Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KASUS PATIENT SAFETY

TOPIK 1 – 11

KELOMPOK 1B :

FATMIATI ARISKA G1A115007

NADIA EMILDA G1A115009

DENANDA RAHAYU G1A115010

ANISA REBECA FITRI G1A115010

WITA ZAHARA G1A115014

SAZA PERDANA PUTRI G1A115018

DINDA ASRI AIYAH G1A115100

DHIKA MAHARDANI G1A115101

M.ZUHDI HAFIZ G1A115102

KEVIN RAZMOHAN AKBAR G1A115102

DOKTER PENGAMPU :

DR.H. ARMAIDI DARMAWAN, M.EPID

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI

2018

1
PERTEMUAN 1 PATIENT SAFETY TOPIK 1-7

WAKTU : KAMIS, 1 NOVEMBER 2018

TOPIK :
1. Apa itu keselamatan kerja ?
2. Memahami faktor manusia dalam keselamatan pasien
3. Sistem dan kompleksitas sistem pelayanan
4. Kerjasama tim yang efektif
5. Belajar dari kesalahan
6. Pengelolaan resiko klinis
7. Peningkatan kualitas

SKENARIO KASUS
Bayi Ani, 4 bulan, yang terlihat gemuk, dibawa ibunya ke Posyandu. Ibu
merencanakan agarAni mendapat imunisasi di hari tersebut. Imunisasi memang
dijawalkan di Posyandu,walaupun pengunjung cukup ramai. Tiba-tiba ibu teringat
cuciannya belum dijemur,sehingga Ibu ingin cepat pulang dan meminta dispensasi agar
didahulukan. Petugaspuskesmas yang masih muda dengan cekatan melakukan
persiapan imunisasi. Petugastersebut sedang berbahagia karena baru diterima sebagai
CPNS. Melihat ibu menggendongbayi Ani, petugas langsung meminta ibu tersebut
agar menempatkan bayinya di posisi tempat imunisasi dan memberikan imunisasi
campak yang sudah disiapkan sebelumnya.Petugas dan ibu sama-sama senang karena
sudah mencapai tujuannya masing-masing.Ketika petugas akan mencatatkan di kartu
imunisasi, disadari Ani baru berusia 4 bulan

PERTANYAAN
1. Apakah kasus ini termasuk dalam ruang lingkup keselamatan pasien (Patient
Safety)? Kenapa? Berikanlah penjelasan!
2. Apakah kasus seperti ini mungkin terjadi di tempat dekat lingkungan Saudara?
3. Lakukan analisis singkat pada kasus diatas sesuai topic 2, 3 dan 4.

2
a. Cari penyebab utama dan akar masalahnya
b. Apakah langkah atau strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi
kejadian ini?
c. Apakah yang harus dilakukan kepada pasien dan keluarga?

PEMBAHASAN
1. Apakah kasus ini termasuk dalam ruang lingkup keselamatan pasien (Patient
Safety)? Kenapa? Berikanlah penjelasan!
Jawab :
Ya. Kasus ini termasuk dalam ruang lingkup patient safety,dimana
patient safety merupakan suatu system yang membuat asuhan pasien di rumah
sakit menjadi lebih aman dimana sistem ini mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Kasus diatas merupakan suatu kelalaian dalam patient safety dimana
tenaga medis mengambil tindakan yang seharusnya tidak diambil (
memberikan imunisasi campak pada usia 4 bulan), karena seharusnya imunisasi
campak pertama kali diberikan pada bayi usia 9 bulan. Tindakan yang
seharusnya pada usia 4 bulan menurut IDAI merupakan waktu optimal bayi
mendapatkan imunisasi ke 4 Hepatitis B, imunisasi ke 3 polio,DPT, dan Hib
serta imunisasi ke 2 PCV dan rotavirus.

2. Apakah kasus seperti ini mungkin terjadi di tempat dekat lingkungan Saudara?
Jawab :
Kejadian kelalaian pada keselamatan kerja dapat terjadi dimana saja,
karena kita tidak tahu kapan error atau kelalaian itu terjadi, karena semua itu
diluar unsur ketidaksengajaan. Error pada kasus ini dapat terjadi karena adanya
situasi tertentu dan adanya faktor individual yang menjadi predisposisi
terjadinya error. Situasi yang dimaksud antara lain : kurangnya pengalaman,

3
waktu yang sempit , pengecekan yang tidak adekuat, buruknya prosedur, dan
kurangnya informasi, adapun faktor individu meliputi keterbatasan kapasitas
memori manusia, kelelahan, stress, kelaparan dan sebagainya. Kurangnya
pengalaman ,sikap berbahaya , buruknya prosedur sering terjadi pada tenaga
medis muda atau baru tanpa adanya persiapan yang matang.
Pada kasus ini dapat dilihat bahwa manusia itu punya keterbatasan,
karena manusia bukanlah mesin. Di kasus diatas terlihat bahwa ada seorang
tenaga medis baru yang melakukan tindakan injeksi imunisasi tanpa melakukan
anamnesis terlebih dahulu atau tidak melihat catatan imunisasi pasien, dimana
tenaga medis tersebut hanya melihat kondisi pasien secara subjektif dimana
bayi Ani terlihat gemuk sehingga perawat tersebut beranggapan bahwa bayi
tersebut ingin diberikan imunisasi campak dan juga faktor situasi dan kondisi
dimana ibu terdesak ingin cepat pulang dan juga keadaan pengunjung yang
ramai, sehingga perawat baru itu sedikit mengalami stress sehingga dia
langsung melakukan imunisasi campak.

3. Lakukan analisis singkat pada kasus diatas sesuai topic 2, 3 dan 4.


a. Topik 2 (Memahami factor manusia demi keselamatan pasien)
Faktor Manusia :
a) Dalam kasus ini, salah satu factor penyebabnya adalah kelalaian dari
petugas puskesmas yang tidak menanyakan umur bayi Ani.
Kelalaian ini disebabkan karena petugas puskesmas tidak
konsentrasi dalam bekerja. Petugas tersebut terlalu bahagia diterima
sebagai CPNS sehingga membuat konsentrasinya terganggu serta
adanya desakan oleh ibu bayi Ani yang menyebabkan terganggunya
konsentrasi petugas puskesmas.
b) Selain itu, hal ini terjadi dikarenakan ibu bayi Ani yang ingin cepat
pulang ke rumah. Akibatnya, ibu tidak fokus mengenai imunisasi
bayi Ani. Serta mungkin karena kurangnya pengetahuan ibu
mengenai usia berapa imunisasi campak seharusnya diberikan.

