Skripsi Full PDF
Skripsi Full PDF
(Skripsi)
Oleh
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
Oleh
langkah awal dalam pengembangan hutan kota untuk dijadikan sebagai objek
berbagai aspek penilaian, yaitu aspek biologis, sosial, fasilitas, akomodasi dan
pada aspek dan fungsi sosial hutan kota. Pengembangan tersebut dapat dilakukan
Hefy Purnama Sari
dengan penataan ruang, diantaranya penataan ruang untuk vegetasi, fasilitas
By
This study aims to find out how the perception of visitors and communities about
study used a qualitative descriptive method. Primary data was obtained through
observation and interviews using questionnaires, then analyzed using a Likert Scale.
The results of the study, namely the perception of visitors and the community
stated that the development that needed to be done was on the aspects and social
functions of the urban forest. The development can be done by spatial planning,
including spatial planning for vegetation, tourism facilities, and parking area.
Oleh
Skripsi
pada
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
diselesaikan pada tahun 2014. Pada 2014, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa
Balapulang, Tegal dan Pada tahun 2018 penulis melaksanakan KKN di Desa
Puji syukur akan selalu tercucap atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
Shalawat serta salam tak lupa terucapkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan (S. Hut)
kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian
skripsi ini. Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada beberapa pihak sebagai
berikut :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. Selaku Dekan Fakultas
2. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si. IPM. Selaku pembimbing utama
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng Prayitno Harianto, M.S. Selaku pembahas dan
penguji utama yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun
peneliti.
6. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Kehutanan
8. Ayah dan Ibu tercinta Herman Syah dan Elvi Sulastri, S.Pdi. yang selalu
material, serta semangat dan dukungan yang tiada henti sampai penulis
9. Adik-adik yang sangat penulis sayangi Annisa Fitri, Imam Mahdi Tri
skripsi ini.
10. Keluarga besar Jidin & Buay Minak: Yayik Jidin, Cucung Zubaidah, yayik
ii
Tarmidi, Paksu Asep Supriyadi S.pd, Mahta Novasari S.pd, dan Muda
skripsi ini.
11. Sepupu tersayang sekaligus teman terbaik merangkap tim Huru Hara :
Ramadhani, Maya Atika Sari, Laras Sekar Ayu, Rahma Dewi, M.Hafiz
Angga, Tasya Rifaya, Aksa, Rafi, dan Siti Aisyah Kusuma Ningsih atas
Agustina, Fidyan Dieni, Ma’ruf Amin, Imam Nur Muchlas, Ida Lestari,
Penulis menyadari, bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Namun,
iii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
1.3. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5
1.4. Rumusan Masalah ........................................................................ 5
1.5. Kerangka Pemikiran..................................................................... 5
V. SIMPULAN ........................................................................................ 54
5.1. Simpulan ...................................................................................... 54
5.2. Saran ............................................................................................ 55
LAMPIRAN............................................................................................... 60
Gambar 10-25.............................................................................................. 60-67
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Luas Hutan Kota Metro .......................................................................... 38
Gambar Halaman
1. Kerangka pemikiran .............................................................................. 7
viii
I. PENDAHULUAN
Kota merupakan pusat berbagai kegiatan, disamping itu kota juga berperan
sebagai tempat yang sangat menarik untuk digunakan sebagai tempat berkerja,
berdagang, kuliah dan belajar serta berbagai keperluan lainnya. Dengan semakin
Keberadaan hutan kota akan sangat dibutuhkan masyarakat seperti halnya untuk
tempat wisata atau rekreasi, penjerap polutan dan penjaga sistem tata air sekitar
hutan kota. Metro yang menjadi salah satu kota madya di provinsi Lampung
merupakan salah satu kota yang sudah mulai padat oleh penduduk. Tentunya,
semakin padatnya penduduk maka kebutuhan ruang terbuka hijau akan sangat
Kota Metro memiliki luas yaitu 6.874 ha yang terletak pada 5º6’- 5º8’ LS dan
105º17’ - 105º19’ BT. Menurut Trisnanta dan Ummah (2016) saat ini Kota Metro
Badan Pusat Statistik (2016) jumlah penduduk di Kota Metro pada tahun 2013
2
berjumlah 153.517 jiwa dan meningkat 4.898 jiwa pada tahun 2015 menjadi
158.415 jiwa. Menurut Marligon (2017) Kota Metro akan mengalami peningkatan
persimpangan empat jalur yang menjadi kota transit serta kota pendidikan
maka pemerintah Kota Metro akan sangat memerlukan fungsi Hutan Kota sebagai
Hutan Kota Metro merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang ada di Kota
Metro. Hutan kota adalah suatu lahan yang berisi vegetasi yang didominasi oleh
yang ada dalam hutan kota secara alami dapat menyerap CO2 yang akan disimpan
dalam bentuk senyawa karbon. Keberadaan hutan dalam kota dinilai penting
Hutan kota selain sebagai penjaga ekosistem lingkungan juga bisa dimanfaatkan
sebagai suatu sarana rekreasi untuk masyarakat yang jenuh dan penat akan hiruk
pikuk dan kegiatan perkotaan. Hutan Kota Metro memiliki tiga fungsi yaitu
fungsi lansekap, ekologi, dan estetika (Peraturan Daerah Kota Metro Nomor
paru-paru kota, menciptakan suhu dan kelembaban yang stabil untuk kota, sebagai
industri. Hutan Kota Metro juga memiliki fungsi estetika yang dapat dijadikan
3
tempat rekreasi dan berkumpul untuk sekedar melepas penat dari rutinitas sehari-
Fungsi estetika yang dimiliki oleh hutan kota dapat memenuhi kebutuhan
satu tempat rekreasi objek wisata alam. Selain fungsi ekologisnya sebagai
penyerap karbon serta pengatur sistem tata air kota, hutan kota dapat di kelola
Beberapa hutan kota di Metro sudah mulai di kelola dengan baik. Persepsi para
pengembangan suatu objek wisata alam. Menurut Saputra (2015) persepsi adalah
tanggapan langsung dari suatu serapan, proses seseorang mengetahui beberapa hal
melalui panca inderanya. Definisi persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan,
bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah
mengartikan sesuatu.
