Anda di halaman 1dari 9

INOVASI REMEDIAL: “FLIPPED CLASSROOM BERBASIS VIDEO ONLINE”

Eka Murdani
Prodi S3 Pendidikan IPA, Universitas Pendidikan Indonesia
ekamurdani@gmail.com

A. Remedial Pembelajaran
A.1. Pengertian Remedial
Pembelajaran remedial adalah suatu proses pengajaran ulang bagi siswa yang
memiliki hasil belajar yang tidak memenuhi standar nilai yang dibuat oleh masing-masing
tempat belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi dari remedial adalah
berhubungan dengan perbaikan atau pengajaran. Remedial dikhususkan untuk siswa yang
prestasi belajarnya kurang baik. Tujuannya adalah untuk membuat siswa mendapatkan nilai
standar yang diharapkan dan menyembuhkan kelemahan siswa terhadap pelajaran-pelajaran
yang sebelumnya dianggap sulit.
A.2. Tujuan Remedial
Tujuan guru melaksanakan kegiatan remedial adalah membantu siswa yang
mengalami kesulitan menguasai kompetensi yang telah ditentukan agar mencapai hasil
belajar yang lebih baik. Secara umum tujuan kegiatan remdiasi adalah sama dengan
pembelajaran pada umumnya yakni memperbaiki miskonsepsi siswa sehingga siswa dapat
mncapai kompetensi yang telah ditetapkan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Secara
khusus kegiatan remediasi bertujuan membantu siswa yang belum tuntas menguasai
kompetensi ditetapkan melalui kegiatan pembelajaran tambahan. Melalui kegiatan remediasi
siswa dibantu untuk mengatasi kesulitan belajar yang dihadapinya.
A.3. Prosedur Remedial
Dalam melaksanakan kegiatan remedial sebaiknya mengikuti langkah sebagai berikut:
1. Analisis Hasil Diagnosis
Melalui kegiatan diagnosis guru akan mengetahui para siswa yang perlu mendapatkan
bantuan. Untuk keperluan kegiatan remedial, tentu yang menjadi fokus perhatian adalah
siswa-siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar yang ditunjukkan tidak tercapainya
kriteria keberhasilan belajar. Setelah guru mengetahui siswa-siswa mana yang harus
mendapatkan remedial, informasi selanjutnya yang harus diketahui guru adalah topik atau
materi apa yang belum dikuasai oleh siswa tersebut. Dalam hal ini guru harus melihat
kesulitan belajar siswa secara individual. Hal ini dikarenakan ada kemungkinan masalah yang
dihadapi siswa satu dengan siswa yang lainnnya tidak sama.
2. Menemukan Penyebab Kesulitan
Sebelum merancang kegiatan remedial, terlebih dahulu harus mengetahui mengapa
siswa mengalami kesulitan dalam menguasai materi pelajaran. Faktor penyebab kesuliatan ini
harus diidentifikasi terlebih dahulu.
3. Menyusun Rencana Kegiatan Remedial
Sama halnya pada pembelajaran pada umumnya, komponen-komponen yang harus
direncanakan dalam melaksanakan kegiatan remedial adalah sebagai berikut;
1. Merumuskan indikator hasil belajar
2. Menentukan materi yang sesuai engan indikator hasil belajar
3. Memilih strategi dan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa
4. Merencanakan waktu yang diperlukan
5. Menentukan jenis, prosedur dan alat penilaian.
6. Melaksanakan Kegiatan Remedial
4. Menilai Kegiatan Remedial
Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara mengkaji kemajuan belajar siswa.Apabila
siswa mengalami kemauan belajar sesuai yang diharapkan, berarti kegiatan remedial yang
direncanakan dan dilaksanakan cukup efektif membantu siswa yang mengalami kesulitan
belajar. Tetapi, apabila siswa tidak mengalami kemajuan dalam belajarnya berarti kegiatan
remedial yang direncanakan dan dilaksanakan kurang efektif. Untuk itu guru harus
menganalisis setiap komponen pembelajaran.
A.4. Strategi Remedial
Beberapa teknik dan strategi yang dipergunakan dalam pelaksanaan pembelajaran
remedial antara lain:
1. Pemberian Tugas
Dalam pemberian tugas dapat dilakukan dengan berbagai jenis antara lain dengan
pemberian rangkuman baik dilakukan secara individual maupun secara kelompok.