4
b. Topik 3 (Sistem dan Kompleksitas Sistem Pelayanan)
Penentuan akar masalah dengan Swiss Cheese Model :
a) Unsafe acts
Tindakan tidak aman berupa kesalahan pemberian imunisasi campak
oleh petugas puskesmas.
b) Preconditions for unsafe acts
a. Berupa kurangnya konsentrasi dan fokus petugas puskesmas
disebabkan emosi bahagia petugas tersebut.
b. Tidak ada komunikasi antara petugas puskesmas dengan ibu bayi
Ani. Sehingga kurangnya informasi data usia bayi Ani.
c. Adanya desakan oleh ibu bayi Ani sehingga menyebabkan petugas
puskesmas ingin cepat-cepat menyelesaikan tugasnya
c) Unsafe Supervision
Kurangnya pengetahuan ibu bayi Ani mengenai usia imunisasi campak
yang seharusnya dilaksanakan. Sebaiknya diberikan pengetahuan
umum dasar bagi para ibu mengenai imunisasi.
d) Organizational Influences
Lemahnya alur pelayanan prosedur pemberian imunisasi. Sebaiknya
diciptakan alur pelayanan yang tertata sehingga petugas puskesmas
wajib mengikuti sesuai alur tersebut. Agar tidak ada kekeliruan.

c. Topik 4 (Kerjasama tim yang efektif)


Dalam melakukan tindakan , hendaknya ada kerjasama antar tim. Dalam
kasus ini terlihat petugas medis baru akan memberikan tindakan injeksi
imunisasi, sebaiknya ada team work dari petugas senior apa tindakan yang
harus dilakukan oleh petugas tersebut dan juga dari petugas yang
melakukan pencatatan imunisasi juga memberi tahu imunisasi apa yang
sudah diberikan dan yang akan diberikan, sehingga dapat mengurangi
kelalaian dalam bertindak

5
3.a. Cari penyebab utama dan akar masalahnya
Pada kaus ini terdapat akar masalah yaitu kasus bayi Ani yang mana adanya
petugas medis yang memberikan imunisasi kepada bayi Ani tanpa melihat
terlebih dahulu usia dan catatan imunisasi bayi Ani tersebut.

3.b. Apakah langkah atau strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi
kejadian ini?
 Ibu diberi pengetahuan umum dasar tentang apa imunisasi yang akan diberikan
pada bayi dan kapan waktu pemberiannya.
 Adanya kerjasama antar ibu dan petugas mengenai apa yang akan diberikan
kepada pasien
 Dalam mengambilan tindakan jangan tergesa-gesa, harus ada kepastian
tindakan apa yang harus dilakukan, jangan memberikan tindakan yang
seharusnya tidak diberikan pada pasien.

3.c. Apakah yang harus dilakukan kepada pasien dan keluarga?


a) Meminta maaf kepada keluarga
Adanya rasa penyesalan atau permohonan maaf dari petugas
medis kepada keluarga pasien atas hal yang telah terjadi.
b) Pemberian penjelasan mengenai imunisasi
Pada kasus ini terjadi kesalahan pemberian jenis vaksin imunisasi
kepada pasien, umur pasien baru berusia 4 bulan, adapun yang
seharusnya diberikan vaksin DPT dan polio untuk pemberian imunisasi
wajibnya. Sedangkan pasien pada kasus ini mendapatkan vaksin
campak dimana vaksin ini seharusnya diberikan kepada pasien pada
umur 9 bulan. Berikut ini adalah sedikit penjelasan mengenai vaksin
campak:
 Vaksin Measles, Mumps, dan Rubella (MMR)

6
vaksin virus hidup yang dilemahkan, merupakan vaksin beku kering
berwarna kekuningan pada vial gelas, yang harus dilarutkan hanya
dengan pelarut vaksin campak kering produksi PT Bio Farma yang
telah disediakan secara terpisah. Vaksin campak ini berupa serbuk
injeksi.
 Jadwal Pemberian
Usia dan Jumlah Pemberian Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1
kali di usia 5-7 tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai
jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan,
penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai
12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12
bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella).
 Komposisi vaksin campak
Tiap dosis (0,5 mL) vaksin yang sudah dilarutkan mengandung:
Zat aktif: Virus Campak strain CAM 70 tidak kurang dari 1.000
CCID50, dan CCID50 = Cell Culture Infective Dose 50. Zat
tambahan yang terkandung Kanamisin sulfat tidak lebih dari 100 mcg,
Eritromisin tidak lebih dari 30 mcg dan Pelarut mengandung Air
untuk injeksi
Cara Pemberian: Suntikan secara IM di lengan kiri atas
 Cara Kerja Obat
Merangsang tubuh membentuk antibodi untuk memberi perlindungan
terhadap infeksi penyakit campak.
 Efek Samping
Vaksin campak dapat mengakibatkan sakit ringan dan bengkak pada
lokasi suntikan, yang terjadi 24 jam setelah vaksinasi. Pada 5-15 %
kasus terjadi demam (selama 1-2 hari), biasanya 8-10 hari setelah
vaksinasi. Pada 2 % terjadi kasus kemerahan (selama 2 hari), biasanya
7-10 hari setelah vaksinasi. Kasus ensefalitis pernah dilaporkan

7
terjadi (perbandingan 1/1.000.000 dosis), kejang demam
(perbandingan 1/3000 dosis )
 Efek pemberian tidak sesuai jadwal
Vaksin bekerja dengan baik ketika mereka diberikan pada usia
tertentu. vaksin campak biasanya tidak diberikan sampai anak paling
sedikit 9 Bulan. Jika diberikan lebih awal dari itu, vaksin tidak bekerja
dengan baik atau tidak akan membuat anak menjadi lebih kebal.

b) Memberikan penjelasan kepada keluarga bahwa sebaiknya


mengikuti antrian dan tidak terburu-buru
c) Upaya yang dapat dilakukan petugas kesehatan
Petugas kesehatan memantau kesehatan anak selama 24 jam
setelah imunisasi hingga 7 hari pasca imunisasi untuk melihat ada
tidaknya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Karena tidak ada
kemungkinan efek samping yang berarti pada pemberian terlalu dini
vaksin campak, kemudian perlu adanya edukasi terhadap ibu
tentang jadwal pemberian yang telah dilakukan sesuai jadwal, dan

8
minta ibu untuk melakukan imunisasi ulang pada umur anak 9
bulan.

TOPIK 5
SKENARIO KASUS

Seorang anak usia 2 tahun dibawa Ibunya ke Puskesmas dengan demam tinggi
dan lemas selama tiga hari. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter menginstruksikan
pemeriksaan darah rutin. Diwilayah tersebut sedang banyak kasus campak

Saat itu ada banyak pasien sedangkan beberapa pegawai puskesmas cuti hamil
sehingga pegawai laboratorium merangkap menjadi perawat. Puskesmas sudah
mengajukan usulan tambahan pegawai sejak setahun sebelumnya tetapi belum
dikabulkan. Ruang laboratorium juga sempit dan kurang tertata rapi karena usulan
renovasi ruang sejak beberapa tahun lalu belum disetujui. Karena kelelahan dan tata
letak yang buruk petugas laboratorium tertukar dalam menuliskan identitas sampel.

Karena hasil laboratorium normal, dokter hanya memberikan obat penurun


panas dan menyarankan pasien untuk rawat jalan. Dokter memberikan edukasi jika
panas kembali kontrol ke puskesmas. Dokter menjelaskan bahwa pasien tersebut
terkena campak.

Selama dirumah, orangtua pasien mendapati anaknya bertambah lemas dan


muntah. Muncul bintik merah di badan. Karena demam berkurang, orangtua tidak
membawa pasien untuk kontrol karena mengira anaknya akan sembuh.