tersebut tidak merusak dan sesuai dengan keadaan alam yang ada. Persepsi
akomodasi, objek wisata, fasilitas dan pelayanan ekowisata di Hutan Kota Metro
sangat penting untuk diketahui guna penentuan pengembangan Hutan Kota Metro
sebagai objek wisata alam. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
hutan kota sebagai ruang terbuka hijau yang memiliki fungsi lain sebagai paru-
paru kota, maka penentuan strategi pengelolaan Hutan Kota Metro sebagai objek
wisata akan menjadi acuan dan pertimbangan yang baik untuk pemerintah Kota
Metro.
untuk penentuan pengembangan Hutan Kota Metro sebagai objek wisata alam
adalah.
2. Pendapat dan saran dari responden terhadap Hutan Kota Metro untuk
4. Sebagai pengayaan referensi bagi akademisi atau peneliti yang tertarik untuk
Kota Metro merupakan salah satu kota yang ada di provinsi Lampung. Kota
Metro memiliki luas sebesar 6.874 ha dengan jumlah penduduk tahun 2015 yaitu
6
158.415. Kepadatan penduduk di Kota Metro masih termasuk ke dalam
meningkatnya polusi udara makan keberadaan ruang terbuka hijau yang terkelola
Penelitian ini dilakukan di tiga hutan kota yaitu Hutan Kota Stadion di Tejosari
Metro Timur (7,5 ha), Hutan Kota Terminal 16C di Mulyojati Metro Timur (0,5
ha) dan Hutan Kota Bumi Perkemahan di Sumber Sari Metro Selatan (7,0 ha)
data pada penelitian ini dilakukan dengan cara observasi langsung di lapangan,
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode sosial yakni dengan cara kuesioner
dan wawancara secara mendalam atau deep interview terhadap pengunjung yang
sedang mengunjungi Hutan Kota Metro dan masyarakat yang ada di sekitar Hutan
Kota Metro. Hal ini dilakukan untuk mengetahui persepsi pengunjung dan
masyarakat dalam pengembangan Hutan Kota Metro. Pada penelitian ini teknik
analisis data dengan menggunakan teknik induktif, yaitu dari fakta dan peristiwa
kesimpulan yang bersifat umum yang didasarkan atas fakta-fakta yang empiris
tentang lokasi penelitian. Pembuatan kuesioner menggunakan skala likert dan one
sistematis pada kuesioner yang akan dibuat tujuannya untuk mengetahui deskripsi
7
dari persepsi pengunjung dan masyarakat terhadap pengembangan Hutan Kota
Metro sebagai objek wisata alam. Penjabaran secara lengkap, akan dijelaskan
pada Gambar 1.
Pengembangan sebagai
Objek Wisata Alam
Berdasarkan UU No. 26 Tahun (2007) tentang "Ruang Terbuka Hijau adalah area
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
perkotaan merupakan salah satu cara dalam memperbaiki kualitas lingkungan dan
Macam-macam RTH meliputi ruang bagi taman bermain yang aktif untuk anak-
anak, pemuda dan orang dewasa. Konservasi alamiah baik di dalam maupun di
luar kota. Konservasi ini dapat berbentuk jalur hijau, kebun binatang dan kebun
botani. Taman ini untuk mengembalikan lingkungan alamiah kota, dan apabila
mungkin. Salah satu contoh bentuk RTH di perkotaan ialah Hutan Kota. Hutan
kota adalah suatu hutan yang keberadaannya di dalam kota, pinggiran kota atau
yang ditetapkan oleh pemerintah kota sebagai hutan serta umumnya berisi
pepohonan yang dibiarkan tumbuh secara alami menyerupai hutan. Hutan kota
ada yang tertata seperti taman dan tidak tertata seperti taman, serta lokasinya
pembangunan.
suasana nyaman, sehat, dan estetis. Lokasi Hutan Kota umumnya di daerah
perkantoran daerah tersebut tidak terlalu besar. Hutan Kota dibuat sebagai daerah
penyangga kebutuhan air, lingkungan alami, serta pelindung flora dan fauna di
perkotaan.
dalam kegunaan proteksi, rekreasi dan estetika lingkungan. Hal senada juga
yakni merupakan pepohonan yang berdiri sendiri atau berkelompok atau vegetasi
pokok bagi masyarakat dan lingkungannya, yaitu manfaat konservasi dan manfaat
10
estetika. Sedangkan menurut Irwan (1994), hutan kota adalah komunitas vegetasi
berupa pohon dan asosianya yang tumbuh dilahan kota atau sekitar kota baik
Penentuan tipe dan bentuk hutan kota disusun dengan mempertimbangkan kondisi
pada masa yang akan datang. Tipe hutan kota ditentukan berdasarkan pada obyek
yang dilindungi, hasil yang ingin dicapai dari obyek tersebut atau lokasi yang
dibuat untuk tujuan tertentu (Hermawan et.al., 2008). Berdasarkan tipe hutan
kota, Hermawan et.al., (2008) membagi hutan kota menjadi lima tipe yaitu:
pengaruh polusi kota terutama polusi udara yang diakibatkan oleh adanya
kendaraan bermotor.
2. Hutan Kota Industri, berperan sebagai penangkal polutan yang berasal dari
sebagainya.
4. Hutan Kota Konservasi. Hutan kota ini untuk mencegah kerusakan, memberi
5. Hutan Kota Pusat Kegiatan. Hutan kota ini untuk meningkatkan kenyamanan,
1. Jalur Hijau, jalur hijau berupa peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah kawat
listrik tegangan tinggi, di kiri-kanan jalan kereta api, di tepi sungai dan di tepi
jalan tol.