2. Melakukan aktivitas fisik, misal demosntrasi, atau praktek dan diskusi
Ada konsep-konseps yang lebih mudah dipahami lewat aktivitas fisik, missal contoh,
memahai bahwa volume fluida tidak beuabah kalau berada di dalam wadah yang berbeda
bentuknya. Guru sebaiknya menggunakan berbagai media dan alat pembelajaran sehingga
dapat mengkonkritkan konsep yang dipelajarinya, selain itu hendaknya guru banyak memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengunakan media terebut, karena siswa pada umumnya
perkemangan berpikir mereka berada pada tingkat operasional konkrit. Mereka akan dapat
mencerna dengan baik konsep yang divisualisasikan atau dikonkritkan.
3. Kegiatan Kelompok
Diskusi kelompok dapat digunakan guru untuk membantu siswa yang mengalami
kesulitan belajar. Yang perlu diperhatikan guru dalam menetapkan kelompok dalam kegiatan
remedial adalah dalam menentukan anggota kelompok. Kegiatan kelompok dapat efektif
dalam membantu siswa, jika diantara anggota kelompok ada siswa yang benar-benar
menguasai materi dan mampu memberi penjelasan kepada siswa lainnya.

4. Tutorial Sebaya
Kegiatan tutorial dapat dipilih sebagai kegiatan remedial. Dalam kegiatan ini seorang
guru meminta bantuan kepada siswa yang lebih pandai untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan belajar. Siswa yang dijadikan tutor bisa berasal dari kelas yang sama
atau dari kelas yang lebih tinggi. Apabila menggunakan tutor yang sebaya sangat membantu
sekali, karena tingkat pemahaman dan penyampaian tutor yang sebaya lebih dimengerti oleh
siswa yang bermasalah, selain itu mereka tidak merasa canggung dalam menanyakan setiap
permasalahan karena usia mereka sama sehingga mudah dimengerti olehnya.
5. Menggunakan Sumber Lain
Selain dengan pembelajaran ulang, kegiatan kelompok, tutorial, guru juga dapat
menggunakan sumber belajar lain yang relevan dalam membantu siswa yang mengalami
kesulitan memahami materi pelajaran. Misalanya guru meminta untuk mengunjungi ahli atau
praktisi yang berkaitan dengan materi yang dibahas, misalnya ”bagaimana cara merakit
rangkaian elektronika?” siswa dapat mendatangi teknisi listrik atau instalasi jaringan listrik
yang kegiatan sehari-hari memang sebagai instalatir. Atau juga siswa diminta membaca
sumber lain dan bahkan kalau mungkin mendatangkan anggota masyarakat yang mempunyai
keahlian yang sesuai dengan materi yang dipelajari.

B. Inovasi Program Remedial dengan Metode Flipped Classroom Berbasis Video


Dalam inovasi program remedial diarahkan dengan menggunakan metode
pembelajaran tertentu yang dapat meminimalkan ruang dan waktu guru serta beban guru.
Untuk itu penggunaan teknologi untuk remedial teaching misalnya video. Inovasi yang
dikembangkan untuk program remedial menggunakan metode flipped classroom berbasis
video.