Pada hari ke-5 demam pasien semakin lemas, tetap muntah, disertai mimisan.
Orangtua pasien membawanya kembali ke puskesmas. Saat itu puskesmas sudah
menjelang tutup. Dokter puskesmas melakukan tampon hidung dan menginstruksikan
rawat jalan dengan menambahkan obat muntah. Perawat mengusulkan pemeriksaan
ulang trombosit karena ia mencurigai pasien tersebut terkena demam berdarah. Dokter
menolak karena pemeriksaan darah sebelumnya hasilnya normal.

9
Pada hari berikutnya pasien dibawa lagi ke puskesmas dengan keluhan yang
semakin memburuk. Pasien membiru di mulut dan ujung jari, muntah darah dan
mengalami penurunan kesadaran. Dokter langsung merujuk ke rumah sakit terdekat.

Pasien dilarikan ke rumah sakit daerah setempat. Di rumah sakit tersebut


dilakukan pemeriksaan yang menunjukan tekanan darah palpatoar 50mmHg, Nadi
halus dan sulit teraba, Hb 16g/dL, jumlah trombosit 12.000/mL, nilai hematokrit 54%.
Dokter mendiagnosis pasien terkena Syndrom Syok Dengue. Pasien dirawat intensif
tetapi tidak tertolong karena syok berkepanjangan dan akhirnya meninggal keesokan
harinya.

PERTANYAAN

1. Formulasikan masalah yang terjadi pada kasus diatas sesuai dengan topik 5, 6, dan
7!
2. Tentukan Case Management Problem ( suatu event apabila itu tidak terjadi, maka
niscaya kejadian tersebut tidak akan terjadi )!
3. Carilah akar masalah dari CMP yang sudah diidentifikasikan tadi dengan
menggunakan diagram action dan condition!
4. Lakukan Penilaian dampak /akibat suatu insiden
a. Lakukanlah identifikasi human factor yang mempengaruhi error yang terjadi
b. Lakukan penilaian dampak insiden diatas dengan menentukan skor dampak
yang mungkin terjadi dari kasus diatas dan beri alasannya.
5. Carilah barrier/penghalang agar masalah tersebut tidak terjadi !
6. Apa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan di puskesmas
tersebut?
7. Pelajaran apa yang dapat diambil dari error pada kasus diatas

PEMBAHASAN KASUS

1. Formulasikan masalah yang terjadi pada kasus diatas sesuai dengan topik 5, 6,
dan 7!

10
Jawab :

a. Topik 5 (Error dan pembelajaran dari error)

Berdasarkan skenario diatas terdapat beberapa faktor yang menyebabkan


terjadinya risiko error:
 Faktor situasi
- Pada skenario dikatakan terdapat ruang laboratorium yang sempit dan
kurang tertata rapi karena usulan renovasi ruang sejak beberapa tahun
lalu belum dikabulkan. Kondisi ruang yang tidak tertata rapi
menyebabkan petugas tidak dapat bekerja secara maksimal.
 Faktor individu
- Pada skenario beberapa pegawai puskesmas cuti hamil sehingga
petugas laboratorium merangkap menjadi perawat. Kondisi ini
menyebabkan pegawai bekerja tidak sesuai dengan kompetensi yang
dikuasainya. Kemudian, karena kelelahan petugas laboratorium
tertukar dalam menuliskan identitas sampel. Pekerja yang merangkap
beberapa pekerjaan membuat jam kerjanya semakin panjang sehingga
dapat menurunkan kualitas kerja.
- Pada skenario dijelaskan, selama dirumah, orang tua pasien mendapati
anaknya bertambah lemas dan muntah. Muncul bintik merah di badan.
Karena demam berkurang, orang tua tidak membawa pasien untuk
kontrol karena mnegira anaknya akan sembuh. pada hari ke-5demam
pasien semakin lemas, tetap muntah, disertai mimisan. Orang tua
pasien membawanya kembali puskesmas. Saat itu puskesmas sudah
menjelang tutup. Kondisi ini dikarenakan kurangnya inisiatif orang tua
dalam membawa anaknya untuk melakukan pemeriksaan kembali
setelah melihat kondisi anak yang semakin lemas, muntah, dan muncul
bintik merah dibadan. Orang tua juga terlambat membawa anaknya

11
kepuskesmas karena mereka membawa anaknya ke puskesmas ketika
puskesmasnya sudah menjelang tutup.
- Pada kasus ini dokter lalai dalam mengevaluasi dan mendiagnosis
penyakit pasien, serta dokter menolak usulan perawat untuk
melakukan pemeriksaan ulang trombosit, karena pada pemeriksaan
darah sebelumnya hasilnya normal. Pembelajaran dari error ini dokter
harus selalu mempertimbangkan saran-saran yang didapat dan lebih
teliti lagi dalam mengevaluasi keadaan pasien.

b. Topik 6 (pengelolaan risiko klinis)

Dari skenario diatas didapatkan identifikasi risiko yaitu terjadi


kejadian yang tidak diharapkan (KTD) yang sampai menyebabkan pasien
meninggal yang disebut dengan kejadian sentinel.

Cara penanggulangan risiko diantaranya:


- Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak melanjutkan
aktivitas yang menimbulkan risiko
- Mengurangi probabilitas terjadinya risiko
- Mengurangi dampak terjadinya risiko atau mitigasi

c. Topik 7 (peningkatan kualitas)

Dari skenario ini didapatkan untuk peningkatan kualitas yaitu :

- Mempertimbangkan ide atau usulan dari orang lain, baik dari atasan
maupun dari bawahan seperti dokter puskesmas yang menolak usulan
perawat untuk melakukan pemeriksaan darah ulang seharusnya dokter
tersebut menerima usulan tersebut.
- Menyadari bahwa situasi lokal adalah faktor kunci dalam
meningkatkan keberhasilan yaitu seperti jika usulan tambahan
pegawai di puskesmas dan renovasi ruang laboratorium terealisasikan

12
atau disetujui hal – hal seperti tertukarnya dalam menuliskan identitas
sampel oleh petugas laboratorium tidak akan terjadi.

2. Tentukan case management problem (suatu event apabila itu tidak terjadi,
maka niscaya kejadian tersebut tidak akan terjadi) !
Jawab :
- Dokter hanya memberikan terapi suportif dan simtomatis
- Dokter menolak ketika perawat menanyakan untuk melakukan pemeriksaan
labortorium ulang.
- Petugas laboratorium tertukar dalam menuliskan sampel
- Jumlah pekerja puskesmas yang kurang sehingga harus merangkap beberapa
pekerjaan
- Dokter tidak menangani pasien terlebih dahulu sebelum merujuk kerumah
sakit.

