STRATEGI MEMORI DAN METAKOGNISI Fix Makalah
STRATEGI MEMORI DAN METAKOGNISI Fix Makalah
Oleh
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS PROGRAM PASCASARJANA
A. PENDAHULUAN
B. STRATEGI MEMORI
2. Latihan
Sekarang kita beralih pada strategi memori. Saran pertama adalah
latihan. Semakin dilatih maka akan semakin ingat. Pepatah kita
mengatakan “alah bisa karena biasa.” Kebanyakan dari kita tidak akan
mampu menguasai materi buku teks dengan sekali baca dilanjutkan
dengan melihat sepintas lintas catatan kuliah. Alih-alih, diperlukan
membacanya 2 atau 3 kali, di mana di tiap bacaan diselingi dengan melatih
mengingat kembali informasi yang telah dibaca itu (Baddeley, 1993).
Hipotesis waktu total menegaskan seberapa banyak yang kita
pelajari bergantung pada berapa banyak waktu yang dibelanjakan untuk itu
(Baddeley, 1997). Terkait dengan ini, ingat pula nasehat yang mengatakan
3 x 1 lebih baik dari 1 x 3. Ingatlah, belajar selama 1 jam dengan aktif
menelaah materi, memproses dengan cukup dalam, itu akan lebih
menolong ketimbang belajar selama 2 jam tapi hanya membaca sekilas
lintas saja. Perlu digarisbawahi bahwa latihan dapat meningkatkan daya
ingat untuk materi yang sedang dipelajari. Namun jangan sampai
menyangka latihan dapat memperkuat kemampuan mengingat secara
umum. Latihan mengingat tidak menguatkan otak, tidak akan
meningkatkan kemampuan mengingat materi secara umum lebih efektif
(Gliskey,1995). Cobalah demonstrasi 1.
Demonstrasi 1
Sekarang tutup daftar itu, dan coba ingat lagi sebanyak-banyaknya dan
mengisi daftar di bawah ini.
Hitunglah sekarang jawaban yang benar dari tiap daftar. Apakah kita
mengingat lebih banyak pada daftar ke-2? Agaknya sulit bagi kita
menghindari penggunaan bayangan pada daftar pertama, hal ini karena kita
sedang membaca peningkatan memori.
100
80
%tase kata
60
40
20
0
0 1 2 3 4 5
Masa tunggu
berhingga takhingga
Tak terhitung
, atau {1,2,. . . , n}, n terhitung
5. Pendekatan Multimodal
Dalam 20 tahun terakhir kritik terhadap mnemonic sebagai teknik
untuk meningkatkan daya ingat meningkat. Pendekatan tradisional seperti
ini dipkitang terlalu menyederhanakan masalah. Seolah-olah satu solusi
dapat mengatasi kesulitan semua orang yang bermasalah dengan memori
(Baddeley et. Al., 1995; Herrmann, 1991,1996; Herrmann & Parente,
1994).
Para ahli itu berpendapat diperlukan usaha komprehensif untuk
meningkatkan memori, yang disebut dengan pendekatan multimodal.
Pendekatan ini menuntut agar kondisi fisik diperhatikan, misalnya tidur
yang cukup dan kegiatan harian yang tidak berlebihan. Selain fisik,
kondisi mental juga penting, sebab orang yang sedang depresi akan
bermasalah dengan memorinya (Burt et al., 1995).
Pendekatan multimodal juga menekankan perlunya percaya diri
(memory self-efficacy), yaitu keyakinan seseorang bahwa ia punya potensi
untuk menjalankan tugas memory yang dihadapinya. Hal lain yang
mempengaruhi kinerja memori menurut pendekatan multimodal ialah
konteks sosial. Misalnya melalui percakapan kita dapat mengingat kembali
rinci peristiwa yang terlewatkan. Bahkan Herrmann (1991) menambahkan
perlunya manipulasi mental, seperti mengulang-ulang suatu butir tertentu,
konsentrasi pada rincian yang mesti diingat, memproses lebih dalam
dengan melibatkan aspek semantik dan emosi pada obyek yang mesti
diingat. Untuk mengingat nama-nama baru misalnya, Herrmann
merekomendasikan langkah-langkah berikut:
1. Ucapkan nama itu kuat-kuat
2. Tanya orang itu sesuatu, sebutkan namanya
3. Ucapkan namanya sedikitnya sekali sewaktu bercakap-cakap
4. Akhiri percakapan dengan mencari bunyi irama untuk nama itu, seperti
apa orang itu tampaknya.
6. Meningkatkan Memori Prospektif
Memori prospektif berurusan dengan ingatan tentang apa yang
mesti dikerjakan ke depan. Tugas memori prospektif menuntut kita
menetapkan apa yang mesti dicapai selanjutnya dan bila saat itu datang
kita memenuhinya (Marsh et al., 1998). Misalnya sewaktu berangkat dari
rumah pagi-pagi, kita sudah menetapkan apa-apa yang mesti kita kerjakan
seharian sampai pulang kembali ke rumah. Tantangan yang acap kali
terjadi ialah, kita tahu mesti melakukan sesuatu namun lupa apa itu (Ellis,
1996; Koriat et al., 1990). Itu sebabnya kita kadang membuat catatan atau
tkita pengingat lain di tempat yang mudah dilihat mengenai hal harus kita
lakukan besok, misalnya.