Di dalam dunia pendidikan seharusnya pembelajaran berpusat pada siswa, bukan
hanya pada guru termasuk di dalam pembelajaran. Pembelajaran menurut Hamalik (2007: 57)
adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam pembelajaran proses belajar mengajar harus saling berhubungan atau
timbal balik antara guru dan siswa sehingga siswa pun juga dapat berperan aktif
dalam proses belajar.Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas merupakan salah satu tugas
utama guru. Pola pengajaran konvensional guru lebih berperan dominan, sehingga siswa
cenderung bersifat pasif. Pola pengajaran konvensional telah menetapkan siswa untuk
memperhatikan pengajaran guru di kelas Siswa kemudian akan diberikan sebuah penilaian
untuk pekerjaan rumah untuk menunjukkan penguasaan topik. Salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan pembelajaran adalah keaktifan belajar siswa. Namun kenyataannya
masih sering ditemukan siswa cenderung melakukan pembelajaran ketika di luar jam sekolah,
selain itu siswa hanya belajar dirumah ketika mendapatkan tugas. Dalam belajar aktif siswa
dilibatkan dalam proses belajar mengajar, tidak hanya guru menyampaikan ilmu pengetahuan
yang dimiliki guru kepada siswa tetapi siswa mendapat pengetahuan dengan keterlibatan
mereka secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut Ahmadi (2004: 207) keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar dapat dilihat, yakni (1) Keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan,
permasalahannya, (2) Keinginan serta keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi
dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar, (3)Penampilan berbagai
usaha/keaktifan belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar
sampai mencapai keberhasilan, (4) Kebebasan/keleluasaan melakukan hal tersebut tanpa
tekanan guru/pihak lainnya (kemandirian diri). Faktor lain yang menentukan keberhasilan
pembelajaran adalah pencapaian kemampuan kognitif siswa. Dalam pembelajaran di sekolah,
ditentukan suatu tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini mencakup tiga aspek yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor (yamin, 2009: 27). Secara umum aspek kognitif mencakup
hasil belajar intelektual, dan aspek afektif berkenaan dengan sikap, sedangkan aspek
psikomotor berkenaan dengan hasil keterampilan dan kemampuan bertindak. Pada
pembentukan dan sumber daya manusia, pendidikan di sekolah membagi kompetensi-
kompetensi siswa dalam suatu mata pelajaran.
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah yang di
dalamnya terdapat aspek kognitif. Suatu strategi yang bisa digunakan sebagai acuan guru
dalam peningkatan keaktifan belajar serta kemampuan kognitif siswa, yaitu strategi flipped
classroom Karena dengan strategi flipped classroom siswa mendapat pembelajaran tidak
hanya didalam kelas saja namun diluar kelas siswa juga dapat mengakses atau melihat materi
yang diberikan oleh guru secara berulangulang dengan bantuan e-book atau video
pembelajaran yang diberikan oleh guru. Pembelajaran dengan flipped classroom pada siswa
pertama mempelajar topik sendiri, biasanya menggunakan pelajaran video yang dibuat oleh
instruktur atau bersama oleh pendidik lain. Di dalam kelas, siswa kemudian mencoba untuk
menerapkan pengetahuan dengan memecahkan masalah dan melakukan kerja praktek salah
satunya dengan pembelajaran berkelompok. Peran guru di kelas ini bukan untuk memberikan
pelajaran awal, sehingga guru dapat menghabiskan lebih banyak waktu berinteraksi dengan
siswa. Hal ini memungkinkan waktu di dalam kelas yang akan digunakan untuk kegiatan
pembelajaran berbasis tambahan, termasuk penggunaan instruksi dibedakan dan
pembelajaran berbasis proyek. Berdasarkan uraian diatas peneliti merasa perlu untuk
menerapkan strategi flipped classroom dalam pembelajaran untuk mengetahui pengaruh dari
strategi flipped classroom terhadap kemampuan kognitif ditinjau dari seberapa besar
keaktifan belajar siswa. strategi flipped classroom diharapkan dapat menjadi salah satu
strategi alternative yang dapat dipilih oleh guru agar menjadikan siswa aktif di dalam kelas,
sehingga kemampuan kognitif siswa dalam mata pelajaran apapun menjadi maksimal.
Menurut Graham Brent (2013) Flipped Classroom merupakan strategi yang dapat
diberikan oleh pendidik dengan cara meminimalkan jumlah instruksi langsung dalam praktek
mengajar mereka sambil memaksimalkan interaksi satu sama lain. Strategi ini memanfaatkan
teknologi yang menyediakan tambahan yang mendukung materi pembelajaran bagi siswa
yang dapat diakses secara online. Hal ini membebaskan waktu kelas yang sebelumnya telah
digunakan untuk pembelajaran. Dalam persiapan untuk kelas, siswa diwajibkan untuk melihat
video pembelajaran. Menurut Tucker dalam Amy Roehl (2013) siswa memanfaatkan waktu
di kelas untuk bekerja menyelesaikan masalah, pengembangan konsep, dan terlibat dalam
pembelajaran kolaboratif. Sedangkan menurut Natalie (2012) Strategi flipped classroom
mendukung banyak manfaat. Sebagian besar tampaknya menjadi keuntungan yang masuk
akal (misalnya meningkatkan waktu instruksi lebih menarik) terutama untuk mengajarkan
mereka dalam pengaturan campuran yang terdiri dari beberapa kombinasi tatap muka dan
instruksi online.