2. Taman Kota, taman kota adalah tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian
rupa, baik yang alami maupun buatan untuk menciptakan keindahan kota.
3. Kebun dan Halaman, Jenis pohon yang ditanam di kebun dan halaman terdiri
4. Kebun Raya, Hutan Raya, dan Kebun Binatang. Kebun raya, hutan raya dan
kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan kota.
5. Hutan Lindung, daerah di dalam maupun di tepi kota dengan lereng yang
curam harus dijadikan kawasan hutan kota untuk mencegah longsor. Demikian
pesat. Aktivitas yang berkembang dan telah menjadi ciri khas dari suatu kawasan
perdagangan, dan jasa. Kota merupakan daerah pemusatan dari berbagai sektor.
daerah perkotaan mengakibatkan daerah ini memiliki tingkat emisi gas rumah
kaca khususnya CO2 yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan.
Hutan kota merupakan kumpulan vegetasi yang mempunyai peran penting dalam
suatu ekosistem hal ini merupaka fungsi ekologi dari hutan kota. Hutan kota
selain memiliki fungsi ekologis juga lain yaitu estetika, proteksi, dan manfaat
lingkungan. Keberadaa hutan dalam kota yang merupakan pusat dari berbagai
Menurut Imansari dan Khadiyanta (2015) tujuan dari pembangunan hutan kota
hayati. Struktur hutan kota yang idealnya memiliki luas minimal 2500 m2 terbagi
atas dua macam yaitu hutan kota berstrata dua dan berstrata banyak. Hutan kota
berstrata dua hanya memiliki komunitas pepohonan dan rumput sedangkan hutan
kota berstrata banyak memiliki komunitas tumbuhan selain terdiri dari pepohonan
dan rumput, juga terdiri dari semak dan penutup tanah dengan jarak tanam tidak
beraturan.
Pohon yang ada di hutan kota selain memiliki fungsi untuk menyimpan karbon,
namun juga dapat berperan sebagai penyerap karbon yang ada di udara. Karbon
dapat menyerap karbon. Oleh karena itu untuk dapat mengukur jumlah karbon
yang tersimpan dilakukan dengan mengukur berat keringnya (Lubis et al., 2013).
Menurut Hamdaningsih (2010) hutan kota berisi komunitas vegetasi yang berguna
dalam penyimpan dan penyerap karbon dan dalam satu hektar hutan dapat
Pelestarian dan pengembangan hutan kota merupakan salah satu upaya strategis
dalam mengurangi pencemaran lingkungan kota, karena pohon secara alami dapat
menyerap gas CO2 yang disimpan dalam bentuk senyawa karbon dan dikeluarkan
udara sekitar. Selain itu, hutan kota juga berfungsi sebagai wahana konservasi
komposisi dan struktur tegakan hutan berpengaruh pada cadangan karbon. Oleh
karena itu, pendataan cadangan karbon hutan secara berkala penting dilakukan
dalam rangka penyediaan salah satu indikator untuk menilai kualitas sumberdaya
Perencanaan tata ruang wilayah kota terdapa pada paragraf. Menurut pasal 29
proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota minimal adalah 30% dari luas
wilayah kota. Ruang terbuka hijau publik yang harus ada minimal 20% dari luas
wilayah kota.
Hutan kota masuk ke dalam bagian dari ruang terbuka hijau (RTH). Hutan kota
wilayah kota baik pada tanah negara ataupun tanah hak yang ditetapkan sebagai
RTH privat merupakan RTH yang dimiliki institusi tertentu atau orang
gedung atau kebun milik masyarakat atau swasta yang ditanami tumbuhan. RTH
publik merupakan RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah
3. Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Metro 2011-2031.
Proporsi RTH pada kota metro telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Metro
Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Metro 2011-
203. Luas hutan kota yang harus ada pada Kota Metro juga dijelaskan dalam
peraturan tersebut. Menurut pasal 30 ayat 4 hutan kota sebagai bagian dari RTH
publik harus memiliki luas kurang lebih 175 ha dari luas wilayah kota. Hutan
kota ini terdiri atas Hutan Kota Linara yang berada di Kelurahan Tejoagung,
Hutan Kota Stadion yang berada di Kelurahan Tejosari, Hutan Kota Terminal 16
dan di Kelurahan Ganjar Asri. Keseluruhan luas RTH publik yang ditetapkan
dengan luas sekurang-kurangnya 20% dari luas kota yaitu 650 ha. Sehingga
proporsi luas hutan kota yaitu 26,92% dari luas RTH publik yang harus
disediakan.
kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi lebih berorientasi pada bagaimana
menjadikan ekosistem hutan tetap terjaga tanpa melakukan kegiatan produksi atau
hutan pada hutan kota lebih menitik beratkan pada keindahan dan kelestarian
lingkungan selain itu hutan kota diisi dengan pohon-pohon yang dapat menyerap
2.6 Pariwisata
sementara yang dilakukan orang pada suatu tujuan tertentu, dalam jangka pendek,
pada tempat yang bukan merupakan tempat yang biasa dikunjunginya (tempat
ini melahirkan konsep pengembangan pariwisata alternatif yang tepat dan secara
yang mendukung pelestarian ekologi dan pemberian manfaat yang layak secara
Wisata merupakan perjalanan dan tinggal di suatu tempat (bukan tempat tinggal
dan bekerja). Wisata memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah wisata alam.
Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.
Wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
keunikan dan keindahan alam. Kegiatan dalam wisata alam berhubungan erat
dengan alam itu sendiri. Ekowisata merupakan salah salah bentuk wisata alam.
Wisata alam merupakan salah satu bentuk wisata alternatif (pilihan baru).