6.1 Memori prospektif dan retrospektif
Pembahasan kita tentang memori fokus pada retrospektif, yaitu
mengingat informasi tentang materi yang telah dipelajari. Berbeda
memang dengan memori retrospektif, karena prospektif memerlukan
rencana apa yang hendak dilakukan (Ellis, 1996) sehingga
menyerupai pemecahan masalah. Jadi prospektif fokus pada
perbuatan atau kegiatan (Einstein & McDaniel, 1996) sementara
retrospektif cenderung fokus pada mengingat informasi dan gagasan.
6.2 Riset atas memori prospektif
Dalam suatu rangkaian studi klasik, mahasiswa ditugaskan
mengirimkan kembali 8 kartu pos yang mereka terima ke peneliti,
satu dalam satu minggu selama 8 minggu (Meacahm, 1982; Meacham
& Singer,1977). Kenyataannya, mahasiswa yang ditugaskan rutin
mengirim ulang tiap hari rabu tidak lebih ingat akan tugasnya
dibandingkan yang diharuskan mengirim pada hari berbeda setiap
minggunya. Studi lain menyimpulkan kinerja mahasiswa terhadap
tugas prospektif yang terjadual pada hari-hari kerja lebih akurat
ketimbang tugas akhir pekan yang kurang terstruktur (Walbaum,
1997).
Riset menunjukkan mahasiswa cukup akurat melaksanakan
rencana memori prospektifnya. Marsh dan koleganya (1998) meminta
mahasiswa mengisi lembar rencana kegiatannya 7 hari ke depan. Satu
minggu kemudian lembar ini dikembali-kan kepada mereka untuk
memeriksa apakah semua rencana sudah dilaksanakan. Hasilnya,
mereka hanya lupa melakukan rencana kegiatannya sebanyak 13%.
Hebatnya, mahasiswa yang terbiasa menggunakan daftar rencana
harian tidak lebih akurat memori prospektifnya dibandingkan mereka
yang tidak membuat daftar formal. Kelihatannya, kelalaian terhadap
tugas memori prospektif akan terjadi manakala tugas-tugas lain
mendesak untuk segera diselesaikan, padahal tugas prospektif belum
tuntas (Marsh & Hicks, 1998).
6.3 Kelalaian (Absentmindedness)
Ini adalah satu komponen yang menakjubkan dari memori
prospektif (Reason, 1984; Reason & Mycielska, 1982; Sellen, 1994)
dan sering terjadi pada kita. Maksud hendak mengirim sms ke X
misalnya, eh... terkirim ke Y. Di rumah ada kalanya kita tidak tahu
mengapa jalan dari satu ruangan ke ruangan lain. Absentmidedness
ini nampaknya terjadi bila tugas yang mesti dikerjakan itu mesti
memotong skema yang mengelilinginya. Misalnya kita pulang dari
kerja bermaksud singgah di sebuah kedai karena harus membeli
sesuatu. Namun, kita tidak jadi singgah karena kebiasaan
mendominasi memori prospektif yang lebih mudah terlupakan. Dalam
banyak kasus bahkan absentmindedness identik ketidaksabaran atau
keterburu-buruan.
6.4 Saran untuk meningkatkan memori prospektif
Sebagian dari teknik yang disarankan untuk membantu memori
retrospektif dapat digunakan untuk memori prospektif. Misalnya kita
dapat membangun suatu bayangan mental yang hidup sehingga kita
jadi teringat singgah di kedai dalam perjalanan pulang ke rumah.
Riset oleh Guynn dan koleganya (1998) menyarankan agar
pengingat memori prospektif betul-betul spesifik. Misalnya kita harus
mengirim pesan besok ke teman bernama Elvis. Maka bisa jadi tak
menolong bila kita hanya mengulang-ulang nama itu atau mengingat-
ingat bahwa kita harus mengirim pesan. Alih-alih, kita mesti
mengaitkan keduanya, nama dan bahwa kita mesti mengirimnya
pesan.
Bantuan luar memori (External memory aids) tampaknya sangat
berguna untuk tugas-tugas memori prospektif. Bantuan luar memori
didefinisikan sebagai alat, di luar yang bersangkutan, yang
memfasilitasi memori dengan berbagai cara (Intons-Peterson &
Newsome, 1992). Contohnya mencakup daftar belanjaan, penkita
halaman buku, meminta seseorang agar mengingatkan kita melakukan
sesuatu, dan beker jam yang dapat mengingatkan kita agar menelepon
seseorang (Intons-Peterson, 1993).
C. METAKOGNISI