Pengertian flipped classroom atau pembelajaran kelas terbalik, kita dapat
membandingkannya dengan pembelajaran yang sudah biasa kita lakukan, yang dalam hal ini
dimasukkan ke dalam kelompok pembelajaran tradisional. Flipped Classroom adalah sebuah
model pembelajaran di mana guru memberikan tugas/PR kepada siswa untuk aktif
mempelajari terlebih dahulu materi yang akan disampaikan melalui media digital berupa
video atau e-book beserta beberapa instruksi tugas/latihan soal, sebagai bahan diskusi ketika
kegiatan di dalam kelas (tatap muka). Metode flipped classroom akan diterapkan untuk
pembelajaran remedial dengan berbasis pada video dan berorientasi pada ketuntasan belajar
siswa. Teknis pelaksanaan model pembelajaran flipped classroom ini adalah sebagai berikut :
1. Guru menyiapkan dan memberikan sebuah media (bisa berupa video
pembelajaran/digital book) yang akan ditonton dan dipelajari oleh siswa di rumah.
2. Siswa menonton video dan mempelajari instruksi yang diberikan oleh guru melalui
video tersebut untuk memperoleh konsep dari materi ajar termasuk materi remedial.
3. Siswa mengerjakan soal remedi berdasarkan instruksi yang telah disampaikan melalui
video. Dalam hal ini siswa dapat lebih memfokuskan diri pada kesulitannya dalam
memahami materi ataupun kemampuannya dalam menyelesaikan soal-soal
berhubungan dengan materi dan remedi yang diambil.
4. Bentuk tes remedi dikerjakan siswa dalam bentuk video rekaman siswa di rumah atau
di luar kelas mengerjakan soal/produk diakhiri dengan bukti produk akhir yang dikirim
secara elektronik melalui email dan tugas remedi tersebut diunggah di youtube untuk
mendapatkan respon like atau dislike dan komentar.
5. Guru berperan sebagai fasilitator jarak jauh yang mendampingi siswa jika memerlukan
peran guru dalam mengerjakan tugas tersebut.
6. Guru akan menilai tugas dari originalitas video yang melibatkan siswa secara langsung
Model pembelajaran flipped classroom ini terbukti lebih efektif dalam meremedi siswa
karena siswa dibuat aktif dalam tugas/proyek yang tidak memberikan peluang pekerjaan
tersebut dikerjakan oleh orang lain sehingga digunakan video sebagai bukti kesertaan siswa
dalam aktivitas remedi yang berbentuk kerja mandiri/tugas/soal/proyek.
Terkait model flipped classroom banyak instruktur pembelajaran mempertahankan
bahwa hal itu dapat digunakan sebagai strategi mengajar yang berharga pada setiap tingkat
pendidikan, tergantung peserta didik, sumber daya, dan waktu seseorang. Apalagi tampaknya
cocok untuk pengetahuan mengajar yang prosedural, salah satu dari empat jenis pengetahuan
umum yang dijelaskan dalam Taksonomi Bloom yang telah diperbaiki menurut Anderson
dkk dalam Natalie (2012).
Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.
Oleh karena itu video ceramah flipped classroom tentang bagaimana memecahkan
permasalahan dimana seorang instruktur menjelaskan dan model bagaimana memecahkan
jenis masalah akan menjadi baik dalam penggunaan strategi ini. Pengetahuan prosedural yang
kompleks juga dapat diajarkan menggunakan strategi flipped classroom meskipun penopang
dan potongan konten akan sangat penting tidak hanya untuk memastikan bahwa video
pendek, tetapi juga untuk memastikan bahwa semua langkah prosedur diperkenalkan
memadai sehingga siswa benar-benar memahami.