3. Carilah akar masalah dari CMP yang sudah diidentifikasikan tadi dengan
menggunakan diagram action dan condition!
Jawab :
Kurangnya tenaga kesehatan dan fasilitas puskesmas
Petugas laboratorium merangkap dan tata letak ruang yang tidak rapi

Petugas kelelahan

Menyebabkan identitas sampel tertukar

13
Dokter hanya memberikan terapi suportif dan simptomatis

Gejala pasien memburuk sampai hari ke-5

Pasien dibawa ke puskesmas ketika puskesmas akan tutup

Dokter menolak ketika perwat menyarankan

untuk melakukan pemeriksaan laboratorium ulang

Gejala pasien semakin memburuk

Pasien dirujuk ke RS

Pasien syok berkepanjangan

Pasien meninggal

14
4. Lakukan Penilaian dampak /akibat suatu insiden !
Jawab :

a. Identifikasi human factor yang mempengaruhi error yang terjadi:

1. Jumlah tenaga medis dipuskesmas yang kurang

2. Kelelahan dan kondisi lab yang tidak baik menyebabkan kelalaian petugas
dalam penamaan sampel

3. Petugas yang bekerja tidak sesuai dengan kompetensinya

4. Kelalaian dokter dalam mendiagnosis dan mengevaluasi keadaan pasien

5. Kelalalian orangtua pasien untuk membawa pasien ke puskesmas

b. Penilaian dampak insiden diatas dengan menentukan skor dampak yang


mungkin terjadi dari kasus diatas dan beri alasannya

 Penilaian probabilitas dan dampak risiko :

Besarnya risiko berbanding lurus dengan probabilitas terjadinya


risiko dan dampak risiko, oleh karena itu Skor risiko (SR) dinilai dari hasil
kali antara probabilitas (P) dan dampak (D).

SR= P x D

- Penilaian probabilitas /frekuesi risiko adalah dengan memperkirakan


seberapa seringnya insiden tersebut terjadi

- Penilaian dampak/akibat suatu insiden adalah dengan memperkirakan


seberapa berat akibat yang dialami pasien (yang bukan karena penyakit
yang dideritanya)

 Dari kasus tersebut skor risikonya adalah sebagai berikut :

SR = 4 x 5 = 20

15
5. Carilah barrier/penghalang agar masalah tersebut tidak terjadi!
Jawab :
a. Perbaikan fasilitas baik ruangan, alat-alat dan perlengkapan lainnya.
b. Peningkatan jumlah tenaga kesehatan sesuai dengan peraturan permenkes
no.75 tahun 2014 tentang puskesmas.
c. Meningkatkan kualitas dokter sehingga dokter kompeten dalam pelayanan
kesehatan
d. Melakukan pelatihan dan pendidikan kepada staff dan seluruh tenaga
kesehatan puskesmas tentang keselamatan pasien.
e. Perbaikan sistem pelayanan kesehatan dengan menerapkan standar pelayanan
kesehatan minimal puskesmas.
f. Membentuk tim untuk menangani pasien, yang terdiri dari beberapa tenaga
kesehatan.
g. Perbaikan prosedur pelayanan kesehatan untuk ketepatan dalam
mengidentifikasi pasien dengan menerapkan prinsip berikut ;
1. Menjalin komunikasi interpersonal yang efektif sehingga tidak terjadi lagi
kesalahan diagnosis dengan tehnik ISBAR berupa ;
1) Introduction - Perkenalan singkat
2) Situation - Apa yang terjadi pada pasien
3) Background - Apa latar belakang klinis atau riwayat pasien yang ada?
4) Assessment - Bagaimana penilaian terhadap pasien tersebut?
5) Recommendation - Apa yang harus dilakukan untuk masalah tersebut?
Tabel 1. Teknik IPASS BATON

16
2. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko adalah usaha mengidentifikasi situasi yang dapat
menyebabkan cedera, tuntutan, ataupun kegagalan pemberian
layanan yang aman kepada pasien.
Cara Identifikasi Risiko
Risiko dapat diidentifikasi dengan melihat:
1) Laporan kejadian (Kejadian Tidak Diinginkan, Kejadian Nyaris
Cedera, Kejadian Sentinel, dsb)
2) Review rekam medik (Melakukan telaah rekam medik untuk
melihat ada/ tidaknya penyimpangan dari standar pelayanan
medik)
3) Komplain pelanggan
4) Survei
5) Self assessment
Penanggulangan Risiko
Risiko ditanggulangi berdasarkan hasil evaluasi tersebut. Pada
tahap ini dibuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
menanggulangi resiko.
Bentuk-bentuk penanggulangan risiko di antaranya (Daud, 2011):

17
 Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak
melanjutkan aktivitas yang menimbulkan risiko, misal untuk
menghindari salah transfusi diputuskan untuk tidak melakukan
transfusi di klinik tersebut.

 Mengurangi probabilitas terjadinya risiko, misal untuk


mengurangi/ menghilangkan risiko terjadinya salah identifikasi,
dilakukan identifikasi minimal dengan dua penanda identifikasi.

 Mengurangi dampak terjadinya risiko/mitigasi, misal untuk


mengurangi dampak kebakaran, dilakukan pemasangan alarm
kebakaran dan alat pemadam api otomatis.

 Berbagi risiko dengan pihak lain, misal: asuransi, kontrak


dengan pihak luar, metode ini sesuai untuk risiko yang jarang
terjadi, tetapi dampaknya besar, misal kebakaran, gempa,
bencana alam, penggunaan alat medis yang sangat mahal.

 Mempertahankan risiko, metode ini sesuai untuk risiko yang


jarang terjadi dan dampaknya kecil, misal pasien kehilangan
sandal.
Setelah pengenanggulangan risiko dilakukan, tahap selanjutnya
adalah evaluasi apakah penanggulangan yang diberikan sudah
berhasil mencapai target yang diharapkan (berkurang/hilangnya
risiko). Jika belum tercapai perlu dilakukan penanggulangan dengan
strategi yang lain.
h. Ketepatan dalam tatalaksana pasien; tepat prosedur, tepat pasien
i. Pencegahan risiko lainnya berupa pengurangan risiko infeksi, risiko
cedera pada pasien.
j. Meningkatkan kesadaran dan kebijakan dalam penanganan patient
safety di puskesmas dengan membentuk tim keselamatan,
melaksanakan dan mengkoordinasikan program keselamatan pasien.

18
6. Apa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan puskesmas
tersebut ?
Jawab :

Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas berdasarkan


DEPKES, antara lain meliputi:
 Pelayanan keluarga berencana(KB).
 Pelayanan kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
 Pelayanan pengobatan
Adapun pelayanan yang diberikan meliputi :
 Pencegahan dan pemberantasan penyakit(P2M) Upaya mencegah
terjadinya penularan dan penjalaran penyakit serta mengurangi terjadinya
kesajitan dan mengurangi terjadinya kematian.
 Peralatan kesehatan masyarakat, Upaya perawatan kesehatan masyarakat
yang merupakan perpaduan antara perawatan dan kesehatan dengan
dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan
mengutamakanpelayanan, pembinaan dan pencegah secara secara
bersinambungan, menyeluruh dan terpaduh yang ditunjukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. 4. Penyuluhan Kesehatan
Masyarakat(PKM);
 Pencatatan dan pelaporan.
 Laboratorium

Meningkatkan kualitas

19
Kualitas pada dasarnya merupakan kata yang menyandang arti relative
karena bersifat abstrak, Kualitas dapat digunakan untuk menilai atau menentukan
tingkat penyesuaian suatu hal persyaratan atau spesifikasinya. .
Kualitas menurut Tjipto adalah:
 Kesesuaian dengan persyaratan/tuntutan
 Kecocokan pemakaiaan
 Perbaikan atau penyempurnaan keberlanjutan
 Bebas dari kerusakan
 Pemenuhan kebutuhan pelanggan semenjak awal dan setiap saat
 Melakukan segala sesuatu secara benar sejak awal
 Sesuatu yang membahagiakan pelanggan.