Menurut Chen dan Tsai (2007), mengemukakan bahwa image tujuan wisatanya
memiliki efek kuat terhadap keinginan wisatawan dan memiliki peran penting
dan kondisi setelah keputusan. Image tujuan wisata digambarkan sebagai penentu
Pengembangan suatu daerah atau kawasan untuk menjadi objek wisata alam perlu
turis ke daerah terpencil dengan tujuan menikmati dan mempelajari alam, sejarah
dan budaya di suatu daerah, yang pola wisatanya membantu ekonomi masyarakat
Ekowisata menurut Weaver (2001) adalah suatu bentuk wisata yang membantu
berkelanjutan. Tiga hal penting dalam ekowisata menurut Weaver (2001) adalah
dengan alam, wisatawan diajak melihat alam dari dekat. Menikmati keaslian alam
Menurut Weaver (2001), ekowisata telah dipadukan dengan beberapa jenis wisata
tourism, sehingga dapat dikatakan bahwa salah satu contoh kegiatan nature-
b. Cultural tourism merupakan wisata yang menitik beratkan pada budaya dan
namun antara kedua jenis wisata ini dapat terjadi kasus overlap sehingga tidak
tetapi banyak jenis adventure tourism tidak dapat menjadi bagian dari
ekowisata. Hal ini karena pendekatan adventure tourism tidak selalu kepada
d. Alternative and mass tourism merupakan suatu model wisata berskala kecil
yang dimaksudkan untuk dapat menyediakan suatu alternatif yang lebih sesuai
memperhatikan, yaitu:
wisatawan.
berbasis sumberdaya alam yang fokus utamanya adalah pada pengalaman dan
Ekowisata merupakan bentuk perjalanan menuju kawasan yang masih alami yang
masyarakat lokal. Terlihat jelas bahwa perlu adanya keuntungan yang didapatkan
oleh masyarakat lokal, sehingga ekowisata harus dapat menjadi alat yang
kontrol masyarakat yang tinggi, dan masyarakat memegang porsi besar dari
keuntungannya.
22
Pengembangan masyarakat yang diperlukan adalah dengan memberdayakan
keputusan diharapkan akan terwujud bentuk kerjasama yang lebih baik antara
jika ada perilaku wisata yang muncul di wilayah pedesaan, dan menambahkan
bahwa dalam pariwisata pedesaan harus ada karakteristik khusus yang dapat
dilestarikan keberadaanya.
alami maupun buatan serta budaya yang ada yang bersifat informatif dan
Ekowisata menitik beratkan pada tiga hal utama yaitu keberlangsungan alam atau
ekologi, memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologi dapat diterima dalam
23
kehidupan sosial masyarakat. Kegiatan ekowisata secara langsung memberi akses
dan budaya untuk mempelajari lebih jauh tentang pentingnya berbagai ragam
mahluk hidup yang ada di dalamnya dan budaya lokal yang berkembang di
Drumm dan Alan (2002) menyatakan bahwa ada enam keuntungan dalam
stakeholders.
internasional.
wisata tersebut.
Atraksi ekowisata dapat berupa satu jenis kegiatan wisata atau merupakan
gabungan atau kombinasi kegiatan wisata seperti flora dan fauna, margasatwa,
24
formasi geomorfologi yang spektakuler dan manifestasi budaya yang unik yang
dan akademisi.
1. Memiliki dampak yang rendah terhadap sumber daya alam yang dijadikan
obyek wisata.
sebagai berikut :
budaya.
penanganan wisatawan yang didesain untuk wilayah atau daerah yang masih
dampak-dampak negatif.
Pengembangan ekowisata tidak saja memberikan dampak positif, tetapi juga dapat
2.7 Wisatawan
dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan wisatawan adalah orang yang melakukan
nusantara adalah orang yang berdiam dan bertempat tinggal pada suatu negara dan
memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan negara dimana dia tinggal.
Persepsi yang benar terhadap suatu obyek diperlukan, sebab persepsi merupakan
individu tersebut. Perilaku adalah hasil persepsi dan persepsi yang salah bisa
adalah :
1. Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan
indera.
28
2. Kesadaran dari proses-proses organis.
4. Variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan
menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri (Ardi dan
Aryani, 2013).
Persepsi masyarakat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah nilai-nilai dari dalam diri dipadukan dengan hal-hal yang
mendengardan meraba. Faktor internal tersebut antara lain umur, jenis kelamin,
tempat tinggal, status ekonomi, dan waktu luang. Faktor tersebut kemudian
yang kemudian menjadi suatu respon dalam bentuk suatu tindakan (Umar, 2009).
perbandingan.
29
b. Pengetahuan yang dalam, intuisi ataupun kemampuan panca indera dalam
memahami sesuatu.
Umar (2009), mendefinisikan persepsi sebagai bagian dari proses kehidupan yang
dimiliki oleh setiap orang, dari pandangan orang pada titik tertentu, lalu orang
kemampuan untuk memfokuskan, oleh karena itu seseorang bisa saja memiliki
karena adanya perbedaan dalam hal sistem nilai dan ciri kepribadian individu
yang bersangkutan. Persepsi memiliki pengertian dalam arti sempit dan arti luas,
sesuatu, dan dalam arti luas persepsi yaitu pandangan atau pengertian, bagaimana
menafsirkan apa yang dilihatnya dan penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh
Penelitian dilaksanakan pada Bulan Mei - Juni 2018. Lokasi penelitian di tiga
Hutan Kota Metro, diantaranya Hutan Kota Stadion di Tejosari Metro Timur (7,5
ha), Hutan Kota Terminal 16C di Mulyojati Metro Timur (0,5 ha) dan Hutan Kota
Kota Metro. Alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi kamera, laptop, alat
1. Penelitian terfokus pada penilaian terhadap aspek biologi, aspek sosial, aspek
akomodasi, aspek infrastruktur dan aspek fasilitas yang dilihat dari persepsi
Hutan Kota Stadion, Hutan Kota Terminal 16C dan Hutan Kota Bumi
Perkemahan.
A. Data Primer
Data persepsi terdiri dari persepsi terhadap objek wisata pada aspek Biologi,
secara sistematis menggunakan skala likert dan one score one indicator.
jasa lingkungan untuk Kota Metro, fungsi estetika serta fungsi sosial yang di
berikan Hutan Kota Metro. Aspek yang dinilai untuk mewakili ketiga fungsi
33
tersebut diantaranya aspek kondisi fisik objek wisata alam, akomodasi,
3. Observasi (pengamatan)
memperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang sedang diteliti. Data
B. Data sekunder
Pada penelitian ini, data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan berupa
literatur, Hasil penelitian terdahulu serta berasal dari sumber tertulis atau
dokumen yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Data sekunder yang
1. Kondisi umum lokasi penelitian mengenai letak dan luas wilayah penelitian.
Teknik analisis data dalam penelitian mengenai data tentang persepsi pengunjung
dan masyarakat terhadap pengembangan Hutan Kota Metro yang diperoleh dari
2. One score one indicator, yakni satu nilai untuk satu pertanyaan.
keseluruhan.
Pada penelitian ini teknik analisis data meliputi perhitungan nilai one score one
indicator, grafik nilai one score one indicator, grafik nilai skala likert dan
menggunakan teknik induktif. Teknik induktif, yaitu dari fakta dan peristiwa
kesimpulan yang bersifat umum yang didasarkan atas fakta-fakta yang empiris
Kota Metro memiliki luas wilayah 68,74 km2atau 6.874 ha Kota Metro secara
geografis terletak pada 105,170-105,190 bujur timur dan 5,60-5,80 lintang selatan,
Wilayah Kota Metro relatif datar dengan ketinggian antara 30-60m diatas
permukaan air laut. Kota Metro beriklim humid tropis dan kecepatan angin laut
bertiup dari Samudera Indonesia dengan kecepatan rata-rata 70 km/hari atau 5,83
km/jam.
Temperatur pada Kota Metro berkisar antara 27º-30º C dan suhu rata-rata berkisar
28º C. Kelembaban udara ± 80%-88%. (Badan Pusat Statistik Kota Metro, 2016).
Menurut Badan Pusat Statistik (2015) jumlah penduduk Kota Metro 150.950 jiwa
yang tersebar dalam 5 wilayah kecamatan dan 22 kelurahan dengan batas wilayah
diantaranya :
Timur.
Kota Metro memiliki beberapa hutan kota yang berada di lokasi yang berbeda-
beda. Hutan Kota Metro merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang ada di
Kota Metro dan memiliki tiga fungsi yaitu fungsi lansekap, ekologi, dan estetika
(Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 01 Tahun 2012). Luas Hutan Kota Metro
Linara dan Tesarigaga berada di sekitar aliran sungai dan berfungsi untuk
konservasi air terutama untuk sektor pertanian yang ada di kawasan Kota Metro.
Terminal 16C Berada tepat disamping terminal dan disamping persimpangan jalan
lindung dan dapat menahan angin kencang serta tempat wisata. Peta lokasi hutan
Metro untuk tujuan tertentu maupun dengan tujuan tidak disengaja, masyarakat
yang dimaksudkan adalah seseorang yang bertempat tinggal di sekitar hutan kota
yang sering mrngujungi hutan kota serta tujuan mereka mengunjungi hutan kota.
Hutan kota yang memiliki fungsi pokok sebagai penjaga sistem tata air serta
paru-paru kota juga memiliki fungsi lain yang dapat digunakan untuk fasilitas
sosial masyarakat.
dibagi dalam beberapa kategori yaitu kategori Remaja awal 12-16 tahun, Remaja
akhir usia 17-25 tahun, Dewasa awal 26-35 tahun, Dewasa Akhir 36-45 tahun,
Jumlah Responden
Rentang
No
usia Masyarakat Persentase Pengunjung Persentase
(orang) (%) (orang) (%)
4 18-25 tahun 16 53 29 96
5 26-35 tahun 7 23 0 0
6 36-45 tahun 7 23 1 4
7 46-55 tahun 0 0 0 0
jumlah 30 100 30 100
hutan kota metro adalah kategori remaja akhir yang berjumlah 29 orang dari
39
jumlah keseluran responden pengunjung sebanyak 30. Responden dari
masyarakat kebanyakan didapat pada kategori usia remaja akhir dan sebagaian
responden lainnya yaitu dewasa awal dan dewasa akhir. Uraian kategori
35
30
25
20
15
10
5
0
≤5 tahun 5-11 12-16 17-25 26-35 36-45 46-55 56-65 ≥65
tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pada grafik diatas, responden terbanyak yaitu pada usia remaja akhir baik untuk
dapat disimpulkan bahwa minat untuk mengunjungi Hutan Kota Metro ini masih
sangat rendah untuk usia dewasa awal, dewasa tua sampai pada lansia.