Kelebihan flipped classroom, yaitu :
1. Siswa dapat mengulang-ulang video tersebut hingga ia benar-benar paham materi, tidak
seperti pada pembelajaran biasa, apabila siswa kurang mengerti maka guru harus
menjelaskan lagi hingga siswa dapat mengerti sehingga kurang efisien.
2. Siswa dapat mengakses video tersebut dari manapun asalkan memiliki koneksi internet
yang cukup, bahkan bisa didownload dan lebih puas untuk menontonnya berulang-
ulang.
3. Efisien, karena siswa diminta untuk mempelajari materi di rumah dan pada saat di
kelas, siswa dapat lebih memfokuskan kepada kesulitannya dalam memahami materi
ataupun kemampuannya dalam menyelesaikan soal-soal berhubungan dengan materi
tersebut termasuk materi yang diremedialkan.
Hal yang paling penting dari semuanya adalah menyiapkan mental siswa kita supaya dapat
menerima dan melaksanakan model pembelajaran ini dengan baik. Sehingga mereka merasa
nyaman dan terbiasa belajar aktif untuk mengembangkan daya kritis mereka dalam menyerap
materi pelajaran.

C. Kesimpulan
Penerapan model flipped classroom memiliki banyak keuntungan dibandingkan
model pembelajaran tradisional. Tersedianya materi dalam bentuk video memberikan
kebebasan pada siswa untuk menghentikan atau mengulang materi kapan saja di bagian-
bagian yang kurang mereka pahami. Selain itu, pemanfaatan sesi belajar di kelas untuk
proyek atau tugas kelompok mempermudah siswa untuk saling berinteraksi dan belajar satu
sama lain. Namun, meski memiliki banyak kelebihan, flipped classroom membutuhkan
persiapan matang agar dapat berjalan dengan optimal. Guru tentunya harus membuat video
pembelajaran yang menarik, berkualitas, serta dapat dipahami siswa tanpa tatap muka secara
langsung dan cocok untuk pembelajaran remedial yang meminimalkan interaksi tatap muka
guru-siswa di luar beban kerja guru; sementara siswa, di sisi lain, harus memiliki akses
terhadap koneksi internet. Meski demikian, beberapa faktor perlu difikirkan bersama supaya
pembelajaran Flipped Classroom dapat dijalankan dengan sempurna yaitu pemikiran,
teknologi, dan kemahiran.
D. Daftar Pustaka
B. Milman, Natalie. 2012. The Flipped Classroom Strategy what is it and how can it best be
used Jurnal Internasional, Volume 9, Issue 3: The George Washington University.
Cara A. Marlowe. 2012. The Effect of the Flipped Classroom on Student Achievement and
Stress. Montana: Montana State University.
Depdiknas. 2008. Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Tuntas (Mastery-Learning).
Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Direktorat Pembinaan Sekolah
Depdiknas. 2008. Sistem Penilaian KTSP: Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran
Remedial. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Direktorat Pembinaan Sekolah
Depdiknas. 2008. Sistem Penilaian KTSP: Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran
Pengayaan. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah. Direktorat Pembinaan Sekolah
Djamarah, Drs. Syaiful Bahri dan Drs. Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. PT
Rineka Cipta : Jakarta
Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno. 2007. Belajar Mengajar (Strategi Mewujudkan
Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum Dan Konsep Islami).
Bandung: Refika Aditama.
John. W. Santrock. 2008. Psikologi Pendidikan edisi kedua. Jakarta: Kencana.
Johnson, Graham Brent. 2013. Student Perceptions of the Flipped Classroom. Columbia: The
University Of British Columbia.
M. Sobri, Sutikno. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect.
Muhibbin, Syah. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda
karya.
Pierce, Richard EdD and Jeremy Fox, PharmD. 2012. Instructional Design and Assessment
Vodcasts and Active-Learning Exercises in A “Flipped Classroom” Model of A Renal
Pharmacotherapy Module. American Journal of Pharmaceutical Education; 76 (10)
Article 196.
Siregar, eveline dan hartin. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia
Tanjung, Ratna dan Ida Wahyuni. 2015. Diktat Telaah Kurikulum. Medan: UNIMED
Tim Dosen. 2015. Pengembangan Program Pengajaran Fisika. Medan: UNIMED
Wina, Sanjaya. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.

Anda mungkin juga menyukai