Anda di halaman 1dari 3

EKONOMI

Membangun Fondasi Ekonomi

Di tengah hambatan ekonomi-politik dan pemerintahan pada tahun pertama


pemerintahannya terutama dalam menghadapi perlambatan ekonomi global yang berimbas
pada ekonomi nasional, Presiden Jokowi telah melakukan transformasi yang fundamental
pada tiga kebijakan penting untuk membangun fondasi ekonomi.

 Pertama kebijakan politik anggaran yang mengubah ekonomi berbasis konsumsi


menjadi ekonomi berbasis produksi dengan pengalihan subsidi Bahan Bakar Minyak
(BBM) untuk subsidi yang lebih tepat sasaran. Sebelum kebijakan ini diterapkan,
menurut Presiden Jokowi subsidi BBM lebih banyak dinikmati oleh orang kaya.
Akibatnya, ruang fiscal menjadi terbatas, pemerintah tidak bisa membangun
infrastruktur, desa, meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan, pengentasan
kemiskinan serta program-program produktif lainnya. Subsidi BBM lebih dari 200
triliun kemudian dialihkan untuk belanja daerah tertinggal dan pembangunan desa;
pembangunan jalan, tol laut dan jaringan kereta api baru di luar Jawa; pertanian
untuk swasembada pangan; program kemaritiman; Sosial dan Kartu Keluarga
Sejahtera; Kesehatan dan Kartu Indonesia Sehat; Pendidikan dan Kartu Indonesia
Pintar; pekerjaan umum dan perumahan rakyat; waduk baru dan irigasi untuk 1 juta
hektar, dan lain-lain. Kebijakan realokasi BBM ini menunjukkan bahwa subsidi BBM
selama ini terlalu menyedot APBN sehingga sektor lain seperti transportasi,
pertanian, pedesaan, kelautan, dan kesejahteraan masyarakat tidak mendapat
perhatian khusus. Padahal pembangunan infrastruktur yang baik akan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Realokasi subsidi BBM ke sektor pertanian
juga lebih tepat sasaran karena menyasar langsung pada meningkatkan produksi
dan kualitas pangan. Sementara pengalihan subsidi untuk Kartu Indonesia Sehat,
Kartu Keluarga Sejahtera, dan Kartu Indonesia Pintar, dapat meningkatkan
kesejahteraan. Jadi kebijakan realokasi subsidi BBM ini sangat reformatif
melepaskan bangsa Indonesia dari ketergantungan subsidi BBM untuk meningkatkan
produktifitas, pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
 Kedua, pembangunan infrastruktur. Tahun 2015 dana pembangunan infrastruktur
mencapai Rp 290 triliun. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan
Kementerian Perhubungan adalah dua kementerian teknis yang memiliki portofolio
pembangunan infrastruktur paling menonjol. Banyak studi yang menunjukkan
tentang manfaat infrastruktur seperti jalan, pembangkit listrik, rel kereta api,
bandara atau pelabuhan yang terkoneksi akan mempermudah mobilitas orang dan
barang. Pertukaran barang atau jasa menjadi lebih lancar dan efisien. Biaya
transportasi dan logistik menjadi lebih murah sehingga produk-produk lokal bisa
bersaing dengan produk-produk nasional maupun asing. Studi Progressive Policy
Institute, Maret 2014 memberikan bukti-bukti terbaru tentang belanja infrastruktur
yang memiliki multiplier effect yang besar dan positif bagi perekonomian. Untuk
setiap 1 dolar AS yang dibelanjakan bagi infrastruktur transportasi, dampak yang
ditimbulkan bagi pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 1,5 hingga 2 dolar AS.6
 Ketiga, memperkenalkan pembangunan berwawasan “Indonesia-Sentris” untuk
mendorong pembangunan yang lebih merata di luar Pulau Jawa. Pendekatan ini
dapat dianggap sebagai terjemahan Presiden Jokowi atas tidak meratanya
kesejahteraan di Indonesia terutama antara Jawa dan luar Jawa yang
mengakibatkan ketidakadilan, kesenjangan, kemiskinan di beberapa daerah. Dengan
pendekatan Indonesia-Sentris, Presiden Jokowi memulai revolusi membenahi warisan
praktek pembangunan yang selama ini menempatkan “daerah” sekedar bingkai
kekuasaan yang sentralistik. Presiden Jokowi serius membangun Indonesia dari
pinggiran, dari pulaupulau terluar, dari daerah perbatasan dan dari kawasan
Indonesia Timur, terutama Papua yang boleh dikatakan masih sebatas menikmati
“Indonesia” dalam makna kesatuan teritorial (NKRI) belaka, tapi belum menikmati
dalam makna keadilan dan kesejahteraan.