40
b. Minat Responden berdasarkan Kategori Usia
responden dari kategori usia remaja akhir. Tingginya minat remaja akhir untuk
menikmati udara sejuk di hutan kota. Sedangkan untuk kategori usia dewasa
didapat untuk kategori usia dewasa akhir ini dikarenakan waktu luang yang
dimiliki pengunjung kategori dewasa tidak sebanyak waktu luang yang dimiliki
oleh remaja akhir, kebanyakan dari usia dewasa awal hinga dewasa akhir lebih
Sedangkan untuk responden dari masyarakat yang berada di sekitar Hutan Kota
Metro, kategori usia remaja akhir sebanyak 16 responden, kategori usia dewasa
usia dewasa tidak sering berada dirumah, mereka lebih banyak menghabiskan
kategori dewasa yang bersedia untuk di wawancarai mengenai hutan kota yang
penelitian Keliwar dan Nurcahyo (2015) yang menyatakan bahwa usia 17-25
tahun merupakan usia yang produktif dan memiliki keinginan serta pengaruh
besar untuk melakukan kegiatan wisata maupun rekreasi. Pada usia remaja akhir
ini, tentunya rasa ingin tahu dan minat untuk berpergian ke suatu tempat yang
suasana nyaman baik dari segi udara maupun keindahan lansekapnya. Menurut
dirinya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola Hutan Kota Metro, tujuan
utama dilakukan pembangunan hutan kota adalah untuk penjaga iklim mikro di
Kota Metro serta sebagai penyangga sistem tata air Kota Metro. Akan tetapi, agar
keberadaaan Hutan Kota Metro tidak terancam akan aktifitas masyarakat serta
pembukaan lahan oleh masyarakat untuk kepentingan pribadi mereka, Hutan Kota
Metro dikelola dan akan dikembangkan fungsi estetika maupun lansekapnya agar
dan one score one indicator disajikan kedalam bentuk grafik peniliaian skala
likert dan one score one indicator. Pada penelitian ini yaitu, kuesioner
menggunakan 5 skala penilaian, yaitu skor 1 = sangat tidak baik; skor 2 = tidak
baik; skor 3 = cukup baik; skor 4 = baik ; dan skor 5 = sangat baik.
42
4.3.1. Persepsi Pengunjung berdasarkan Aspek
Penilaian skala likert persepsi pengunjung terhadap Hutan Kota Metro sebagai
objek wisata alam pada berbagai aspek yaitu aspek biologi, aspek sosial, aspek
infrastruktur, aspek akomodasi, dan aspek fasilitas dapat dilihat pada uraian
Gambar 4.
5.00
4.50 3.98
3.86 3.84 3.82 3.72 3.76
4.00 3.66 3.66 3.60 3.68
3.52
3.68 3.54 3.60
3.50
3.00
skor persepsi
2.56
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
Pengunjung Stadion Pengunjung 16 c Pengunjung Bumi
Perkemahan
Biologi Sosial Infrastruktur Akomodasi Fasilitas dan Pelayanan
Penilaian pengunjung terhadap 3 hutan kota di Metro cukup bervariasi, akan tetapi
penilaian tersebut tidak terlihat jauh berbeda untuk setiap aspeknya. Berdasarkan
data pada Gambar 4 yang disajikan diatas, penilaian responden pada Hutan Kota
Stadion, Hutan Kota 16C dan Hutan Kota Bumi Perkemahan cenderung
25 23
22
21 20
jumlah responden
19
20
15
9 8
10 7 6
5
5 3 2 2
1 1 1
0
sangat tidak tidak baik cukup baik baik sangat baik
baik
pengunjung menilai bahwa aspek biologi dan fasilitas sudah menunjukkan fungsi
dan manfaatnya secara langsung dari aspek biologi dan fasilitas yang ada di hutan
kota. Pada skor penilaian baik, nilai tertinggi pada aspek infrastruktur yaitu 23
dari 30 responden sudah memberikan penilaian baik untuk hutan kota tersebut.
yang memiliki nilai terendah pada skor baik yaitu aspek fasilitas, hanya 19 dari 30
responden yang menilai baik untuk fasilitas di Hutan Kota Metro. Penilaian
terhadap aspek fasilitas tersebut yaitu ketersediaan gazebo, warung makan &
souvenir serta toilet. Hal tersebut dikarenakan pada lokasi memang belum ada
gazebo contohnya yaitu pada Hutan Kota Stadion dan Hutan Kota 16C. Pada
44
kategori skor sangat tidak baik, tidak ada satupun pengunjung yang menilai
kelima aspek hutan kota tersebut dengan persepsi sangat tidak baik.
Penilaian skala likert persepsi masyarakat terhadap Hutan Kota Metro sebagai
objek wisata alam pada berbagai aspek yaitu aspek biologi,aspek sosial, aspek
infrastruktur, aspek akomodasi, dan aspek fasilitas dapat dilihat pada uraian
Gambar 6.
5.00
4.50 3.94
3.84 3.88 3.78 3.86 3.78 3.68
4.00 3.70 3.74 3.46 3.42 3.58
3.40 3.32
Skor Persepsi
3.50 3.06
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
Masyarakat Stadion Masyarakat 16 c Masyarakat Bumi
Perkemahan
Biologi Sosial Infrastruktur Akomodasi Fasilitas dan Pelayanan
Penilaian masyarakat terhadap 3 hutan kota di Metro cukup bervariasi, akan tetapi
penilaian tersebut tidak terlihat jauh berbeda untuk setiap aspeknya. Berdasarkan
data yang disajikan diatas, penilaian masyarakat pada Hutan Kota Stadion, Hutan
Kota 16C dan Hutan Kota Bumi Perkemahan cenderung memberikan penilaian
dengan skor “baik”. Penilaian pengunjung untuk hutan kota dapat dilihat pada
Gambar 7.
45
30
25 24
25
jumlah Responden
19
20
16 17
15
12
9
10
7
4 3 4 4
5
1 1 1 1 1
0
sangat tidak tidak baik cukup baik baik sangat baik
baik
biologi sosial infrastruktur akomodasi fasilitas
memberikan penilaian “baik” . Pada skor penilaian baik, nilai tertinggi yaitu pada
aspek hutan kota tersebut. Komponen penilaian tersebut mengenai hutan kota
sebagai penyokong sistem tata air, kondisi vegetasi hutan kota, variasi tanaman
hias di hutan kota, kesejukan udara di hutan kota dan fungsi pohon sebagai
Nilai terendah pada skor baik yaitu pada aspek sosial, hanya 16 dari 30 responden
yang menilai baik untuk aspek sosial Hutan Kota Metro. Komponen penilaian
kedisiplinan membuang sampah, dan fungsi hutan kota sebagai tempat fasilitas
sosial masyarakat. Untuk kategori sangat baik, hanya satu aspek yang tidak ada
yaitu aspek biologi. Pada skor sangat baik, 4 dari 30 masyarakat menilai bahwa
46
aspek sosial, infrastruktur, akomodasi, dan fasilitas sudah menunjukkan fungsi
dan manfaatnya secara langsung. Pada kategori skor sangat tidak baik, tidak ada
satupun pengunjung yang menilai kelima aspek hutan kota tersebut dengan
Setelah penilaian pada masing-masing aspek diketahui, skor tersebut di rata rata
agar mendapatkan hasil penilaian secara keseluruhan untuk setiap aspeknya. Skor
3.90 3.80
3.80 3.74
3.70 3.65 3.65
3.60
3.50
3.40 3.32
3.30
3.20
3.10
3.00
biologi sosial infrastruktur akomodasi fasilitas dan
pelayanan
Aspek biologi memiliki skor lebih tinggi dari aspek lainnya yaitu dengan skor
penilaian 3,80 yang berarti, aspek biologi pada Hutan Kota Metro sudah “baik”.
responden dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik pada aspek biologi hutan kota
47
sudah memberikan kesan dan pengalaman yang baik kepada responden setelah
mereka berkunjung ke Hutan Kota Metro. Hal tersebut sejalan dengan penelitian
terhadap objek wisata alam pada suatu tempat destinasi wisata seperti wisata alam
Menurut penilaian responden meskipun aspek biologi sudah dinilai baik, Hutan
Kota Metro masih perlu melakukan penambahan variasi jenis ataupun warna pada
tanaman hias hutan kota agar terlihat lebih indah. Hal tersebut bertujuan untuk
memaksimalkan fungsi estetika dari hutan kota itu sendiri. Pernyataan responden
tumbuhan yang ditanam di hutan kota dapat memberikan keindahan baik dari
garis, bentuk, warna maupun tekstur yang ada dari tajuk, daun, batang, akar,
bunga, buah maupun aroma sehingga mempunyai nilai estetika lebih tinggi.
Penilaian terendah responden yaitu pada aspek sosial. Aspek sosial tersebut
fungsi hutan kota sebagai tempat fasilitas sosial masyarakat. Responden belum
merasakan secara langsung manfaat sosial dari hutan kota. Setelah dilakukannya
tempat untuk berinteraksi sosial, tempat untuk sarana pendidikan serta tempat
yang dapat menimbulkan rasa sehat, nyaman dan tenang ketika berada disana.
48
Hal yang dapat membantu untuk pengembangan aspek sosial tersebut seperti
fungsi sosial termasuk ke dalam fungsi lansekap dari hutan kota. Fungsi lansekap
hutan kota meliputi fungsi fisik dan fungsi sosial. Fungsi fisik dari hutan kota
antara lain adalah vegetasi, yang mana vegetasi tersebut berfungsi sebagai unsur
pelindung terhadap kondisi fisik alam seperti angin dan sinar matahari. Fungsi
sosial yang dimaksudkan dari hutan kota yaitu seperti penataan ruang yang
disusun dengan baik sehingga dapat memberikan tempat untuk interaksi sosial
Penilaian skala likert persepsi pengunjung terhadap ketiga Hutan Kota Metro pada
aspek biologi, aspek sosial, aspek infrastruktur, aspek akomodasi dan aspek
fasilitas untuk setiap hutan kota di rata-rata dan disajikan pada grafik Gambar 9.
49
3.75 3.73
3.70
3.65
3.59
3.60 3.57
3.55
3.50
3.45
Stadion 16 C Buper
Stadion 16 C Buper
Berdasarkan grafik pada Gambar 9 diatas, penilaian terhadap ketiga Hutan Kota
Hutan Kota Stadion memiliki skor penilaian tertinggi dengan skor 3,72 dalam
artian hutan kota tersebut sudah dinilai “baik” untuk setiap aspek serta
merasakan langsung fungsi dan manfaat dari hutan kota tersebut. Pernyataan ini
Penilaian terendah terhadap Hutan Kota Metro yaitu pada Hutan Kota Bumi
Perkemahan. Hutan Kota Bumi Perkemahan dinilai “cukup baik” dengan skor
langsung manfaat dan fungsi dari Hutan Kota Bumi Perkemahan, hal tersebut
50
yang menyebabkan rendahnya penilaian responden terhadap Hutan Kota Bumi
Perbandingan dari ketiga hutan kota tersebut yang paling representatif untuk
sosial yaitu pengoptimalan fungsi sosial dengan cara penataan ruang vegetasi dan
fasilitas. Hal tersebut bertujuan agar Hutan Kota Bumi Perkemahan dapat
meyediakan tempat interaksi sosial yang dapat menimbulkan rasa nyaman, tenang
dan juga bisa menjadi sarana pendidikan untuk masyarakat. Pernyataan tersebut
terbuka hijau merupakan suatu area yang berbentuk jalur, memanjang dan/atau
sebagai fasilitas masyarakat, tempat tumbuh tanaman, baik yang sengaja ditanam
ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan merupakan salah satu cara dalam
pengelolaan terhadap hutan kota sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan
tujuan pembangunan hutan kota sebagai penjaga sistem tata air kota. Penilaian
baik terhadap hutan kota tersebut akan sangat lebih baik jika hutan kota dikelola
Pemilihan pohon dengan penampakan estetika yang memiliki tajuk berwarna akan
kesan yang menarik untuk siapa saja yang melihatnya terutama jika pohon
kesan dan edukasi dimana pohon flamboyan tersebut akan menunjukkan atau
musim pancaroba, pada sepanjang musim hujan pohon flamboyan hanya akan
tumbuh seperti pohon-pohon lainnya yang nampak rimbun dengan daunnya yang
akan mati. Namun saat mulai masuk musim penghujan maka pohon flamboyan
jumlahnya cukup banyak dan mampu memberikan penampakan tajuk yang sangat
indah. Sama halnnya seperti pohon flamboyan, pohon johar, angsana, turi, dan
bungur lilin juga mampu memberikan nilai keindahan yang cukup menarik di
hutan kota.
52
Pemilihan jenis tanaman yang akan ditambahkan di hutan kota bergantung kepada
anggaran serta kebijakan pihak pengelola. Sampai saat ini, kinerja pengelola
dalam mengelola Hutan Kota Metro sudah menunjukkan nilai pengelolaan yang
baik. Akan tetapi untuk memaksimalkan fungsi dari hutan kota tersebut,
pengembangan yang cukup baik untuk memaksimalkan fungsi Hutan Kota Metro.
Fungsi dan keberadaan hutan kota diatur menurut undang-undang dan peraturan
2. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan
Peraturan pemerintah.
yang ditetapkan oleh pemerintah kota sebagai hutan serta umumnya berisi
pepohonan yang dibiarkan tumbuh secara alami menyerupai hutan. Hutan Kota
ada yang tertata seperti taman dan tidak tertata seperti taman, serta lokasinya
pembangunan.
Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Metro 2011-2031. Proporsi RTH pada Kota Metro telah diatur
53
dalam Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Metro 2011-203. Luas hutan kota yang harus ada pada Kota
Metro juga dijelaskan dalam peraturan tersebut. Menurut pasal 30 ayat 4 hutan
kota sebagai bagian dari RTH publik harus memiliki luas kurang lebih 175 ha dari
luas wilayah kota. Hutan kota ini terdiri atas Hutan Kota Linara yang berada di
Kelurahan Ganjar Agung dan di Kelurahan Ganjar Asri. Keseluruhan luas RTH
publik yang ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 20% dari luas kota yaitu
650 ha. Sehingga proporsi luas hutan kota yaitu 26,92% dari luas RTH publik
yang harus disediakan. Hutan Kota Metro memiliki tiga fungsi yaitu fungsi
5.1 Simpulan
Kota Metro sebagai objek wisata alam. untuk setiap aspek penilaian di hutan
kota, yaitu: aspek biologi 3,80 (baik); aspek sosial 3,32 (cukup baik); aspek
infrastruktur 3,65 (baik); aspek akomodasi 3,65 (baik); dan aspek fasilitas 3,74
(baik).
hutan kota dapat dilakukan melalui penataan ruang untuk vegetasi, penataan
estetika, penataan fasilitas hutan kota, dan penataan lahan parkir. Penataan
ruang tersebut diharapkan dapat mewujudkan hutan kota sebagai tempat yang
dapat menambah serta mengembangkan fungsi estetika dari hutan kota yang
kehutanan dan tanaman Hias yang dapat menunjang keindahan lansekap Hutan
Kota Metro. Hutan Kota Metro diharapkan bisa menjadi salah satu alternatif
Ardi, M. dan Aryani, L. 2013. Hubungan antara persepsi dan organisasi dengan
minat beroganisasi pada mahasiswa psikologi uin fakultas psikologi uin
sultan syarif kasim. J. Psikologi. 3(1): 41-47.
BPS Kota Metro. 2016. Banyaknya Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis
Kelamin di Kota Metro Tahun 2015. https://metrokota.bps.go.id/.diakses
pada bulan januari 2018.
Chen dan Tsai. 2007. How destination image and evaluative factors affect
behavioral intentions. J. Tourism Management. 2(8): 28-36.
Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kota Metro. 2014. E-Data Pusat
Pengumpulan Pengolahan dan Penyajian Data. Buku. Dinas Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan Kota Metro. Metro. 78 hlm.
Formen, R. 2012. Analisis strategi pembangunan hutan kota (studi kasus kawasan
danau raja kabupaten ndragiri hulu). J. Ilmu Lingkungan. 6(1): 1-14.
Hermawan, R., Kosmaryandi, N. dan Ontarjo, J. 2008. Kajian tipe dan bentuk
hutan kota kawasan danau raja kota rengat, kabupaten indragiri hulu,
propinsi riau (study on type and shape of urban forest in danau raja area,
rengat city, indragiri hulu regency, riau province). J. Media Konservasi
13(2): 71 – 78.
Idris, M. H., Latifah, S., Aji, I. M. L., Wahyuningsih, E., Indriyatno dan Ningsih,
R. V. 2013. Studi vegetasi dan cadangan karbon di kawasan hutan dengan
tujuan khusus (khdtk) senaru, bayan lombok utara. J. Ilmu Kehutanan.
7(1): 25-36.
Imansari, N. dan Khadiyanta, P. 2015. Penyediaan hutan kota dan taman kota
sebagai ruang terbuka hijau (rth) publik menurut preferensi masyarakat di
kawasan pusat kota tangerang. J.Ruang. 1(3): 101-110.
Irwan, Z.D. 1994. Peranan bentuk dan struktur hutan kota terhadap kualitas
lingkungan kota. J. Annals of Tourism Research. 3(2): 303– 324.
Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 1. 2012. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Metro 2011-2031. Buku. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Metro dan
Walikota Metro. Metro. 19 hlm.
Sugiyono. 2014. Metode Skala Likert. Buku. Bumi Aksara. Jakarta. 355 hlm.
Sundari, E. S. 2006. Studi untuk menentukan fungsi hutan kota dalam masalah
lingkungan perkotaan. J. Perencanaan Wilayah dan Kota. 6(2): 1-10.
Trisnanta, H. S. dan Ummah, R. 2016. Ruang terbuka hijau kota metro lampung
dan pandangan aspek keagamaan. J. Kontekstual. 31(1): 55-80.
Umar. 2009. Persepsi dan Perilaku Masyarakat dalam Pelestarian Fungsi Hutan
Sebagai Daerah Resapan Air. Tesis. Universitas Negeri Semarang. 113 hlm.
Weaver, D. 2001. Ecotourism. Buku. John Wiley and Sons Australia Ltd.
Australia. 386 hlm.