Standar Pelayanan Puskesmas


Tugas utama Puskesmas adalah memberikan jasa pengobatan, perawatan, dan
pelayanan kesehatan. Dalam memberikan jasa pelaynan kesehatan, puskesmas
memperoleh penghasilan dari pendapatan jasa dan fasilitas yang diberikan. Sala
satunya adalah jasa rawat inap.
Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dan standar pelayanan minimal
puskesmas secara lengkap yaitu:
 Melaksanakan pelayanan medis, Pelayanan penunjang
 Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan medis penunjang medis
tambahan
 Melaksanakan pelayanan kedokteran
 Melaksanakan pelayanan medis khusus
 Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan
 Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi
 Melaksanakan pelayanan kedokteran social
 Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan

20
 Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat tinggal
(observasi)
 Melaksanakan pelayanan rawat inap
 Melaksanakan pelayanan administratif
 Melaksanakan pendidikan para medis
 Membantu pendidikan tenaga medis umum dan tenaga medis spesialis

Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik pada Puskesmas


Pemberian jasa pelayanan kepada masyarakat menjadi salah satu tugas dari
aparat Pemerintah dalam menjalankan fungsi Pemerintahan.
Berdasarkan teori yang ada dalam upaya meningkatkan kualitas puskesmas:
 Upaya dalam menyederhanakan prosedur pelayanan agar tidak berbelitbelit
(pembatasan prosedur) namun tetap tanpa mengurangi kualitas
 Upaya dalam meringankan biaya pelayanan tanpa adanya perubahan dalam
memberikan pelayananyang berkualitas.
 Upaya meningkatkan kualitas produk obat upaya untuk mempersingkat
waktu pelayanan agar pasien tidak menunggu terlalu lama.
 Melaksanakan Pelayanan medis, pelayanan menunjang
 Melaksanakan Penyuluhan kesehatan
Strategi inti untuk pengembangan kesehatan, juga suatu proses yang
berkembang dan berkesinambungan pada status sosial dan kesehatan individu
dan masyarakat, promosi kesehatan juga merupakan suatu proses yang
memungkinkan individu untuk meningkatkan derajat kesehatannya, termasuk
di dalamnya adalah sehat secara fisik, mental dan social sehingga individu
atau masyarakat, dapat merealisasikan cita-cinta dan setiap orang, berhak
untuk memperoleh pelayanan kesehatan lingkungan yang sehat dan
informasi, serta edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung
jawab.
 Pelaksanaan rawat inap

21
 Upaya penambahan tenaga kerja

Standar Ketenagaan Minimal SDMK Puskesmas menurut Permenkes No. 75


tahun 2014 tentang Puskesmas

SDMK Puskesmas terdiri dari Tenaga Kesehatan (Nakes) dan tenaga


non kesehatan. Jenis dan jumlah Nakes dan tenaga non kesehatan dihitung
berdasarkan analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah
pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya,
karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan
pembagian waktu kerja.

Jenis SDMK paling sedikit terdiri atas:

 dokter atau dokter layanan primer;


 dokter gigi;
 perawat;
 bidan;
 tenaga kesehatan masyarakat;
 tenaga kesehatan lingkungan;
 ahli teknologi laboratorium medik; 8) tenaga gizi; dan 9) tenaga
kefarmasian.
aStandar Ketenagaan Minimal Puskesmas berdasarkan
Permenkes No.75 tahun 2014 tentang Puskesmas, sebagai berikut:

Tabel 2.Standar Ketenagaan Puskesmas


No. Jenis Tenaga Puskesmas
Puskesmas kawasan
Puskesmas Kawasan Terpencil
Kawasan Perkotaan Pedesaan dan Sangat

22
Terpencil

Non RI RI Non RI RI Non RI RI


1 Dokter atau 1 2 1 2 1 2
dokter
layanan primer
2 Dokter gigi 1 1 1 1 1 1
3 Perawat 5 8 5 8 5 8
4 Bidan 4 7 4 7 4 7
5 Tenaga 2 2 1 1 1 1
Kesmas
6 Tenaga kesling 1 1 1 1 1 1
7 Ahli teknologi Lab. 1 1 1 1 1 1
medik
8 Tenaga gizi 1 2 1 2 1 2
9 Tenaga kefarmasian 1 2 1 1 1 1
10 Tenaga Adminintrasi 3 3 2 2 2 2
11 Pekarya 2 2 1 1 1 1
Jumlah 22 31 19 27 19 27

Keterangan:
Standar ketenagaan sebagaimana tersebut diatas:
 merupakan kondisi minimal yang diharapkan agar
Puskesmas dapat terselenggara dengan baik.
 belum termasuk tenaga di Puskesmas Pembantu dan Bidan
Desa.

23
7. Pelajaran apa yang dapat diambil dari error kasus tersebut?
Jawab :

a. Perencanaan dalam organisasi sangat penting

b. Petugas kesehatan harus lebih teliti dalam menjalankan tugasnya agar tidak
terjadi hal- hal yang dapat merugikan pasien dan mitra kerja lainnya.

c. Mau mendengarkan nasehat dan pendapat dari mitra kerja lainnya

24
PERTEMUAN 2 PATIENT SAFETY TOPIK -11

WAKTU : SENIN, 05 NOVEMBER 2018

8. A. Berikan masing-masing 1 contoh bentuk persetujuan pasien kepada dokter!


Jawab :
 SURAT PERSETUJUAN/PENOLAKAN MEDIS KHUSUS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : (L/P)
Umur/Tgl Lahir :
Alamat :
Telp :

Menyatakan dengan sesungguhnya dari saya sendiri/*sebagai orang


tua/*suami/*istri/*anak/*wali dari :
Nama : (L/P)
Umur/Tgl Lahir

Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAK untuk dilakukan Tindakan


Medis berupa…………………………………………………………………………….
Dari penjelasan yang diberikan, telah saya mengerti segala hal yang
berhubungan dengan penyakit tersebut, serta tindakan medis yang
akan dilakukan dan kemungkinana pasca tindakan yang dapat terjadi
sesuai penjelasan yang diberikan.

Jambi,………………….20……

Dokter/Pelaksana, Yang membuat pernyataan,

25
Ttd ttd

(……………………) (………………………….)

*Coret yang tidak perlu

8. B. Prosedur apa saja yang menurut anda memerlukan inform concent


Jawab :
KSM BEDAH:
a. MATA
1. Katarak Ektraksi
2. Bedah Filtrasi (Glukoma)
3. Eviserasi
4. Insisi hordeolum/kalazion
5. Eksisi granuloma
6. Ekstirpasi karpus alienum
7. Eksisi pterysium (CLG atau Bare Sklera)
8. Eksisi Tumor Palpetra
9. Rekonstruksi Palpetra
10. Hechting Konjungtiva, Kornea,Sclera

b. KSM Bedah Syaraf


1. Tumor Otak
2. PErdarahan Intra Cranial (EDH,SDH, ICH)
3. KElainan Vascular (Hemangioma/Aneurisma/Aura)
4. Tumor Myelum
5. HNP (Hernia Nucleus Pulposus)
6. Canal Stenosis Cervical / Lumbal / Thoracal
7. Fraktur Depressed Calvaria
8. Fraktur Tulang BElakang / Spinal Trauma / Sinal Cord Injury

26
9. Kelainan Congenital ( Hidrosepalus/Meningocepal/myelocepal)
10. Kelainan Infeksi (Meningitis/encephalitis (ABSES)

c. THT
1. Evakuasi Serumen
2. Tampon Telinga
3. Tampon Hidung
4. Polipektomi
5. Punksi Rahang
6. Lepas Tampon Hidung
7. Ambil benda asing Hidung
8. Ambil Benda Asing Telinga
9. Ambil duri di Tonsil
10. Laringoskop Indirek

d. Bedah Umum
1. Tiroidectomi
2. Apendicitis
3. Herniotomi
4. Explorasi
5. Debridement & Jahit Luka
6. Open Biopsi
7. Vesikolitotomi
8. Sirkumsisi
9. Eksisi soft Tisuetumor
10. Pasang Thorax drain
11. Hemoroidektomi
12. Plate & wire Fraktur tulang wajah

e. Kebidanan dan Kandungan


1. SC

27
2. Histerectomi
3. Operasi Kista Ovarium
4. Operasi Kontrasepsi Wanita Mantap
5. Kuratase
6. Tindakan Circlage
7. Operasi Kista bartholine
8. Tindakan drip Oksitosin
9. Tindakan Vakum Extraksi
10. Tindakan / pertolongan persalinan Sungsang
11. Operasi KET

f. Bedah Orthopedi
1. ORIF
2. Pemasangan gips & reposisi
3. Debridement
4. Pemasangan eksternal fixsasi
5. Operasi ganti sendi
6. Operasi rekonstruksi tulang
7. Operasi amputasi
8. Pelepasan implant ORIF
9. Pelepasan implant external fixsasi
10. Operasi tulang belakang

g. Bedah Plastik
1. Operasi bibir sumbing
2. Trauma maxillofacial
3. Luka bakar
4. Transplantasi kulit
5. Rekonstruksi pasca pengangkatan tumor
6. Tumor jinak pada kulit
7. Hemangioma

28
8. Bedah estetik
9. Hipospadia
10. Kelainan bawaan tangan

h. Bedah Digestif

i. Bedah Urologi

j. KSM Non Bedah


1. Patologi Klinik
BMP (Bone Maarrow Puncture)
Transfusi Darah
Sebelum Test HIV

2. Fisioterapi dan Rehabilitasi Medik


Dry Needing
Injeksi Botulinum Toxin/Phenol (Khusus untuk kondidi Spastisitas)
Injeksi Intraartikular
Injeksi MTPS (Injeksi Trigger Point)
Injeksi Sensitivity Spinal Segmental
Spray & Strecth
Taping & Strapping

3. Radiologi
BNO + IVP
Colon _inloop
Lopografi
Uretro Cystografi
Appendicogram
CT-Scan Otak dengan Kontras
CT-Scan Abdomen dengan Kontras

29
CT-Scan Thorax dengan Kontras
CT-Scan Sinus Paranasal dengan Kontras
CT-Scan Vertebrae dengan Kontras
Cholesistografi
OMD/Upper GI

4. Penyakit Dalam
Periardiosentesis (Pungsi Perikard)
Manajemen Perioperatif Pada Operasi Nonkardiak
Test Treadmill
Pungsi Cairan Pleura
Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Pleurodesis
Biopsi Pleura
Penyuntikan Intra-Artikular
Aspirasi Cairan Sendi/Artrosentesis
Biopsi Ginjal
Peritoneal Dialisis Akut
Peritoneal Dialisis Mandiri Berkesinambungan
Pungsi Sumsum Tulang
Biopsi Sumsum Tulang
Transfusi Darah
Plebotomi
Tes Tempel (Patch Test)
Tes Tusuk (Skin Prick Test)
Kolonoskopi
Pemasangan Selang Nasogastrik
Esofago-Gastro-Duodenoskopi
Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Parasentesis Abdomen

30
5. Kesehatan Anak
Pemasangan NGT
Pemasangan Infus
Pemberian Obat

6. Syaraf
Lumbal pungsi

7. Jiwa
Fiksasi
Surat keterangan sehat jiwa/tidak
Surat pengampuan (terutama pada pasca demensia)

8. Anestesia
Anestesi Umum
Anestesi regional dengan spinal blok
Anestesi regional dengan epidural
Anestesi local dengan blok perifer
Pemasangan infuse vena dalam
Pemasangan vena sentral
Pemasangan alat bantu nafas dengan endotracheal tube
Pemasangan alat bantu nafas dengan ventilator
Analgesia epidural untuk persalinan
Analgesia epidural untuk pain management

GIGI DAN MULUT


Drainase abses dan / incisi abses
Odontektomi/odontotomi
Alveolektomi
Gingivektomi
Operkulektomi

31
Kuretase Gingiva
Replantasi Gigi
Tindakan Prostodonsi ( Valplast, Gigi Tiruan Lengkap, Mahkota Porselain)
Pencabutan Gigi dengan Komplikasi
Tindakan Estetika Gigi (Whitening, Veenering, Pearching)

8. C. Bagaimana keterlibatan pasien dapat ditingkatkan di pelayanan primer


Jawab :
1. Pasien dan keluarga dilibatkan dalam pengambilan keputusan
2. Menjadikan pasien sebagai mitra untuk meningkatkan optimalisasi kesembuhan
pasien
3. Peningkatan pengunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja FPKTP

9. Perhatikan gambar berikut mengenai tindakan pencegahan universal dari WHO


Guidelines on Hand Hygiene in Health Care.
 Terangkan implementasi tindakan pencegahan universal di pelayanan
kesehatan primer
Jawab:
Universal precautions merupakn upaya yng dilakukan dalam rangka
perlindungan,pencegahan dan meminimalkan infeksi silang antara petugas
pasien akibat adanya kontak langsung dengan pasien atau cairan tubuh pasien
yang terinfeksi penyakit menular.
Penerapan universal caution didasarkan pada keyakinan bahwa darah dan
cairan tubuh sangat potensial menularkan penyakit, baik berasal dari pasien
maupun petugas kesehatan. Prinsip utama Prosedur Kewaspadaan Universal
pelayanan kesehatan adalah menjaga hygiene sanitasi individu,hygiene sanitasi
ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan menjadi
lima kegiatan pokok yaitu:
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang.

32
2. Pemakaian APD diantarany pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak
dengan darah serta cairan infeksius yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai.
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan.
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

 Bagaimana tindakan pencegahan universal, terutama mencuci tangan berperan


untuk meminimalkan infeksi?
Jawab:
Mencuci tangan (hand hygiene) merupakan tindakan pencegahan universal
yang berperan untuk meminimalkan infeksi. Praktik cuci tangan saat ini
dipertimbangkan sebagai salah satu elemen kunci terpenting dalam upaya
pencegahan infeksi. Praktik mencuci tangan telah memiliki bukti lmiah yang
cukup bahwa apabila dilakukan dengan benar secara signifikan mengurangi
risiko perpindahan infeksi di fasilitas kesehatan.
Mencuci tangan adalah prosedur kesehatan yang paling penting yang dapat
dilakukan oleh semua orang untuk mencegah penyebaran kuman. Cuci tangan
harus selalu dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan
perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain untuk
menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga
penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi.
Karena tangan merupakan salah satu anggota tubuh yang memiliki peranan
utama dalam penyebaran mikroorganisme ptogenik baik dari petugas,
lingkungan maupun pasien, oleh sebab itu dari beberapa indicator pencapaian
pelaksanaan universal precautions hampir sebagian besar didominasi oleh hand
hygiene untuk menghindari transmisi kuman.

Metode mencuci tangan yang benar:


Cuci tangan higienis/rutin
 Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air mengalir.

33
 Taruh sabun di bagian telapak tangan yang telah basah. Buat busa secukupnya
tanpa percikan.
 Gerakan cuci tangan dari gosokan kedua telapak tangan, gosokan telapak
tangan kanan di atas punggung tangan kiri dan sebaliknya, gosok kedua telapak
tangan dengan jari sling mengait, gosok kedua ibu jari dengan cara
menggenggam dan memutar, gosok pergelangan tangan.
 Proses berlangsung selama 10-15 detik.
 Bilas kembali dengan air sampai bersih.
 Keringkan tangan dengan handuk atau tisu bersih.
 Matian kran dengan kertas atau tisu.

Cuci tangan aseptic


Cuci tangan aseptic biasanya dilakukan saat akan melakukan tindakan aseptic
pada pasien atau saat akan kontak dengan penderita pada keadaan tertentu.
Persiapan dan prosedur pada cuci tangan aseptic sama dengan persiapan dan
prosedur pada cuci tangan higienis hanya saja bahan deterjen atau sabun diganti
dengan antiseptic dan setelah mencuci tangan tidak boleh menyentuh bahan
yang tidak steril.

10. Skenario 1

34
Pertanyaan
 Penyebab utama timbulnya efek samping dalam tindakan invasif adalah
buruknya pencegahan infeksi, manajeman paien, serta koordinasi dan
komunikasi
 Berdasarkan gambar diatas, temukan masalah-masalah yang dapat
menimbulkan efek samping tindakan invasif !
 Setiap masalah yang ditemukan, diskusikan dengan kelompok anda, bagaimana
cara menyelesaikan masalahnya !!

Jawab :
Gambar :
1. Sampah menumpuk
Sediakan tempat sampah diluar ruangan operasi dan dibersihkan secara berkala,
sehingga tidak menumpuk di ruangan operasi.
2. Gangguan dari luar kegiatan tindakan
Selama tindakan dilarang menggunakan alat komunikasi yang dapat
mengganggu kegiatan, lat komunikasi yang digunakan hanya telepon ruangan
tersebut dan diangkat oleh asisten.
3. Tim tindakan yang sedang sakit dan menyebarkan infeksi

35
Petugas yang sakit disarankan tidak ikut dalam kegiatan tindakan untuk
meminimalisir penyebaran infeksi
4. Musik yang terlalu besar
Musik yang disarankan adalah music relax dengan volume yang tidak terlalu
besar
5. Alat operasi yang berserakan dilantai
Disarankan agar perawat yang bertugas di ruang operasi untuk menyediakan
tempat alat yang sudah digunakan agar alat tidak berserakan
6. Sampah air berserakan dilantai
Mengupayakan tidak adanya cairan yang tumpah dilantai ruang operasi agar
lantai tetap kering dan terhindar dari kecelakaan saat operasi berlangsung.
7. APD tidak terpasang dengan baik
Selama operasi berlangsung APD diwajibkan terpasang dengan benar dan
lengkap
8. Pintu tempat cuci tangan terbuka
Selama operasi berlangsung semua pintu wajib tertutup untuk menjaga
ketesterilisasian ruang operasi.
9. Posisi pasien tidak benar
Sebelum operasi dimulai perhatikan posisi penempatan pasien dengan benar
10. Kerja tim tidak kompak
Selama operasi berlangsung diharapkan agar anggota tim operasi bekerja
kompak dan saling membantu.
11. Membuang sampah tidak pada waktunya
Sampah dibuang setiap selesai operasi secara berkala agar sampah tidak
menumpuk
12. Ventilasi kotor
Perhatikan kebersihan ruangan secara menyeluruh termasuk kebersihan
termasuk kebersihan ventilasi karena ventilasi yang kotor dapat mempengaruhi
kesterilan ruangan.

36
Skenario 2

Pertanyaan
1. Apa yang ditunjukan pada gambar di atas?
Sedang melakukan insisi pada tindakan operasi
2. Apa tujuan prosedur di atas dalam tindakan invasive?
Insisi merupakan prosedur awal dalam tindakan pembedahan.
3. Sudah benarkah prosedur yang dilakukan pada gambar di atas ? jelaskan!
4. Diskusikan dengan kelompok anda,bagiamana prinsip dan langkah-lngkah
yang seharusnya dilakukan dalam melakukan prosedur di atas?
Teknik insisi yang baik seharusnya sesuai dengan prinsip umum dalam
pembedahan. Prinsip tersebut meliputi pendekatan penutupan area luka pasca
insisi, menghindari kerusakan struktur anatomi vital, memberikan akses visual dan
mekanik ekselen, kerusakan kosmetik diusahakan seminimal mungkin, tidak
merubah konturstruktur jaringan, tidak memberikan gangguan vaskular dan
drainase limfatik, dan hendaknya ditempatkan pada area yang penyembuhan
lukanya mudah.