Membuka Lapangan Kerja

Membuka lapangan kerja baru dan produktivitas pekerja adalah salah satu program
prioritas Presiden Jokowi. Pembukaan lapangan kerja akan meningkatkan daya beli
masyarakat sehingga terjaganya daya beli masyarakat menjadi salah satu faktor
pendukung menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Dalam kontrak politiknya pada
rakyat saat pencalonan presiden ditekankan oleh Jokowi bahwa pemerintahannya akan
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang terkait dengan tenaga kerja.

Penyerapan lapangan kerja baru sangat terkait dengan program meningkatkan investasi.
Menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) hasil capaian realisasi investasi
2015 sebesar Rp 545,4 triliun meningkat 17,8% dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Capaian realisasi investasi tersebut melampaui target 2015 sebesar Rp
519,5 triliun (105%). Komposisi realisasi investasi terdiri dari Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) meningkat 15,0% sebesar Rp 179,5 triliun, sementara Penanaman Modal
Asing (PMA) juga meningkat 19,2% sebesar Rp 365,9 triliun (Grafik.1).20

Pertumbuhan investasi ini memberikan dampak pada peningkatan penyerapan lapangan


kerja sebagai salah satu janji Nawacita. Realisasi investasi sepanjang Januari-Desember
2015 dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 1.435.711 orang, naik 0,3% dibandingkan
periode yang sama 2014, sebesar 1.430.846 orang. Realisasi penyerapan tenaga kerja
Indonesia pada triwulan IV 2015 mencapai 375.982 orang yang terdiri dari proyek PMDN
sebanyak 111.006 orang dan dari proyek PMA sebanyak 264.976 orang.

Pada 2016 BKPM menargetkan realisasi investasi sebesar Rp 594,8 triliun. Target ini
naik 14,4% dari target 2015 sebesar Rp 519,5 triliun. Realisasi investasi itu terdiri atas
PMA Rp 386,4 triliun dan PMDN sebesar Rp 208,4 triliun. Realisasi investasi ini
ditargetkan dapat menyerap 2 juta tenaga kerja dari investasi. Realisasi investasi pada
triwulan I (periode JanuariMaret) tahun 2016 tercatat Rp 146,5 triliun, meningkat 17,6%
dari periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 124,6 triliun

Strategi Mengurangi Kemiskinan

Pemerintahan Jokowi mematok tingkat kemiskinan dikisaran angka 9%10% dalam


Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016 atau turun dari
target 10,3% di APBN-P 2015.23 Berbagai program dan kebijakan disusun tidak saja
agar angka kemiskinan bisa dikurangi, tapi juga merupakan kewajiban negara dalam
rangka memenuhi hak-hak ekonomi dan sosial masyarakat. Beberapa diantaranya
merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari program sosial sebelumnya. Tantangan
dari program sosial ini adalah penerima bantuan yang tepat sasaran. Untuk itu
pemerintah harus melakukan pengawasan yang ketat agar dana rakyat tidak diterima
oleh mereka yang sebenarnya tidak berhak. Pemerintahan Presiden Jokowi mempunyai
empat strategi dalam mengurangi angka kemiskinan.

 Pertama dengan cara memperbaiki dan mengembangkan sistem perlindungan sosial


bagi penduduk miskin dan rentan. Sistem perlindungan sosial dimaksudkan untuk
membantu individu dan masyarakat menghadapi goncangan-goncangan (shocks)
dalam hidup, seperti jatuh sakit, kematian anggota keluarga, kehilangan pekerjaan,
ditimpa bencana atau bencana alam, dan sebagainya.
 Kedua, memperbaiki akses kelompok masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar.
Akses terhadap pelayanan pendidikan, kesehatan, air bersih dan sanitasi, serta
pangan dan gizi akan membantu mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh
kelompok masyarakat miskin.
 Ketiga, melakukan upaya memberdayakan penduduk miskin menjadi sangat penting
untuk meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan penanggulangan kemiskinan.
 Keempat, menjalankan pembangunan yang inklusif yang diartikan sebagai
pembangunan yang mengikutsertakan dan sekaligus memberi manfaat kepada
seluruh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai