi makanan. Nifedipin dan nitrogliserin
tidak dianjurkan karena efek samping hipotensinya.11,13
Benda asing di esofagus dapat dikeluarkan dengan tindakan endoskopi
yaitu esofagoskopi dengan menggunakan cunam yang sesuai dengan benda asing
tersebut. Esofagoskopi dapat dilakukan dalam 24 jam kasus tertelan benda asing
tanpa obstruksi komplit, yang sebaiknya dilakukan dalam waktu 6-12 jam setelah
kejadian. Esofagoskopi juga merupakan indikasi absolut untuk benda asing tajam,
tidak radioopak, panjang dan jumlah lebih dari satu atau pada pasien dengan
kelainan esofagus. Benda asing tajam yang tidak berhasil dikeluarkan dengan
esofagoskopi harus segera dikeluarkan dengan pembedahan, yaitu servikotomi,
torakotomi, atau esofagotomi, tergantung lokasi benda asing tersebut.11,13
Esofagoskopi memiliki dua tipe dasar yaitu esofagoskopi kaku dan
esofagoskopi fleksibel. Esofagoskopi kaku adalah tuba logam kaku dengan suatu
lumen berbentuk oval dimana dapat digunakan untuk melihat langsung gambaran
esofagus dan berbagai alat untuk biopsi dan pengeluaran benda asing.
Esofagoskopi kaku juga dapat melindungi esofagus dari bagian yang tajam pada

17
benda asing. Sedangkan esofagoskopi fleksibel yang memiliki saluran kecil untuk
melihat gambaran mukosa, aspirasi sekresi dan memasukkan forsep kecil untuk
biopsi dan pengeluaran benda asing. Esofagoskopi fleksibel digunakan sebagai
metode pilihan dengan keberhasilan mencapai lebih dari 95%.9,11

Gambar 8. Esofagoskopi rigid/kaku9

Gambar 9. Esofagoskopi fleksibel9

Penentuan timing endoskopi berdasarkan penilaian resiko aspirasi,


obstruksi atau perforasi. Endoskopi emergensi dilakukan pada kasus obstruksi
esofageal, benda asing berupa kancing, dan benda asing berujung tajam.
Endoskopi urgensi dilakukan pada kasus benda asing magnet, benda asing
berujung tidak tajam, dan impaksi makanan tanpa obstruksi komplit. Sedangkan
yang termasuk endoskopi nonurgensi yaitu koin di esofagus (observasi 12-24 jam

18
pada pasien asimptomatis) dan pasien yang sudah sampai lambung dengan tanpa
gejala (observasi hingga 48 jam).13

2.3.7 Komplikasi
Benda asing dalam esofagus dapat menimbulkan laserasi mukosa,
perdarahan, nekrosis, dan terbentuknya striktur. Komplikasi serius lain yaitu
obstruksi jalan napas, perforasi esofagus, fistel trakeo-esofagus, injuri vaskular
(fistula aortaesofageal), abses retrofaringeal, mediastinitis, perikarditis, dan injuri
pita suara. Benda asing esofagus juga dapat menyebabkan dehidrasi karena
terganggunya makan dan minum.1,4
Terdapat tiga jenis benda asing yang dianggap memiliki risiko tinggi
komplikasi, yaitu batere jam (button batteries), multipel magnet, dan benda
dengan ujung tajam. Batere jam dapat menyebabkan injuri termal sekaligus
memproduksi ion hidroksida menyebabkan injuri alkalin. Injuri terjadi dalam 15
menit dan menjadi perforasi dalam hitungan jam. Lebih dari 90% komplikasi
serius terjadi pada anak usia kurang dari 5 tahun akibat batere berdiameter 20 mm
atau lebih dan impaksi yang tidak diketahui. Multipel magnet dapat menimbulkan
komplikasi serius menjadi iskemia, perforasi, pembentukan fistula, dan obstruksi,
dibandingkan dengan hanya menelan satu magnet yang kemungkinan kecil
menimbulkan komplikasi. Benda dengan ujung tajam juga menimbulkan
komplikasi serius sehingga dibutuhkan tindakan segera.4
Benda asing tertentu seperti baterei alkali mempunyai toksisitas intrinsik
lokal dan sistemik dengan reaksi edema dan inflamasi lokal, terutama bila terjadi
pada anak-anak. Batu baterai( disc battery)  mengandung elektrolit, baik Natrium
atau Kalium hidroksida dalam larutan kaustik pekat ( Concentrated Caustic
Solution).  Pada penelitian binatang in vitro dan in vivo, bila baterai berada dalam
lingkungan yang lembab dan basah, maka pengeluaran elektrolit akan terjadi
dengan cepat, sehingga terjadi kerusakan jaringan ( tissue sapobification) dengan
ulserasi lokal, perforasi atau pembentukan striktur. Absorbsi bahan metal dalam
darah menimbulkan toksisitas sistemik. Oleh karena itu benda asing baterai harus
segera dikeluarkan.4