Langkah-langkah insisi :
PERALATAN YANG DIPERLUKAN
1. Untuk pengamanan operator :
- Sarung tangan
- Masker
- Gown/ apron

2. Untuk tindakan antiseptik dan anestesi :


- Larutan antiseptic
- Kapas steril
- Anestetikum lokal : Lidocaine 1%, Lidocaine dengan epinephrine memberi
keuntungan yaitu mengurangi perdarahan dan memberikan efek anestesi lebih

37
lama.
-spuit 5
- 10 mL
- Jarum ukuran 25 atau 30

3. Untuk insisi dan drainase :


- Scalpel blade (nomor 11 atau 15) dengan handle
- Klem arteri (hemostat) ujung lengkung ukuran kecil
- Larutan NaCl 70% (normal saline) dalam mangkuk steril
- Spuit ukuran besar untuk irigasi luka.
- Cotton swab steril untuk mengambil sampel yang diperlukan untuk
pemeriksaan kultur.
- Kassa steril untuk packing luka insisi
- Gunting
- Kapas steril
- Plester

PERSIAPAN
1. Lakukan informed consent dan mintalah persetujuan tertulis dari pasien/ orang
tua atau kerabat terdekat pasien.
2. Lakukan verifikasi atas identitas pasien.
3. Lakukan verifikasi atas pemeriksaan status lokalis.
4. Lakukan pengecekan apakah alat yang akan dipergunakan sudah
dipersiapkan dengan lengkap, dapat berfungsi dengan baik, diletakkan di atas
tray alat sesuai urutan penggunaan dan di tempat yang mudah dijangkau oleh
operator.
5. Posisikan pasien sedemikian rupa sehingga area abses yang akan diinsisi
terpapar sepenuhnya namun pasien tetap merasa nyaman.
6. Sesuaikan terang lampu sehingga visualisasi abses optimal.
7. Siapkan obat anestesi lokal dalam spuit dengan dosis sesuai berat badan

38
pasien.
8. Mencuci tangan dengan air dan sabun.
9. Kenakan sarung tangan, masker dan apron.
10. Lakukan antisepsis medan insisi dengan chlorhexidine atau povidone iodine
10%, dimulai dari puncak abses, memutar ke arah luar sampai di luar medan
insisi.
8. Lakukan anestesi infiltrasi intradermal. Terkadang diperlukan anestesi local
field block, pemberian analgetik supaya pasien tetap merasa nyaman atau sedative
bila pasien kurang kooperatif.

PROSEDUR INSISI DAN DRAINASE ABSES


1. Pegang skalpel di antara ibu jari dan telunjuk untuk membuat tusukan langsung
di puncak abses.
2. Perluas insisi searah dengan skin-tension line, dengan orientasi garis insisi sesuai
aksis panjang abses, kedalaman insisi sampai menembus kavitas abses.
Ujung skalpel jangan sampai menembus dinding posterior abses karena akan
mengakibatkan perdarahan yang terkadang sulit dikontrol.
3.Panjang insisi sedemikian rupa sehingga diperkirakan drainase isi abses cukup
adekuat, untuk mencegah kembali terbentuknya abses. Terkadang diperlukan insisi
sampai batas tepi abses. Hal ini juga diperlukan sebagai akses untuk memasukkan
material packing ke dalam kavitas abses.
4. Jika diperlukan pemeriksaan kultur, aspirasi material abses
dengan spuit dan lakukan swab dasar abses menggunakan lidi kapas steril yang
dilembabkan dengan NaCl steril. Masukkan lidi kapas ke dalam kontainer steril
berisi sedikit NaCl steril. Kirim spuit dan kontainer berisi lidi kapas secepatnya ke
laboratorium.
5. Biarkan pus mengalir secara spontan. Setelah tekanan intraabses berkurang,
berikan tekanan perlahan sehingga sisa pus di dalam abses keluar.
6. Lakukan diseksi tumpul menggunakan hemostat ujung lengkung untuk
membuka kavitas abses.

39
7. Insersikan hemostat ujung lengkung ke dalam kavitas abses sampai terasa
tahanan dari jaringan yang sehat, kemudian buka ujung hemostat dan lakukan
diseksi tumpul dengan gerakan sirkular untuk membuka kavitas abses secara
komplit.
8. Lakukan irigasi luka dengan normal saline menggunakan spuit tanpa jarum
sampai cairan irigasi jernih.
9. Insersi packing material ke dalam kavitas abses
Menggunakan kassa steril, dengan atau tanpa antiseptik, perlahan-lahan
insersikan ke dalam kavitas abses. Lakukan secara sistematis dengan membagi
kavitas abses secara imajiner menjadi 4 kuadran, dan memulai insersi dari 1
kuadran dilanjutkan ke kuadran yang lain.
Masukkan kassa steril secukupnya untuk drainase maksimal dan mencegah
dinding abses saling menempel yang akan mengakibatkan luka menutup secara
prematur, sehingga terjadi akumulasi bakteri dan kembali terbentuknya abses.
Hindari insersi kassa steril yang terlalu padat karena akan mengakibatkan iskemia
jaringan di sekitarnya dan mengganggu drainase pus.

PASCA INSISI
1. Antibiotika pasca insisi abses perlu diberikan pada pasien yang sehat.
Pemasangan drain saja sudah adekuat, dan sistem pertahanan tubuh mampu
mengeliminasi infeksi tanpa pemberian antibiotika. Pasien yang memerlukan
antibiotika adalah pasien dengan selulitis luas di sekitar abses atau pasien dengan
kondisi komorbid.
2. Tutup luka insisi dengan penutup luka steril dan tidak mudah menempel pada
luka. Antibiotika topikal sering tidak diperlukan.
3. Instruksikan pasien untuk datang bila terjadi tanda-tanda seperti kemerahan,
bengkak atau timbulnya gejala sistemik seperti demam.
4. Bila diperlukan, penggantian packing material dan drain dapat dilakukan 2-3 hari
setelah insisi.

40
5. Lakukan assessment luka insisi saat pasien datang untuk kontrol kedua kalinya.
Dilihat apakah sudah terjadi penyembuhan sekunder (healing by secondary
intention), ditandai dengan pembentukan jaringan granulasi.
6. Jika kassa masih basah dan masih keluar cairan dari dalam drain, ganti dengan
kassa steril untuk melanjutkan proses penyembuhan dan instruksikan pasien untuk
datang 2-3 hari kemudian.
7. Pemberian anestetik dan analgetik. Tindakan insisi dan drainase abses
merupakan salah satu tindakan bedah minor yang dirasakan paling menyebabkan
nyeri meski sudah digunakan anestesi lokal. Kerja anestetik lokal kurang efektif
dalam lingkungan abses yang bersifat asam, sehingga terkadang perlu
diinfiltrasikan anestetik lokal ke dalam jaringan di sekeliling abses dan tunggu 1-2
menit sehingga obat mulai bekerja. Bila abses hanya berukuran kecil, sering tidak
diperlukan anestesi lokal. Nyeri yang terasa saat tindakan adalah saat membuka
lokulasi abses, bukan saat dilakukan insisi menggunakan ujung

Scenario 3

Pertanyaan
 Masalah apa yang dapat timbul pada gambar diatas terkait dengan
pengobatan yang aman ?

41
 Apa penyebab timbulnya kesalahan pengobatan dalam pemberian obat-
obatan diatas kepada pasien ?
 Bagaimana mengatasi masalah pengobatan yang aman terkait gambar d
iatas di rumah sakit tempat anda bekerja ?
Gambar :
1. Penempatan alat-alat yang tidak teratur dapat menimbulkan kesalahan
pengobatan dalam pemberian obat-obatan pada pasien
2. Karena penempatan obat-obatan yang tidak teratur yang dapat menimbulkan
kesalahan dalam pengambilan obat-obatan yang dibutuhkan.
3. Buat tempat penyusunan obat dengan teratur dan tertata rapi, dan saat
penyusunan obat perhatikan penanggalan kadaluarsa obat.
skalpel.

42

Anda mungkin juga menyukai