19
BAB III
KESIMPULAN

20
Benda asing esofagus adalah benda yang dalam keadaan normal tidak ada.
Benda asing ini tersangkut dan terjepit di esofagus. Benda asing dapat berasal dari
luar tubuh (eksogen) seperti atau dari dalam tubuh (endogen), yang disengaja
maupun tidak sengaja. Kasus benda asing esofagus paling banyak terjadi pada
usia 0-10 tahun dengan benda asing paling sering adalah uang logam. Lokasi
tersering benda asing esofagus adalah pada sfingter krikofaringeus.
Penegakan diagnosis benda asing didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan radiologi dan endoskopi. Gejala sumbatan benda asing
tergantung pada pada ukuran, bentuk dan jenis benda asing, lokasi tersangkutnya
benda asing, komplikasi yang timbul akibat benda asing tersebut dan lama benda
asing tertelan. Sebagian besar penderita benda asing esofagus mengeluh disfagia,
odinofagia, dan disfonia.
Tatalaksana benda asing esofagus dapat dilakukan observasi, ekstraksi
dengan esofagoskopi, dan tindakan pembedahan. Benda asing seperti baterai,
benda asing tajam, dan bolus makanan yang menimbulkan obstruksi komplit
memerlukan tindakan ekstraksi emergensi. Sedangkan benda asing esofagus
berupa magnet dan benda asing ukuran kecil hingga besar yang berujung tidak
tajam merupakan keadaan urgensi.
Benda asing dalam esofagus dapat menimbulkan laserasi mukosa,
perdarahan, nekrosis, dan terbentuknya striktur. Komplikasi serius lain yaitu
obstruksi jalan napas, perforasi esofagus, fistel trakeo-esofagus, injuri vaskular
(fistula aortaesofageal), abses retrofaringeal, mediastinitis, perikarditis, dan injuri
pita suara.

DAFTAR PUSTAKA

21
1. Junizaf, M., 2012. Benda Asing di Saluran Napas. Dalam: Soepardi, E.A.,
Iskandar,N.,Bashiruddin, J., Restuti, R.D. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Ketujuh. Jakarta: Balai
PenerbitFK UI, 266-269.
2. Zhang X, Jiang Y, dan Tu C. Esophageal foreign bodies in adults with
different durations of time from ingestion to effective treatment. J Int Med
Res. 2017: 45(4): 1386-1393
3. Puspa, Z, Abla, G. 2016. Karakteristik Benda Asing Esophagus di Bagian
T.H.T.K.L Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang Periode Januari 2013 – Desember 2015.
Konas XVII PERHATI-KL
4. Schaefer TJ dan Trocinski D. Esophagus, Foreign Body. StatPearls
Publishing. 2018:1-10.
5. Wilson LM, Lindseth GN. Gangguan Esofagus. Dalam: Price, S.A., Wilson,
L.M. Patofisiologi. Edisi Keenam. Jakarta: EGC hal 404-408.
6. Snell, RS. 2006. Anatomi Klinik. Edisi Keenam. Jakarta: EGC.
7. Chandramata, 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Edisi Keenam.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC, 361.
8. Sherwood, L. 2009. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi
Keenam.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 652-654.
9. Ambe P, Weber S, Scauer M, Knoefel WT. Swallowed foreign bodies in
adults. Dtsch Arztebl Int. 2012; 109(50):869-875.
10. Erbil, B., Karaca, M.A., Aslaner, M.A., Ibrahimov, Z., dkk. Emergency
Admission Due to Swallowed Foreign Bodies in Adults. World Journal
Gastroenterology. 2013: 19(38): 6447 – 6452.
11. Pfau PR. Removal and management of esophageal foreign bodies.
Technique in Gastrointestinal Endoscopy. 2014(16): 32-39.
12. Siegel, L.G. 2014. Penyakit Trakea dan Esofagus Servikalis. Dalam:
Adams, G.L., Boies, L.R., Jr., Higler, P.A. Boies: Buku Ajar Penyakit THT.
Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 455.

22
13. Birk, M, Bauerfiend, P, Deprez, P.H, Hafner, M, Hartmann, D, Hassan, C,
Hucl T, Lesur, G, Aabakken, L, Meining, A. 2016. Removal of foreign
bodies in the upper gastrointestinal tract in adults: European Society of
Gastrointestinal Endoscopy (ESGE) Clinical Guideline. Gastrointestinal
Endoscopy vol 48 p.1-8.
14. ASGE Standards of Practice Committee. Management of Ingested Foreign
Bodies and Food Impaction. Gastrointestinal Endoscopy. 2011:73(6): 1085-
1091.

23

Anda mungkin juga menyukai